Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11
ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara.
Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus
untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas
pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional
quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya
program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan
kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas
pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas
program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran
adalah merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah
dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran
memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap kualitas program pembelajaran
sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program
pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi
terhadap program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan
dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik, hasil evaluasi
program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan.
II. Konsep Dasar Evaluasi
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan
penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir
besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang
terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008: 67). Tes merupakan salah satu
alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik
suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi.
Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam
bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by which
information about the attributes or characteristics of thing are determinied and differentiated
(Oriondo,1998: 2). Guilford mendefinisi pengukuran dengan “assigning numbers to, or
quantifying, things according to a set of rules” (Griffin & Nix, 1991: 3). Pengukuran
dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut
aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Allen & Yen mendefinisikan pengukuran sebagai
penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Djemari
Mardapi, 2000: 1). Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau
penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu.
Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran
memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu
objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk
memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham (1995:
3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal
untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer &
Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang individu
siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan
dengan sistem institusi. “processes that provide information about individual students, about
curricula or programs, about institutions, or about entire systems of institutions” (Stark &
Thomas,1994: 46). Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment
atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes.
Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) menyatakan bahwa : Evaluation is the process of
delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth
and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guide
decision making, serve needs for accountability, and promote understanding of the involved
phenomena.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang
dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu
pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan
tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation) dari
UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa : Evaluation is the process of
ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information, and collecting and
analyzing information in order to report summary data useful to decision makers in selecting
among alternatives.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan
penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program,
prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi
pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program
selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat
keputusan dan atau menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa
proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil
evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan
apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk
kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait
dengan program.
III. Program Pembelajaran
Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin (2008: 3 - 4) ada dua pengertian untuk
istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara
umum, “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Jika seorang siswa ditanya oleh guru,
apa programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti, maka
arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan
dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang tua dalam membina usaha,
atau mungkin juga belum menenukan program apapun. Apabila program ini langsung
dikaitkan dengan evaluasi progam, maka program didefinisikan sebagai satu unit atau
kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam program yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang.
Dalam buku yang lain Suharsimi (2008: 291) mendefinisikan program sebagai suatu
kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Sedangkan Farida Yusuf Tayibnabis (2000: 9)
mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan
akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Dengan demikian dapat program diartikan sebagai
serangkain kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan dalam pelaksanaannya
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan banyak orang. Dalam pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat
dikategorikan sebagai program, yaitu:
1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal rancangan,
tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat,
2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan
yang lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan
sesudahnya,
3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal
maupun organisasi non formal bukan kegiatan individual,
4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya melibatkan banyak orang,
bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan
orang lain.
Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baik
memerlukan perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaanya melibatkan berbagai orang,
baik guru maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu
dengan kegiatan pembelajaran yang lain, yaitu untuk mencapai kompetensi bidang studi yang
pada akhirnya untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung dalam
organisasi. Agar pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya
dibuat suatu program pembelajaran. Program pembelajaran yang biasa disebut juga dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan panduan bagi guru atau pengajar dalam
melaksanakan pembelajaran. Program pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya
bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program
pembelajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program
pembelajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pembelajaran.
4. Meningkatkan partisipasi
Dengan adanya informasi hasil evaluasi program pembelajaran, maka orang tua atau
masyarakat akan terpanggil untuk berpartisipasidan ikut mendukung upaya-upaya
peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil evaluasi progam pembelajaran yang
dimasyarakatkan akan menggugah kepedulian masyarakat terhadap program pembelajaran,
menarik perhatiannya, dan akhirnya akan menumbuhkan rasa ikut memiliki (self of
belonging). Apabila hal ini terbina dengan baik, maka akan tercipta suatu control yang ikut
memacu dan mengawasi kualitas pembelajaran. Selain itu, evaluasi juga merupakan upaya
meningkatkan motivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya. Informasi hasil evaluasi akan
memberikan konfirmasi tentang komponen-komponen program pembelajaran yang masih
lemah dan perlu ditingkatkan. Bagi siswa informasi hasil evaluasi yang berupa kemajuan
hasil belajar siswa juga mempunyai manfaat untuk meningkatkan motivasi belajar.
Terkait dengan ketiga objek atau sasaran evaluasi program pembelajaran tersebut,
menurut Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan
Universitas Sebelas Maret (2007: 5) dalam praktek pembelajaran secara umum, pelaksanaan
evaluasi program pembelajaran menekankan pada evaluasi proses pembelajaran atau evaluasi
manajerial, dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi substansial. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kedua jenis evaluasi tersebut merupakan
komponen sistem pembelajaran yang sangat penting. Evaluasi kedua jenis komponen yang
dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan hasil
pembelajaran. Selanjutnya masukan tersebut pada gilirannya dipergunakan sebagai bahan dan
dasar memperbaiki kualitas proses pembelajaran menuju ke perbaikan kualitas hasil
pembelajaran. Dengan kata lain untuk memperbaiki kualitas hasil belajar siswa harus
didahului dengan perbaikan terhadap kualitas proses pembelajaran.
Dalam konsep manajemen mutu, menurut Sudarwan Danim (2007: 12 -13) mutu
pendidikan dilihat dari empat perspektif, yaitu masukan, proses, luaran atau prestasi belajar,
dan dampak atau utilitas lulusan. Dengan demikian, kebiasaan menilai mutu proses
pembelajaran hanya dengan melihatnya dari prestasi belajar siswa semata tidaklah tepat.
Dilihat dari pendekatan sistem pemecahan masalah, prestasi belajar siswa yang buruk
bukanlah masalah, melainkan gejala atau indikator adanya masalah. Disebut bukan masalah
karena prestasi belajar siswa yang buruk adalah sebuah realitas. Rahasia mengenai factor-
faktor apa yang mempengaruhi buruknya hasil belajar siswa, strategi manajemen sekolah
macam apa yang harus diterapkan, strategi pembelajaran apa yang harus dikemas agar siswa
tahu bagaimana memecahan masalahnya sendirilah yang menjadi masalah.
Berdasarkan beberapa asumsi dan pendapat di atas, secara ringkas dapat disimpulkan
bahwa objek evaluasi program pembelajaran yang pokok harus mencakup dua hal, yaitu:
1. Aspek manajerial, yaitu implementasi rancangan pembelajaran yang telah disusun
oleh guru dalam bentuk proses pembelajaran, atau disebut juga dengan evaluasi
kualitas proses pembelajaran.
2. Aspek substansial, yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti serangkaian proses
pembelajaran yang dirancang oleh guru, atau disebut juga dengan penilaian hasil
belajar siswa, baik menggunakan tes maupun non tes.
Melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing evaluator, serta untuk lebih
mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka sebaiknya
evaluator dalam evaluasi program pembelajaran merupakan kombinasi antara evaluator dari
dalam dan evaluator dari luar. Sebagai contoh untuk evaluasi program pembelajaran pada
setiap akhir pelaksanaan pembelajaran berkenaan dengan satu kompetensi dasar atau satu
pokok bahasan evaluasi dilakukan oleh guru yang merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Sedangkan untuk evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir semester
atau pada akhir tahun dapat dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk dan diberi tanggung
jawab oleh pimpinan sekolah, baik itu dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum
maupun bagian tertentu yang bertanggung jawab terhadap manajemen mutu sekolah.
VII. Kesimpulan