Professional Documents
Culture Documents
Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan bahan setengah cair atau gas
biasanya berdinding jaringan ikat dan berisi cairan kental atau semi likuid, dapat berada
dalam jaringan lunak ataupun keras seperti tulang. Rongga kista di dalam rongga mulut selalu
dibatasi oleh lapisan epitel dan dibagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan pembuluh
darah.
Kista radikuler disebut juga kista periapikal. Kista ini merupakan jenis kista yang
paling sering ditemukan. Kista radikuler terbentuk oleh karena iritasi kronis gigi yang sudah
tidak vital. Kista ini tumbuh dari epitel rest of Malassez yang mengalami proliferasi oleh
karena respon terhadap proses radang yang terpicu oleh karena infeksi bakteri pada pulpa
yang nekrosis
Kista periapikal adalah kista yang terbentuk pada ujung apeks (akar) gigi yang
jaringan pulpanya sudah nonvital/mati. Kista ini merupakan lanjutan dari pulpitis
(peradangan pulpa). Oleh karenanya, kista tidak ditemui pada gigi yang masih vital. Dapat
terjadi di ujung gigi manapun, dan dapat terjadi pada semua umur. Ukurannya berkisar antara
0.5-2 cm, tapi bisa juga lebih. Bila kista mencapai ukuran diameter yang besar, ia dapat
menyebabkan wajah menjadi tidak simetri karena adanya benjolan dan bahkan dapat
menyebabkan parestesi karena tertekannya syaraf oleh kista tersebut. Dalam pemeriksaan
rontgen kista radikuler akan terlihat gambaran radiolusen berbatas jelas.
a. Eruption cyst
b. Dentigerous cyst
i. Pericoronal
ii. Lateral
iii. Residual
c. Extra follicular dentigerous cyst
i. Apikal
ii. Lateral
iii. Residual
a. Primordial cyst
4. Cystic neoplasma
a. Ameloblastoma
b. Adeno-ameloblastoma
c. Ameloblastic odontoma
B. Kista non-odontogen
1. Maksila
a. Nasopalatinal
i. Incisive canal cyst
ii. Incisive papilla cyst
b. Globullomaxillary cyst
c. Median palatine cyst
d. Nasolabial cyst
2. Mandibular
Median mandibular cyst
Pada gambaran patologis didapat sediaan makroskopis bisa berupa massa kistik sferis
atau atau ovoid yang utuh tetapi sering tidak teratur dan kolaps, dindingnya bervariasi dari
yang tipis hingga tebalnya sampai 5mm, permukaan dalam bisa licin dan berombak, nodulus
kolesterol bisa menonjol kedalam rongga, biasanya isi cairan berwarna coklat karena
pemecahan darah dan terdapat Kristal kolesterol maka dapat memberikan warna berkilauan,
hampir semua kista radikuler dilapisi oleh epitel berlapis gepeng.
Secara mikroskopis, kista radikuler dibentuk oleh dinding jaringan ikat kolagen
matang. Jaringan ikat ini menjadi kerangka dasar atau stroma dari kebanyakan kista yang
lokasinya ada di rongga mulut. di bagian dalam dinding kista dapat ditemukan banyak
fibroblas yang merupakan sel dasar dari jaringan ikat. Kista mengandung sel radang dalam
jumlah yang bervariasi. Sel di dalam infiltrat yang paling banyak dijumpai adalah limfosit,
dengan ciri khas inti yang berwarna gelap. Sel plasma juga banyak terdapat di dalam dinding
kista, dan kebanyakan dijumpai pada kista yang kronik. Selain itu, ditemukan juga eritrosit,
giant cell, dan kristal kolesterol.
Kista residual lateral biasanya terdapat pada regio anterio mandibula dan
perawatannya sama dengan kista periapikal. Kista residual bisa timbul dari sisa-sisa
granuloma periapikal, kista periapikal dan kista dentigerous yang tertinggal pada waktu
operasi. Lesi-lesi ini terlihat pada pemeriksaan radiografis pada rahang yang tidak bergigi.
Lesi dirawat dengan enukleasi kecuali kalau ukurannya besar maka bisa dengan
marsupialisasi.
Kista dentigerus berdasarkan pada hubungannya dengan mahkota, dibagi dua yaitu
sentral dan lateral. Pada kondisi sentral, mahkota gigi diselubungi kista. Sedangkan pada tipe
lateral, kista terutama terletak disebelah mesial atau distal mahkota. Apabila suatu kista
dentigerus terjadi pada waktu erupsi, biasanya menghalangi proses erupsi dan disebut kista
erupsi.
a. Biasanya banyak terjadi pada usia dewasa yakni usia 30 tahun pada laki-laki, dan 10-20
tahun pada perempuan.
b. Banyak melibatkan premolar, molar tiga mandibular, serta pada kaninus, premolar, molar
tiga maksila.
Ukuran kista dentigerus biasanya bisa mencapai ukuran yang besar, sehingga
mengakibatkan pergeseran gigi terpendam yang terlibat. Perpindahan dari gigi yang terlibat
bisa suborbital atau ke dalam proccessus coronoideus atau proccessus condyloideus. Apabila
hal ini terjadi pengambilan yang tergeser tersebut dilakukan bersamaan dengan enukleasi
kista. Apabila dikhawatirkan akan terjadi fraktur patologis maka terkadang dapat diatasi
dengan rekonstruksi graff tulang autologis dengan segera. Marsupialisasi biasanya dipilih
untuk kasus kista yang lebih besar dan untuk menanngani kista erupsi sehingga gigi yang
terlibat (biasanya gigi molar pertama atau kedua) bisa erupsi. Kista lateral (periodontal)
dienukleasi dengan tetap mempertahankan gigi vital didekatnya apabila memungkinkan.
Dengan perkecualian pada kista erupsi dan kista lateral, enukleasi dengan pengambilan gigi
yang terlibat biasanya merupakan pilihan untuk kista dentigerus yang lebih kecil (kurang
dari 2cm). Apabila dengan perlakuan enukleasi akan membahayakan struktur penting
disekitarnya maka alternatif lainnya dengan eksternalisasi atau fenetrasi untuk mengurangi
ukuran kista, kemudian dilakukan enukleasi.
Gambar 2.4: Rontgen foto kista dentigerus
Merupakan kista dentigerus yang terjadi pada jaringan lunak, dan biasanya terjadi
pada sekeliling gigi yang erupsi dan terletak didalam jaringan lunak yang terjadi diatas
tulang. Gambaran klinis kista erupsi didapatkan adanya pembekakan yang licin diatas gigi
yang sedang erupsi dan bisa mempuyai warna gingival yang normal atau kebiruan, tanpa
diikuti rasa nyeri kecuali jika terinfeksi, lunak dan fluktuatif, dan terkadang terdapat lebih
dari satu kista. Pada gambaran radiografis didapatkan bayangan lunak yang tidak melibatkan
tulang kecuali kripta terbuka yang terdilatasi.
Patogenesa kista erupsi mungkin sangat serupa dengan kista dentigerus, perbedaannya
bahwa gigi pada kasus kista erupsi lebih terpendam didalam jaringan lunak gingival daripada
didalam tulang. Belum diketahui faktor-faktor yang sebenarnya menghalangi erupsi ke dalam
jaringan lunak ini, tetapi adanya jaringan fibrosa yang sangat padat dapat bertanggung jawab.
Pada daerah yang tidak meradang dinding epitel khas berasal dari epitel enamel yang
berkurang yang terutama terdiri dari 2-3 lapisan epitel gepeng dengan beberapa fokus. Terapi
untuk kista erupsi dapat dilakukan marsupialisasi, dimana kubah kista di eksisi disertai
pemaparan mahkota gigi sehingga memungkinkan gigi tersebut dapat erupsi.
Kista primordial bisa tumbuh besar sebelum bermanifestasi secara klinis dan berbeda
dari kista rahang lainnya. terbentuk dari degenerasi kistik pada reticulum stelate sejak
embrional (dalam organ enamel). Gambaran klinis :
a. Kista primordial timbul pada umur dasawarsa kedua pada 40-50 persen kasus,
Didalam laboratorium, dinding kista primordial jarang diterima utuh kecuali bila
kistanya kecil. Biasanya dindingnya tipis, kolaps. Kista dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
berkeratinisasi teratur yang berlapis 5-8 lapisan.
Pengobatan kista primordial dengan bentukan lesi tunggal dengan garis luar sferis
bisa dilakukan enukleasi sempurna bila letak kista dapat dicapai secara keseluruhan.
Gambar 2.7: Rontgen foto yang menunjukkan kista primordial
Kista pada rahang yang dentigerus ataupun primordial dengan terbentuknya epitel
yang berkeratin, mempunyai sifat-sifat kistik dan neiplastik. Seperti pada kista yang lain,
kista keratotik tidak dapat dideteksi pada pemeriksaan intraoral. Meskipun demikian, kista ini
dapat menjadi besar dalam periode waktu yang relative cepat dibandingkan non-keratotik.
Kebanyakan kista keratotik adalah kista dentigerus, karena biasanya kista dentigerus
berlokasi pada mandibula yaitu pada regio gigi molar ketiga. Kista keratotik pada gambaran
radiologis tampak adanya daerah radiolusen satu atau dua area, disekitar mahkota gigi yang
tidak erupsi atau pada tulang alveolar yang tidak berhubungan dengan gigi. Kista ini bisa
menunjukkan gambaran yang cukup besar hingga didapat bentukan soap bubble, dan
multilokuler.
Kista keratotik ini cenderung untuk terus tumbuh dan meluas, oleh karena itu
perawatan dengan mengambil keseluruhan kista harus dilakukan dengan bersih, enukleasi
bisa diterapkan untuk pengambilan kista keratotik ini.
Kista alveolar timbul pada tempat pertemuan prosesus globilaris embrionik, prosesus
nasalis lateralis, dan prosesus maksilaris. Kista pada jaringan lunak yang terjadi ini
mempunyai penampakan sebagai suatu massa yang biasanya mengangkat ala nasi. Lesi ini
asimtometik komplet, tidak ada rasa sakit, kemerahan, demam, atau pada keadaan lain adanya
tanda inflamasi, terdapat produk abses dan terjadi pembekakan. Kista nasoalveolar dibatasi
oleh nonkeratotik skuamous stratifikasi epithelium, dan tidak ditemukan akan mengarah ke
neoplastik transformasi atau keratinisasi.
Kista ini dirawat dengan pendekatan peroral menggunakan flap semilunar yang
basisnya superior. Pertimbangan utama untuk melakukan perawatan kista nasoalveolar adalah
mempertahankan keutuhan dinding kista selama enukleasi, karena apabila robek akan
mengkibatkan kolaps sehingga sulit mengenali membran kista.
Gambar 2.11 : Penderita kista nasoalveolar dan rontgen foto dari bentukan kista
alveolar
Kista ini digambarkan sebagai kista fissural yang ditemui dalam tulang antara
insisivus dan kaninus maksila. Klinis didapat benjolan pada palatum, sehingga menyebabkan
palatumm akanb lebih dangkal, diastema antara gigi 2-3 rahang atas oleh karena distomi.
Gambaran radiologis didapat radiolusen berbatas tegas, yang sering menyebabkan akar
berdekatan divergen. Seperti buah pear terbalik, bagian lancip pada bagian dekat mahkota.
Pada bagian bawah berbentuk V dan dapat meluas ketulang interdental dan dapat mencapai
alveolar crest gigi tetangga yaitu insisiv dan kaninus tetap vital. Ini merupakan gejala klinis
yang spesifik utnuk menegakkan diagnosa dari kista tersebut. Pertumbuhan kista
globulomaksilaris ini cenderung lambat sekali, Mikroskopis, ditemukan epitel respiratori,
limposit, dan sel plasma.
Perawatan pada kista ini adalah enukleasi dan penutupan primer. Enukleasi ini mutlak
karena pada perawatan dengan marsupialisasi kista ini tidak mau mengecil, atau bila reaksi
pertumbuhan tulang pada mulanya baik, tapi pada suatu saat regenerasi tulang akan berhenti
dan rongga kista tidak mengecil lagi. Bila lesi sangat besar, ada baiknya dilakukan
marsupialisasi dulu untuk mengurangi tekanan kista dan memacu pertumbuhan tulang.
Kemudian bila regenerasi berhenti dilanjutkan dengan enukleasi.
Etiologi dari kista ini tidak jelas dan mempunyai tendensi untuk semakin membesar.
Biasanya oleh karena trauma atau proses lisis atau keluarnya gumpalan darah dari pembuluh
darah, atau adanya metabolism kalsium yang menyebabkan resorbsi pada tulang. Kista ini
tidak berdinding epitel dan sering tidak berisi dan terkadang berisi cairan jernih dan
bercampur darah, bisa berisi pus bila terkena radang pada kista. Kista ini lebih banyak
diderita pada penderita usia muda. Pada foto rontgen didapat radiolusen berbatas jelas yang
mendesak korteks.
Perawatan yang dilakukan untuk menghilangkan kista ini adalah dengan melakukan
eksplorasi kedalam rongga, ini dapat menentukan diagnosa dan membuat pendarahan dan
memacu penyembuhan dengan pembentukan tulang baru.