You are on page 1of 5

Energi Radiasi Matahari: Pemanfaatan Pada Pertanian, Perikanan, Bangunan dan Listrik

Ditulis oleh Haslizen Hoesin


Pendahuluan
Bila berbicara mengenai Radiasi Matahari, terdapat satu bagian didalamnya yang disebut Cahaya
Tampak. Berbicara mengrnai pengukuran, pengukuran radiasi matahari dengan cahaya tampak
(penerangan) satu dengan lain saling membatasi diri (terpisah) meskipun bersumbar sama. Ini
disebabkan daerah panjang gelobang yang diamati berbeda.
Oleh karena radiasi matahari dan cahaya tampak bersumber sama. Sangat beralasan bahwa bila
radiasi matahari diketahui maka penerangan alami siang hari dapat pula diketahui. Disadari atau
tidak, pemanfatanRadiasi Matahari sangat luas dalam kebidupan sehari-hari. Bila ditinjau dari
pengelompokan energi, energi radiasi matahari termasuk kepada energi terbarukan (renewable
energy).
Komponen Radiasi Matahari
Radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi terdiri dari tiga komponen, yaitu langsung,
baur dan Global. Radiasi global merupakan gabungan langsung dan baur. Radiasi langsung dapat
pula dibagi dua bentuk yaitu radiasi langsung normal dan horizontal. Radiasi langsung normal
dan horizontal digunakan bila memperkirakan radiasi pada permukaan datar, miring dan tegak.
Permukaan miring meliputi lereng bukit/gunung (pertanian dan perkebunan), plat penadah
miring (pengeringan, rumah kaca, pemanas air surya, panel sel surya, atap rumah dll.). Radisi
pada permukaan tegak bangunan (dinding). Radiasi pada permukaan datar di pertanian dan
perikanan (penguapan di hamparan sawah, bentangan kolam dan bendungan dll). Untuk
memperkirakan radiasi pada permukaan miring dan tegak, sudut kemiringan dan orientasi
permukaan merupakan factor penentu.
Pemanfaatan
Pemanfaatan Radiasi matahari dalam hidup dan kehidupan sangat luas. Bila berbicara mutu,
maka itu berbicara mengenai Spektral radiasi matahari. Bila spektral radiasi matahari buruk
intensitas radiasi matahari berkurang dipermukaan bumi, mutu kehidupan di bumi dipastikan
turun.Pada radiasi matahari yang dimanfaatkan adalah energi panas, sedangkan cahaya tampak
adalah penerangan. Pemanfaatan radiasi matahari dan cahaya tampak yang sangat dekat dengan
hidup dan kehidupan adalah pada sistem bangunan (Danugondho dan Aldy).Diantara sekian
banyak kemanfaatan energi panas radiasi matahari baik berupa radiasi langsung normal dan
horizontal, radiasi baur, pantul maupun global, yang paling dekat disekitar lingkungan tinggal
diantaranya: pengeringan, penguapan dan penghematan energi pada bangunan.
Pengeringan. Pengeringan hasil pertanian dan perikanan dengan radiasi matahari telah dikenal
sejak lama dalam kehidupan sehari-hari. Bila diketahui ketersediaan energi radiasi (jumlah dan
lama) maka dapat diperkirakan lama pengeringan dan ketebalan optimal sesuatu bahan, bila tak
mencukupi digunakan energi kovensional, jangan terbalik. Penetapan penggunaan pengeringan
dari radiasi matahari, menghemat pemakaian energi konfensional (listrik atau BBM), istilah
sekarang disebut hemat (efisiensi). Bila pengeringan menggunakan plat penadah energi matahari,
maka untuk mendapatkan energi panas yang optimal pada plat penadah tersebut, permukaannya
dimiringkan.
Penguapan. Penguapan akibat dari radiasi matahari adalah pada pembuatan garam. Bila
diketahui ketersediaan radiasi (jumlah dan lama) dapat ditentukan kedalaman air yang optimal
pada kolam garam sehingga diperoleh penguapan yang optimal. Pada kolam ikan, ketersediaan
radiasi menghangatkan air dan mengakibatkan penuapan. Aliran masukan air dan kehangatan air
pada kedalaman tertentu akan menghasilkan produksi kolam optimal. Pada pengairan pertanian,
bila diketahui ketersediaan radiasi matahari akan diperoleh laju penguapan dan kebutuhan air
untuk kedalaman tertentu. Perhitungan kedalaman air, menghasilkan pembagian air merata,
jangan terjadi air disuatu tempat melebih kedalaman tertentu ditempat lain kekeringan. Hasil
perhitungan ini akan diperoleh sistem pengairan yang optimal. Pada bendungan, laju penguapan
air akibat radiasi matahari diperlukan dalam menentukan persediaan dan distribusi air dimusim
kemarau. Dan lain-lain.
Bahan. Penetapan jenis, luas bahan, ketebalan untuk keperluan tertentu yang optimal
berdasarkan ketersediaan radiasi matahari (panas). Perhitungan ini akan terjadi efisiensi
penggunaan bahan.
Bangunan. Ketersediaan radiasi matahari pada bidang tegak lurus dan miring, untuk keperluan
konservasi energi (tataudara (AC) dan tatacahaya) dalam bangunan. Berikut terjadi penghematan
energi listrik.
Energi Listrik. Energi matahari dapat pula diubah menjadi energi listrik, menggunakan sel surya
(solar cel). Ketersediaan radiasi matahari dapat digunakan untuk memperkirakan luas dan
kemiringan yang optimal panel cel surya untuk mengasilkan energi listrik. Panel cel surya sangat
bermanfaat untuk daerah terpencil. berarti menghemat BBM. Persoalan sekarang, adakah sel
surya buatan para pakar Indonesia. Bila ada meskipun efisiensi panel sel surya rendah tidak
masalah, kerena dibuat sendiri. Bila dibuat sendiri, dapat dikembangkan sehingga diperoleh
efisiensi yang lebih baik setiap waktu.
Perkiraan radiasi matahari dipermukaan bumi untuk diubah kebentuk energi lain, dapat
digunakan model matematis (sederhana). Model matematis tersebut didasarkan model atmosfir
seperti yang dipaparkan berikut (dibawah) ini.
Model Atmosfir
Perkiraan ketersediaan radiasi matahari dapat dilakukan dengan berbagai cara, satu diantaranya
dengan model atmosfir. Model atmosfir pun banyak dirancang para pakar (Hoesin), diantaranya
Moon, Schuepp dan Rao dan Sesadri.
Pada paparan ini model yang dipakai adalah model Rao dan Sesadri. Model ini didasarkan pada
data langit biru bersih di daerah tropis (India) keadaan atmosfir teoritis dan radiasi matahari
normal (ICN). Keadaan baku tersebut atmosfir berisikan: 300 partikel debu, 2.5 mm Ozone dan
15 mm uap air dengan tekanan 760 mmHg.Berdasarkan model atmosfir Rao dan Sesadri
dirumuskan model matematis ketersediaan radiasi matahari dalam beberapa komponen (Hoesin).
Bilangan Kebeningan
Intensitas radiasi matahari di permukaan bumi, sangat dipengaruhi kandungan (kekeruhan) langit
(atmosfir). Model atmosfir yang dirumuskan Rao dan Sesadri dinyatakan sebagai atmosfir
keadaan langit bening yang sering dijumpai. Pada model atmosfir Rao dan Sesadri ini, Sharma
dan Pal menyatakan CN = 1.
Untuk keadaan lain, CN (0.00 spi 0,49) langit berawan atau mendung. CN (0,5 spi 0,69) langit
keruh, CN (0.7 spi 0.89) langit biru buram. CN (0.9 spi 1.09) langit biru, CN (1,1 spi 1,3) langit
biru sekali, CN diatas 1.3 sangat biru sekali, jarang dijumpai.
Di daerah khatulistiwa (Indonesia) untuk sementara harga-harga CN yang diusulkan Sharma dan
Pal disarankan dipakai.
Memperkirakan Radiasi Matahari di Permukaan Bumi
Bila ingin memperkirakan radiasi di permukaan bumi berdasarkan ketinggian matahari. Radiasi
surya dapat dibedakan atas Radiasi Matahari Normal, Radiasi Matahari Langsung, Baur (diffuse)
dan Global.Pengertian Komponen Radiasi Matahari.
Radiasi matahari yang paling banyak diukur pada permukaan datar (horizontal) disebut radiasi
global horizontal. Radiasi Global horizontal adalah gabungan radiasi langsung dan baur di
permukaan horizontal. Radiasi matahari langsung adalah radiasi yang langsung diterima
permukaan dari Surya (matahari itu sendiri). Radiasi baur adalah radiasi yang sampai
dipermukaan akibat dihamburkan berbagai partikel di Atmosfir. Radiasi baur sering juga disebur
radiasi langit. (Liu and Jordan, Sharma and Pal). Model matematis untuk komponen radiasi
langsung dan baur telah banyak dirumuskan untuk keadaan langit baku ataupun sembarang.
Model matematis Radiasi Matahari Normal (ICN) pada atmosfir baku.
ICN = [AC Sin(te)]/[Sin(te) + BC] …… (1)
dengan te adalah sudut ketinggian surya.
Model matematis Radiasi Langsung pada permukaan datar horizontal (IDH)
IDH = IDN Sin(te) ……(2)
Radiasi Langsung pada permukaan tegak (vertical) (IDV)
IDV = IDN Sin(te) x Cos(AP – A0) ……(3)
dengan Ap azimut permukaan terhadap utara sebenarnya (deg) dan A0 azimut surya terhadap
utara sebenarnya (deg).
Radiasi langit (baur) pada permukaan datar (horizontal) (Idh)
Secara teoritis persamaannya cukup rumit, karena banyak factor/keadaan (kandungan) atmosfir.
Bila berdasarkan data pengukuran (empiris), Parmele mengusulkan berbentuk hubungan linier
yaitu
Idh = X – Y IDH ……(4)
dengan X dan Y adalah konstanta yang bervariasi mengikuti ketinggian surya.
Radiasi global horizontal IGH merupakan gabungan dari langsung dan baur.
IGH = k1 Sin(te) + k2 IDN Sin(te) ……. (5)
dengan k1 dan k2 konstanta.
Radiasi Matahari Normal
Pada keadaan atmosfir standar Rao dan Sesadri, Sharma dan Pal mengusulkan model matematis
radiasi matahari normal (ICN). Bila persamaan (1) dalam satuan Wm-2. maka AC = 1285.4 dan
BC = 0.3135.
Maka ICN = [1285.4 Sin(te)]/[ Sin(te) + 0.3135] ……(6)
ICN dalam satuan Wm-2
Karena radiasi matahari melintasi atmosfir bumi, maka selama melitasi akan terjadi pengurangan
(hamburan dan penyerapan). Pengurangan ini disebut faktor transmisi atau koefisien tansmisi.
Koefisien atau faktor transmisi ini Sharma dan Pal menyatakan sebagai Bilangan Kebeningan
Atmosfir (clearness number-CN).
Untuk keadaan atmosfir (langit) sembarang, Bilangan Kebeningan atmosfir CN didefinisikan
sebagai perbandingan antara Radiasi Matahari Normal di Permukaan Bumi (IDN) dengan ICN,
maka berlaku CN = IDN/ICN dalam bentuk lain IDN = CN ICN, maka
IDN = [1285.4 Sin(te)]/[Sin(te) + 0.3135] CN ……(7)
Radiasi matahari pada permukaan Horizontal
Bila berdasarkan atmosfir baku maka persamaan radiasi matahari dalam bentuk yang sederhana
yang dirumuslan Sharma dan Pal, diperoleh model matematis (Hoesin) sebagaimana pemaparan
dibawah ini.
Radiasi Matahari langsung pada permukaan horizontal IDH adalah sebagai berikut
IDH = {[(1285,4 Sin(te))] x Sin (te)}/[0.3135 + Sin(te)]} x CN ……(8)
Radiasi Matahari langit (baur) pada permukaan datar Idh sebagai berikut
Idh = [494,0 Sin(te)] – {[490,12302 Sin(te) x Sin(te)]/[0,3135 + Sin(te)]} x CN ……(9)
Radiasi matahari global horizontal IGH pada permukaan datarIGH = [494,0 Sin(te)] +
{[795,27689 Sin(te) x Sin(te)]/[0,3135 + Sin(te)]} x CN ……(10)
Radiasi Matahari pada permukaan Tegak (Vertikal)
Radiasi Matahari langsung pada permukaan tegak, di permukaan sembarang dilambangkan
dengan IDV adalah sebagai berikut
IDV = {[(1285,4 Sin(te))] x Sin (te) x Cos(Ap – A0)}/[0.3135 + Sin(te)]} x CN ……(11)
Radiasi langit pada permukaan tegak orientasi sembarang Idv sebagai berikut
Idv = Idh x KL…….(12)
dengan KL disebut komponen langit. KL = Cos(te)
Radiasi Pantul Terhadap Permukaan Tegak
Radiasi pantul oleh permukaan lain terhadap permukaan tegak IRV
IRV = 0.5 A IGH …….. (13)
dengan A adalah albedo permukaan sekitarRadiasi total yang diterima permukaan tegak ITV
orientasi sembarang
ITV = IDV + Idv + IRV ……….(14)
Radisi Pantul Oleh Permukaan
Radiasi pantul adalah radiasi yang dipantulkan permukan IRS ditentukan oleh sudut kemiringan
permukaan (S) maka:
IRS = IGH x A x ½ [1 – cos(S)] …….. (15)
dengan A, albedo permukaan
Rariasi Matahari Pada Permukaan Miring
Berbicara mengenai pemanfaatan radiasi matahari pada permukaan miring, berarti melibatkan
radiasi pantul. Radiasi pantul sangat ditentukan oleh pantulan permukaan dan keadaan
permukaan lingkungan sekitar yang sering disebut albedo.
Sebagaimana dipaparkan diatas bahwa radiasi pada permukaan miring sangat banyak
pemanfaatanya. dalam berbagai bidang. Memperkirakan radiasi matahari pada berbagai
kemiringan permukaan, untuk berbagai kegunaan dipengaruhi oleh ketinggian surya (waktu).
Persamaan tersebut dilengkapi dengan selain fungsi ketinggian matahari juga sudut kemiringan
dan orientasi (azimut) permukaan.
Radiasi langsung pada permukaan miring IDS adalah sebagai berikut
IDS = IDN [sin(te) Cos(S) + Cos(te) Sin(S) Cos(A0 – Ap)] ……(16)
dengan S sudut kemiringan permukaan terhadap horizontal.
Radiasi baur Ids adalah sebagai berikut
Ids = Idh x [1 – Cos(S)]/2 = Idh Cos(kdt)(S/2)]……(17)
dengan kdt adalah kuadrat atau pangkat 2
Memperkirakan radiasi global pada permukaan miring (Duffie and Beckman) dapat dihitung
dengan beberapa cara, tergantung pada pendekantan atau data yang tersedia, dapat melalui
pendekatan radiasi global atau radiasi normal.
Menggunakan radiasi global gorizontal IGH
IGS = (IGH – Idh) R + Idh Cos(kdt)(S/2) + AIGH Sin(kdt)(S/2) …… (18)
denganR = [Cos(L – S) Cos(dkl) Cos(sdj) + Sin(L – S) Sin(dkl)]/ [CosL Cos(dkl) Cos(sdj) +
SinL SinS] ……(19)
dengan L lintang (positif arah utara), dkl deklinasi surya, sdj sudut jam matahari (nol pada saat
matahari dipuncaknya).
Menggunakan radiasi normal IDN
IGS = IDN Sin(te) R + Idh Cos(kdt)(S/2) + A IGH Sin(kdt)(S/2) ……(20)
dengan Cos(kdt)(S/2) = (1 – CosS)/2 dan Sin(kdt)(S/2) = (1 – SinS)/2
Hubungan Radiasi Matahari Dengan Penerangan Alami
Sebagaimana dipaparkan diatas, bahwa pengukuran radiasi matahari dengan penerangan Alami
Siang Hari dilakukan satu dengan lain saling membatasi diri (terpisah). Berdasar pemikiran
bahwa bersumber sama, sangat beralasan bahwa, bila radiasi matahari diketahui maka
penerangan alami siang hari dapat pula diketahui.
Hubungan radiasi dengan penerangan ditunjukkan oleh kadar penerangan (luminous efficacy).
Kadar penerangan (K) didefinisikan sebagai perbandingan antara iluminasi normal (EDN)
terhadap radiasi matahari normal (IDN), sering juga disebut faktor. Numan menyatakan
hubungan tersebut sebagai berikut:EDN = KS IDN lux …….. (21)
dengan Ks disebut factor kadar penerangan.
Paparan lebih lanjut tentang penerangan alami siang hari, baca Cahaya Tampak:
“Photosynthesis” Dan Penghematan Energi, pada kategori Barukan hematkan “Energi”.
Penutup
Bila merancang untuk berbagai kegunaan dan keadaan permukaan baik itu untuk pertanian,
pengairan, perikanan, bangunan dan perkotaan, pemahaman terhadap energi radiasi matahari
maupun penerangan alami sangat diperlukan. Bentuk-bentuk perkiraan itu berupa model
matematis, karena berkait dengan hitung-menghitung optimalisasi dan efisiensi energi buatan.

You might also like