You are on page 1of 28

TERAPI OKSIGEN & DEFIBRILATOR

Oleh : Ery Indriyana


Terapi Oksigen

 Pengantar
 Terapi Oksigen
 Indikasi Terapi Oksigen
 Kontraindikasi Terapi Oksigen
 Metode Pemberian Oksigen
 Tabel
Pengantar

 Oksigen  substansi yg sgt penting dlm kehidupan


manusia & mahluk hidup lainnya
 Oksigen diperlukan untuk pernapasan normal
oganisme aerobik
 Oksigen  50% komponen penyusun planet bumi,
21% komponen udara, 89% komponen air.
Terapi Oksigen
Pengertian Terapi Oksigen :
 Memberikan gas lebih dari 20% pada tekanan
atmosfer, sehingga konsentrasi O2 dalam darah
meningkat.
Tujuan Terapi Oksigen :
 Mengatasi keadaan hipoksemia
 Menurunkan kerja nafas
 Menurunkan kerja miokrad
 Mengoptimalkan oksigenasi jaringan
 Meminimalkan asidosis respitorik
 Mendapatkan PaO2 > 90mmHg atau sat O2 > 90%
Indikasi Terapi Oksigen
1. Terapi oksigen jangka pendek :
 Hipoksemia akut (PaO2 <60mmHg; SaO2 <90%)
 Cardiac arrest dan respiratory arrest
 Hipotensi (TD sistolik <100 mmHg)

 Curah jantung rendah dan asidosis metabolik (bikarbonat <18


mmol/L)
 Respiratory distress (frek napas >24x/menit)
2. Terapi oksigen jangka panjang :
 Pemberian oksigen secara kontinyu
 PaO2 istirahat <55mmHg atau saturasi O2 <88%
 PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau saturasi O2 89% pada salah satu
keadaan:
 Edema karena CHF
 P pulmonal pada pemeriksaan EKG (gel P >3mm pd lead II, III, aVF)
 Eritrosemia (hematokrit >56%)

 Pemberian Oksigen tidak kontinyu


- Selama latihan : PaO2 <55mmHg atau sat O2 <88%
- Selama tidur : PaO2 <55mmHg atau sat O2 <88%dg komplikasi seperti
hipertensi pulmoner, somnolen dan aritmia.
Kontraindikasi Terapi Oksigen
Suplementasi oksigen tidak direkomendasikan pada :
 Pasien dengan keterbatasan jalan napas yg berat dengan
keluhan utama dispneu, tapi dengan PaO2 >60mmHg dan
tidak mempunyai hipoksia kronis.
 Pasien yang meneruskan merokok  kemungkinan progno
sis buruk dan dapat meningkatkan risiko kebakaran.
 Pasien yg tidak dapat menerima terapi adekuat.
Metode Pemberian Oksigen

 Sistem Aliran Rendah (Variable Performance).

 Sistem Aliran Tinggi (Fixed Performance).


Sistem Aliran Rendah (Variable Performance)
 Sistem Aliran Rendah, konsentrasi rendah untuk pasien
yang memerlukan O2, tapi pola pernafasan masih normal.
 Terdiri dari : katheter nasal, kanula nasal, sistem aliran
rendah konsentrasi tinggi.
Katheter Nasal
Aliran 1-3 lt/mt dengan konsentrasi 24-32%

 Keuntungan :
 Pemberian O2 stabil
 Pasien bebas bergerak, murah dan nyaman
 Kerugian :
 Teknik pemasangan lebih sulit
 Dapat terjadi iritasi selaput lendir
 Dapat terjadi distensi lambung
Kanula Nasal
Aliran 1-6 lt/mt dengan konsentrasi 24-44%

 Keuntungan :
 Pemberian O2 stabil
 Mudah dalam pemasangan
 Pasien bebas bergerak dan lebih nyaman
 Kerugian :
 Suplai O2 berkurang, bila pasien bernafas lewat mulut
 Mudah lepas
Sistem Aliran Rendah Konsentrasi Tinggi

1. Sungkup muka sederhana, aliran O2 5-8lt/mt dengan kon-


sentrasi 40-60%.
 Keuntungan :
 Konsentrasi O2 lebih dari katheter nasal/ kanula nasal.
 Kerugian :
 Dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
2. Sungkup muka dengan kantong rebreathing, aliran
6-10lt/mt dengan konsentrasi 60-80%.
 Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi.
 Jadi saat inspirasi pasien menghisap kembali 1/3 gas ekspirasinya.

3. Sungkup muka dengan kantong non re-breathing, aliran


8-12lt/mt konsentrasi 80-100%.
 Keuntungan
 Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
 Kerugian
 Lembab
 Pasien tidak dapat makan, minum, dan berbicara
 Dapat terjadi aspirasi bila pasien muntah
Sistem aliran tinggi (Fixed Performance)
1. Sistem Aliran Tinggi, konsentrasi rendah.
 Sungkup Venturi :
 Konsentrasi O2 dapat dikendalikan.
 Oksigen diberikan antara 24-40% , dengan aliran 4-
8 lt/mt dan 45-50% dengan aliran 10-12 lt/mt.

2. Sistem Aliran Tinggi, konsentrasi tinggi


 Sungkup CPAP
 Nasal CPAP :
 Pemberian O2 dengan sedikit tekanan positif
kontinyu, selama siklus pernafasan.
 Untuk mencegah sleep apneu (Apneu tidur
obstruktif.
Tabel
Tabel pemberian terapi oksigen berdasarkan aliran dan konsentrasi oksigen
Tabel pemberian terapi oksigen berdasarkan aliran nilai saturasi oksigen

Nilai Saturasi Oksigen Arti Klinis Pemberian Terapi Oksigen

95 – 100% dalam batas normal O₂ 4lt/mt kanula nasal


90 - < 95% Hipoksia ringan sampai Sungkup muka sederhana
sedang

85% - < 90% Hipoksia sedang sampai Sungkup muka dengan


berat reservoir O₂
Ventilasi dibantu
<85% Hipoksia berat yang Ventilasi dibantu
mengancam nyawa
Defibrilator

 Definisi Defribilator
 Tujuan Defribilator
 Defibrilasi
 Kardioversi
Defibrilator

Suatu alat yang dapat menghasilkan kejutan arus searah yang


terkontrol pada pasien untuk menghentikan berbagai macam
Takhiaritmia, disebut juga DC shock (Direct Current shock).
Tujuan Defibrilator

Digunakan untuk:
 Defibrilasi
 Kardioversi
Defibrilasi
Suatu metode pengobatan yang menggunakan aliran listrik
dalam waktu yang singkat secara asinkron.

Indikasi
 VF (Ventrikel Fibrilasi)
 VT (Ventrikel Takhikardi),tidak ada nadi
 VT Polymorpic, tidak ada nadi
Alat yang digunakan
1. Defibrilator
2. Paddle
3. Jeli

Energi
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan me-
nggunakan monophasic defibrilator, jika menggunakan biphasic
defibrilator energi yang diperlukan berkisar 120 – 200 joule.
Prosedur Defibrilasi
1. Nyalakan Defibrilator.
2. Tentukan energi yang diperlukan dengan cara memutar
atau menggeser tombol energi.
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan
pada apex jantung dan paddle sternum diletakkan pada
garis sternal kanan dibawah klavikula.
5. Isi (charge) energi.
6. Jika energi sudah penuh, beri aba – aba deng suara keras
dan jelas agar tidak ada lagi anggota tim yang masih ada
kontak dengan pasien atau korban termasuk operator
defibrilator, contoh :
“energi siap”, “saya siap”, “tim lain siap”
7. Kaji ulang layar monitor defibrilator
 Pastikan irama masih VF/VT
 Bila VT, cek nadi ada/tidak
 Pastikan energi sesuai yang diset
 Pastikan modus yang dipakai sinkron / asinkron

8. Jika semua benar , berikan energi tersebut dengan cara


menekan kedua tombol dicharge pada kedua paddle.
9. Pastikan paddle menempel dengan baik, pada dada pasien
(beban tekanan pada dada kira – kira 10kg).
10. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah /
tetap sama seperti sebelumnya, jika berubah cek nadi untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah
lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survei kedua.
Kardioversi
Suatu metode pengobatan yang menggunakan aliran listrik
dalam waktu yang singkat secara sikron.

Indikasi
 Ventrikel Tatikardi
 Supra Ventrikel Tatikardi
 Atrial Flutter
 Atrial Fibrilasi
Alat yang digunakan
1. Defibrilator yang mempunyai modus sinkron
2. Paddle
3. Jeli
4. Troli emergensi terutama alat bantu nafas
5. Obat – obat analgetik dan sedatif
6. Elektrode EKG

Energi
Enerji awal untuk SVT dan Atrial Flutter adalah 50 joule, apabila
tidak berhasil enerji dapat dinaikan menjadi 100 joule, 200 joule
300 joule dan 360 joule.
Prosedur Kardioversi
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan defibrilasi
yang membedakan di kardioversi pasien perlu diberikan obat
se
dasi dengan atau tanpa analgetik.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tindakan Defibrilasi dan
Kardioversi
 Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin, karena permulaan henti jantung VF,
yang menggambarkan jantung berhenti memompa darah.
 Pada Kardioversi saat menekan tombol discharge, harus ditekan agak lama,
karena menggunakan modul sinkron jika tidak dapat menangkap gel QRS energi
tidak keluar.
 Pastikan pasien dan keluarga mengerti prosedur yang dilakukan.
 Jauhkan barang-barang yang terbuat dari metal dan air disekitar pasien.
 Lepaskan gigi palsu atau protesa lain yang dikenakan pasien untuk mencegah
obstruksi jalan nafas.
 Ukuran paddle yang dianjurkan, dewasa 8,5-12cm,anak-anak 4,5-4,8 cm.
 Letak paddle pada saat defibrilasi/kardioversi pada posisi yang tepat.
 Pemberian jelly pada paddle tidak boleh berlebihan/melintasi kulit pasien,karena
dapat menimbulkan arus pendek.
 Monitoring pasien setelah tindakan (kesadaran pasien, tanda vital, EKG, kaji
apakah ada kulit yang terbakar monitor elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
Titi Nurhayati,2010,Therapi Listrik(Makalah Inhouse Training
Icu 2010)
Alfried Nicholas.S,2010,Therapi Oksigen (makalah Inhouse
Training Icu 2010)
Heni Rokhaeni,SMIP,CCRN,Elly Purnamasari
SKP,CVRN,2001,Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler.
Dr Anna Ulfah Rahayoe,SPJP,edisi 2,2010,Buku Panduan
Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut,ACLS Indonesia
http://perawatgawatdarurat.blogspot.com/Terapi Listrik
(Defibrilasi)

You might also like