Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur besar yaitu kelenjar parotis,
kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar parotis merupakan
kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan procesus
mastoideus dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang ditemukan.
Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya jenis
derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas seiring dengan
bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan
usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan
satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas
(Adams, 1997).
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar parotis. Dari tiap 5
tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur
kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya
perbedaan geografik dan suku bangsa pada orang Eskimo tumor ini lebih sering
ditemukan dengan penyebab yang belum diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga
sebagai faktor etiologi (Gregory, 2003).
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya
lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya pada 10-29%
pasien dengan keganasan pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik
mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi akibat dari keganasan itu sendiri.
Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi menggunakan
jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi. Pemeriksaan radiologi
menggunakan CT-Scan dan MRI sangat membantu menegakkan diagnosis. Untuk
tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radioterapi menghasilkan tingkat
kesembuhan sekitar 50% bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi (Gregory,
2003).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. TUMOR PAROTIS
1. Definisi
Tumor didefinisikan sebagai massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan
berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan
tetap tumbuh secara berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan
perubahan tersebut berhenti (Robbins; Kumar, 1995).
2. Etiologi
Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai
adanya keterlibatan faktor lingkungan dan factor genetic.Paparan radiasi
dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan tumor ganas karsinoma
mukoepidermoid.Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu faktor
pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenjar liur.Kelainan genetik,
misalnya monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya
tumor kelenjar liur.
3. Klasifikasi
a. Tumor jinak
1) Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):
Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering
terjadi pada kelenjar parotis.Dinamakan pleomorfik karena
terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat.Pertumbuhan tumor
ini lambat, berbentuk bulat, dan konsistensinya lunak.Secara
histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka
ragam.biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau
seperti pulau-pulau dari spindel atau stellata. Penatalaksanaanya
yaitu eksisi bedah dari kelenjar yang terkena
2) Warthin's tumor (cth kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma
kistik papiler)
Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki
kapsul apabila terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista
multipel.Histologi Warthin's tumor yaitu memiliki stroma limfoid
dan sel epitelial asini.Perubahan menjadi ganas tidak pernah
dilaporkan.Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.
3) Papiloma intraduktal
Berbentuk kecil, lunak dan biasanya ditemukan pada lapisan
submukosa.Gambaran mikroskopiknya tampak dilatasi kistik
duktus parsial dengan epitel kuboid.Sangat jarang terjadi pada
kelenjar minor.
4) Oxyphil adenoma (oncosistoma)
Sangat jarang ditemukan, lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria dengan ratio 2:1.Diameternya kecil (< 5 cm),
pertumbuhannya lambat dan berbentuk sferis.dapat terjadi rekurens
jika eksisi tumor tidak komplit.
4. Patofisiolofogi
a. Teori multiseluler: teori ini
menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari diferensiasi sel-sel
matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari sel-
sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed
tumor berasal darisel-sel duktus interkalated dan mioepitelial,
squamous dan mukoepidermoid karsinoma berasal dari sel-sel duktus
ekskretori.
b. Teori biseluler: teori ini
menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan duktus
interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus
interkalated dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous,
karsinoma adenoid kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin's
tumor. sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius menimbulkan
terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid karsinoma.
5. Insidensi
Setiap tahunnya ditemukan 2500 kasus baru tumor glandula salivatorius
dan 80 % kasus merupakan tumor glandula parotis. Adanya massa di
kelenjar parotis, 75 % merupakan tumor sedangkan 25 % sisanya disebabkan
oleh proses non neoplasma infiltrative, seperti kista dan inflamasi. Pada
tumor parotis, 70 sampai dengan 80 % kasus merupakan kasus benigna.
Tumor parotis paling banyak ditemukan pada bangsa kulit putih (Sanford,
2010).
b. Tanda
Pada tumor benigna benjolan bisa digerakkan, soliter, dan keras
(Dubner, 2010). Namun, pada pemeriksaan tumor maligna diperoleh
benjolan yang terfiksasi , konsistensi keras, dan cepat bertambah besar
(Wong, 2010).
2) Pemeriksaan fisik
a.) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :
Penampilan (Karnofski / WHO)
Keadaan umum
Adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala,
toraks, abdomen, ekstremitas,vertebra, pelvis
Apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh
(paru, tulang tengkorak, dll)
b.) Satus lokal
Inspeksi (termasuk inraoral, adakah pedesakan
tonsil/uvula)
Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk menilai
konsistensi, permukaan, mobilitas terhadap jaringan
sekitar)
Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII
USG
USG pada pemeriksaan penunjang berguna untuk evaluasi
kelainan vaskuler dan pembesaran jaringan lunak dari leher dan
wajah, termasuk kelenjar saliva dan kelenjar limfe. Cara ini
ideal untuk membedakan massa yang padat dan kistik. Kerugian
USG pada daerah kepala dan leher adalah penggunaannya
terbatas hanya pada struktur superficial karena tulang akan
mengabsopsi gelombang suara.
Warthin tumor of the right parotid gland: The above sonographic images of the
right parotid gland show an obvious well defined, hypoechoic mass within the middle
third of the gland in this middle aged male. Measuring 2.7 x 1.8 cms., the mass shows
mild posterior acoustic enhancement (a feature of pleomorphic adenoma). Power
Doppler image shows few vessels within the mass.
CT Scan
Gambaran CT tumor parotis adalah suatu penampang yang
tajam dan pada dasarnya mengelilingi lesi homogen yang
mempunyai suatu kepadatan yang lebih tinggi dibanding
glandular tisssue. Tumor mempunyai intensitas yang lebih besar
ke area terang (intermediate brightness. Foci dengan intensitas
signal rendah (area gelap/radiolusen) biasanya menunjukkan
area fibrosis atau kalsifikasi distropik. Kalsifikasi ditunjukkan
dengan tanda kosong (signal void) pada neoplasma parotid
sebagai tanda diagnosa (Newman, 2005)
Pemeriksaan radiografi CT dan MRI berguna untuk
membantu menegakkan diagnosa pada penderita tumor parotid.
Dengan CTI, deteksi tumor 77% pada bidang aksial dan 90%
pada bidang aksial dengan CE CT.
Pemeriksaan Tumor parotis dengan CTI oleh radiolog untuk
mengetahui lokasi dan besar tumor, deteksi lesi, batas tumor,
batas lesi, aspek lesi, kontras antara lesi dengan jaringan
sekitarnya, gambaran intensitas dari lesi, keberhasilan
pemakaian medium kontras, aspek lesi setelah injeksi medium
kontras, deteksi kapsul nya dan resorpsi tulang yang terjadi di
sekitar lesi tersebut (Sjamsuhidayat, 1997).
Deteksi lesi dapat diklasifikasikan menjadi positif atau
negatif. Pinggir lesi dapat diklasifikasikan menjadi kurang jelas
atau semuanya jelas. Batas lesi dapat diklasifikasikan menjadi
halus atau berlobus. Aspek lesi dapat diklasifikasikan menjadi
homogen atau tidak homogen. Kontras antara lesi dengan
jaringan sekitarnya dapat diklasifikasikan menjadi tinggi atau
rendah. Gambaran intensitas dari lesi dengan otot disebelah lesi
diklasifikasikan kedalam empat kelompok: tinggi, intrermediet,
rendah, atau gabungan tinggi dengan rendah. Aspek lesi
terhadap injeksi medium kontras diklasifikasikan menjadi
homogen, tidak homogen dan perifer. Deteksi kapsulnya dan
resorpsi tulang diklasifikasikan menjadi positif atau negatif.
(Sonis, 2003)
MRI
Pemeriksaan MRI bisa membantu untuk membedakan massa
parotis yang bersifat benigna atau maligna. Pada massa parotis
benigna, lesi biasanya memiliki tepi yang halus dengan garis
kapsul yang kaku. Namun demikian, pada lesi malignansi
dengan grade rendah terkadang mempunyai pseudokapsul dan
memiliki gambaran radiografi seperti lesi benigna. Lesi
malignansi dengan grade tinggi memiliki tepi dengan gambaran
infiltrasi.
b) Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine,
SGOT/SGPT, alkali fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin,
serum elektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan umum dan
persiapan operasi
c) Pemeriksaan Patologi
FNA
Belum merupakan pemeriksaan baku.Pemeriksaan ini harus
ditunjang oleh ahli sitopatologi handal yang khusus menekuni
pemeriksaan kelenjar liur.
Biopsi insisional
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.
Biopsi eksisional
Pada tumor parotis yang operabel dilakukan parotidektomi
superfisial
Pada tumor submandibula yang operabel dilakukan eksisi
submandibula
Pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang
operabel dilakukan eksisi luas ( minimal 1 cm dari batas
tumor)
Pemeriksaan potong beku
Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi
eksisional.
Pemeriksaan spesimen operasi
8. Diagnosis Banding
a. Inflamasi:
1) Abses/sellulitis/reactive adenopathy
2) Benign lymphoepithelialcysts (AIDS)
3) Autoimun/Sjogren syndrome
b. Benign tumor :
1) Benign mixed tumor (pleomorphic adenoma)
2) Warthin tumor
3) Lipoma
c. Malignansi :
1) Mucoepidermoid carcinoma
2) Adenoid cystic carcinoma;
3) Non-Hodgkin lymphoma
4) Malignant mixed tumor;
5) Lainnya: acinar cell carcinoma, adenocarcinoma, squamouscell
carcinoma
d. Metastasis:
1) Skin squamous cell carcinoma or melanoma
2) Breast orlung carcinoma
3) Nodal non-Hodgkin lymphoma
9. Penatalaksanaan
Pengobatan tumor parotisadalah multidisipliner termasuk bedah,
neurologi, radiologi diagnostic dan inventersional, onkologi dan patologi.
Factor tumor dan pasien harus diperhitungkan termasuk keparahannya,
besarnya tumor, tingkat morbiditas serta availabilitas tenaga ahli dalam
bedah, radioterapi dan khemoterapi.
a. Tumor operable
1) Terapi utama
Terapi utama pada tumor parotis yang operable adalah
pembedahan, dapat berupa:
a. Parotidektomi superfisial, dilakukan pada tumor jinak
parotis lobus superfisialis.
b. Parotidektomi total, dilakukan pada :
i. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi
ekstraparenkim dan n.VII
ii. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus
c. Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada tumor ganas
parotis yang sudah ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII
d. Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan bila terdapat
metastase kelenjar getah bening leher yang masih operabel
(Espat , 2001).
2) Terapi tambahan
Terapi tambahan berupa radioterapi pasca bedah dan diberikan
pada tumor ganas dengan kriteria :
a. High grade malignancy
b. Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
c. Tumor menempel pada syaraf (n.fasialis, n.lingualis,
n.hipoglosus, n. asesorius )
d. Setiap T3,T4
e. Karsinoma residif
f. Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan
untuk memberikan penyembuhan luka operasi yang adekuat,
terutama bila telah dikerjakan alih tandur syaraf.
- Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi
meliputi bekas insisi sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.
- Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada
T3,T4, atau high grade malignancy(Anil, 2004).
b. Tumor inoperabel
1) Terapi utama
Radioterapi : 65 – 70 Gy dalam 7-8 minggu
2) Terapi tambahan
Kemoterapi :
a) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,
adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell
carcinoma)
adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
diulang tiap
5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1 3minggu
sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
(Anil, 2004).
Bagan Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N) Secara Klinis Negatif
Parotidektomi superfisial
Potong beku
Jinak Ganas
Potong beku
Stop RND
10. Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology,
perluasan local dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher.Jika
sebelum penanganan tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka
prognosisnya lebih buruk.Untuk tumor maligna, pengobatan dengan eksisi
dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada
keganasan dengan derajat tertinggi.Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%,
namun hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya (Lee, 2003)
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Anil K. 2004. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head & Neck
Surgery. USA : Mc Graw Hill.
Lee K.J. 2003. Essential Otolaryngology-Head & Neck surgery ed.8 .Connecticut :
McGraw-Hill.
Espat J, Carew JF, Shah JP. 2001. Cancer of Head and Neck. Dalam : Bland KI,
Daly JM. Surgical Oncology-Contemporary Priciples and Practice. New
York : Mc Graw-Hill Companies,Inc.
HarnsbergerH.R., Osborn A.G. 1991. Differential Diagnosis of Head and Neck
Lesions Based on Their Space of Origin.AJR 157:147-154.
Joe V.Q., Westesson P.L. 1994. Tumors of the Parotid Gland: MR Imaging
Characteristics of Various Histologic Types. AJR163:433-438
Peraboi. 2003. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Air Liur.
Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6.
Jakarta : EGC, 1997: 305-319.
Gregory Masters, Bruce Brockstein. Dalam :Head and Neck Cancer. USA: Kluwer
Academic Publishers,2003: 158-161.
Beers MH, Porter RS. Dalam: Merck Manual of Diagnosis and Theraphy,
Ver.10.2.3. USA: Merck Research Laboratories,2007.
Susan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical
Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518.
Grays Anatomy:The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier, 2005:
515-518