You are on page 1of 2

Nama : Joan Gladies Laoh

NIM : 0717150009
Jurusan : Pendidikan Agama Kristen
Semester : VI (enam)
Mt. Kuliah : Oikumenika
Dosen : Dra. Magdalena Rundengan, M.Th., M.Miss.

Oikumene di Indonesia

Ada lima jenis pengaruh yang nyata dalam sejarah pembentukan Dewan Gereja-gereja
di Indonesia, yang dalam hal ini dikemukakan oleh Dr. T. B. Simatupang (Duapuluh lima tahun
DGI), yakni Alkitab (Yoh 17:21) dan Pengakuan Iman, Nasionalisme di Indonesia menjelang
Perang Dunia Kedua, pengalaman Pemuda Kristen (Perhimpunan Mahasiswa-Mahasiswa
Kristen) dan pada Sekolah Theologia Tinggi (sekarang Sekolah Tinggi Theologia) di Jakarta,
pengalaman pada masa Jepang, serta pengaruh gerakan oikumenis dari luar dan pengaruh tokoh-
tokoh di kalangan pekabaran Injil.
Usaha kerjasama di kalangan pekabaran Injil mulai di Indonesia dengan pembentukan
zendingconsulaat (Perwakilan Pekabaran Injil) pada tahun 1906. Walaupun Zendingconsulaat
bukan wadah oikumenis (sebab tidak bertujuan untuk membentuk gereja yang esa) namun perlu
disadari bahwa para zendingconsulaat sangat mendorong usaha-usaha yang memajukan gerakan
oikmenis di Indonesia. Kemudian pembentukan perkumpulan-perkumpulan Kristen seperti
Perhimpunan Wanita Muda Kristen dan Perhimpunan Mahasisa-mahasiswa Kristen, yang dalam
hal ini berasal dari latar belakang serta pengalaman studi yang berbeda-beda, dapat bertemu dan
bersama-sama mengalami pengaruh gerakan oikumenis. Diharapkan bahwa mereka nanti, ketika
menjadi pemimpin-pemimpin gereja mereka masing-masing, tetap dipengaruhi oleh pengalaman
studi bersama.
Dorongan yang lebih langsung untuk gerakan oikumenis di Indonesia yang bermuara
pada pembentukan DGI pada tahun 1950, datang dari konferensi IMC yang ketiga di Tambaran
pada tahun 1938. Di sana sembilan orang Indonesia hadir. Mereka menerima penjelasan
mengenai perkembangan pembentukan suatu dewan gereja-gereja sedunia yang sedang
diusahakan. Itu semua menjadi dorongan untuk memikirkan kerjasama oikumenis di Indonesia
yang lebih konkret. dari sejaraj oikumene di Indonesia menjelang Perang Dunia Kedua, maka
jelas bahwa peranan pekabaran Injil, khususnya melalui zendingconsulaat dan IMC cukup
penting dalam perjalanan pembentukan DGI. Sekaligus jelas bahwa usaha-usaha untuk
membentuk DGD turut berpengaruh, sebab memberi semangat untuk mengusahakan suatu
dewan yang sama di Indonesia.
Demikian halnya dalam pengalaman bersama pada masa Jepang, di mana dalam hal ini
pendeta-pendeta Jepang yang turut mengambil bagian. Mereka tidak hanya melaksanakan apa
yang diperintahkan atasan mereka, tetapi juga sungguh-sungguh membantu gereja-gereja di
Indonesia yang kehilangan sokongan dari Barat, menyadarkan orang-orang Kristen di sini bahwa
agama Kristen bukan urusan Barat saja tetapi juga menciptakan hubungan antara orang-orang
Asia.
Tujuan DGI adalah pembentukan gereja Kristen yang esa di Indonesia. yang menjadi
persoalan bukanlah keesaan sendiri, tetapi bentuknya. perbedaan yang paling menyolok antara
tujuan DGD dan tujuan DGI/PGI ialah bahwa DGI bertujuan untuk mendirikan gereja yang esa
di Indonesia, sedangkan DGD hanya mau menciptakan suasana baik sehingga gereja-gereja itu
sendiri mulai bersatu.
Ada beberapa faktor penghalang untuk oikumene di Indonesia, yakni bahwa perbedaan
teologis tidak terlalu berpengaruh di Indonesia, tetapi bahwa karena pekabaran Injil bekerja
menurut garis-garis suku, unsur sukuisme sangat berpengaruh. identitas gerejani menjadi sama
dengan identitas suku. Selain itu, keesaan gerejani dianggap akan menyebabkan kesulitan untuk
relasi antara gereja-gereja dengan masing-masing organisasi pekabaran Injil. ketakutan bahwa
gereja-gereja akan kehilangan hak mengatur diri sendiri dan mungkin dapat dikuasai oleh gereja-
gereja lain, juga menghalangi pembentukan gereja yang esa.
DGI berhasil menjadi wadah kebersamaan untuk gereja-gereja di Indonesia, walaupun
keeesaan sempurna belum terwujud. beberapa pokok penting utnuk tugas panggilan gereja-gereja
dipikirkan dalam rangka DGI (gereja dan pembangunan, gereja dan perubahan sosial) yang
mungkin tidak begitu dipikirkan dalam gereja-gereja anggota. Dalam hal ini DGI/PGI menjadi
pelopor dan pendorong untuk gereja-gereja anggota.

You might also like