You are on page 1of 13

Laporan Kegiatan : Pelatihan Singkat Penyusunan RP-RHL Wilayah Kerja BPDAS

Kahayan

Oleh : Khulfi M. Khalwani, S.Hut

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komponen utama Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi vegetasi, lahan dan sungai,
dengan air berperan sebagai pengikat keterkaitan dan ketergantungan antar
komponen utama DAS atau Sub DAS. Air selalu bergerak dalam satu siklus hidrologi,
meliputi curah hujan, peresapan serta penguapan dan pengalirannya dalam wilayah
DAS / Sub DAS. Fluktuasi debit air sebagai indikator kunci stabilitas DAS,
dipengaruhi oleh kondisi vegetasi, lahan dan sungai serta sedimentasi sebagai
indikator kunci kualitas sistem DAS. Oleh karena itu hutan dan lahan sebagai
kawasan penangkap air atau catchment area yang berfungsi menjaga tata air pada
suatu DAS, harus dijaga kelestariannya.

Kelestarian hutan sangat tergantung dari pengelola yang memegang kendali dan
tujuan pengelolaan kehutanan. Sebagai sumberdaya yang dapat diperbaharui,
hutan bukanlah jenis sumberdaya alam yang habis sekali pakai. Sifat terbaharui
yang terkandung di dalamnya memungkinkan bagi sumberdaya hutan untuk
dilaksanakan pembangunan kembali pasca eksploitasi guna mengembalikan pada
kondisi seperti semula. Dengan sifat ini maka sumberdaya hutan sebagai salah satu
potensi pembangunan dapat selalu di “rebuilding” sehingga kelestarian baik aspek
fungsi produksi, fungsi ekologi dan fungsi sosialnya dapat selalu dijamin.

Laju deforestasi pada tahun 2000 – 2005 sebesar 1,08 juta Ha/Tahun, di lain pihak
laju rehabilitasi hanya sebesar 500.000 Ha/Tahun. Oleh karenanya masih sangat
diperlukan upaya rehabilitasi agar kondisi sumber daya hutan dan lahan yang ada
dapat dipertahankan sekaligus pada gilirannya nanti dapat dilestarikan, baik
sebagai komoditi ekonomi maupun sebagai suatu ekosistem. Agar pelaksanaan
rehabilitasi hutan dan lahan dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan suatu
perencanaan yang baik.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan


Reklamasi Hutan, perencanaan rehabilitasi hutan dan lahan terdiri atas :

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS)

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTnRHL).

Tata cara penyusunan RTkRHL-DAS telah ditetapkan dengan peraturan Menteri


Kehutanan Nomor : P.32/Menhut-II/2009. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan (RPRHL) merupakan rencana manajemen (management plan) dalam
rangka penyelenggaraan sesuai dengan kewenangan pemerintah dan pemerintah
daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyusunan RPRHL merupakan tindak lanjut penyusunan RTkRHL-DAS, sehingga


dalam penyusunannya didasarkan kepada RTkRHL DAS. Penyusunan RPRHL
berdasarkan kepada wilayah hutan/administratif, rencana pengelolaan hutan dan
potensi sumberdaya yang tersedia antara lain jumlah tenaga, sarana prasarana,
dan pendanaan. Menindaklanjuti hasil rapat Koordinasi Teknis Kehutanan Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2010 pada tanggal 24-25 Maret 2010, berkaitan dengan
telah disahkannya Buku Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL-
DAS) Wilayah Kerja BPDAS Kahayan, maka perlu diadakan pelatihan singkat
penyusunan RPRHL bagi instansi pemerintah yang berwenang atas wilayah
administratif/ kawasan hutan tempat kegiatan RHL akan diadakan.

Balai Taman Nasional Sebangau merupakan pengelola kawasan Taman Nasional


Sebangau seluas ± 568.700 ha yang terletak di antara sungai Sebangau dan sungai
Katingan sehingga sebagian kawasan termasuk dalam wilayah kerja BPDAS Kahayan.
Meskipun berdasarkan pengertian DAS, kawasan gambut Taman Nasional Sebangau
sebenarnya memiliki topografi yang relatif datar/ tidak jelas batas DAS-nya, RPRH
yang disusun tetap mengacu kepada RTkRHL-DAS Kahayan. Hal ini disebabkan
belum dibuatnya Unit Terkecil Pengelolaan (UTP-RHL) untuk kawasan hutan
mangrove dan gambut.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan pelatihan singkat penyusunan RPRHL di Balai Pengelolaan


Daerah Aliran Sungai Kahayan adalah memberikan arahan dan sosialisasi bagi para
pihak yang berkompeten (pemerintah daerah dan pengelola kawasan hutan)
tentang tata cara penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(RPRHL).

Tujuannya adalah agar proses penyusunannya berjalan dengan baik dan dokumen
RPRHL dapat diimplementasikan sesuai dengan kondisi lokasi/ wilayah cakupan.

C. Sasaran

Sasaran dari kegiatan pelatihan ini adalah instansi pemerintah/ satuan kerja yang
berwenang atas wilayah administratif/ kawasan hutan tempat kegiatan RHL akan
diadakan.

D. Manfaat

Sesuai hirarki perencanaan sebagaimana diamanatkan PP 76 tahun 2008, maka


RPRHL merupakan rencana yang dijadikan dasar dalam penyusunan Rencana
Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTnRHL).
II. PENYELENGGARAAN KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pelatihan singkat penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan


Lahan dilaksanakan oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Kahayan,
Kalimantan Tengah dengan melibatkan unsur-unsur teknis dari Dinas Kehutanan
Pemerintah Daerah dan UPT Kementerian Kehutanan yang termasuk dalam wilayah
kerja BPDAS Kahayan.

B. Waktu dan Tempat Kegiatan

Pelatihan singkat penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan


dilaksanakan selama sehari yaitu pada hari Selasa tanggal 20 Juli 2010 bertempat di
Ruang Rapat Kantor BPDAS Kahayan.

C. Materi Kegiatan

Materi kegiatan pelatihan ialah bahan sosialisai RPRHL dan alur pembuatan RPRHL
di wilayah kerja BPDA Kahayan berdasarkan perturan perundang-undangan yang
berlaku.

D. Tenaga Pengajar

Tenaga pengajar pada pelatihan singkat penyusunan RPRHL di wilayah kerja BPDAS
Kahayan adalah Kepala BPDAS Kahayan (sebagai pembuka dan pemberi arahan) dan
tenaga fungsional yang bertugas mengurusi RPRHL dan RTkRHL-DAS di wilayah kerja
BPDAS Kahayan.

E. Peserta Peserta terdiri dari staf teknis, terutama yang memahami GIS dari
instansi pemerintah/ satuan kerja yang berwenang atas wilayah administratif/
kawasan hutan tempat kegiatan RHL akan diadakan.
III. ANALISIS HASIL KEGIATAN

A. Sistem Perencanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal


balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dengan segala
aktivitasnya, dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta
meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah 1). Pengelolaan DAS


dilaksanakan secara terpadu didasarkan atas DAS sebagai satu kesatuan ekosistem,
satu rencana dan satu sistem pengelolaan; 2). Pengelolaan DAS terpadu melibatkan
para pemangku kepentingan, terkoordinasi, menyeluruh dan berkelanjutan; 3).
Pengelolaan DAS terpadu bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis
sesuai dengan karakteristik DAS; 4). Pengelolaan DAS terpadu dilaksanakan dengan
pembagian tugas dan fungsi, beban biaya dan manfaat antar para pemangku
kepentingan secara adil; 5). Pengelolaan DAS terpadu berlandaskan pada azas
akuntabilitas.

Adapun hirarki Perencanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan berdasarkan Peraturan


Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan,
perencanaan rehabilitasi hutan dan lahan terdiri atas :

1. Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-
DAS).

RTkRHL-DAS merupakan rencana indikatif kegiatan RHL yang disusun berdasar


kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat dalam satuan unit
DAS, untuk kurun waktu 15 tahun. RTkRHL-DAS paling sedikit memuat 4 (empat)
hal, yaitu :

Rencana Pemulihan Hutan dan Lahan

Rencana pemulihan hutan dan lahan lebih diarahkan untuk memulihkan kondisi
hutan dan lahan sehingga dapat berfungsi kembali dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan. Kegiatan utama lebih mengarah kepada kegiatan-kegiatan
vegetatif baik di luar maupun di dalam kawasan hutan (lindung, produksi, dan
konservasi).

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Pengendalian erosi dan sedimentasi dilakukan dengan penerapan teknik konservasi


tanah baik secara vegetatif (reboisasi dan penghijauan) maupun sipil teknis.

Pengembangan Sumber Daya Air

Pengembangan sumber daya dan air adalah upaya peningkatan pemanfaatan fungsi
sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk bebagai keperluan.
Dalam RTkRHL-DAS pengembangan sumber daya air lebih ditekankan kepada upaya
pengendalian tata air DAS dan konservasi air.

Pengembangan Kelembagaan
Pengembangan kelembagaan diarahkan agar kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan organisasi pelaksana RHL (baik pemerintah maupun masyarakat) berjalan
dengan baik, serta terciptanya tata hubungan kerja antar unit kerja sesuai
ketentuan.

Di samping hal tersebut, perlu dirumuskan juga : Kelembagaan di tingkat lapangan


dalam hal pelaksanaan maupun pemberdayaan masyarakat dan penyuluhannya.
Peraturan perundangan (yang sudah ada) maupun yang diperlukan.

2. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) merupakan rencana


manajemen (management plan) dalam rangka penyelenggaraan RHL sesuai dengan
kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. RPRHL disusun dalam kawasan
hutan dan luar kawasan hutan dengan menggunakan unit analisis DAS/Sub DAS,
untuk kurun waktu 5 tahun.

RPRHL di dalam kawasan hutan produksi dan hutan lindung disahkan/ditetapkan


oleh Bupati / Walikota.

Di wilayah Pulau Jawa (kecuali Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) karena


pemangku kawasan hutan produksi dan hutan lindung adalah Perum Perhutani,
maka RPRHL tidak disusun oleh Kabupaten / Kota dimana kawasan hutan tersebut
berada. Karena rencana pengelolaan kawasan hutan tersebut sudah disusun oleh
Perum Perhutani di dalam kerangka pengaturan kelestarian hutan / perusahaan.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada kawasan hutan lindung
dan hutan produksi yang pemangku/ pengelola adalah Provinsi disahkan/ditetapkan
oleh Gubernur.

RPRHL di luar kawasan hutan disahkan/ditetapkan oleh Bupati / Walikota,


sedangkan RPRHL di dalam kawasan hutan konservasi oleh Menteri.

3. Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTnRHL).

RTnRHL merupakan rencana fisik yang lebih detail setiap tahun dalam wilayah
Kabupaten / Kota dan kawasan hutan konservasi, yang merupakan penjabaran dari
RPRHL dan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD).

B. Metoda Penyusunan RP RHL

1. Cakupan RP RHL

Penyusunan RPRHL meliputi satu wilayah administrasi kabupaten / kota dan


wilayah pengelolaan kawasan hutan, yang minimal memuat strategi dan kebijakan,
lokasi, jenis kegiatan, kelembagaan, pembiayaan, dan tata waktu dengan jangka
waktu rencana 5 (lima) tahun.

2. Diagram Alir Penyusunan RP RHL

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan terdiri dari :


Rencana Pengelolaan rehabilitasi di dalam kawasan hutan (RPRH)

Rencana Pengelolaan rehabilitasi di lahan (RPRL)

Untuk kawasan Taman Nasional Sebangau yang memang merupakan ekosistem


hutan sekunder menggunakan RPRH sebagai rencana pengelolaan (management
plan) untuk mengelola pelaksanaan kegiatan RHL yang didasarkan kepada Rencana
Teknik RHL DAS (termasuk mangrove dan hutan pantai), pengelolaan hutan dan
potensi sumberdaya (tenaga, sarana prasarana dan pendanaan) pada setiap wilayah
Kabupaten/Kota dan kawasan hutan. Adapun diagram alir penyusunan RPRH
disajikan pada Gambar

3. Tahapan Penyusunan RPRHL

Penentuan Wilayah Penyusunan RPRH

Langkah awal dalam penyusunan RPRHL adalah menetapkan wilayah penyusunan


RPRHL sesuai dengan batas wilayah pemangkuan, yaitu wilayah administrasi
kabupaten/ kota untuk RPRL dan wilayah pemangkuan hutan untuk RPRH.

Pada dasarnya, pada peta Rencana Teknis RHL DAS (RTkRHL DAS) sudah terdapat
batas administrasi/ fungsi hutan. Namun apabila belum terdapat batas sampai
tingkat desa maka untuk menetapkan wilayah penyusunan RPRH/ RPRL ditempuh
dengan mengoverlaykan peta RTkRHL DAS dengan peta administrasi pemerintahan/
pemangkuan hutan.
Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan RPRH

Pembuatan Unit Terkecil Pengelolaan RHL (UTP RHL)

Satuan perencanaan RHL adalah suatu unit ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS),
karena tujuan RHL dalam jangka panjang adalah mengembalikan fungsi-fungsi
hutan dan lahan sehingga daya dukung DAS menjadi optimal. Dalam skala mikro,
unit pengelolaan RHL juga idealnya adalah suatu daerah tangkapan air mini (mini-
watershed). Dengan unit mini-watershed ini maka kegiatan RHL akan menghasilkan
suatu ekosistem-ekosistem hidrologis mini yang hasil RHL dan dampaknya dapat
diukur. Dengan alasan inilah maka unit terkecil pelaksanaan RHL juga dilaksanakan
pada hamparan lahan dalam satu satuan sistem hidrologi yang untuk selanjutnya
disebut dengan Unit Terkecil Pengelolaan Rehabilitasi Hutan (UTP RH) dan Unit
Terkecil Pengelolaan Rehabilitasi Lahan (UTP RL).

Secara manual untuk menentukan UTP-RH / UTP-RL tersebut dibuat dengan cara
mengoverlaykan peta LMU dengan peta topografi selanjutnya dilakukan deliniasi
dan memberikan batas hamparan pada peta yang berada pada satu satuan sistem
hidrologi / satu daerah tangkapan air (DTA) terkecil.

Untuk mempermudah para pelaksana penyusun RP RHL di daerah maka Direktorat


Bina RHL Ditjen RLPS telah menyusun unit terkecil hidrologi (mini-watershed)
seluas antara 200-300 Ha dengan metoda analisis spasial dari Citra Shuttle Radar
Tophographyc Mission (SRTM) dengan peralatan GIS. Setiap unit mini-watershed
mempunyai identitas (ID) secara nasional. UTP RH/UTP RL adalah hasil overlay
antara mini-watershed ini dengan LMU terpilih (berikut MRT vegetatif dan Sipil
Teknis) pada RTk-RHL DAS. Dari peta mini-watershed dan dengan ID yang dibakukan
secara nasional, setelah di overlaykan dengan wilayah kerja, penyusun RP-RHL
dapat mengidentifikasi dan menginventarisasi unit-unit mini-watershed yang
berada di wilayah kerja nya. Wilayah kerja penyusunan RP-RHL akan terbagi habis
oleh unit mini-watershed. Unit mini-watershed yang akan ditetapkan sebagai UTP
RH-UTP RL adalah unit mini-watershed yang di dalamnya terdapat hamparan lahan
kritis (LMU terpilih).

Pembuatan Unit Terkecil Pengelolaan RHL yang diuraikan diatas adalah hanya
berlaku pada wilayah yang secara geomorfologis dapat dibedakan punggung-lembah
dengan nyata di lapangan. Sistem UTP RHL ini tidak dapat diidentifikasi pada
wilayah hilir DAS, kawasan ekosistem mangrove – rawa – gambut. Untuk kawasan ini
unit pengelolaan RHL adalah menggunakan Land Mapping Unit (LMU) dalam RTk-
RHL DAS yang dioverlaykan dengan batas-batas administratif/satuan pengelolaan
hutan yang ada.

4. Penajaman Analisis

Dalam rangka menetapkan proyeksi rencana kegiatan untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun ke depan yang semi definitif (terutama untuk hutan konservasi) perlu adanya
penajaman kajian/analisis terhadap rencana yang dibuat berdasarkan
data/peta/ketentuan sebagai berikut :

Fungsi Kawasan/ Zonasi

Fungsi kawasan berguna untuk mengetahui suatu kawasan hutan termasuk dalam
hutan produksi, hutan lindung atau hutan konservasi. Setelah diketahui fungsinya
maka yang penting adalah menentukan jenis tanamannya. Hal ini karena
rehabilitasi di setiap fungsi kawasan mempunyai tujuan yang berbeda. Rehabilitasi
di hutan produksi dititikberatkan kepada peningkatan produktivitas kawasan, pada
hutan lindung ditekankan pada fungsi perlindungan / penyangga sistem kehidupan,
sedangkan pada hutan konservasi adalah untuk pembinaan habitat.

Zonasi digunakan untuk mengetahui pembagian zona dalam wilayah kawasan hutan
konservasi, dimana sasaran rehabilitasi tidak diperkenankan pada cagar alam dan
zona inti taman nasional.

Perambahan Hutan Informasi/data perambahan hutan suatu kawasan hutan sangat


diperlukan untuk menentukan perlakuan yang akan diterapkan pada kawasan hutan
yang memiliki potensi atau telah terjadi perambahan di dalamnya. Informasi / data
yang diperlukan antara lain meliputi penggunaan kawasan yang dirambah, luas
hutan yang dirambah, siapa yang merambah, sudah berapa lama dan sebagainya.

Pemilihan lokasi lebih diprioritaskan pada kawasan – kawasan yang tidak ada
perambahan (clear and clean)

Apabila belum terdapat data/peta potensi perambahan hutan maka terlebih dahulu
dibuat data/peta dimaksud, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
penyusunan perencanaan RHL.

Jenis vegetasi

Peta/informasi untuk jenis vegetasi baik di dalam maupun di luar kawasan hutan
diperlukan untuk menentukan jenis-jenis tanaman yang cocok tumbuh di suatu
wilayah tertentu. Jenis tanaman yang direkomendasikan dalam RTkRHL masih
alternatif dan pemilihannya baru didasarkan pada ketentuan teknis utamanya
agroklimat. Oleh karena itu pemilihan jenis tanaman dalam RPRHL perlu
pengkajian lebih dalam lagi dengan memperhatikan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat.

Selain hal yang diuraikan sebelumnya, data / peta lain yang diperlukan meliputi
kegiatan RHL yang pernah dilakukan (agar tidak tumpang tindih), penutupan lahan,
tanah/ kesuburan/ kemapuan lahan, bangunan vital, mata air, aksesibilitas, iklim,
kependudukan, keadaan tenaga kerja, tingkat upah dan harga, sarana dan harga,
serta sarana dan prasarana penyuluhan.

Data/ informasi tersebut di atas agar ditampilkan dalam bentuk tabel pada Buku
RPRH yang akan disusun.

5. Penetapan Rencana

Setelah diadakan penajaman analisis terhadap seluruh rencana yang


direkomendasikan RTk-RHL maka diperoleh gambaran dan informasi tentang kondisi
lokasi yang lebih kongkrit. Langkah selanjutnya adalah menetapkan rencana untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun.

Penetapan teknik RHL yang akan dilaksanakan didasarkan pada potensi anggaran,
potensi SDM, kebijakan umum pembangunan daerah, serta hasil pendalaman
analisis tersebut di atas.
Sebelum ditetapkan menjadi sasaran rencana RP-RHL untuk 5 (lima) tahun maka
terlebih dahulu dilakukan cek lapangan (ground check), dengan intensitas sampling
sebesar 2,5%-5% dari jumlah UTP RH, menggunakan metode Stratified Purposive
With Random Sampling. Berdasarkan hasil cek lapangan akan dapat ditentukan /
dipastikan lokasi, luas serta teknik RHL yang akan diterapkan pada lokasi tertentu.

Rencana RHL untuk jangka waktu 5 tahun yang sudah ditetapkan dirinci setiap
tahun dan dikelompokkan ke dalam : a) Rencana Pemulihan Hutan dan Lahan; b)
Pengendalian Erosi dan Sedimentasi; c) Pengembangan Sumberdaya Air

Kegiatan pengembangan sumber daya air lebih ditekankan kepada bagaimana


upaya pengendalian tata air DAS dan konservasi air.

Upaya pengendalian tata air DAS dan konservasi air pada prinsipnya adalah
memperkecil aliran permukaan (surface run off) dan memperbesar infiltrasi air
hujan dengan kegiatan pembuatan embung, sumur resapan air dan lubang biopori.
Di samping itu dapat dilakukan perlindungan dan pelestarian mata air dengan
penanganan di daerah tangkapannya pada radius 200 meter di sekeliling mata air.

Setelah langkah-langkah tersebut di atas dilaksanakan, selanjutnya dibuat Peta


Rencana Pengelolaan RHL (selama lima tahun) dengan skala minimal 1 : 50.000.
Muatan minimal peta tersebut adalah batas wilayah pengelolaan terkecil dan UTP
RH beserta kodifikasinya.

6. Muatan RPRHL

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2008, pasal


15 angka (1) dan Pasal 16 angka (1), bahwa baik RPRH maupun RPRL paling sedikit
memuat kebijakan dan strategi, lokasi, jenis kegiatan, kelembagaaan, pembiayaan
dan tata waktu.

C. Prosedur Penyusunan dan Outline

1. Prosedur Penyusunan

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, disusun berdasarkan RTk RHL
DAS, wilayah administrasi rencana pengelolaan hutan dan potensi sumberdaya yang
tersedia (tenaga, sarana prasarana dan pendanaan). Rencana Pengelolaan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan dibedakan menjadi :

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi di dalam kawasan Hutan (RPRH), pada hutan


lindung, hutan produksi dan hutan konservasi. RPRH hutan produksi yang dibebani
hak / ijin menjadi tanggung jawab pemegang hak/ ijin.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi di luar kawasan hutan (RPRL).

RPRHL pada hutan produksi (yang tidak dibebani hak), hutan lindung dan di luar
kawasan hutan ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Sedangkan RPRH pada hutan
konservasi ditetapkan oleh Direktur Jenderal PHKA atas nama Menteri Kehutanan.

Berdasarkan hal tersebut maka penyusunan RPRH pada hutan konservasi dilakukan
oleh Tim yang dibentuk oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis yang mempunyai tugas
pemangkuan Hutan Konservasi yang bersangkutan. Tim terdiri dari dinas / instansi
terkait, pakar dari Perguruan Tinggi / LSM. RPRH pada Hutan Konservasi yang telah
disusun oleh Tim diadakan penilaian oleh Kepala BPDAS dan Kepala UPT PHKA,
disetujui oleh Direktur Jenderal PHKA dan disahkan oleh Menteri. Selama proses
penyusunannya BPDAS berkewajiban untuk mengadakan supervisi.

2. Outline

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) disajikan dalam bentuk
buku. Outline Penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabiltasi Hutan (RPRH) dalam
Kawasan Hutan Konservasi berisi muatan-muatan RPRH seperti kebijakan dan
strategi, lokasi, jenis kegiatan, kelembagaaan, pembiayaan dan tata waktu.
Adapun susunannya adalah sebagai berikut ini.
Judul Buku : RENCANA PENGELOLAAN REHABILITASI HUTAN

BTN / BKSDA / TAHURA : ……………

Warna dasar sampul buku : Hijau Muda

Disajikan dalam 1 (satu) Buku, yang dilampiri Peta Rencana Pengelolaan RHL
dengan skala minimal 1 : 50.000.

Kerangka (outline) Buku adalah sebagai berikut :

KATA PENGANTAR

LEMBARAN PENILAIAN DAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR DAFTAR

LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

C. Ruang Lingkup

D. Beberapa Pengertian

II. KONDISI UMUM KAWASAN HUTAN

A. Kondisi Biofisik

(letak geografis / astronomis, zonasi kawasan, pemanfaatan hutan, jenis vegetasi,


penutupan lahan, iklim, tanah/kesuburan/kemampuan lahan, bangunan vital,
wilayah pengembangan pangan )

B. Kondisi Sosekbud

(kependudukan, luas kepemilikan lahan, keadaan tenaga kerja, tingkat upah dan
harga, sarana prasarana perekonomian, sarana dan sarana penyuluhan,
aksesibilitas, perambahan hutan).

C. Kegiatan Reboisasi / Restorasi yang Pernah Dilaksanakan (termasuk


keberhasilannya)

D. Kondisi Kelembagaan (Struktur Organisasi, Kapasitas Org/ SDM dll)


III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Kebijakan dan Strategi Umum Pengelolaan Kawasan Hutan…(Wil Kerja


Pemangku Kawasan)

B. Kebijakan dan Strategi Rehabilitasi Kawasan Hutan…. (Kawasan Sasaran


Rehabilitasi Hutan)

IV. SASARAN REHABILITASI HUTAN

A. Sasaran Rehabilitasi Lahan 15 Tahun (2010-2024) (Sumber dari RTkRHL-DAS)

B. Sasaran Rehabilitasi Lahan 5 Tahun

1. Pemulihan Hutan

2. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

3. Pengembangan Sumberdaya Air

V. RENCANA PENGELOLAAN REHABILITASI HUTAN

A. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Kawasan Hutan per-Zona/Klas/Blok

1. Perencanaan RHL

2. Organisasi

3. Pelaksanaan

4. Pengendalian

B. Rencana Pembiayaan

C. Rencana Kegiatan Pendukung Rehabilitasi Hutan

D. Rencana Pengembangan Kelembagaan

E. Monitoring dan Evaluasi.

LAMPIRAN

- Peta RP-RHL Skala peta minimal 1 : 50.000, dengan muatan : batas wilayah
administrasi sampai tingkat desa, batas UTP RH beserta kodifikasinya.

- Peta Fungsi Kawasan / Zonasi - Peta Penutupan Lahan


IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, disusun berdasarkan RTk


RHL DAS, wilayah administrasi rencana pengelolaan hutan dan potensi sumberdaya
yang tersedia (tenaga, sarana prasarana dan pendanaan).

2. Sistem UTP RHL (Unit Terkecil Pengelolaan RHL) tidak dapat diidentifikasi pada
wilayah hilir DAS, kawasan ekosistem mangrove dan rawa gambut. Karena pada
wilayah ini secara geo morfologis tidak dapat dibedakan punggung-lembah dengan
nyata di lapangan.

3. Untuk kawasan Taman Nasional Sebangau yang merupakan kawasan ekosistem


rawa gambut tropika, belum ditentukan/ dibakukan Unit Terkecil Pengelolaan RHL-
nya. Sehingga unit pengelolaan RHL adalah menggunakan Land Mapping Unit (LMU)
dalam RTk-RHL DAS yang dioverlaykan dengan batas-batas satuan pengelolaan
hutan yang ada (Zonasi/ Blok/ Wilayah Kerja).

4. RPRH pada hutan konservasi dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Kepala Unit
Pelaksana Teknis yang mempunyai tugas pemangkuan Hutan Konservasi yang
bersangkutan. Tim terdiri dari dinas / instansi terkait, pakar dari Perguruan
Tinggi / LSM. RPRH pada Hutan Konservasi yang telah disusun oleh Tim diadakan
penilaian oleh Kepala BPDAS dan Kepala UPT PHKA, disetujui oleh Direktur
Jenderal PHKA dan disahkan oleh Menteri. Selama proses penyusunannya BPDAS
berkewajiban untuk mengadakan supervisi.

B. Saran

Penyusunan RP RHL yang telah diatur sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 76
Tahun 2008 harus dilakukan di kawasan TN Sebangau dan disinergikan dengan
Rencana Rehabilitasi dan Restorasi yang ada di dalam RPTN. Meskipun acuan baku
untuk penentuan UTP di lahan gambut belum ditentukan, kegiatan RHL masih bisa
mengacu kepada RTkRHL-DAS wilayah kerja BPDAS Kahayan yang telah disahkan.

You might also like