Professional Documents
Culture Documents
Kahayan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komponen utama Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi vegetasi, lahan dan sungai,
dengan air berperan sebagai pengikat keterkaitan dan ketergantungan antar
komponen utama DAS atau Sub DAS. Air selalu bergerak dalam satu siklus hidrologi,
meliputi curah hujan, peresapan serta penguapan dan pengalirannya dalam wilayah
DAS / Sub DAS. Fluktuasi debit air sebagai indikator kunci stabilitas DAS,
dipengaruhi oleh kondisi vegetasi, lahan dan sungai serta sedimentasi sebagai
indikator kunci kualitas sistem DAS. Oleh karena itu hutan dan lahan sebagai
kawasan penangkap air atau catchment area yang berfungsi menjaga tata air pada
suatu DAS, harus dijaga kelestariannya.
Kelestarian hutan sangat tergantung dari pengelola yang memegang kendali dan
tujuan pengelolaan kehutanan. Sebagai sumberdaya yang dapat diperbaharui,
hutan bukanlah jenis sumberdaya alam yang habis sekali pakai. Sifat terbaharui
yang terkandung di dalamnya memungkinkan bagi sumberdaya hutan untuk
dilaksanakan pembangunan kembali pasca eksploitasi guna mengembalikan pada
kondisi seperti semula. Dengan sifat ini maka sumberdaya hutan sebagai salah satu
potensi pembangunan dapat selalu di “rebuilding” sehingga kelestarian baik aspek
fungsi produksi, fungsi ekologi dan fungsi sosialnya dapat selalu dijamin.
Laju deforestasi pada tahun 2000 – 2005 sebesar 1,08 juta Ha/Tahun, di lain pihak
laju rehabilitasi hanya sebesar 500.000 Ha/Tahun. Oleh karenanya masih sangat
diperlukan upaya rehabilitasi agar kondisi sumber daya hutan dan lahan yang ada
dapat dipertahankan sekaligus pada gilirannya nanti dapat dilestarikan, baik
sebagai komoditi ekonomi maupun sebagai suatu ekosistem. Agar pelaksanaan
rehabilitasi hutan dan lahan dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan suatu
perencanaan yang baik.
Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS)
Tujuannya adalah agar proses penyusunannya berjalan dengan baik dan dokumen
RPRHL dapat diimplementasikan sesuai dengan kondisi lokasi/ wilayah cakupan.
C. Sasaran
Sasaran dari kegiatan pelatihan ini adalah instansi pemerintah/ satuan kerja yang
berwenang atas wilayah administratif/ kawasan hutan tempat kegiatan RHL akan
diadakan.
D. Manfaat
A. Pelaksanaan Kegiatan
C. Materi Kegiatan
Materi kegiatan pelatihan ialah bahan sosialisai RPRHL dan alur pembuatan RPRHL
di wilayah kerja BPDA Kahayan berdasarkan perturan perundang-undangan yang
berlaku.
D. Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar pada pelatihan singkat penyusunan RPRHL di wilayah kerja BPDAS
Kahayan adalah Kepala BPDAS Kahayan (sebagai pembuka dan pemberi arahan) dan
tenaga fungsional yang bertugas mengurusi RPRHL dan RTkRHL-DAS di wilayah kerja
BPDAS Kahayan.
E. Peserta Peserta terdiri dari staf teknis, terutama yang memahami GIS dari
instansi pemerintah/ satuan kerja yang berwenang atas wilayah administratif/
kawasan hutan tempat kegiatan RHL akan diadakan.
III. ANALISIS HASIL KEGIATAN
1. Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-
DAS).
Rencana pemulihan hutan dan lahan lebih diarahkan untuk memulihkan kondisi
hutan dan lahan sehingga dapat berfungsi kembali dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan. Kegiatan utama lebih mengarah kepada kegiatan-kegiatan
vegetatif baik di luar maupun di dalam kawasan hutan (lindung, produksi, dan
konservasi).
Pengembangan sumber daya dan air adalah upaya peningkatan pemanfaatan fungsi
sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk bebagai keperluan.
Dalam RTkRHL-DAS pengembangan sumber daya air lebih ditekankan kepada upaya
pengendalian tata air DAS dan konservasi air.
Pengembangan Kelembagaan
Pengembangan kelembagaan diarahkan agar kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan organisasi pelaksana RHL (baik pemerintah maupun masyarakat) berjalan
dengan baik, serta terciptanya tata hubungan kerja antar unit kerja sesuai
ketentuan.
Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada kawasan hutan lindung
dan hutan produksi yang pemangku/ pengelola adalah Provinsi disahkan/ditetapkan
oleh Gubernur.
RTnRHL merupakan rencana fisik yang lebih detail setiap tahun dalam wilayah
Kabupaten / Kota dan kawasan hutan konservasi, yang merupakan penjabaran dari
RPRHL dan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD).
1. Cakupan RP RHL
Pada dasarnya, pada peta Rencana Teknis RHL DAS (RTkRHL DAS) sudah terdapat
batas administrasi/ fungsi hutan. Namun apabila belum terdapat batas sampai
tingkat desa maka untuk menetapkan wilayah penyusunan RPRH/ RPRL ditempuh
dengan mengoverlaykan peta RTkRHL DAS dengan peta administrasi pemerintahan/
pemangkuan hutan.
Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan RPRH
Satuan perencanaan RHL adalah suatu unit ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS),
karena tujuan RHL dalam jangka panjang adalah mengembalikan fungsi-fungsi
hutan dan lahan sehingga daya dukung DAS menjadi optimal. Dalam skala mikro,
unit pengelolaan RHL juga idealnya adalah suatu daerah tangkapan air mini (mini-
watershed). Dengan unit mini-watershed ini maka kegiatan RHL akan menghasilkan
suatu ekosistem-ekosistem hidrologis mini yang hasil RHL dan dampaknya dapat
diukur. Dengan alasan inilah maka unit terkecil pelaksanaan RHL juga dilaksanakan
pada hamparan lahan dalam satu satuan sistem hidrologi yang untuk selanjutnya
disebut dengan Unit Terkecil Pengelolaan Rehabilitasi Hutan (UTP RH) dan Unit
Terkecil Pengelolaan Rehabilitasi Lahan (UTP RL).
Secara manual untuk menentukan UTP-RH / UTP-RL tersebut dibuat dengan cara
mengoverlaykan peta LMU dengan peta topografi selanjutnya dilakukan deliniasi
dan memberikan batas hamparan pada peta yang berada pada satu satuan sistem
hidrologi / satu daerah tangkapan air (DTA) terkecil.
Pembuatan Unit Terkecil Pengelolaan RHL yang diuraikan diatas adalah hanya
berlaku pada wilayah yang secara geomorfologis dapat dibedakan punggung-lembah
dengan nyata di lapangan. Sistem UTP RHL ini tidak dapat diidentifikasi pada
wilayah hilir DAS, kawasan ekosistem mangrove – rawa – gambut. Untuk kawasan ini
unit pengelolaan RHL adalah menggunakan Land Mapping Unit (LMU) dalam RTk-
RHL DAS yang dioverlaykan dengan batas-batas administratif/satuan pengelolaan
hutan yang ada.
4. Penajaman Analisis
Dalam rangka menetapkan proyeksi rencana kegiatan untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun ke depan yang semi definitif (terutama untuk hutan konservasi) perlu adanya
penajaman kajian/analisis terhadap rencana yang dibuat berdasarkan
data/peta/ketentuan sebagai berikut :
Fungsi kawasan berguna untuk mengetahui suatu kawasan hutan termasuk dalam
hutan produksi, hutan lindung atau hutan konservasi. Setelah diketahui fungsinya
maka yang penting adalah menentukan jenis tanamannya. Hal ini karena
rehabilitasi di setiap fungsi kawasan mempunyai tujuan yang berbeda. Rehabilitasi
di hutan produksi dititikberatkan kepada peningkatan produktivitas kawasan, pada
hutan lindung ditekankan pada fungsi perlindungan / penyangga sistem kehidupan,
sedangkan pada hutan konservasi adalah untuk pembinaan habitat.
Zonasi digunakan untuk mengetahui pembagian zona dalam wilayah kawasan hutan
konservasi, dimana sasaran rehabilitasi tidak diperkenankan pada cagar alam dan
zona inti taman nasional.
Pemilihan lokasi lebih diprioritaskan pada kawasan – kawasan yang tidak ada
perambahan (clear and clean)
Apabila belum terdapat data/peta potensi perambahan hutan maka terlebih dahulu
dibuat data/peta dimaksud, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
penyusunan perencanaan RHL.
Jenis vegetasi
Peta/informasi untuk jenis vegetasi baik di dalam maupun di luar kawasan hutan
diperlukan untuk menentukan jenis-jenis tanaman yang cocok tumbuh di suatu
wilayah tertentu. Jenis tanaman yang direkomendasikan dalam RTkRHL masih
alternatif dan pemilihannya baru didasarkan pada ketentuan teknis utamanya
agroklimat. Oleh karena itu pemilihan jenis tanaman dalam RPRHL perlu
pengkajian lebih dalam lagi dengan memperhatikan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat.
Selain hal yang diuraikan sebelumnya, data / peta lain yang diperlukan meliputi
kegiatan RHL yang pernah dilakukan (agar tidak tumpang tindih), penutupan lahan,
tanah/ kesuburan/ kemapuan lahan, bangunan vital, mata air, aksesibilitas, iklim,
kependudukan, keadaan tenaga kerja, tingkat upah dan harga, sarana dan harga,
serta sarana dan prasarana penyuluhan.
Data/ informasi tersebut di atas agar ditampilkan dalam bentuk tabel pada Buku
RPRH yang akan disusun.
5. Penetapan Rencana
Penetapan teknik RHL yang akan dilaksanakan didasarkan pada potensi anggaran,
potensi SDM, kebijakan umum pembangunan daerah, serta hasil pendalaman
analisis tersebut di atas.
Sebelum ditetapkan menjadi sasaran rencana RP-RHL untuk 5 (lima) tahun maka
terlebih dahulu dilakukan cek lapangan (ground check), dengan intensitas sampling
sebesar 2,5%-5% dari jumlah UTP RH, menggunakan metode Stratified Purposive
With Random Sampling. Berdasarkan hasil cek lapangan akan dapat ditentukan /
dipastikan lokasi, luas serta teknik RHL yang akan diterapkan pada lokasi tertentu.
Rencana RHL untuk jangka waktu 5 tahun yang sudah ditetapkan dirinci setiap
tahun dan dikelompokkan ke dalam : a) Rencana Pemulihan Hutan dan Lahan; b)
Pengendalian Erosi dan Sedimentasi; c) Pengembangan Sumberdaya Air
Upaya pengendalian tata air DAS dan konservasi air pada prinsipnya adalah
memperkecil aliran permukaan (surface run off) dan memperbesar infiltrasi air
hujan dengan kegiatan pembuatan embung, sumur resapan air dan lubang biopori.
Di samping itu dapat dilakukan perlindungan dan pelestarian mata air dengan
penanganan di daerah tangkapannya pada radius 200 meter di sekeliling mata air.
6. Muatan RPRHL
1. Prosedur Penyusunan
Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, disusun berdasarkan RTk RHL
DAS, wilayah administrasi rencana pengelolaan hutan dan potensi sumberdaya yang
tersedia (tenaga, sarana prasarana dan pendanaan). Rencana Pengelolaan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan dibedakan menjadi :
RPRHL pada hutan produksi (yang tidak dibebani hak), hutan lindung dan di luar
kawasan hutan ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Sedangkan RPRH pada hutan
konservasi ditetapkan oleh Direktur Jenderal PHKA atas nama Menteri Kehutanan.
Berdasarkan hal tersebut maka penyusunan RPRH pada hutan konservasi dilakukan
oleh Tim yang dibentuk oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis yang mempunyai tugas
pemangkuan Hutan Konservasi yang bersangkutan. Tim terdiri dari dinas / instansi
terkait, pakar dari Perguruan Tinggi / LSM. RPRH pada Hutan Konservasi yang telah
disusun oleh Tim diadakan penilaian oleh Kepala BPDAS dan Kepala UPT PHKA,
disetujui oleh Direktur Jenderal PHKA dan disahkan oleh Menteri. Selama proses
penyusunannya BPDAS berkewajiban untuk mengadakan supervisi.
2. Outline
Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) disajikan dalam bentuk
buku. Outline Penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabiltasi Hutan (RPRH) dalam
Kawasan Hutan Konservasi berisi muatan-muatan RPRH seperti kebijakan dan
strategi, lokasi, jenis kegiatan, kelembagaaan, pembiayaan dan tata waktu.
Adapun susunannya adalah sebagai berikut ini.
Judul Buku : RENCANA PENGELOLAAN REHABILITASI HUTAN
Disajikan dalam 1 (satu) Buku, yang dilampiri Peta Rencana Pengelolaan RHL
dengan skala minimal 1 : 50.000.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Ruang Lingkup
D. Beberapa Pengertian
A. Kondisi Biofisik
B. Kondisi Sosekbud
(kependudukan, luas kepemilikan lahan, keadaan tenaga kerja, tingkat upah dan
harga, sarana prasarana perekonomian, sarana dan sarana penyuluhan,
aksesibilitas, perambahan hutan).
1. Pemulihan Hutan
1. Perencanaan RHL
2. Organisasi
3. Pelaksanaan
4. Pengendalian
B. Rencana Pembiayaan
LAMPIRAN
- Peta RP-RHL Skala peta minimal 1 : 50.000, dengan muatan : batas wilayah
administrasi sampai tingkat desa, batas UTP RH beserta kodifikasinya.
A. Kesimpulan
2. Sistem UTP RHL (Unit Terkecil Pengelolaan RHL) tidak dapat diidentifikasi pada
wilayah hilir DAS, kawasan ekosistem mangrove dan rawa gambut. Karena pada
wilayah ini secara geo morfologis tidak dapat dibedakan punggung-lembah dengan
nyata di lapangan.
4. RPRH pada hutan konservasi dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Kepala Unit
Pelaksana Teknis yang mempunyai tugas pemangkuan Hutan Konservasi yang
bersangkutan. Tim terdiri dari dinas / instansi terkait, pakar dari Perguruan
Tinggi / LSM. RPRH pada Hutan Konservasi yang telah disusun oleh Tim diadakan
penilaian oleh Kepala BPDAS dan Kepala UPT PHKA, disetujui oleh Direktur
Jenderal PHKA dan disahkan oleh Menteri. Selama proses penyusunannya BPDAS
berkewajiban untuk mengadakan supervisi.
B. Saran
Penyusunan RP RHL yang telah diatur sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 76
Tahun 2008 harus dilakukan di kawasan TN Sebangau dan disinergikan dengan
Rencana Rehabilitasi dan Restorasi yang ada di dalam RPTN. Meskipun acuan baku
untuk penentuan UTP di lahan gambut belum ditentukan, kegiatan RHL masih bisa
mengacu kepada RTkRHL-DAS wilayah kerja BPDAS Kahayan yang telah disahkan.