You are on page 1of 2

“Konsep pertunjukkan realisme imajinatif”itu yang terlontar dari salah satu anggota teater amoeba

dalam diskusi yang dilakukan setelah mereka selesai mementaskan drama dengan lakon perkawinan
karya Nikolay Gogol versi Djajakusuma yang disutradarai Riza Bajaj Nugraha pada kamis 21 april 2011
lalu. Pementasan yang dimulai pukul 19.30 dan berakhir pukul 21.20 WIB tersebut memang
menyuguhkan sesuatu yang berbeda, setidaknya dalam pandangan saya. Dalam pementasan ini konsep
relisme yang dihadirkan tidak full suatu pementasan realis. Sutradara dalam pertunjukkan ini
memberikan sugesti awal kepada penonton tentang setting panggung yang digunakan. Dalam
pementasan ini terdapat dua setting, yaitu ruang keluarga di rumah tokoh Ambar dan teras rumah tokoh
Akhmad .

Konsep realism imajinatif yang saya tangkap yaitu ketika pada perubahan setting awal (rumah Ambar) ke
setting kedua (Rumah Ahmad), dan kembali ke seting awal, mereka melakukan perubahan setting
dengan memindahkan barang/property seperti pada pertunjukan pada umumnya. Hal inilah yang
merupakan bagian dari apa yang dimaksud realisme itu, selanjutnya pada perubahan setting berikutnya
tidak lagi dilakukkan pemindahan property seperti di awal, melainkan sutradara mengajak penonton
untuk berimajinasi bahwa setting dalam pertunjukkan sudah berubah dan hanya ditandai dengan
berubahnya warna lampu, serta ditandai dengan bloking para pemainnya(layaknya pada setting yang
menggunakan perpindahan property).

Menarik melihat perubahan setting pementasan ini, menurut saya sutradara pandai memperhitungkan
reaksi penonton jika perubahan setting dilakukan dengan cara yang sama, akan membuat penonton
jenuh dan menganggap monoton. Namun ada juga kejanggalan yang saya temukan dalam setting yang
digunakan. Kejanggalan terlihat pada substansi ruang pada setting rumah tokoh Ambar yang
menggunakan tiga pintu. Pintu yang pertama merupakan pintu ruang utama rumah tersebut, pintu yang
kedua adalah pintu yang kamar tokoh Ambar, dan ketiga, yang menurut saya terdapat kejanggalan,
adalah pintu dapur.

Kejanggalan pada pintu yang ketiga ini menimbulkan pertanyaan dalam pandangan saya, yaitu apakah
ini pintu dapur karena terlihat dari keluar masuknya tokoh pembantu, siti, saat mengambilkan air
minum untuk para tamu, atau pintu belakang rumah karena digunakan tokoh karim keluar rumah
mengguanakan pintu belakang, atau pintu kamar mandi karena saat tokoh karim mencari tokoh ahmad
dengan dialog “ah, mungkin dia sedang dikamar mandi, maklum laki-laki selalu tegang menjelang
kawin, baiklah saya akan melihatnya”. Kejanggalan ini pun makin terlihat jelas ketika tokoh ahmad
keluar dari rumah untuk kabur dengan cara melompat dari jendela karena menurutnya jika keluar dari
pintu utama, akan terlihat orang lain. Jika pintu ketiga itu adalah pintu belakang rumah mengapa ahmad
tidak keluar saja dari pintu belakang rumah tersebut untuk kabur jika niatnya agar tidak terlihat orang
lain?selain itu kajanggalan pintu ketiga ini juga pada adegan saat tokoh tante arina, tante arini, dan
mabar meninggalkan ruang utama rumah untuk bersiap-siap karena kedatangan calon pelamar Ambar.
Tokoh tante Arina,tante arini, dan Ambar masuk ke pintu kedua (kamar) sedangkan tokoh Nyonya Eliya
masuk ke pintu ketiga tersebut, pertanyaan saya adalah apa yang dilakukan Nyonya Eliya di dalam pintu
ketiga?apakah ia ke dapur atau ke kamar mandi atau bahkan pergi menggunakan pintu belakang rumah.
Menurut saya dalam hal ini sutradara dan tim artistic kurang memperhatikan kesubstansian ruang,
karena dalam konsep realisme imajinatif yang ditawarkan, kejelasan ruang sangat penting, jika terjadi
ketidak jelasan, akan menyebabkan kerancuan imajinatif dari penonton.

You might also like