You are on page 1of 28

http://weblog-pendidikan.blogspot.

com/2009/09/fungsi-dan-tujuan-
evaluasi-pembelajaran.html

Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran memilki berbagai tujuan diantaranya adalah untuk :


1. Menentukan angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa. Berfungsi sebagai :
a. Laporan kepada orang tua / wali siswa.
b. Penentuan kenaikan kelas
c. Penentuan kelulusan siswa.

2. Penempatan siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan
tingkat kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang dimiliki.
3. Mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang berguna baik
bagi penempatan maupun penentuan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa, yakni
berfungsi sebagai masukan bagi tugas Bimbingan dan Penyuluhan (BP).
4. Sebagai umpan balik bagi guru, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan program remdial bagi siswa.

Evaluasi mempunyai fungsi : Kurikuler (alat pengukur ketercapaian tujuan mata


pelajaran), instruksional (alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar mengajar),
diagnostik (mengetahui kelemahan siswa, penyembuhan atau penyelesaian berbagai
kesulitan belajar siswa)., placement (penempatan siswa sesuai dengan bakat dan
minatnya, serta kemampuannya) dan administratif BP (pendataan berbagai permasalahan
yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhanya)

http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/t116-fungsi-evaluasi-pendidikan
Secara umum
Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi
pokok, yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana dan memperbaiki atau
menyempurnakan kembali.

Secara khusus,
Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari tiga
aspek diantaranya :
Aspek Psikologis
Dari segi psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan disekolah dapat disoroti
dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta dan dari sisi pendidik.
Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman
atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas atau status dirinya masing-
masing ditengah-tengah kelompok atau kelasnya.
Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati
kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukan
selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau
pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu
dilakukan selanjutnya.
Segi didaktik
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan ( khususnya evaluasi hasil
belajar) akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat
memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima
macam fungsi:

• Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha(prestasi) yang telah dicapai oleh
peserta didiknya.
• Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-
masing peserta didik ditengah-tengah kelompok.
• Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status
peserta didik.
• Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta
didik yang memang memerlukannya.
• Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang
telah ditentukan telah dapat dicapai.

Segi Administrative
Secara Administrative, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi,
yaitu

• Memberikan laporan (Rapot,Lhs)


• Memberikan bahan-bahan keterangan data (Lulus atau Tidak)
• Memberikan gambaran ( IPA,IPS,AGAMA)dsb

Arikunto, Suharmi. 1997.Dasar –dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.


Sudijono, Anas. 1996. Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Raja Grafindo

http://sylvie.edublogs.org/2007/04/27/evaluasi-pendidikan/comment-page-1/

Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran


secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan
sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari
Bloom et.all 1971).

Stufflebeam et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi adalah proses menggambarkan,


memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;


1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembeljaran
bagi masyrakat.
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan
metode yang berbeda.
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu
pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi
terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu
memberikan alternatif.
4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
6. evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman
untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang
aplicable.
9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi
formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan
sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses


mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat
diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan
output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani
proses pembelajaran.
transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru,
media dan bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.
Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ;


1. Fungsi selektif
2. Fungsi diagnostik
3. Fungsi penempatan
4. Fungsi keberhasilan
Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah ;
1. Perbaikan sistem
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3. Penentuan tindak lanjut pengembangan

PRINSIP PRINSIP EVALUASI


1. Keterpaduan
2. evauasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional
pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran.
3. Keterlibatan peserta didik
4. prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam
evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
5. Koherensi
6. evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai
dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
7. 4. Pedagogis
8. Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan
perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.
9. Akuntabel
10. Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau bahan pertnggungjawaban
bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.

TEKNIK EVALUASI

Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes

1. teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara,


pengamatan, riwayat hidup.

a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka.
Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling
tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan
perbandingan terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi
yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner
tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang
yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara
tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila
yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh
anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka
kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp
adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya
memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai.
Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab
diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan
apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom
pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√)
pada awaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi
dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden)
diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui
tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana
pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan
untuk menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan
mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau
observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat
dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat
dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah
diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek
pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi
mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.

2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :

a. tes diagnostik
b. tes formatif
c. tes sumatif

Penjelasan mengenai 3 macam tes diatas dapat dibaca pada bagian Teknik Tes

PROSEDUR MELAKSANAKAN EVALUASI

Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan


terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan
secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur
yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang
digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang
sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan
kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
a. perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan
evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana,
penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
b. pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan)
c. verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
d. pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah
hendak di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non
parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
e. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis
ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf
signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan
evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat
tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.
http://nenengmp07.multiply.com/journal/item/5/Evalua
si_Pembelajaran_

Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Tes dan Penilaian


(Assessment)

Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/

Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran


(measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki pengertian
yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula
untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan
nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996)
memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating,
obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari
pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan
informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat
melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar
tertentu, atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh
deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu.

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada
waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang
jelas.

Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk


mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,
memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan
kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu
sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran,
kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan
kurikukulum itu sendiri.

B. Tujuan Penilaian

Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk
grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan
prediksi.

1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan


kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain.
Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan
dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading
ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih
mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik
yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh
masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian
untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai
kompetensi.
4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat
keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang
dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini
akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau
pengayaan.
6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan
berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes
bakat skolastik atau tes potensi akademik.

Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.

Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak
langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk
menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis
penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk
kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil
kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan
penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil
belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun
dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.

C. Pendekatan Penilaian

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar,
yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-
referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan
Kriteria atau criterion referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut
terletak pada acuan yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada norma,
interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta
didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik
digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau
patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang
peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan.
Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam
kurikulum berbasis kompetensi.

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang


digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini
prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan
suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat digunakan penilaian acuan
norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih
peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan peserta didik
dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam
lomba antar-sekolah.

D. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar

Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1)
domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan
logika - matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan
antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3)
domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan
visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses


seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi kecerdasan
menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang
termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan
antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk domain afektif memberikan
kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan
visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam domain psikomotor
memberikan sumbangannya sebesar 5 %

Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-
mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain
ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika,
sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-
mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan.
Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam
mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.

Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi
sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para
guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana
menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.

Untuk memahami teknis penilaian beserta contoh-contohnya, dapat Anda akses dalam
tautan di bawah ini
Penilaian Hasil Belajar
Baedhowi, menulis makalah tentang kebijakan assemen dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang dipublikasikan dalam situs resmi Depdiknas
(http://www.depdiknas.go.id/)
Kebijakan Asessmen dalam KTSP

Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya


menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan
dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian
pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai
kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui
bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali
diabaikan.

Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya


ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh
aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional,
perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula,
penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan
segi proses.

Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian
pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu
penilaian pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.

KEGAGALAN GURU DALAM MELAKUKAN EVALUASI SETIAP AKHIR PROSES


PEMBELAJARAN DALAM KELAS

Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk
pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan
evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan
penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.

Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator
yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua
pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar
yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi
jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan
penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan
proses belajar.

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti
hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui
evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik
ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.

Khusus untuk mata pelajaran matematika hampir semua guru telah melaksanakan evaluasi di
akhir proses belajar mengajar di dalam kelas. Namun hasil yang diperoleh kadang-kadang
kurang memuaskan. Kadang-kadang hasil yang dicapai dibawah standar atau di bawah rata-rata.

Pada mata pelajaran yang lainnya kadang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan ada juga pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Kapan waktu pelaksanaan evaluasi tersebut tidak
menjadi masalah bagi guru yang penting dalam satu kali pertemuan ia telah melaksanakan
penilaian terhadap siswa di kelas.

Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena
keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai
tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi
tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.

Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan tes
tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru,
karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak. Tetapi kegiatan ini
mempunyai kelemahan yaitu anak yang suka gugup walaupun ia mengetahui jawaban dari soal
tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa gugupnya itu. Dan kelemahan lain tes
lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru harus punya banyak persediaan soal. Tetapi ada
juga guru yang mewakilkan beberapa orang anak yang pandai, anak yang kurang dan beberapa
orang anak yang sedang kemampuannya utnuk menjawab beberapa pertanyaan atau soal yang
berhubungan dengan materi pelajaran itu.

Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan, yang
jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penialaian tersebut.

Karena ada juga guru yang tidak mengiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas,
mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas
pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.

Akhir-akhir ini kalau kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam
melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan apakah cara
untuk mengatasinya.

Penulisan makalah kritikan ini bertujuan untuk mengkritik kegagalan persekolah oleh guru dalam
melakukan evaluasi di akhir pelajaran. Mencari faktor penyebabnya dan cara untuk
mengatasinya.

Dalam makalah kritikan ini pembatasan masalahnya adalah :

- Kondisi permasalahan evaluasi di akhir pelajaran dipersekolahan pada saat ini


- Telaah teori/pendapat ahli
- Kegagalan pelaksanaan evaluasi di akhir pelajaran
- Kesimpulan kritikan dan saran

Menurut Drs. Moh. Uzer Usman dalam bukunya (Menjadi Guru Profesional hal 11) menyatakan
bahwa :

Tujuan penilaian adalah :

1. Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan


2. Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
3. Untuk mengetahui ketepatan metode yang digunakan
4. Untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelompok/kelas
5. Untuk mengaklasifikasikan seorang siswa apakah termasuk dalam kelompok yang pandai,
sedang, kurang atau cukup baik dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.

Dan menurut buku Mengukur Hasil Belajar (hal 72-74) yang di susun oleh Drs. Azhari Zakri
menyatakan evaluasi bermanfaat bagi guru untuk :

1. Mengukur kompetensi atau kapabalitas siswa, apakah mereka telah merealisasikan tujuan
yang telah ditentukan.

2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga dapat menentukan tindakan
perbaikan yang cocok yang dapat diadakan

3. Memutuskan ranking siswa, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang telah
disepakati.

4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang digunakan.

5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pengajaran dan menentukan apakah


sumber belajar tambahan perlu digunakan.

6. Memberikan umpan balik kepada kita informasi bagi pengontrolan tentang sesuai tidaknya
pengorganisasian belajar dan sumber belajar.

7. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tersebut.

Atas dasar ini, faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian angka.
Melainkan sebagai dasar feed back (catu balik). Catu balik itu sendiri sangat penting dalam
rangka revisi. Sebab proses belajar mengajar itu kontinyu, karenanya perlu selalu melakukan
penyempurnaan dalam rangkan mengoptimalkan pencapaian tujuan.

Bila evaluasi merupakan catu balik sebagai dasar memperbaiki sistem pengajaran,
sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali dilaksanakan proses
pangajaran, harus dievaluasi (formatif). Sebaliknya bila evaluasi hanya dilaksanakan di akhir
suatu program (sumatif) catu balik tidak banyak berarti, sebab telah banyak proses terlampaui
tanpa revisi.

Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pengajaran
hendaknya dilaksanakan setiap kali proses belajar mengajar untuk suatu topik tertentu. Namun
demikian evaluasi sumatif pun perlu dilaksanakan untuk pengembangan sistem yang lebih luas.

Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang di atas, masih ada pendapat lain dari manfaat evaluasi
seperti yang dikemukakan oleh Noehi Nasution dalam bukunya Materi Poko Psikologi Pendidikan
hal 167, menjelaskan bahwa kegiatan penilaian tidak hanya untuk mengisi raport anak didik,
tetapi juga untuk :

1. Menseleksi anak didik


2. Menjuruskan anak didi
3. Mengarahkan anak didik kepada kegiatan yang lebih sesuai denganpotensi yang dimilikinya.
4. Membantu orang tua untuk menentukan hal yang paling baik untuk anaknya, untuk membina
dan untuk mempersiapkan dirinya untuk masa depan yang lebih baik.

Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang telah diikemukakan oleh para ahli di atas, yang penting
dengan mengadakan evaluasi sebagai guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan atau
kekurangannya dalan menyampaikan materi pelajaran. Sehingga ia dapat menata kembali atau
menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran sehingga akan mendapatkan hasil yang
lebih baik dari sebelumnya.

Di dalam telaah teori dan berdasarkan pendapat para ahli, telah mencantumkan tujuan serta
manfaat evaluasi di akhir pelajaran. Selain menilai hasil belajar murid, evaluasi juga menilai hasil
mengajar guru dengan kata lain, guru dapat menilai dirinya sendiri dimana kekurangan dan
kelemahannya dalam mengajar, sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan.

Jika dalam suatu kegiatan belajar, tujuan sudah diidentifikasi, biasanya dapat disusun suatu ters
atau ujian yang akan digunakan untuk menentukan apakah tujuan tersebut dicapai atau tidak.
Mager pernah mengatakan bahwa jika kita mempelajari dengan teliti semua tahap yang telah
dibicarakan sampai saat ini, maka siswa sudah harus dapat melakukan apa yang telah
direncanakan untuk mereka lakukan. Hasil dari penialaian dapat mendorong guru untuk
memperbaiki keterampilan profesional mereka, dan juga membantu mereka mendapat pasilitas
serta sumber belajar yang lebih baik.
Di dalam suatu tes belajar, sebagian besar nilai berdistribusi normal (yakni beberapa murid
hasilnya baik, beberapa buruk, tetapi sebagian besar menunjukkan rata-rata). Dalam ter kriteria,
sebagian tes berada di bagian atas. Hal ini lumrah, karena jika seorang guru memberikan tujuan
yang berjumlah 10, misalnya, maka ia akan kecewa jika para siswa hanya merealisasikan 50%
saja.

Tes dan ujian yang mengukur pencapaian tujuan, belum mendapat perhatian yang serius oleh
guru dan instruktur, kecuali akhir-akhir ini. Program pendidikan dan latihan sebelum ini telah
dianggap sudah berhasil tanpa perlu ada evaluasi. Sikap ini disebabkan oleh empat kesulitan
utama yakni :

1. Tidak adanya kerangka konseptual yang sesuai bagi evaluasi.


2. Kurangnya ketepatan dalam perumusan tujuan dalam pendidikan
3. Kesulitan yang meliputi pengukuran pendidikan
4. Sifat program pendidikan itu sendiri.

Namun dengan adanya investasi besar-besaran dalam pendidikan, telah dirasakan kebutuhan
akan suatu bentuk evaluasi.

Evaluasi dapat mengambil dua macam bentuk :

1. Ia dapat menilai cara mengajar seorang guru (dengan mengukur variabel-variabel seperti
suatu kebiasaan-kebiasaan, humor, kepribadian, penggunaan papan tulis, teknik bertanya,
aktivitas kelas, alat bantu audiovisual, strategi mengajar dan lain-lain.

2. Ia dapat menilai hasil belajar (yakni pencapaian tujuan belajar.

Selama ini guru mengadakan penilaian hanya untuk mencari angka atau nilai untuk anak didik.
Apabila anak banyak memperoleh nilai dibawah 6 (enam), maka guru menganggap bahwa anak
didiklah yang gagal dalam menyerap materi pelajaran atau materi pelajaran terlalu berat,
sehingga sukar dipahami oleh anak. Kalau anak yang memperoleh nilai dibawah 6 mencapai
50% dari jumlah anak, hal ini sudah merupakan kegagalan guru dalam melaksanakan evaluasi di
akhir pelajaran.

Apa penyebab hal ini bisa terjadi ?

1. Guru kurang menguasi materi pelajaran.


Sehingga dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak kalimatnya sering terputus-putus
ataupun berbelit-belit yang menyebabkan anak menjadi bingung dan sukar mencerna apa yang
disampaikan oleh guru tersebut.

Tentu saja di akhir pelajaran mareka kewalahan menjawab pertanyaan atau tidak mampu
mengerjakan tugas yang diberikan. Dan akhirnya nilai yang diperoleh jauh dari apa yang
diharapkan.

2. Guru kurang menguasai kelas,


Guru yang kurang mampu menguasai kelas mendapat hambatan dalam menyampaikan materi
pelajaran, hal ini dikarenakan suasana kelas yang tidak menunjang membuat anak yang betul-
betul ingin belajar menjadi terganggu.

3. Guru enggan mempergunakan alat peraga dalam mengajar.


Kebiasaan guru yang tidak mempergunakan alat peraga memaksa anak untuk berpikir verbal
sehingga membuat anak sulit dalam memahami pelajaran dan otomatis dalam evaluasi di akhir
pelajaran nilai anak menjadi jatuh.

4. Guru kurang mampu memotivasi anak dalam belajar sehingga dalam menyampaikan materi
pelajaran, anak kurang menaruh perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru,
sehingga ilmu yang terkandung di dalam materi yang disampaikan itu berlalu begitu saja tanpa
ada perhatian khusus dari anak didik.

5. Guru menyamaratkan kemampuan anak di dalam menyerap pelajaran.


Setiap anak didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi pelajaran. Guru
yang kurang tangkap tidak mengetahui bahwa ada anak didinya yang daya serapnya di bawah
rata-rata mengalami kesulitan dalam belajar.

6. Guru kurang disiplin dalam mengatur waktu.


Waktu yang tertulis dalam jadwal pelajaran, tidak sesuai dengan praktek pelaksanaannya,.
Waktu untuk memulai pelajaran selalu telat, tetapi waktu istirahat dan jam pulang selalu tepat
atau tidak pernah telat.

7. Guru enggan membuat persiapan mengajar atau setidaknya menyusun langkah-langkah


dalam mengajar, yang disertai dengan ketentuan-ketentuan waktu untuk mengawali pelajaran,
waktu untuk kegiatan proses dan ketentuan waktu untuk akhir pelajaran.
8. Guru tidak mempunyai kemajuan untuk nemambah atau menimba ilmu misalnya membaca
buku atau bertukar pikiran dengan rekan guru yang lebih senior dan profesional guna menambah
wawasannya.

9. Dalam tes lisan di akhir pelajaran, guru kurang trampil mengajukan pertanyaan kepada murid,
sehingga murid kurang memahami tentang apa yang dimaksud oleh guru.

10. Guru selalu mengutamakan pencapaian target kurikulum.


Guru jarang memperhatikan atau menganalisa berapa persen daya serap anak terhadap materi
pelajaran tersebu

http://hilman.web.id/posting/blog/827/pengertian-fungsi-dan-prosedur-evaluasi-pembelajaran.html

A. Pengertian
Evaluasi
1. Dalam
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21
dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

2. Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I


pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik”.

3. Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003 : 1) secara eksplisit


mengemukakan bahwa antara evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan
perbedaan.

Persamaannya
adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai
sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya.
Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit
dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang
menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti
guru menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik
guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari
sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih
luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang
disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun
pada level yang luas.

4. Istilah pengukuran (measurement) mengandung arti “the


act or process of ascertaining the extent or quantity of something”
(Wand and Brown dalam Zainal Arifin, 1991). Hopkins dan Antes (1990)
mengartikan pengukuran sebagai “suatu proses yang menghasilkan gambaran
berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri (atribute)
tentang suatu objek, orang atau peristiwa”. Dengan demikian, evaluasi
dan penilaian berkenaan dengan kualitas daripada sesuatu,
sedangkan pengukuran berkenaan dengan kuantitas (yang menunjukkan
angka-angka) daripada sesuatu. Oleh karena itu, dalam proses pengukuran
diperlukan alat ukur yang standar, baik dalam tes maupun nontes.

5. Tes adalah alat atau cara yang sistematis untuk mengukur


suatu sampel perilaku. Sebagai suatu alat ukur, maka di dalam tes
terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik. Tes yang baik adalah tes yang memenuhi
persyaratan validitas (ketepatan/kesahihan) dan reliabilitas(ketetapan/keajegan).
B. Tujuan dan Fungsi
Evaluasi
1. Secara
umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara khusus, tujuan
evaluasi adalah untuk : (a) mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan, (b) mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar,
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial
teaching, dan (c) mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi
pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media
maupun sumber-sumber belajar.

2. Depdiknas (2003 : 6) mengemukakan tujuan evaluasi


pembelajaran adalah untuk (a) melihat produktivitas dan efektivitas
kegiatan belajar-mengajar, (b) memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan
guru, (c) memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program
belajar-mengajar, (d) mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi
oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan
(e) menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai
dengan kemampuannya.

3. Fungsi evaluasi adalah (a) secara psikologis, peserta didik


perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan
ketenangan, (b) secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti
dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat
dengan segala karakteristiknya, (c) secara didaktis-metodis, evaluasi
berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada
kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya
masing-masing, (d) untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara
teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang,
(e) untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh
program pendidikannya, (f) untuk membantu guru dalam memberikan
bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan,
jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas, (g) secara administratif,
evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta
didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur,
termasuk peserta didik itu sendiri.

4. Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu


sendiri, yaitu : (a) formatif, yaitu memberikan feed back
bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran
dan mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai
sepenuhnya materi yang dipelajari, (b) sumatif, yaitu mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, menentukan
angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan
perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar, (c)
diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik
(psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar,
(d) seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar
untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan
kemampuannya.

C. Prinsip-prinsip
Pelaksanaan Evaluasi

Prinsip-prinsip umum evaluasi


adalah : kontinuitas, komprehensif, objektivitas, kooperatif, mendidik,
akuntabilitas, dan praktis. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran
hendaknya (a) dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang
harus dievaluasi, materi yang akan dievaluasi, alat evaluasi dan
interpretasi hasil evaluasi, (b) menjadi bagian integral dari proses
pembelajaran, (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan
berbagai alat (instrumen) dan sifatnya komprehensif, (d) diikuti dengan
tindak lanjut. Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip
keterpaduan, prinsip berorientasi kepada kompetensi dan kecakapan
hidup, prinsip belajar aktif, prinsip koherensi, dan prinsip
diskriminalitas.

D. Ruang
Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Sesuai dengan petunjuk pengembangan


kurikulum berbasis kompetensi yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional, ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam
perspektif penilaian berbasis kelas adalah :

1. Penilaian
kompetensi dasar mata pelajaran. Kompetensi dasar pada hakikatnya
adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta
didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu.

2. Penilaian
Kompetensi Rumpun Pelajaran. Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari
mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian,
kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik
setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.

3. Penilaian
Kompetensi Lintas Kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum merupakan
kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam
kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar
sepanjang hayat dan kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta
didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian
ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil
belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.

4. Penilaian
Kompetensi Tamatan. Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang
tertentu.

5. Penilaian
Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup. Penguasaan berbagai kompetensi
dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan
kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar juga memberikan
efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life
skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui
berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu dinilai sejauhmana
kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara lain :

a. Keterampilan
diri (keterampilan personal) : penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan
YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.

b. Keterampilan
berpikir rasional : berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis,
terampil menyusun rencana dan memecahkan masalah secara sistematis.
c. Keterampilan
sosial : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan
bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi; keterampilan
mengelola konflik; keterampilan mempengaruhi orang lain.

d. Keterampilan
akademik : keterampilan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil
penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan
mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan
masalah, baik berupa proses maupun produk.

e. Keterampilan vokasional : keterampilan


menemukan algoritma, model, prosedur untuk mengerjakan suatu tugas;
keterampilan melaksanakan prosedur; keterampilan mencipta produk dengan
menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.

EKNIK DAN BENTUK EVALUASI

Secara
keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai
berikut :

A. Tes
Tes adalah suatu teknik atau cara
dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang didalamnya terdapat
berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai
tentang perilaku anak didik tersebut.
Berdasarkan jumlah
peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes
kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari sudut penyusunannya, tes hasil
belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes
buatan guru (teacher-made test) dantes yang distandardisasi (standardized test).

1. Tes
tertulis (written test), yaitu tes yang menuntut jawaban dari
siswa secara tertulis. Tes tertulis diberikan kepada seorang atau
sekelompok murid pada waktu, tempat, dan untuk soal tertentu.

a. Tes
uraian (essay test) adalah tes yang menuntut anak untuk
menguraikan jawabannya secara tertulis dengan kata-kata sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gayanya sendiri. Tes uraian sering disebut juga tes
subjektif. Tes uraian ada dua bentuk, yaitu uraian terbatas dan uraian
bebas.

Contoh
uraian terbatas :

1) Jelaskan bagaimana masuknya Islam di Indonesia dilihat


dari segi ekonomi dan politik.

2) Sebutkan lima rukum Islam !

Contoh
uraian bebas :

1) Jelaskan
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia !

2) Bagaimana
peranan pendidikan Islam dalam memecahkan
masalah-masalah pokok pendidikan di Indonesia ?
Untuk
mengoreksi tes uraian, ada tiga cara yang dapat digunakan, yaitu (1) whole
method, yaitu metode per nomor, (2) separated method,
yaitu metode per lembar, dan (3) cross method, yaitu
metode bersilang. Dalam pelaksanaan pengoreksian, guru boleh memilih
salah satu di antara ketiga metode tersebut, atau mungkin menggunakannya
secara bervariasi. Hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan.

You might also like