Professional Documents
Culture Documents
com/2009/09/fungsi-dan-tujuan-
evaluasi-pembelajaran.html
2. Penempatan siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan
tingkat kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang dimiliki.
3. Mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang berguna baik
bagi penempatan maupun penentuan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa, yakni
berfungsi sebagai masukan bagi tugas Bimbingan dan Penyuluhan (BP).
4. Sebagai umpan balik bagi guru, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan program remdial bagi siswa.
http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/t116-fungsi-evaluasi-pendidikan
Secara umum
Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi
pokok, yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana dan memperbaiki atau
menyempurnakan kembali.
Secara khusus,
Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari tiga
aspek diantaranya :
Aspek Psikologis
Dari segi psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan disekolah dapat disoroti
dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta dan dari sisi pendidik.
Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman
atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas atau status dirinya masing-
masing ditengah-tengah kelompok atau kelasnya.
Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati
kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukan
selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau
pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu
dilakukan selanjutnya.
Segi didaktik
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan ( khususnya evaluasi hasil
belajar) akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat
memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima
macam fungsi:
• Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha(prestasi) yang telah dicapai oleh
peserta didiknya.
• Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-
masing peserta didik ditengah-tengah kelompok.
• Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status
peserta didik.
• Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta
didik yang memang memerlukannya.
• Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang
telah ditentukan telah dapat dicapai.
Segi Administrative
Secara Administrative, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi,
yaitu
http://sylvie.edublogs.org/2007/04/27/evaluasi-pendidikan/comment-page-1/
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan
output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani
proses pembelajaran.
transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru,
media dan bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.
Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
TEKNIK EVALUASI
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes
a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka.
Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling
tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan
perbandingan terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi
yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner
tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang
yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara
tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila
yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh
anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka
kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp
adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya
memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai.
Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab
diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan
apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom
pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√)
pada awaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi
dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden)
diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui
tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana
pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan
untuk menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan
mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau
observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat
dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat
dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah
diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek
pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi
mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
a. tes diagnostik
b. tes formatif
c. tes sumatif
Penjelasan mengenai 3 macam tes diatas dapat dibaca pada bagian Teknik Tes
Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada
waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang
jelas.
B. Tujuan Penilaian
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk
grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan
prediksi.
Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak
langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk
menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis
penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk
kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil
kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan
penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil
belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun
dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.
C. Pendekatan Penilaian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar,
yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-
referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan
Kriteria atau criterion referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut
terletak pada acuan yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada norma,
interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta
didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik
digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau
patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang
peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan.
Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam
kurikulum berbasis kompetensi.
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1)
domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan
logika - matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan
antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3)
domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan
visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-
mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain
ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika,
sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-
mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan.
Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam
mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi
sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para
guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana
menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.
Untuk memahami teknis penilaian beserta contoh-contohnya, dapat Anda akses dalam
tautan di bawah ini
Penilaian Hasil Belajar
Baedhowi, menulis makalah tentang kebijakan assemen dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang dipublikasikan dalam situs resmi Depdiknas
(http://www.depdiknas.go.id/)
Kebijakan Asessmen dalam KTSP
Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian
pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu
penilaian pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.
Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk
pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan
evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan
penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator
yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua
pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar
yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi
jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan
penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan
proses belajar.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti
hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui
evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik
ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.
Khusus untuk mata pelajaran matematika hampir semua guru telah melaksanakan evaluasi di
akhir proses belajar mengajar di dalam kelas. Namun hasil yang diperoleh kadang-kadang
kurang memuaskan. Kadang-kadang hasil yang dicapai dibawah standar atau di bawah rata-rata.
Pada mata pelajaran yang lainnya kadang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan ada juga pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Kapan waktu pelaksanaan evaluasi tersebut tidak
menjadi masalah bagi guru yang penting dalam satu kali pertemuan ia telah melaksanakan
penilaian terhadap siswa di kelas.
Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena
keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai
tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi
tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.
Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan tes
tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru,
karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak. Tetapi kegiatan ini
mempunyai kelemahan yaitu anak yang suka gugup walaupun ia mengetahui jawaban dari soal
tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa gugupnya itu. Dan kelemahan lain tes
lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru harus punya banyak persediaan soal. Tetapi ada
juga guru yang mewakilkan beberapa orang anak yang pandai, anak yang kurang dan beberapa
orang anak yang sedang kemampuannya utnuk menjawab beberapa pertanyaan atau soal yang
berhubungan dengan materi pelajaran itu.
Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan, yang
jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penialaian tersebut.
Karena ada juga guru yang tidak mengiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas,
mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas
pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.
Akhir-akhir ini kalau kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam
melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan apakah cara
untuk mengatasinya.
Penulisan makalah kritikan ini bertujuan untuk mengkritik kegagalan persekolah oleh guru dalam
melakukan evaluasi di akhir pelajaran. Mencari faktor penyebabnya dan cara untuk
mengatasinya.
Menurut Drs. Moh. Uzer Usman dalam bukunya (Menjadi Guru Profesional hal 11) menyatakan
bahwa :
Dan menurut buku Mengukur Hasil Belajar (hal 72-74) yang di susun oleh Drs. Azhari Zakri
menyatakan evaluasi bermanfaat bagi guru untuk :
1. Mengukur kompetensi atau kapabalitas siswa, apakah mereka telah merealisasikan tujuan
yang telah ditentukan.
2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga dapat menentukan tindakan
perbaikan yang cocok yang dapat diadakan
3. Memutuskan ranking siswa, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang telah
disepakati.
4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang digunakan.
6. Memberikan umpan balik kepada kita informasi bagi pengontrolan tentang sesuai tidaknya
pengorganisasian belajar dan sumber belajar.
Atas dasar ini, faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian angka.
Melainkan sebagai dasar feed back (catu balik). Catu balik itu sendiri sangat penting dalam
rangka revisi. Sebab proses belajar mengajar itu kontinyu, karenanya perlu selalu melakukan
penyempurnaan dalam rangkan mengoptimalkan pencapaian tujuan.
Bila evaluasi merupakan catu balik sebagai dasar memperbaiki sistem pengajaran,
sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali dilaksanakan proses
pangajaran, harus dievaluasi (formatif). Sebaliknya bila evaluasi hanya dilaksanakan di akhir
suatu program (sumatif) catu balik tidak banyak berarti, sebab telah banyak proses terlampaui
tanpa revisi.
Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pengajaran
hendaknya dilaksanakan setiap kali proses belajar mengajar untuk suatu topik tertentu. Namun
demikian evaluasi sumatif pun perlu dilaksanakan untuk pengembangan sistem yang lebih luas.
Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang di atas, masih ada pendapat lain dari manfaat evaluasi
seperti yang dikemukakan oleh Noehi Nasution dalam bukunya Materi Poko Psikologi Pendidikan
hal 167, menjelaskan bahwa kegiatan penilaian tidak hanya untuk mengisi raport anak didik,
tetapi juga untuk :
Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang telah diikemukakan oleh para ahli di atas, yang penting
dengan mengadakan evaluasi sebagai guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan atau
kekurangannya dalan menyampaikan materi pelajaran. Sehingga ia dapat menata kembali atau
menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran sehingga akan mendapatkan hasil yang
lebih baik dari sebelumnya.
Di dalam telaah teori dan berdasarkan pendapat para ahli, telah mencantumkan tujuan serta
manfaat evaluasi di akhir pelajaran. Selain menilai hasil belajar murid, evaluasi juga menilai hasil
mengajar guru dengan kata lain, guru dapat menilai dirinya sendiri dimana kekurangan dan
kelemahannya dalam mengajar, sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Jika dalam suatu kegiatan belajar, tujuan sudah diidentifikasi, biasanya dapat disusun suatu ters
atau ujian yang akan digunakan untuk menentukan apakah tujuan tersebut dicapai atau tidak.
Mager pernah mengatakan bahwa jika kita mempelajari dengan teliti semua tahap yang telah
dibicarakan sampai saat ini, maka siswa sudah harus dapat melakukan apa yang telah
direncanakan untuk mereka lakukan. Hasil dari penialaian dapat mendorong guru untuk
memperbaiki keterampilan profesional mereka, dan juga membantu mereka mendapat pasilitas
serta sumber belajar yang lebih baik.
Di dalam suatu tes belajar, sebagian besar nilai berdistribusi normal (yakni beberapa murid
hasilnya baik, beberapa buruk, tetapi sebagian besar menunjukkan rata-rata). Dalam ter kriteria,
sebagian tes berada di bagian atas. Hal ini lumrah, karena jika seorang guru memberikan tujuan
yang berjumlah 10, misalnya, maka ia akan kecewa jika para siswa hanya merealisasikan 50%
saja.
Tes dan ujian yang mengukur pencapaian tujuan, belum mendapat perhatian yang serius oleh
guru dan instruktur, kecuali akhir-akhir ini. Program pendidikan dan latihan sebelum ini telah
dianggap sudah berhasil tanpa perlu ada evaluasi. Sikap ini disebabkan oleh empat kesulitan
utama yakni :
Namun dengan adanya investasi besar-besaran dalam pendidikan, telah dirasakan kebutuhan
akan suatu bentuk evaluasi.
1. Ia dapat menilai cara mengajar seorang guru (dengan mengukur variabel-variabel seperti
suatu kebiasaan-kebiasaan, humor, kepribadian, penggunaan papan tulis, teknik bertanya,
aktivitas kelas, alat bantu audiovisual, strategi mengajar dan lain-lain.
Selama ini guru mengadakan penilaian hanya untuk mencari angka atau nilai untuk anak didik.
Apabila anak banyak memperoleh nilai dibawah 6 (enam), maka guru menganggap bahwa anak
didiklah yang gagal dalam menyerap materi pelajaran atau materi pelajaran terlalu berat,
sehingga sukar dipahami oleh anak. Kalau anak yang memperoleh nilai dibawah 6 mencapai
50% dari jumlah anak, hal ini sudah merupakan kegagalan guru dalam melaksanakan evaluasi di
akhir pelajaran.
Tentu saja di akhir pelajaran mareka kewalahan menjawab pertanyaan atau tidak mampu
mengerjakan tugas yang diberikan. Dan akhirnya nilai yang diperoleh jauh dari apa yang
diharapkan.
4. Guru kurang mampu memotivasi anak dalam belajar sehingga dalam menyampaikan materi
pelajaran, anak kurang menaruh perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru,
sehingga ilmu yang terkandung di dalam materi yang disampaikan itu berlalu begitu saja tanpa
ada perhatian khusus dari anak didik.
9. Dalam tes lisan di akhir pelajaran, guru kurang trampil mengajukan pertanyaan kepada murid,
sehingga murid kurang memahami tentang apa yang dimaksud oleh guru.
http://hilman.web.id/posting/blog/827/pengertian-fungsi-dan-prosedur-evaluasi-pembelajaran.html
A. Pengertian
Evaluasi
1. Dalam
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21
dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Persamaannya
adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai
sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya.
Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit
dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang
menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti
guru menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik
guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari
sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih
luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang
disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun
pada level yang luas.
C. Prinsip-prinsip
Pelaksanaan Evaluasi
D. Ruang
Lingkup Evaluasi Pembelajaran
1. Penilaian
kompetensi dasar mata pelajaran. Kompetensi dasar pada hakikatnya
adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta
didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu.
2. Penilaian
Kompetensi Rumpun Pelajaran. Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari
mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian,
kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik
setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.
3. Penilaian
Kompetensi Lintas Kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum merupakan
kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam
kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar
sepanjang hayat dan kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta
didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian
ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil
belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.
4. Penilaian
Kompetensi Tamatan. Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang
tertentu.
5. Penilaian
Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup. Penguasaan berbagai kompetensi
dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan
kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar juga memberikan
efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life
skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui
berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu dinilai sejauhmana
kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara lain :
a. Keterampilan
diri (keterampilan personal) : penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan
YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.
b. Keterampilan
berpikir rasional : berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis,
terampil menyusun rencana dan memecahkan masalah secara sistematis.
c. Keterampilan
sosial : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan
bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi; keterampilan
mengelola konflik; keterampilan mempengaruhi orang lain.
d. Keterampilan
akademik : keterampilan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil
penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan
mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan
masalah, baik berupa proses maupun produk.
Secara
keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai
berikut :
A. Tes
Tes adalah suatu teknik atau cara
dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang didalamnya terdapat
berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai
tentang perilaku anak didik tersebut.
Berdasarkan jumlah
peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes
kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari sudut penyusunannya, tes hasil
belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes
buatan guru (teacher-made test) dantes yang distandardisasi (standardized test).
1. Tes
tertulis (written test), yaitu tes yang menuntut jawaban dari
siswa secara tertulis. Tes tertulis diberikan kepada seorang atau
sekelompok murid pada waktu, tempat, dan untuk soal tertentu.
a. Tes
uraian (essay test) adalah tes yang menuntut anak untuk
menguraikan jawabannya secara tertulis dengan kata-kata sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gayanya sendiri. Tes uraian sering disebut juga tes
subjektif. Tes uraian ada dua bentuk, yaitu uraian terbatas dan uraian
bebas.
Contoh
uraian terbatas :
Contoh
uraian bebas :
1) Jelaskan
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia !
2) Bagaimana
peranan pendidikan Islam dalam memecahkan
masalah-masalah pokok pendidikan di Indonesia ?
Untuk
mengoreksi tes uraian, ada tiga cara yang dapat digunakan, yaitu (1) whole
method, yaitu metode per nomor, (2) separated method,
yaitu metode per lembar, dan (3) cross method, yaitu
metode bersilang. Dalam pelaksanaan pengoreksian, guru boleh memilih
salah satu di antara ketiga metode tersebut, atau mungkin menggunakannya
secara bervariasi. Hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan.