Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
bernegara. Hal itu dinyatakan secara tegas dalam UUD 1945 pasal 29 bahwa
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Negara tidak hanya melindungi
kehidupan agamanya. Perwujudan dari jaminan UUD 1945 itu adalah diakuinya
agama-agama yang ada dan hidup di Indonesia yaitu Islam, Katholik, Protestan,
kehidupan beragama itu selalu menuju ke arah yang positif dan menghindari serta
mengurangi ekses-ekses negatif yang akan muncul dan merusak kesatuan dan
antar umat beragama, karena disinyalir bahwa penyiaran agama sering memicu
Pemerintah dalam hal penyiaran agama, yaitu antara lain: (1) Keputusan Menteri
Agama No. 70 dan 77 tentang Penyiaran dan Penyebaran Agama dan tentang
Agama Nomor:44 Tahun 1978 Tentang Pelaksanaan Dakwah Agama dan Kuliah
Subuh melalui Radio (3) Keputusan Bersama Bersama Menteri Dalam negeri
bantuan Luar negeri Kepada lembaga keagamaan di Indonesia dan (4) Surat
Agama juga menetapkan arah kehidupan intern dan antar ummat beragama pada
tiga bentuk yang dikenal dengan istilah Tri Kerukunan yaitu: Kerukunan Hidup
Bagi umat Islam adanya keputusan Menteri agama nomor 44 tahun 1978
jelas dianggap membatasi ruang gerak amar ma’ruf nahi mungkar. Demikian pula
bagi ummat Kristen keputusan bersama Menteri Agama Nomor 70 dan 77 tahun
1978 dirasakan membatasi dan merugikan aktivitas misi Kristen di Indonesia.
Pada saat keputusan tersebut diundangkan mendapat reaksi keras dari tokoh-tokoh
MAWI dan DGI (Depag RI, 1979). Adanya reaksi dari tokoh agama terhadap
Kisten, Katolik dan Budha) penyebaran agama kepada seluruh ummat manusia
dinilai sebagai tugas suci, atau dikenal dengan istilah “mission sacre”. Adanya
dan tidak merasa puas sebelum menyampaikan agamanya itu kepada siapa saja
yang belum mengetahuinya, dan di mana saja ada kesempatan (Arnold, 1957: 27).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pluralisme
1. Batasan
Sumitro Djojohadikusuma menyatakan, “Pembangunan ekonomi berarti suatu
proses perubahan structural dalam perimbangan-perimbangan ekonomi yang
terdapat dalam masyarakat.” Pembamgunan ekonomi berarti suatu proses
perubahan struktural produksi (pendapatan nasional). Struktur ppenduduk dan
mata pencaharian (lapangan pekerjaan) dan struktur lalu lintas barang, jasa dan
modal dalam hubungan internasional. Apabila konsep ini diterapkan untuk
pengertian pembangunan Negara-kebangsaan, maka pembangunan berarti suatu
proses perubahan struktural kehidupan bernegara kebangsaan, yang tercakup
didalam struktural politik dan pertahanan keamanan, struktur ekonomi, serta
struktur tata masyarakat dan budaya.
3. Strategi Pelaksanaan
Tujuan akhir pembangunan nasional Indonesia dilakukan dengan jalan
melaksanakan serangkaian pembangunan. Rangkaian upaya pembangunan
tersebut dibagi dalam tahap-tahap pembangunan jangka panjang selama 25
tahun dan tahap pembangunan jangka pendek yang berlangsung selama 5 tahun.
Srategi dasar pembangunan nasional nasional Indonesia selama kurang lebih 30
tahun yang bertumpu pada pembangunan ekonomi yang terkait dengan
pembangunan dibidang lainnya.
4. Karakteristik
a. Pembangunan nasional Indonesia merupakan bentuk pengamalan
Pancasila secara serasi dan kesatuan yang utuh.
b. Pembangunan nasional Indonesia merupakan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.
c. Pembangunan nasional Indonesia dilaksanakan secara berencana,
menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap, dan berlanjut.
d. Pembangunan nasional Indonesia adalah pembangunan dari, oleh dan
untuk rakyat yang dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa.
e. Trilogi Pembangunan yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan, dan
stabililitas nasional
5. Asas
a. Kemampuan dan Ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
b. Manfaat.
c. Demokrasi Pancasila
d. Adil dan Merata.
e. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam Perikehidupan.
f.Hukum.
g. Kemandirian.
h. Kejuangan.
i. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
PEMBAHASAN
A. Dasar Pemikiran
1. Penyebaran Agama
Masuk ke dalam kelompok ini agama Islam, Kristen dan Budha. (ii) Agama-
agama bukan Missionary, yaitu agama yang tidak disebarkan oleh penganut-
penganutnya, seperti agama Yahudi, Zoroaster dan Hindu. (Arnold, 1957: 25).
manusia dinilai sebagai tugas suci, atau dikenal dengan istilah “mission
agamanya itu kepada siapa saja yang belum mengetahuinya, dan di mana saja
mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam agar
dakwah ialah Al Qur’an surat Ali Imron Ayat 104: “Hendaklah ada diantara
kamu suatu golongan yang mengajak ummat manusia kepada kebaikan,
mungkar; dan merekalah orang-orang yang beruntung. Juga Ali Imron ayat
orang dan masyarakat beriman kepada Allah SWT, jiwanya bersih diikuti
yang kekal abadi, bagimu tidak ada lagi kelahiran, atau kematian telah bersatu
mereka, Kami pun akan pergi sendirian ke Gayasis, karena tugas telah
pekabaran Injil yaitu segenap usaha umat Kristen yang tertuju kepada
anak dan Roh Kudus. Ajarilah mereka melaksanakan apa yang telah
Tujuan Pekabaran Injil : (i). Pengakuan dosa yang diwarisi dari Adam
anugerah Ilahi.
Kehidupan beragama
adalah bangsa yang beragama atau bukan negara teokrasi dan bukan pula
agama yang sehat (2) negara tidak punya kompentensi untuk memaksa agam
sebagaimana agama sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluknya
(3) Kebebasan beragama merupakan hak asasi yang paling mendasar dan (4)
pemerintah dalam urusan agama ini mendapat tanggapan dari sejumlah tokoh
diantaranya adalah Hatta dan Daliar Noor. Menurut Hatta masalah agama dan
Hamidi dan M. Husnu Abadi (2001) yang menyatakan intervensi negara atau
meliputi: fasilitas, sarana dan prasarana. Jadi bukan pada materi agamanya
atau dengan kata lain negara tidak mencampiri dan tidak ingin mencampuri
kehidupan beragama itu selalu menuju ke arah yang positif dan menghindari
agama dan hubungan antar umat beragama, karena disinyalir bahwa penyiaran
Keagamaan di Indonesia.
sering terjadi di Indonesia pemerintah dalam hal ini Departemen Agama juga
menetapkan arah kehidupan intern dan antar ummat beragama pada tiga
bentuk yang dikenal Tri Kerukunan yaitu: Kerukunan Hidup Intern Ummat
Beragama, Kerukunan Hidup Antar Ummat Beragama dan Kerukunan Hidup
di Indonesia
Dalam Negeri No. 1 Tahun 1979 tentang Penyiaran dan Penyebaran Agama
agama hanya dari kalangan Islam, sedang yang lain terus melanggar rambu-
rambu. Bantuan luar negeri sulit untuk dipantau; perlu ditinjau kembali
peraturan dimaksud.
keputusan bersama ini cukup baik oleh karena itu masalah penyiaran agama
Hal senada juga diungkapkan oleh Ida Bagus Agung. Menurutnya isi
dari Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 1
tahun 1979 ini sudah memadai; tapi nampaknya sulit untuk dimonitor tentang
(1))
teologis dogmatis sifat gereja itu merupakan persekutuan universal yang tidak
artinya hubungan antar negara bisa dijalin dengan cara yang singkat, tepat dan
cepat. Sementara aturan itu sudah sangat lama atau malahan konsideran
karena potensi bantuan yang tidak sama dan merata. Maka untuk menjaga
bahwa tokoh-tokoh non Islam merasa SKB tersebut sebagai kendala dalam
umat non Islam, kalau toh diberi jumlahnya tidak memadai. Pandangan tokoh
Islam lebih menyoroti terhadap peran yang dimainkan oleh aparat dalam
pelaksanaan SKB tersebut yang dinilai tidak sesuai dengan SKB tersebut.
pemilahan antara ibadah yang tidak boleh diikuti pemeluk agama lain dan
penodaan suatu agama oleh pemeluk agama yang lain baik dengan ucapan
tertentu, bukan karena peraturannya akan tetapi ulah dari oknum pejabat,
RA. Hanafi tokoh agama Islam melihat di basis pemeluk Islam yang
dilaksanakan dengan baik, anggapan mereka yang penting rukun dan saling
menghargai).
secara diam-diam memiliki dwi fungsi, di satu sisi sebagai aparat negara di
gereja, Vihara, Pure benar-benar sangat sulit, bagi umat beragama sendiri
kurang menyadari bahwa agama lain pun butuh menambah tempat ibadah.
sering disalah gunakan di lapangan untuk menekan oleh penganut agama yang
satu terhadap penganut agama yang lain. Keluhan utama umat Kristen adalah
Demikian juga HM. Kholili Ketua LDNU DIY melihat banyak yang
tidak jalan, dan ada pihak agama teretntu yang jelas-jelas melanggar aturan
aparat penegak hukum yang tidak baik. Karena itu menurut Muhammadiyah
perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat, dalam hal ini oleh
pemerintah.
berjalan dengan baik. Tokoh agama Islam melihat masih banyak pelanggaran
dari pemerintah. Sebaliknya dari tokoh non Islam memandang bahwa dalam
memihak pada agama tertentu dan mengabaikan pemeluk agama yang lain.
negara Indonesia.
Berkaitan dengan itu para tokoh agama yang menjadi informan
agama, dan memberi perlakuan yang sama kepada semua agama yang ada di
supaya umat manusia menjadi manusia berahlak mulia. Selain itu pimpinan
sama dalam hal dukungan dana, kesempatan kerja dan perkembangan karir
Kholili lebih melihat dari sisi manajemen bahwa pemerintah harus lebih
menurut agama dan kepercayaannya itu, maka pemerintah harus pro aktif
umat beragama.
d. Peningkatan kualitas pelayanan KUA sesuai tugas pokok dan fungsi KUA
sebagai lini terdepan pelayanan keagamaan bagi masyarakat;
e. Peningkatan kualitas pengelolaan dana sosial keagamaan (zakat, wakaf,
infak, shodaqoh, kolekte, dana punia, dan dana paramita), serta
peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam rangka
memenuhi kewajiban agama pada aspek sosial kemasyarakatan dalam
rangka memberdayakan masyarakat dan mengurangi kesenjangan sosial di
masyarakat;
f. Peningkatan kualitas pelayanan ibadah haji dalam rangka meningkatkan
efisiensi, pencegahan korupsi, dan mengurangi indirect cost yang
dibebankan kepada jamaah haji; serta
g. Peningkatan kapasitas dan peran lembaga sosial keagamaan dan lembaga
pendidikan agama dan keagamaan sebagai agen pembangunan dan agen
perubahan sosial dalam rangka meningkatkan daya tahan masyarakat dalam
menghadapi berbagai krisis, serta memberikan solusi dalam menghadapi
berbagai tantangan dan persoalan kemasyarakatan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data sebelumnya maka dapat ditarik
tempat ibadah dan bantuan luar negeri dipandang sebagai kebijakan yang
bahkan ada tokoh agama yang menilai kebijakan ini berdampak negatif
terhadap hubungan antar umat beragama yang sudah berjalan dengan baik.
Pandangan ini menafikan tehadap pemilahan antara ibadah yang tidak boleh
diikuti pemeluk agama lain dan kegiatan keagamaan yang bisa diikuti oleh
pelanggaran.
B. Saran
Saran yang bisa diajukan, pertama perlunya diadakan dialog antar tokoh
agama dan perintah secara lebih intensiv, terbuka dan terus menerus untuk
tersebut sampai pada tingkat desa sehingga peratuan tersebut bisa dipahami
minimal oleh tokoh agama yang secara riil berhadapan dengan persoalan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Semarang, Thoha Putra, Edisi Baru, 1989.
Aris Munandar, Upasaka Pandita Ananda, Riwayat Kehidupan Sang Budha,
Yogyakarta, Lembaga Pendidikan Agama Budha, 1971.
Chodidjah Nasution, Missionary Dalam Agama Budha dan Kristen Dan Dakwah
Dalam Agama Islam, Paper tidak diterbitkan, 1971.
Faisal Ismail, Pijar-Pijar Islam Pergumulan Kultur dan Struktur, Lesfi, Yogyakarta,
2002.