You are on page 1of 49

JURNAL MANAJEMEN BISNIS

Volume 1, Nomor 2 Mei 2008


ISSN: 1978−8339

2
DAFTAR ISI ISSN: 1978−8339

JURNAL MANAJEMEN BISNIS

Halaman

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit pada PT Bank


Tabungan Negara Cabang Medan
Arlina Nurbaity Lubis dan Ganjang Arihta Ginting ............................................................................. 42 – 47

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek Sepeda Motor Merek Honda terhadap
Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Universitas Sumatera Utara)
Fadli dan Inneke Qamariah .................................................................................................................. 48 – 58

Pengaruh Sosiodemografi dan Karakteristik Pekerjaan terhadap Keinginan Pindah Kerja


Bidan di Kabupaten Serdang Bedagai
Muhammad Surya Desa, Endang Sulistya Rini, dan Syarifah .............................................................. 59 – 68

Tantangan bagi Kepemimpinan Lintas Budaya


Prihatin Lumbanraja............................................................................................................................. 69 – 77

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Brand Image pada Unit Rawat Jalan Poliklinik
Penyakit dalam RSU Dr. Pirngadi di Medan
Nisrul Irawati dan Rina Primadha ....................................................................................................... 78 – 88

3ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PERMINTAAN KREDIT PADA PT BANK TABUNGAN NEGARA
CABANG MEDAN
Arlina Nurbaity Lubis1 dan Ganjang Arihta Ginting2
1
Staf Pengajar FE-USU
2
Alumni FE-USU

Abstract

This research aim to know and analyze factor influence level of interest rate KPR and customer service
to demand decision of KPR at Bank Tabungan Negara, Co.Ltd Branch of Medan, and know factor having an
effect on most dominant to demand decision KPR at Bank Tabungan Negara, Co.Ltd Branch of Medan.
The research method applied is descriptive analytical method and multiple regression analytical method.
Sample applied in this research is client using product KPR at Bank Tabungan Negara, Co.Ltd Branch of Medan
are 73 by using purposive sampling.
The Result of this research indicates that independent variable applied that is factor of interest rate
credit and customer service simultaneously has significant influence to variable dependent that is demand
decision of KPR at Bank Tabungan Negara, Co.Ltd Branch of Medan. The Result of this also indicates that
customer service factor is which most dominant influences demand decision of KPR at Bank Tabungan Negara,
Co.Ltd Branch of Medan.

Keywords: demand decision of KPR, interest rate, and service

A. PENDAHULUAN membutuhkan rumah. Pada sisi lain, sebagian


masyarakat tidak mampu membeli rumah secara tunai,
Latar Belakang sehingga ini menjadi peluang bagi bank-bank untuk
Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara memasarkan KPR sebanyak-banyaknya.
tunai ataupun kredit. Seseorang dapat membeli rumah Strategi untuk memenangkan persaingan
secara tunai apabila orang tersebut memiliki uang dalam bisnis KPR adalah suku bunga dan pelayanan
yang nilainya sama dengan harga rumah tersebut. yang kompetitif (www.kompas.com, April 2008).
Namun, seiring dengan semakin sulitnya keadaan Suku bunga KPR yang tinggi dapat menyebabkan
ekonomi dan banyaknya tuntutan kebutuhan yang ekspansi KPR menjadi turun. Pada sisi lain, Bank
harus dipenuhi oleh masyarakat maka pembelian yang mampu memberikan pelayanan yang
rumah secara tunai semakin sulit dilakukan, terutama memuaskan, pasti dapat menarik banyak debitur
bagi masyarakat yang tingkat ekonominya menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang.
ke bawah. Dengan demikian, pembelian rumah secara Pemberian kredit perbankan ke KPR
kredit dikalangan masyarakat menjadi pilihan yang berkembang cepat seiring terjadinya penurunan suku
sangat menarik. bunga perbankan selama tahun 2007. Statistik
Penyaluran kredit perbankan pada sektor Perbankan Indonesia (SPI) mencatat jumlah kredit
konsumsi mengalami peningkatan yang drastis sejak perbankan yang disalurkan ke KPR meningkat sebesar
Indonesia dilanda krisis ekonomi sepuluh tahun lalu. Rp 15,50 triliun yaitu 60,50 triliun pada tahun 2006
Hal ini terjadi karena banyaknya perusahaan- dan 76 triliun pada bulan Agustus 2007 (Info Bank,
perusahaan besar bangkrut sehingga sektor korporasi Edisi Januari 2008). Pertumbuhan KPR juga
sangat sedikit menyerap kredit dari bank. Bank-bank diprediksi akan naik 10% sampai 15% dari rata-rata
kemudian semakin menyadari bahwa peluang di pasar pertumbuhan KPR pada tahun 2007
konsumsi semakin besar, dimana resiko yang dihadapi (www.kompas.com, April 2008).
relatif lebih kecil dibandingkan dengan kredit pada Pada Tabel 1 dapat dilihat 10 peringkat bank-
pasar investasi. bank yang memiliki jumlah outstanding KPR terbesar
Terdapat beberapa jenis sektor konsumsi yang di Indonesia. Bank yang paling menguasai pangsa
dibiayai dengan kredit oleh bank, salah satunya adalah pasar dalam memberikan KPR kepada masyarakat
sektor perumahan melalui kredit pemilikan rumah adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero). Tercatat
(KPR). Peningkatan pemberian KPR oleh bank-bank Bank BTN memiliki pangsa pasar sebesar 21,37 %
disebabkan masih banyaknya masyarakat yang dan nilai ini sangat jauh di atas bank-bank lainnya.

42
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 42 - 47

Tabel 1. Outstanding Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bank yang pertama kali dan dikhususkan menangani
Beberapa Bank Besar per September 2007 bisnis KPR di Indonesia selama kurang lebih 34
No. Nama Bank Nilai Pangsa Pyoy tahun.
(Rp Pasar (%)
Triliun) (%)
1. Bank BTN 18.924 21.37 35.75 Tujuan dan Manfaat Penelitian
2. Bank Niaga 8.530 9.63 20.51 1. Tujuan Penelitian
3. Bank Central Asia 7.208 8.14 78.59 Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor
4. Bank Panin 4.634 5.23 63.08 tingkat suku bunga, dan pelayanan nasabah dalam
5. Bank Mandiri 4.501 5.08 25.94
mempengaruhi dan menentukan keputusan
6. Bank Negara 4.050 4.57 70.74
Indonesia permintaan KPR pada PT Bank Tabungan Negara
7. Bank NISP 3.503 3.96 35.34 Cabang medan.
No. Nama Bank Nilai Pangsa Pyoy
(Rp Pasar (%) 2. Manfaat Penelitian
Triliun) (%) a. Bagi Peneliti, memperluas wawasan
8. Bank Internasional 3.246 3.66 12.20
Indonesia pemikiran peneliti dalam cara berpikir ilmiah
9. UOB Buana 2.571 2.90 38.66 pada bidang pemasaran pada perbankan
10. Bank Danamon 1.350 1.52 20.17 khususnya pemasaran KPR.
Keterangan: b. Bagi PT Bank Tabungan Negara Cabang
Pyoy: pertumbuhan year on year Medan, untuk menambah wawasan dan
Sumber: Biro Riset Infobank (birI), januari 2008
menjadi dasar pertimbangan bagi pimpinan
dalam mengambil kebijaksanaan KPR.
Fokus bisnis Bank BTN dalam bidang KPR
c. Bagi pihak lain, sebagai refrensi yang
sebenarnya banyak dipengaruhi oleh faktor historis,
bermanfaat untuk mengadakan penelitian
dimana pada awalnya Bank BTN oleh Pemerintah
lanjutan yang lebih mendalam pada masa
ditugaskan untuk menjadi satu-satunya bank yang
yang akan datang.
menangani penyaluran KPR kepada golongan
masyarakat menengah ke bawah, yaitu melalui produk
KPR Rumah Sederhana (KPR RS) dan KPR Rumah
B. METODE PENELITIAN
Sangat Sederhana (KPR RSS). Dalam mengemban
tugas ini, sebagai sumber pendanaan maka Bank BTN
1. Batasan Operasional Variabel
menggunakan dana subsidi yang bersumber dari
Penelitian yang dilakukan peneliti terbatas
Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan
pada faktor-faktor sebagai berikut:
Rekening Dana Investasi (RDI) dari Departemen
a. Tingkat suku bunga (Interest Rate)
Keuangan.
b. Pelayanan Nasabah (Customer Service)
Subsidi dari KLBI dan RDI untuk pemberian
KPR semakin dibatasi seiring dengan krisis ekonomi
Penelitian yang dilakukan peneliti juga
dan perubahan kebijakan ekonomi yang diprogramkan
terbatas pada KPR GRIYA UTAMA 1 yang
oleh Dana Moneter Internasional (IMF), sehingga
disalurkan oleh PT Bank Tabungan Negara Cabang
untuk mendukung bisnisnya dalam penyaluran KPR,
Medan.
maka Bank BTN harus menngandalkan sumber
pendanaan lainnya, yaitu dari dana masyarakat.
2. Definisi Operasional Variabel
Bank BTN juga melakukan pergeseran fokus
a. Tingkat suku bunga KPR, yaitu harga jual yang
bisnis dalam pemberian KPR, yaitu dari KPR RS dan
harus dibayar oleh peminjam (debitur) kepada
KPR RSS bergeser ke KPR Komersial yang berbunga
bank yang didasarkan pada suatu perjanjian
lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan pergeseran
membuka KPR.
sumber pendanaan, yaitu dari dana subsidi kepada
b. Pelayanan Nasabah (Customer Service), yaitu
dana komersial. Dalam hal ini, salah satu produk
pendapat debitur mengenai kepuasan yang
unggulan KPR komersial Bank BTN adalah Kredit
diterima debitur atas pemenuhan kebutuhan yang
Griya Utama 1(KGU 1).
diberikan bank sejak permohonan KPR sampai
KGU 1 merupakan salah satu produk KPR
dengan berakhirnya KPR.
Bank BTN yang memiliki nilai KPR sebesar seratus
juta hingga seratus lima puluh juta rupiah dengan
3. Identifikasi Variabel
tingkat suku bunga sebesar 10,75%.
Penelitian ini memiliki 3 (tiga) variabel.
Pelayanan juga menjadi salah satu
Ketiga variabel tersebut dikelompokkan menjadi dua
keunggulan dari Bank BTN, karena Bank BTN adalah

43
Arlina Nurbaity Lubis dan Ganjang Arihta Ginting Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan…

bagian yaitu variabel terikat (dependent variable, 8. Uji Validitas dan Reliabilitas
Yi ) dan variabel bebas (independent variable, X i ) . Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
a. Bagian pertama yaitu variabel terikat (dependent digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
variable, Yi) adalah Keputusan Permintaan KPR. valid (Sugiyono, 2005:109). Pengujian validitas
b. Bagian kedua yang merupakan variabel bebas menggunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu
(independent variable, Xi) meliputi: dengan cara mengkorelasikan antara skor butir
1) Tingkat Suku bunga pertanyaan dengan skor totalnya, dan bila nilai
2) Pelayanan Nasabah korelasinya positif dan r hitung ≥ 0,3 maka butir
pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
4. Tempat dan Waktu Penelitian Instrumen yang reliabel adalah instrumen
Peneliti melakukan penelitian pada PT Bank yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
Tabungan Negara Cabang Medan yang berlokasi di obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama,
Jalan Pemuda No.10-A Medan. Penelitian ini dan bila koefisien korelasi (r) positif dan signifikan,
dilakukan mulai bulan April 2008 sampai dengan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
Agustus 2008.
9. Metode Analisis Data
5. Populasi dan Sampel 1. Metode Analisis Regresi Berganda
a. Populasi Analisis Regresi Berganda digunakan untuk
Populasi pada penelitian ini adalah debitur mengadakan prediksi nilai dari variabel terikat
pada PT Bank Tabungan Negara Cabang
yaitu keputusan permintaan KPR pada PT
Medan yang memperoleh produk KPR
Bank Tabungan Negara Cabang Medan (Y)
GRIYA UTAMA 1 dalam periode 31
desember 2007 yang berjumlah 734 debitur. dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai
b. Sampel variabel bebas, yaitu Tingkat Suku Bunga
Sampel diambil dengan metode purposive (Interest Rate) ( X 1 ), dan Pelayanan Nasabah
sampling yaitu 10% dari populasi. Menurut (Customer Service) ( X 2 ) sehingga dapat
Gay dalam Umar (2000:79) jumlah ini
dianggap sudah representatif untuk mewakili diketahui pengaruh positif atau negatif dari
populasi, sehingga sampel yang digunakan faktor-faktor Tingkat Suku Bunga, dan
peneliti adalah sebanyak 73 debitur. Pelayanan Nasabah terhadap Keputusan
Permintaan KPR pada PT Bank Tabungan
6. Jenis Data Negara Cabang Medan. Analisis regresi
Data yang digunakan sebagai informasi untuk Linear berganda dalam penelitian ini
melakukan analisis dan evaluasi adalah: menggunakan bantuan aplikasi software SPSS
a. Data Primer (Statistic Product And Service Solution) 15.0
Data primer yang dipakai dalam penelitian ini For Windows. Adapun model persamaan yang
berasal dari kuesioner. digunakan (Sugiyono, 2005:211), adalah:
b. Data Sekunder
Y = a + b1 x1 + b 2 x 2 + e
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
hasil publikasi media massa dan berbagai Di mana:
tulisan yang diperoleh dari PT Bank Y = Keputusan Permintaan KPR
Tabungan Negara Cabang Medan seperti: a = Konstanta
buku, majalah, surat kabar, literatur, ataupun b1 = Koefisien x1
internet untuk mendukung penelitian ini.
x1 = Tingkat suku bunga
7. Teknik Pengumpulan Data b2 = Koefisien x2
a. Wawancara (Interview)
x2 = Pelayanan Nasabah
Wawancara dilakukan dengan bagian
perkreditan dan petugas lapangan PT Bank e = Standar error
Tabungan Negara Cabang Medan.
b. Kuesioner - Pengujian Hipotesis
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajukan 1) Uji-F (uji secara serentak)
pertanyaan melalui daftar pertanyaan yang Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah
diisi oleh debitur yang memperoleh produk semua variabel bebas yang dimasukkan dalam
KPR GRIYA UTAMA 1 pada PT Bank model mempunyai pengaruh secara bersama-
Tabungan Negara Cabang Medan. sama terhadap variabel terikat.

44
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 42 - 47

H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara bersama-sama a) Menentukan model hipotesis Ho dan Ha.


tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari b) Mencari nilai Ftabel dengan cara menentukan
variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel tingkat kesalahan (α) dan menentukan derajat
tingkat suku bunga dan pelayanan nasabah kebebasan.
terhadap Keputusan Permintaan KPR (Y). c) Menentukan kriteria pengambilan keputusan.
d) Mencari nilai Fhitung dengan menggunakan
Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama
bantuan aplikasi SPSS 15.0
terdapat pengaruh yang signifikan dari e) Kesimpulan.
variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel
tingkat suku bunga dan pelayanan nasabah Hasil pengujian:
terhadap Keputusan Permintaan KPR yaitu a) Model Hipotesis yang digunakan adalah
variabel terikat (Y). Ho : b1 = b2 = 0
Kriteria Pengambilan Keputusan: Artinya variabel bebas suku bunga (X1) dan
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5 % pelayanan (X2) secara bersama-sama tidak
Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %, berpengaruh signifikan terhadap Keputusan
atau nilai signifikansi < 0,05 Permintaan KPR (Y) pada PT. Bank Tabungan
Negara Cabang Medan.
Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0
Artinya variabel bebas suku bunga (X1) dan
C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
pelayanan (X2) secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap Keputusan Permintaan KPR
1. Determinasi (R2) (Y) pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang
Determinasi (R2) digunakan untuk melihat Medan.
seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap b) Ftabel dapat dilihat pada α = 0.05
variabel terikat. Determinan (R2) mendekati satu (1) Dengan derajat pembilang = k – 1 = 3 – 1 = 2
berarti pengaruh variabel bebas besar terhadap
Derajat penyebut = n – k = 73 – 3 = 70, Ftabel 0,05
variabel terikat. R2 mendekati nol (0) berarti pengaruh
(2,70) = 3,13
varibel bebas terhadap variabel terikat adalah kecil. c) Mencari nilai Ftabel dengan menggunakan tabel
ANOVA dari hasil pengolahan data SPSS Versi
Tabel 2. Summary
Adjusted R Std. Error of 15.0.
Model R R Square
Square the Estimate
1 Tabel 3. ANOVA(b)
.815(a) .664 .654 .86582
a Predictors: (Constant), pelayanan, sukubunga Sum of Mean
Sumber: Hasil pengolahan data primer (kuesioner, SPSS versi Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 103.690 2 51.845 69.160 .000(a)
15.0) 2008
Residual 52.475 70 .750
Tabel 2 menunjukkan bahwa angka R2 atau Total 156.164 72
determinan sebesar 65,4% dan sisanya 34,6% a Predictors: (Constant), pelayanan, sukubunga
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan b Dependent Variable: permintaanKPR
Sumber: Hasil pengolahan data primer (kuesioner, SPSS versi
ataupun diuji dalam penelitian ini. Hasil Penelitian ini 15.0) 2008
juga menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri
dari tingkat suku bunga dan pelayanan mampu d) Kriteria Pengambilan Keputusan
mempengaruhi keputusan permintaan kredit, atau Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
dengan kata lain keputusan permintaan kredit Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%, atau
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan pelayanan. nilai signifikansi < 0,05
e) Dari tabel ANOVA diperoleh Fhitung sebesar
2. Uji F Serentak 69,160
Uji F untuk menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan pada model Tabel 4. Reliability Statistic
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap Fhitung Ftabel
variabel terikat. 69,160 3,13
Sumber: Hasil pengolahan data primer (kuesioner, SPSS versi
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai 15.0) 2008
berikut:

45
Arlina Nurbaity Lubis dan Ganjang Arihta Ginting Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan…

Bedasarkan Tabel 12 nilai Fhitung > Ftabel pada menunjukkan bahwa faktor suku bunga
α = 5% dengan demikian maka Ha diterima. Hal ini mempengaruhi keputusan permintaan kredit
menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas (suku nasabah. Hasil penelitian ini mendukung kajian
bunga dan pelayanan) secara serempak adalah yang dilakukan oleh Banjanahor (2006) yang
signifikan terhadap keputusan permintaan KPR (Y) membuktikan bahwa faktor tingkat suku bunga
pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan. mempengaruhi keputusan permintaan kredit
nasabah. Jika dikaitkan dengan bauran pemasaran
3. Analisis Regresi Berganda maka bunga bank adalah merupakan harga.
Analisis regresi berganda digunakan, bila Kasmir (2003) menayatakan bahwa bunga bank
peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan sebagai balasan jasa yang diberikan bank yang
(naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah
yang membeli atau menjual produknya. Bunga
dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
bagi Bank juga dapat diartikan sebagai harga yang
prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya)
harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki
(Sugiyono, 2005: 210). Analisis regresi berganda
simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh
dalam penelitian ini menggunakan program SPSS nasabah kepada Bank (nasabah yang memperoleh
versi 15.0 dengan metode enter dan dapat dilihat pada pinjaman). Bagian Bunga pinjaman merupakan
tabel berikut: harga jual dan bunga kredit merupakan contoh
harga jual. Hasil Penelitian ini membuktikan
a
Tabel 5. Coefficients bahwa harga jual dalam hal ini bunga pinjaman
Unstandardized Standardized ternyata berpengaruh terhadap keputusan nasabah
Coefficients Coefficients untuk melakukan kredit.
Model T Sig.
B Std. Beta c. Variabel pelayanan bertanda positif terhadap
Error keputusan permintaan KPR (Y) pada PT. Bank
1. (Constant) 1.289 1.304 .988 .326
suku bunga .019 .084 .022 .228 .821
Tabungan Negara Cabang Medan dengan
pelayanan .366 .044 .800 8.322 .000 koefisien regresi sebesar 0.366 artinya apabila
a. Dependent Variable: Permintaan KPR (Y) terjadi peningkatan variabel pelayanan setiap satu
Sumber: Hasil pengolahan data primer (kuesioner, SPSS versi satuan maka keputusan permintaan KPR (Y) akan
15.0) 2008 meningkat sebesar 0.366. Hasil Penelitian ini juga
membuktikan bahwa pelayanan yang berkualitas
Berdasarkan hasil pengolahan regresi ganda mempengaruhi keputusan nasabah untuk
yang ditunjukkan dalam Tabel 5 maka diperoleh hasil mengajukan kredit. Hasil penelitian ini
regresi linear ganda sebagai berikut: mendukung kajian yang dilakukan oleh
Banjarnahor (2006) yang juga membuktikan
Y = 1.289 + 0.019X 1 + 0.366X 2 + ei bahwa pelayanan terhadap nasabah berpengaruh
terhadap keputusan permintaan kredit.
Interpretasi Model Linear Ganda: Sebagaimana diketahui bahwa perbankan adalah
Interpretasi dari hasil estimasi parameter dari industri yang bergerak dibidang jasa. Jasa ataupun
pelayanan tentu memiliki karakteristik yang
persamaan regresi ganda yang telah diperoleh, dapat
berbeda dengan barang/produk. Perbedaan
dibuat suatu interpretasi terhadap suatu model atau
karakteristik dan sifat jasa ini mengharuskan
hipotesis yang telah diambil pada metode penelitian
pemberi jasa lebih memperhatikan kualitas jasa
ini, yaitu: atauapun pelayanan yang mereka berikan.
a. Konstanta bernilai 1.289 artinya jika tidak ada Parasuraman et.al dalam Tjiptono (2005)
variabel bebas suku bunga (X 1 ) dan pelayanan menyatakan kualitas jasa memiliki 10 dimensi
(X 2 ) maka faktor keputusan permintaan KPR yaitu bukti fisik, reliabilitas, daya tanggap,
pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan kompetensi, kesopanan, kredibilitas, keamanan,
adalah sebesar 1,289. akses, komunikasi dan kemampuan memahami
b. Variabel suku bunga bertanda positif terhadap pelanggan. Hasil penelitian ini juga membuktikan
keputusan permintaan KPR (Y) pada PT. Bank bahwa kesepuluh dimensi kualitas pelayanan ini
Tabungan Negara Cabang Medan dengan dapat digunakan dalam mengukur kualitas
koefisien regresi sebesar 0.019 artinya apabila pelayanan khsusnya bank. Dalam kenyataannnya,
terjadi peningkatan variabel suku bunga setiap bagaiamana menariknya produk dan harga yang
satu satuan maka keputusan permintaan KPR (Y) ditawarkan oleh suatu bank, tanpa adanya kualitas
akan meningkat sebesar 0.019. Hal ini pelayanan yang baik tidak akan mampu memikat

46
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 42 - 47

nasabah untuk melakukan keputusan pembelian Kotler, Philip. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran.
yang dalam hal ini keputusan untuk mengajukan Jilid I, Alih Bahasa: Damos Sihombing, Edisi
kredit. Dengan kata lain bagi industri yang 8. Penerbit Erlangga, Jakarta.
bergerak dibidang jasa khususnya jasa keuangan Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk
dalam hal ini perbankan selalu memberikan Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga,
pelayanan yang berkualitas yang secara langsung Jakarta.
dapat dinilai oleh nasabah. Karena bagaimanapun Lupiyoadi, Rambat dan A, Hamdani. 2006.
kualitas pelayanan yang diberikan oleh sektor jasa Manajemen Pemasaran Jasa. Penerbit
(perbankan) akan secara langsung dapat Salemba Empat, Jakarta.
dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh karena itu Setiadi, Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen.
kualitas pelayanan tidak hanya diberikan oleh Penerbit Kencana, Jakarta.
departemen layanan pelanggan saja, tetapi juga Sinungan, Muchdarsyah. Mei 2000. Manajemen
menjadi perhatian dan tanggung jawab semua Dana Bank. Edisi Kedua. Jakarta. Penerbit
personel produksi/operasioanal bank. Bumi Aksara, Jakarta.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit
CV.Alfabeta, Bandung.
D. KESIMPULAN Tangkilisan, 2003. Local Government-Finance.
Penerbit Ypapi, Jakarta.
Tingkat suku bunga (X1) dan pelayanan (X2) Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa.
secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan Banyumedia Publishing, Malang.
terhadap keputusan permintaan KPR pada PT. Bank Umar, Husein. 2000. Riset Strategi Perusahaan. PT.
Tabungan Negara Cabang Medan, sehingga hipotesis Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
pertama diterima. Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998
pasal 10 ayat 11.
Untung, Budi. 2005. Kredit Perbankan di
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Edisi kedua. Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Djohan, Warman. 2000.Kredit Bank (Alternatif Banjarnahor. 2006. Analisis Faktor-faktor yang
Pembiayaan dan Pengajuannya)Cetakan mempengaruhi Keputusan Permintaan
Pertama, Jakarta. Penerbit PT. Mutiara Kredit pada PT Bank SUMUT Cabang
Sumber Widya. Tarutung
Kasmir. 2005. Pemasaran Bank. Penerbit PT. Raja InfoBank. Edisi januari 2008.
Grafindo Persada, Jakarta. www.kompas.com diakses pada tanggal 28 April 2008
pukul 19:00 wib.

47
Fadli dan Inneke Qamariah Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek…

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKUITAS MEREK SEPEDA


MOTOR MEREK HONDA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Studi Kasus pada Universitas Sumatera Utara)

Fadli dan Inneke Qamariah


Staf Pengajar FE-USU

Abstract

Marketing is already put an influence to all of our daily activities for individual or organization.
Succesful products or services in the market always had a powerful and dominant brand’s name.
he complication of this research is to knowing how is the effect of brand equity which consists of brand
awareness, perceived quality, brand association, and brand loyalty on buying decision in University of North
Sumatera. The Objective of this research is to to know and to analyze the effect of brand equity consisting of
brand awareness, perceived quality, brand association, and brand loyalty on buying decision in University of
North Sumatera. The research method used on this research is the quantitative research in which variables are
measured with Likert scale. The data collection technic of primary data is by distributing questionnaires,
supported by interview session. The direct approach of this research is by using case study which also supported
by surveys. Data processing is using the SPSS version 12,0 software with the descriptive analysis and
hypothesis tested by multiple regression analysis. The results of the research indicates that (1) as collectively,
there are significant effects of brand awareness, perceived quality, brand association, and brand loyalty on
buying decision in University of North Sumatera environment; (2) which also as partially, there are significant
effect of perceived quality, brand association, and brand loyalty on buying decision in University of North
Sumatera environment. Brand loyalty factor has the most dominant effect on buying decision in the University
of North Sumatera environment.

Keywords: brand equity, brand loyalty, and buying decision

PENDAHULUAN Kawasaki dengan penjualan keseluruhan sejumlah


28.616 unit. Menurut data tersebut merek yang terlihat
Pemasaran pada dasarnya adalah membangun dominan berada pada sepeda motor merek Honda
merek di benak konsumen. Kekuatan merek terletak yang terus bersaing dengan rival klasiknya yaitu
pada kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku Yamaha diikuti dengan Suzuki.
pembelian. Merek diyakini mempunyai kekuatan yang Melalui Tabel I.1 diketahui bahwa penjualan
besar untuk memikat orang untuk membeli produk sepeda motor Honda merek mengalami penurunan
atau jasa yang diwakilinya. Perkembangan industri dari tahun 2005 hingga tahun 2007. Sedangkan
sepeda motor di Indonesia dengan bermacam merek penjualan sepeda motor merek Yamaha mengalami
yang digunakan oleh perusahaan produsennya juga peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke
menjadikan isu merek ini menjadi sangat strategis tahunnya.
dikarenakan dapat menjadi sarana bagi perusahaan Dari Tabel I.2 dapat dilihat untuk tahun 2007,
untuk mengembangkan dan memelihara loyalitas total penjualan sepeda motor merek Honda bersaing
pelanggan. Merek yang kuat akan membangun ketat dengan pesaingnya yaitu merek Yamaha. Secara
loyalitas, dan loyalitas akan mendorong bisnis khusus pada bulan Maret dan Mei 2007, penjualan
terulang kembali. Merek yang kuat juga akan sepeda motor merek Yamaha melampaui penjualan
menghasilkan harga yang menarik dan menjadi sepeda motor merek Honda.
penghalang bagi masuknya pesaing. Menurut data Data penjualan sepeda motor di Sumatera
penjualan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Industri Utara dapat dilihat pada Tabel I.3 dan di Kota Medan
Sepeda Motor Indonesia (AISI) untuk kuartal keempat pada khususnya yang ditunjukkan pada Tabel I.3 juga
2007, Honda membukukan penjualan terbanyak menunjukkan bahwa sepeda motor merek Yamaha
dengan jumlah 2,135 juta unit yang disusul oleh merupakan yang paling besar peningkatan
Yamaha dengan 1,923 juta unit, diikuti oleh Suzuki penjualannya dibandingkan dengan sepeda motor
dengan penjualan sejumlah 641.929 unit dan merek Honda dan Suzuki.

48
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 48 - 58

Demi menjangkau pangsa pasar potensial Vario, dan Suzuki Indonesia mengeluarkan produk
baru yaitu dari kaum wanita yang didasarkan pada Suzuki Spin-nya untuk menandingi dan meraih pangsa
tingginya angka penjualan sepeda motor otomatis pasar yang sangat potensial tersebut yang sebelumnya
merek Yamaha Mio dari Yamaha, PT. Astra Honda belum pernah tersegmentasi dan diperhatikan secara
Motor kemudian meluncurkan varian sepeda motor khusus oleh para produsen sepeda motor.

Tabel I.1. Data Penjualan Tiga Besar Produsen Sepeda Motor di Indonesia Tahun 2004 – 2007 (dalam ribuan unit)
Volume Penjualan
Merek
2004 2005 2006 2007
Honda 2.037.888 2.652.888 2.340.032 2.135.366
Yamaha 878.360 1.239.096 1.459.343 1.923.634
Suzuki 845.236 1.107.960 568.041 641.929
Sumber: www.wartaekonomi.com, 2007

Tabel I.2. Data Penjualan Sepeda Motor di Indonesia Tahun 2007 (dalam ribuan unit)
Periode/Merek Honda Yamaha Suzuki Kawasaki Kanzen Kymco Piaggio
Januari 153.806 133.199 52.309 4.204 2.115 1027 9
Februari 151.806 146.072 46.123 2.914 2.012 1141 5
Maret 151.127 160.235 47.175 3.441 2.318 1121 11
April 138.434 128.271 41.173 3.785 2.424 954 8
Mei 169.331 170.267 32.966 2.665 2.515 673 7
Juni 159.995 155.320 50.391 2.981 2.358 801 11
Juli 143.223 161.016 53.468 3.187 2.489 952 9
Agustus 187.544 168.708 65.334 3.959 2.516 1052 13
September 239.267 164.399 68.261 3.819 2.403 758 6
Oktober 215.477 167.841 64.371 3.471 2.667 686 12
November 212.093 170.119 61.694 3.657 2.519 724 7
Desember 213.263 198.187 58.664 3.314 2.463 767 9
Total 2.135.366 1.923.634 641.929 41.397 28.799 10.656 107
Sumber: Laporan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia kuartal ke-4 tahun 2007

Tabel I.3. Data Penjualan Sepeda Motor di Sumatera Utara Tahun 2003 - 2007 (dalam ribuan unit)
Volume Penjualan
Merek
2003 2004 2005 2006 2007
Honda 80.736 118.467 135.458 142.014 149.312
Yamaha 21.101 31.192 46.391 72.546 115.852
Suzuki 11.666 19.055 39.047 41.574 40.497
Sumber: CV. Indako Trading Co., PT.Alfa Scorpii Medan, PT. Sunindo Varia Motor, 2008.

Tabel I.4. Data Penjualan Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2003 - 2007 (dalam ribuan unit)
Volume Penjualan
Merek
2003 2004 2005 2006 2007
Honda 29.518 38.345 39.313 42.057 43.891
Yamaha 8.997 11.059 14.439 20.997 25.296
Suzuki 4.202 6.038 8.868 9.038 12.522
Sumber: CV. Indako Trading Co., PT.Alfa Scorpii Medan, PT. Sunindo Varia Motor, 2008.

49
Fadli dan Inneke Qamariah Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek…

Tujuan Penelitian kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek,


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan loyalitas merek dan aset-aset merek lainnya seperti
menganalisis dimensi ekuitas merek mana yang paten, cap, saluran hubungan. Empat elemen ekuitas
berpengaruh lebih signifikan pada merek sepeda merek di luar aset-aset merek lainnya dikenal dengan
motor Honda terhadap keputusan pembelian, dimana elemen-elemen utama dari ekuitas merek. Elemen
keempat dimensi ekuitas merek tersebut terdiri dari ekuitas merek yang kelima secara langsung akan di
kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan pengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama
loyalitas merek dan bagaimana pengaruh ekuitas tersebut”.
merek terhadap keputusan pembelian sepeda motor
merek Honda di lingkungan Universitas Sumatera Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekuitas Merek
Utara.
ƒ Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Telaah Kepustakaan Menurut Aaker (1997) ”Kesadaran Merek adalah
Kajian literatur yang digunakan dengan kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali
memfokuskan pada faktor-faktor ekuitas merek dan mengingat kembali bahwa suatu merek
terutama pada pemahaman pada kesadaran merek, merupakan perwujudan kategori produk tertentu”.
kesan kualitas, asosiasi merek, loyalitas merek. Dan
literatur yang berkaitan dengan keputusan pembelian. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan
kontinum (Continum Ranging) dari perasaan yang tak
Definisi Ekuitas Merek pasti bahwa merek tertentu dikenal menjadi keyakinan
Banyak literature tentang ekuitas merek. bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam
Menurut Stanton dalam Rangkuti (2002) “Merek kelas produk bersangkutan, kontinum ini dapat
adalah nama, istilah, simbol atau desain khusus atau diwakili oleh tingkat kesadaran merek yang berbeda.
beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang
untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang
ditawarkan oleh penjual”. Menurut Retnawati (2003) Top Of Mind
”Merek menjadi sangat strategis bagi perusahaan
dikarenakan adanya manfaat yang diberikan bagi Brand Recall
penjual dan pembeli karena: 1) Pengelolaan merek Brand Recognition
yang efektif dimungkinkan dapat mempertahankan
kesetiaan konsumen yang ada, nantinya bisa dipakai Unware of Brand

untuk menghambat serangan pesaing dan membantu Sumber: Aaker (1997)


memfokuskan program pemasaran; 2) Merek dapat
membantu dalam melakukan segmentasi pasar; 3) Gambar I.1. Piramida Brand Awareness
Citra perusahaan dapat dibangun dengan merek yang
kuat dan memberi peluang dalam peluncuran merek- Jangkauan kontinum ini diwakili oleh 4
merek baru yang lebih mudah diterima oleh pelanggan tingkatan kesadaran merek, yaitu:
dan distributor; 4) memberikan ciri-ciri produk yang 1. Tidak Menyadari Merek (Unware of Brand)
unik dan perlindungan hukum (hak paten) yang dapat Merupakan tingkatan merek yang paling rendah
mempermudah prosedur klaim apabila terdapat cacat dimana konsumen tidak menyadari akan
produksi pada produk yang dibeli oleh eksistensi suatu merek.
konsumen”.Menurut Simamora (2003), ekuitas merek 2. Pengenalan Merek (Brand Recognition)
(brand equity) disebut juga nilai merek, yang Merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek
menggambarkan keseluruhan kekuatan merek di yang merupakan pengenalan merek dengan
pasar. Ekuitas merek memberikan suatu keunggulan bantuan, misalnya dengan bantuan daftar merek,
kompetitif bagi sebuah perusahaan karena orang lebih daftar gambar, atau cap merek. Merek yang
cenderung membeli produk yang membawa nama masuk dalam ingatan konsumen disebut brand
merek terkenal dan dihormati. recognition.
Menurut Aaker (1997), ekuitas merek atau 3. Pengingatan Kembali Merek (Brand Recall)
brand equity adalah: Mencerminkan merek-merek apa saja yang
“Seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan diingat konsumen setelah menyebutkan merek
dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang yang pertama kali disebut. Dimana merek-merek
menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh yang disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya
sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para merupakan merek yang menempati brand recall
pelanggan perusahaan. Ekuitas merek ini terdiri dari: dalam benak konsumen.

50
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 48 - 58

4. Puncak Pikiran (Top of Mind) lintas distribusi tersebut untuk menyalurkan


Yaitu merek produk yang pertama kali disebutkan merek-merek yang diminati konsumen.
oleh konsumen secara spontan atau yang pertama 5. Perluasan Merek
kali dalam benak konsumen. Dengan kata lain Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara
merek tersebut merupakan merek utama dari mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu
berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. dengan menggunakan merek tertentu untuk
masuk kedalam kategori produk baru.
ƒ Kesan Kualitas (Perceived Value)
Menurut Aaker (1997) ”Kesan atau persepsi ƒ Asosiasi Merek
kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap Asosiasi merek dapat menciptakan nilai bagi
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat
produk atau jasa layanan yang sama dengan membantu proses penyusunan informasi untuk
maksud yang diharapkannya”. membedakan merek yang satu dengan merek
lainnya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen
Secara umum nilai-nilai atau atribut dari dapat menghasilkan suatu bentuk citra tentang
kesan konsumen dapat digambarkan sebagai berikut: merek (brand image) di benak konsumen.
Menurut Aaker (1997), “Asosiasi merek adalah
Alasan untuk membeli segala hal yang berkaitan dengan ingatan
mengenai merek. Terdapat lima keuntungan
Diferensiasi/posisi asosiasi merek, yaitu: 1) Membantu proses
Persepsi/Kesan
Harga optimum
penyusunan informasi yang dapat meringkaskan
Kualitas
sekumpulan fakta yang dapat dengan mudah
Minat Saluran distribusi dikenal konsumen; 2) Perbedaan, yang
mempunyai peran penting dalam menilai
Perluasan Merek keberadaan atau fungsi suatu merek dibandingkan
Sumber: Rangkuti (2002)
lainnya; 3) Alasan untuk membeli, yang sangat
membantu konsumen dalam mengambil
Gambar I.2. Diagram Nilai dari Kesan Kualitas keputusan untuk membeli produk atau tidak; 4)
Perasaan positif yang merangsang tumbuhnya
Penjelasan dari Gambar I.2 di atas dapat perasaan positif terhadap produk; 5) Menjadi
dilihat sebagai berikut: landasan untuk perluasan merek yang dinilai
1. Alasan membeli kuat”.
Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan Konsumen yang terbiasa menggunakan merek
yang penting untuk membeli. Hal ini tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap
mempengaruhi merek-merek mana yang harus citra merek (brand image) yang disebut juga
dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi dengan kepribadian merek (brand personality)
merek apa yang akan dipilih. yang kemudian dapat membentuk kesetiaan
2. Diferensiasi/posisi konsumen terhadap merek tertentu (brand
Diferensiasi mempunyai didefinisikan sebagai loyalty).
suatu karakteristik penting dari merek, apakah
merek tersebut bernilai atau ekonomis juga ƒ Loyalitas Merek
berkenaan dengan persepsi apakah merek tersebut Definisi dari loyalitas merek adalah ukuran dari
terbaik atau sekadar kompetitif terhadap merek- kesetiaan konsumen terhadap suatu merek (Aaker:
merek lain. 1997). Loyalitas merek merupakan inti dari brand
3. Harga optimum equity yang menjadi gagasan sentral dalam
Keuntungan ini memberikan pilihan-pilihan pemasaran, karena hal ini merupakan suatu
dalam menetapkan harga optimum yang bisa ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada
meningkatkan laba atau memberikan sumber daya sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat
untuk reinvestasi pada merek tersebut. maka kerentaan kelompok pelanggan dari
4. Minat Saluran distribusi serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini
Keuntungan ini yaitu meningkatkan minat para merupakan suatu indikator dari brand equity yang
distributor dikarenakan dapat menawarkan suatu berkaitan dengan perolehan laba dimasa yang
produk yang memiliki persepsi kualitas tinggi akan datang karena loyalitas merek secara
dengan harga yang menarik dan menguasai lalu

51
Fadli dan Inneke Qamariah Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek…

langsung dapat diartikan sebagai penjualan di ƒ Teori Keputusan Pembelian


masa depan. Menurut Kotler (2000) terdapat empat jenis
perilaku pembelian konsumen, yaitu:
1) Perilaku pembelian yang rumit: perilaku ini
Commited lazim terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli,
Menyukai merek
berisiko, dan sangat mengekspresikan pribadi; 2)
Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan/
Pembeli yang puas
dengan biaya peralihan
ketidakcocokan: perilaku ini terjadi bila
Pembeli yang puas/bersifat kebiasaan, konsumen melihat sedikit perbedaan di antara
tidak ada masalah untuk beralih
merek dan tidak ada yang menonjol, didasarkan
Berpindah-pindah, peka terhadap kenyataan bahwa pembelian itu mahal dan
perubahan harga, tidak ada loyalitas merek
berisiko, pembeli akan memilih sambil
Sumber: Rangkuti (2002) mempelajari apa yang tersedia namun akan
membeli dengan cepat; 3) Perilaku pembelian
Gambar I.3. Piramida Loyalitas karena kebiasaan: konsumen tidak membentuk
sikap terhadap sebuah merek tetapi memilihnya
Melalui gambar piramida loyalitas di atas karena itu sudah biasa dikenalnya, tidak
dapat dimengerti bahwa: dilakukan pencarian informasi tentang merek; 4)
1. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah Perilaku pembelian yang mencari variasi: kondisi
pembeli yang tidak tertarik pada merek-merek keterlibatan konsumen rendah tetapi ditandai oleh
apapun yang ditawarkan. Konsumen seperti ini perbedaan merek yang nyata.
suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe
konsumen switcher atau price buyer (konsumen Perusahaan harus berusaha memastikan
yang lebih memperhatikan harga di dalam kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses
melakukan pembelian) pembelian.
2. Tingkat kedua adalah para pembeli yang merasa
puas dengan produk yang digunakan, atau Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan
Perilaku
Pasca
Kebutuhan Informasi Alternatif Pembelian
minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada Pembelian
dasarnya tidak terdapat dimensi ketidak puasan
Sumber: Setiadi (2003)
yang dapat menjadikan sumber perubahan,
apalagi bila perpindahan ke merek yang lain itu
Gambar I.4. Tahapan Proses Keputusan Pembelian
ada penambahan biaya. Para pembeli tipe ini
dapat disebut pembeli tipe kebiasaan (habitual Untuk dapat menjelaskan hubungan antara
buyer). tahapan berdasarkan Gambar II.4 di atas dapat dilihat
3. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, pada perincian yang dikemukakan oleh Setiadi (2003)
tetapi harus memikul biaya peralihan (switching sebagai berikut:
cost), baik dalam waktu, uang atau resiko Setiadi (2003):1) Proses pengenalan kebutuhan, yaitu
sehubungan dengan upaya untuk melakukan ketika konsumen mengenali adanya masalah atau
pergantian ke merek lain. Kelompok ini biasanya kebutuhan. Kebutuhan itu akan digerakkan oleh
disebut dengan konsumen loyal yang merasakan rangsangan dari dalam maupun dari luar dirinya; 2)
adanya suatu pengorbanan apabila ia melakukan Proses pencarian informasi. Tahap ini merupakan
penggantian ke merek lain. Para pembeli tipe ini tahapan yang merangsang konsumen untuk mencari
disebut satisfied buyer. informasi lebih banyak mengenai suatu produk; 3)
4. Tingkat keempat adalah konsumen yang benar- Evaluasi berbagai alternatif merek. Pada tahapan ini
benar menyukai suatu merek Pilihan mereka konsumen menggunakan informasi untuk
terhadap suatu merek dilandasi pada suatu mengevaluasi merek alternatif dalam menentukan
asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman, peringkat produk untuk dipilih; 4) Pilihan atas merek
atau kesan kualitas yang tinggi. Konsumen jenis produk untuk dibeli, dimana terjadi pembelian produk
ini memiliki perasan emosional dalam menyukai atas merek yang disukai berdasarkan peringkat dari
merek tersebut. tahapan 3, tetapi faktor situasi dan pendapat orang lain
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia juga menentukan dalam tahapan ini; 5) Perilaku pasca
yang merasakan kebanggaan ketika menjadi pembelian. Kepuasan konsumen harus dipantau dari
pengguna suatu merek karena merek tersebut mulai pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan
penting bagi mereka baik dari segi fungsi maupun pemakaian produk pasca pembelian.
sebagai alat identitas diri.

52
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 48 - 58

Pemasaran merupakan permerekan itu sendiri. METODE PENELITIAN


Suatu permerekan yang tepat akan mempermudah
penjualan produk. Permerekan yang tepat akan Populasi dan Sampel
menarik minat massa untuk datang, melihat dan Populasi penelitian ini adalah seluruh
akhirnya memiliki produk itu. Jika konsumen yang mahasiswa USU yang mengikuti Program Doktor,
datang telah menyukai strategi merek yang Program Magister, Pendidikan Profesi, Program
dipromosikan, maka mereka akan melakukan apa saja Sarjana, Program Ekstensi, dan Program Diploma dan
di dalam batasan tertentu demi merek yang juga seluruh staf administrasi maupun dosen USU
diinginkan, termasuk dalam pembelian terhadap yang terdaftar dan aktif mengikuti perkuliahan serta
produk atas merek yang diinginkan (Ries: 2001). bekerja periode tahun akademik 2007/2008 yaitu
Melalui Gambar I.5 tentang konsep ekuitas merek sebanyak 34.862 orang (www.usu.ac.id). Sehingga
yang mempengaruhi proses keputusan pembelian di diperoleh jumlah sampel yaitu sebanyak 100
atas dapat diketahui bahwa merek juga membantu responden.
meyakinkan konsumen, dimana mereka akan
mendapatkan kualitas yang konsisten ketika mereka Metode Pengumpulan Data
membeli produk merek tersebut. Menurut Aaker Teknik pengumpulan data dalam penelitian
(1997), “Merek itu berkaitan dengan cara konsumen ini dengan menggunakan daftar pertanyaan
merasa dan membeli barang-barang bukan sekedar (questionnaire) dan dengan menggunakan studi
sebuah karakteristik barang-barang tertentu”. dokumentasi.

Kesan Kualitas

Kesadaran Merek Asosiasi Merek

EKUITAS
Loyalitas Merek Aset Merek
MEREK
Lainnya

Memberikan Nilai Kepada Memberikan Nilai Kepada


Perusahan Dengan Menguatkan : Customer Dengan
¾ efesiensi dan efektivitas program Menguatkan Terhadap :
pemasaran, ¾ Interprestasi dan atau
¾ loyalitas merek, proses informasi,
¾ harga / laba, ¾ rasa percaya diri dalam
¾ perluasan merek, pembelian,
¾ peningkatan perdagangan, ¾ pencapaian kepuasan
¾ dan keunggulan kompetitif. dari pelanggan

Sumber: Rangkuti (2002)

Gambar I.5. Konsep Ekuitas Merek yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian

53
Fadli dan Inneke Qamariah Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek…

Definisi Operasional

Tabel I.5. Definisi Operasional


Variabel Definisi operasional Indikator Skala pengukuran
1 2 3 4
Kesadaran Kesanggupan konsumen mengingat merek sepeda 1. Pengenalan merek Skala Likert
merek (X1) motor sebagai kategori produk tertentu, baik 2. Media iklan
melalui tingkat kepopuleran maupun media 3. Kegiatan Promosi
promosi yang membedakan dengan pesaing.
Kesan kualitas Persepsi atau kesan yang didapat konsumen 1. Kinerja produk Skala Likert
(X2) terhadap penilaian kualitas secara keseluruhan 2. Rancangan produk/desain
terhadap suatu merek sepeda motor 3. Nilai fungsional-harga jual
4. Kesempurnaan produk
5. Nilai emosional-kenyamanan
Asosiasi merek Kesan yang muncul di benak konsumen setelah 1. Harga produk Skala Likert
(X3) melakukan penilaian terhadap merek sepeda motor 2. Keamanan produk
pilihan dibandingkan dengan merek sepeda motor 3. Lokasi penjualan dan purna-
lainnya jual
Loyalitas Keterikatan konsumen terhadap sebuah merek 1. Merek Prioritas Skala likert
merek (X4) sepeda motor yang mencakup rasa kesetiaan dan 2. Minat pembelian ulang
kepuasan konsumen terhadap merek sepeda motor 3. Peralihan ke merek lain
pilihan dibandingkan dengan merek sepeda motor
lainnya
Keputusan Kegiatan penentuan pemilihan produk/jasa oleh Pengenalan Masalah: Skala likert
Pembelian konsumen yang umumnya terdiri dari lima tahapan 1. Pemenuhan Kebutuhan
(Y) yaitu: 2. Produk komoditas
Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi Pencarian Informasi: Skala likert
Alternatif, Keputusan Pembelian, dan Perilaku 1. Hambatan informasi
Pasca Pembelian 2. Pengamatan produk
3. Penilaian media promosi
Evaluasi Alternatif: Skala likert
1. Nilai prestise produk
2. Harga beli secara umum
3. Nilai jual kembali
4. Standar kualitas
5. Nilai ekonomis
Keputusan Pembelian: Skala likert
1. Pengaruh orang lain
2. Keinginan dan kemampuan

Perilaku Pasca Pembelian Skala likert


1. Penilaian terhadap kualitas
2. Nilai jangka panjang
3. Rekomendasi kepada orang
lain
4. Nama baik produsen

Model Analisis Data Keterangan:


Y = Keputusan pembelian konsumen
Metode analisis data yang digunakan adalah a = konstanta
dengan menggunakan analisis statistik regresi linier B1, B2, B3, B4 = koefisien regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS X1 = Kesadaran merek
(Statistical Package for Social Science) versi 12. X2 = Kesan kualitas
Hipotesis mengungkapkan bahwa kesadaran merek, X3 = Asosiasi merek
kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek X4 = Loyalitas merek
berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen e = epsilon atau variabel yang tidak
terhadap sepeda motor merek Honda. Persamaan diteliti
regresinya adalah sebagai berikut:
Dengan tingkat kepercayaan (confidence interval)
Y = a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + e 95% atau α = 0,05

54
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 48 - 58

HASIL PENELITIAN pembelian sepeda motor merek Honda (Y)


ditunjukkan pada Tabel I.7.
Semua variabel penelitian telah memenuhi Nilai R Square (R2) adalah sebesar 0,620 atau
persyaratan yaitu uji validitas dan reliabilitas. Bila sama dengan 62%. R Square disebut juga sebagai
korelasi positip dan r tabel sebesar atau sama dengan koefisien determinasi. Nilai tersebut berarti bahwa
0,30 maka butir instrumen tersebut dinyatakan valid sebesar 62% keputusan pembelian yang terjadi dapat
atau memiliki validitas konstruk yang baik dijelaskan dengan menggunakan variabel kesadaran
(Sugiyono: 2004). Menurut Sekaran (2005) yang merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas
kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 merek. Sisanya yaitu sebesar 38% dijelaskan oleh
dapat diterima dan reliabilitas dengan Cronbach alpha faktor-faktor penyebab lainnya, dan model dinyatakan
0,8 atau di atasnya adalah baik. layak.
Untuk menguji pengaruh faktor-faktor ekuitas
merek yang terdiri dari kesadaran merek, kesan
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek secara
parsial terhadap keputusan pembelian konsumen
Pengujian Hipotesis Secara Serempak terhadap sepeda motor merek Honda di lingkungan
Hasil uji-F berdasarkan Tabel I.6 diperoleh USU digunakan uji statistik t (uji t). Apabila nilai
nilai Fhitung sebesar 27,75 dengan tingkat signifikansi thitung > nilai ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
sebesar 0.000. Nilai Ftabel dicari pada tabel F dengan Sebaliknya apabila nilai thitung < nilai ttabel, maka H0
df1 = 4 dan df2 = 95 sehingga diperoleh nilai Ftabel diterima dan Ha ditolak. Hasil pengujian hipotesis
sebesar 2,53 dengan hasil tersebut dimana Fhitung > secara parsial dapat dilihat pada Tabel 1.8.
Ftabel dan nilai signifikan yang lebih kecil dari pada Berdasarkan hasil regresi linier berganda yang
alpha 5% maka kesimpulan yang dapat diambil adalah diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS
signifikan secara statistik. Hipotesis Ha diterima versi 12, maka diperoleh hasil persamaan regresi
karena Fhitung > Ftabel (27,75 > 2,53) dan signifikan F < sebagai berikut:
alpha 5% (0,000 < 0,05) yang berarti bahwa secara
bersama-sama terdapat pengaruh signifikan antara Y = 17.475 + 0,079 X1 + 0,828 X2 + 0,734 X3 + 1,328 X4
variabel bebas yaitu kesadaran merek, kesan kualitas,
asosiasi merek, dan loyalitas merek terhadap variabel Dari Tabel I.8 diperoleh nilai thitung dari setiap
terikat yaitu keputusan pembelian. Kemampuan variabel independen di dalam penelitian ini. Nilai
variabel kesadaran merek (X1), kesan yang dirasakan thitung dari setiap variabel independen akan
(X2), asosiasi merek (X3), dan loyalitas merek (X4) dibandingkan dengan nilai ttabel dengan menggunakan
menjelaskan pengaruhnya terhadap keputusan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95% atau α
= 0,05 maka diperoleh nilai ttabel 1,960.

Tabel I.6. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak


Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1909.628 4 477.407 27.750 .000(a)
Residual 1634.372 95 17.204
Total 3544.000 99
a Predictors: (Constant), X1,X2,X3,X4
b Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)

Tabel I.7. Nilai Koefisien Determinansi (R2)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1
.788(a) .620 .600 1.94905
a Predictors: (Constant), Kesadaran Merek, Kesan Kualitas, Asosiasi Merek, Loyalitas Merek
b Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)

55
Fadli dan Inneke Qamariah Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek…

Tabel I.8. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial


Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 17.475 4.156 4.205 .008
Kesadaran Merek .079 .284 .022 .277 .782
Kesan Kualitas .828 .245 .301 3.373 .001
Asosiasi Merek .734 .319 .174 2.301 .024
Loyalitas Merek 1.328 .291 .418 4.564 .000
a Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)

Pembahasan Hasil Penelitian sesuatu hal yang berkaitan dengan identitas dari
Pemilihan responden adalah mahasiswa USU suatu produk.
yang mengikuti Program Doktor, Program Magister,
Pendidikan Profesi, Program Sarjana, Program ƒ Variabel Asosiasi Merek
Ekstensi, dan Program Diploma dan juga seluruh staf Dengan nilai thitung (2,301) > nilai ttabel (1,960)
administrasi maupun dosen USU yang terdaftar dan maka hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima yang
aktif mengikuti perkuliahan serta bekerja periode berarti bahwa ada pengaruh asosiasi merek
tahun akademik 2007/2008. terhadap keputusan pembelian konsumen
terhadap sepeda motor merek Honda. Hasil
ƒ Variabel Kesadaran Merek penelitian ini sesuai dengan pendapat Aaker
Berdasarkan Tabel IV.20 di atas, dapat diketahui (1997) yang menyatakan bahwa asosiasi merek
bahwa secara parsial pengaruh dari variabel yang memberikan manfaat bagi konsumen
kesadaran merek (X1) terhadap keputusan (customer benefits), dapat memberikan alasan
pembelian (Y) memiliki nilai thitung (0,277) < nilai spesifik bagi konsumen untuk membeli dan
ttabel (1,960), maka keputusannya adalah menggunakan merek tersebut. Asosiasi merek
menerima H0 dan Ha ditolak. Hal ini berarti mempengaruhi keputusan konsumen untuk
variabel kesadaran merek tidak berpengaruh membeli produk dengan cara memberikan rasa
signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda puas berupa kredibilitas dan rasa percaya diri atas
motor merek Honda. merek tersebut.

ƒ Variabel Kesan Kualitas ƒ Variabel Loyalitas Merek


Dengan taraf signifikansi 95% dimana diperoleh Berdasarkan Tabel I.8 di atas dapat diketahui
nilai ttabel 1,960, variabel kesan kualitas memiliki bahwa pengaruh secara parsial dari variabel
nilai thitung (3,373) > nilai ttabel (1,960) sehingga loyalitas merek (X4) terhadap keputusan
hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti pembelian (Y) dengan nilai thitung (4,564) > nilai
bahwa ada pengaruh kesan kualitas terhadap ttabel (1,960) maka hipotesis H0 ditolak dan Ha
keputusan pembelian konsumen terhadap sepeda diterima. Penelitian ini sesuai dengan pendapat
motor merek Honda. Hasil penelitian ini sesuai Sunarto (2003) yang menyatakan bahwa loyalitas
dengan pendapat Durianto, dkk. (2004) yang merek sebagai sejauh mana seorang konsumen
menyatakan bahwa kesan kualitas (perceived menunjukkan sikap positif terhadap suatu merek,
quality) harus diikuti dengan peningkatan kualitas mempunyai komitmen pada merek tertentu, dan
yang nyata dari produknya. Kesan atau mutu berniat untuk terus membelinya di masa depan.
yang dirasakan mencerminkan perasaan Hal ini juga sesuai dengan penelitian Hatane dan
konsumen secara menyeluruh mengenai suatu Foedjiawati (2005) yang menyatakan bahwa
merek, sehingga menjadi sangat berperan dalam terdapat hubungan positif yang signifikan antara
keputusan konsumen dalam memutuskan merek kepuasan dan keputusan konsumen dengan
yang akan dibeli dan akhirnya akan sampai pada loyalitas merek. Dari keempat faktor ekuitas
tahap evaluasi yang menuju pada rasa puas dan merek yaitu kesadaran merek, kesan kualitas,
tidak puas. Kesan kualitas ini merupakan variabel asosiasi merek, dan loyalitas merek diketahui
yang secara terus menerus akan diingat oleh variabel yang paling dominan mempengaruhi
konsumen ketika mereka mendengar atau melihat keputusan pembelian terhadap sepeda motor

56
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 48 - 58

merek Honda adalah faktor loyalitas merek. Hal Hermawan, Asep, 2003, Pedoman Praktis Metodologi
ini dapat dilihat berdasarkan nilai Unstandarized Penelitian Bisnis, Lembaga Penerbit Fakultas
Coefficients pada Tabel I.8 yang mempunyai nilai Ekonomi (LPFE), Universitas Trisakti,
koefisien terbesar (1,328) dibandingkan dengan Jakarta.
nilai koefisien variabel lainnya. Kotler, Philip, 2000, Manajemen Pemasaran: Analisis
Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian, Jilid Pertama Edisi Millenium,
PENUTUP Penerbit PT Prehallindo, Jakarta
Kuncoro, Mudradjat, 2003, Metode Riset untuk Bisnis
ƒ Kesimpulan & Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka Mas’ud, Fuad, 2004, Survai Diagnosis
dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa Organisasional, Badan Penerbit Universitas
secara serempak ekuitas merek yang terdiri dari Diponegoro, Semarang.
variabel kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi Nicolino, Patricia F., 2004, The Complete Ideal’s
merek, dan loyalitas merek berpengaruh sangat Guide for Brand Management, Edisi Pertama,
signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda Penerjemah Sugiri, Penerbit Prenada Media,
motor merek Honda di lingkungan Universitas Jakarta.
Sumatera Utara, dan secara parsial variabel loyalitas Nugroho, Bhuono Agung, 2005, Strategi Jitu Memilih
merek, kesan kualitas dan asosiasi merek berpengaruh Metode Statistik Penelitian dengan SPSS,
signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda Andi Offset, Yogyakarta.
motor merek Honda di lingkungan Universitas Rangkuti, Freddy, 2002, The Power of Brands
Sumatera Utara, sedangkan variabel kesadaran merek (Tehnik Mengelola Brand Equity dan
tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan Strategi Pengembangan Merek), Penerbit
konsumen dalam melakukan pembelian sepeda motor PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
merek Honda. Ries & Ries dan Hermawan Kertajaya, 2000, The 22
Variabel yang dominan berpengaruh terhadap Immutable Laws of Branding, Penerbit PT.
keputusan pembelian sepeda motor merek Honda di Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah Santoso, Singgih, 2002, Riset Pemasaran: Konsep dan
variabel loyalitas merek. Hal ini berarti bahwa sepeda Aplikasi dengan SPSS, Penerbit PT. Elex
motor merek Honda telah memberikan keterikatan Media Komputindo, Jakarta.
emosional yang dipengaruhi oleh kepuasan yang Sarwono, Jonathan, 2005, Teori dan Praktik Riset
dirasakan oleh konsumen yang telah menggunakan Pemasaran dengan SPSS, Andi Offset,
sepeda motor merek Honda. Yogyakarta.
Sekaran, 2005, Metode Riset Bisnis, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Setiadi, Nugroho J.,2003, Perilaku Konsumen,
Penerbit Prenada Media, Jakarta.
Buku: Sevilla, Consuelo,1993, Pengantar Metode Penelitian,
Aaker, David. A, 1997, Manajemen Ekuitas Merek, Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Penerbit Mitra Utama, Jakarta. Simamora, Bilson, 2003, Aura Merek, Penerbit PT
Ambadar, Jackie, 2007, Mengelola Merek, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Yayasan Bina Karsa Mandiri, Jakarta. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit
Arnold, David, 1996, Pedoman Manajemen Merek, CV. Alfabeta, Jakarta.
PT. Katindosaho, Surabaya. Supranto, J, 1998, Metode Riset dan Aplikasinya
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian, dalam Pemasaran, Edisi Revisi, Lembaga
Edisi Keempat, Penerbit Rineka Cipta, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Jakarta. Indonesia.
Durianto, Darmadi dkk, 2001, Strategi Susanto dan Wijanarko, Himawan, 2004, Power
Menaklukkan Pasar, Penerbit PT Gramedia Branding (Membangun Merek Unggul dan
Pustaka Utama, Jakarta. Organisasi Pendukungnya), Penerbit Quantum
Durianto, Darmadi, Sugiarto, Dan Lie, Joko Budiman, Bisnis dan Manajemen, Jakarta.
2004, Brand Equity Ten, Penerbit PT Sutisna, 2003, Perilaku Konsumen dan Komunikasi
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Pemasaran, Penerbit Remaja Rosdakarya,
Bandung.

57
Fadli dan Inneke Qamariah Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek…

Tjiptono, Fandy, 2005, Brand Management & Panggabean, Donna, 2005, Analisis Pengaruh Faktor-
Strategi, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Faktor Ekuitas Merek Papa Ron’s Terhadap
Tjiptono, Chandra,dkk, 2004, Marketing Scales, Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Pada
Penerbit ANDI, Yogyakarta. Restoran Papa Ron’s di Medan), Program
Umar, Husein, 2000, Riset Pemasaran & Perilaku Magister Ilmu Manajemen, Universitas
Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Sumatera Utara, Medan.
Jakarta. Setiawan, Romi, 2006, Analisis Pengaruh Kegiatan
Pemasaran Terhadap Penguatan Ekuitas
Jurnal: Merek (Studi Pada Consumer - Convenience
Goods di Fakultas Ekonomi Universitas
Afiff, Adi Zakaria, 2006, Pengaruh Strategi Brand
Indonesia), Program Magister Universitas
Extension dalam Mereduksi Negative
Indonesia, Jakarta.
Reciprocity Effect terhadap Parent Brand,
Jurnal Marketing Usahawan, No.12, Tahun Internet:
XXXV, Desember 2006. Http://aisi..co.id. Dikunjungi tanggal 05 Januari 2008.
Retnawati, Berta, 2003, Strategi Penguatan Merek dan Http://wartaekonomi.com. Dikunjungi tanggal 05
Revitalisasi Merek Menuju Pengelolaan Januari 2008.
Merek Jangka Panjang, Jurnal Brand Http://answer.com. Dikunjungi tanggal 15 April 2008
Management Usahawan, No. 07,Tahun Hatane, Samuel dan Foedjiawati,
XXXII, Juli 2003. Http://Puslit.Petra.ac.id,_Pengaruh Kepuasan
Shellyana J. Dan Basu S.D.,2002, Pengaruh Konsumen Terhadap Kesetiaan merek (Studi
Ketidakpuasan Pengguna,Karakteristik Kasus Restoran The Prime Steak & Ribs
Kategori Produk, dan Kebutuhan Mencari Surabaya). Dikunjungi tanggal 02 Oktober
Variasi terhadap Keputusan Perpindahan 2007.
Merek, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Mariana, www.google.com,_ Analisis Persepsi
Vol.17, 2002. Konsumen Terhadap Brand Equity Nokia,
Pratikno, Nugroho, 2003,________,Jurnal Sains Samsung, dan Ericcson di Yogyakarta.
Pemasaran Indonesia, UNPAD, Bandung, Dikunjungi tanggal 15 September 2007.
2002 Wahdian, Muharram, http://Digilib.Unikom.
ac.id,_Pengaruh Ekuitas Merek Mesin Cuci
Lux Terhadap Loyalitas Konsumen di
Tesis:
Kotamadya Bandung. Dikunjungi tanggal 20
Lubis, Aderina, 2007, Analisis Faktor-Faktor yang
September 2007.
Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam
Sagita, Uung, Http://Digilib.Unikom.ac.id,_Pengaruh
Pembelian Sepeda Motor Merek Honda di Ekuitas Merek Terhadap Proses Pengambilan
Kota Medan, Program Magister Ilmu Keputusan Pembelian Pada Salon Jhonny
Manajemen, Universitas Sumatera Utara, Andrean Cabang Bandung Indah Plaza.
Medan. Dikunjungi tanggal 20 September 2007.

58
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 48 - 58

PENGARUH SOSIODEMOGRAFI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN


TERHADAP KEINGINAN PINDAH KERJA BIDAN
DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Muhammad Surya Desa,1Endang Sulistya Rini2, dan Syarifah3


1
Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, Jl. Negara No.300 Sei Rampah
2
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Manajemen USU, Kampus USU Padang Bulan Medan
3
Staf Pengajar Sekolah Pascasarjana USU, Jl. Sivitas Akademika Kampus USU Padang Bulan Medan

Abstract

Midwife is one of the trained health personnel who are responsible for mother and child health service.
The rate of turnover for 2004-2007 was 19,75%. That is affecting to continuity of delivery assistance and
mother and child health service.
The purpose of this study with explanatory research type is to explain the influence of socio-
demography and job characteristics on midewives intention to move their work site in Serdang Bedagai District.
The population of this study were 372 midwives an 80 of them were selected through the proportional sampling
technique to be samples. The data were analyzed through logistic regression test at the level of confidence of
95%.
The result of this study shows that, in terms of the variable of sosio-demography, age (p=0,134), marital
status (p=0,465), civil-servant status (p=0,510), position (p=0,717), and length of service (p=0,804) are not have
significant influence to intention the midwives to move their work site. In term of the variable of job
characteristics, work load (p=0,813) and compensation (p=0,880) are not have influence on the intention the
midwives to move their work site. The variables which have influence to intention the midwives to move are
work-related (p=0,013), and social support (p=0,002). It is suggested to District Health Service to improved a
meeting periodically among midwive and community of figures and recruitment planning of midwife according
to requirement and location as according to social characteristic and culture dan to facilited a meeting
periodically of midwives and advice on temporary employee management is required in order to keep them fit
the need.

Keywords: sosio-demography, job characteristics, turnover intention

PENDAHULUAN untuk Sumatera Utara 9,4 per 100.000 penduduk.


Angka ini masih sangat jauh dari standar yang
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) direkomendasikan Depkes RI yaitu 100 per 100.000
adalah bagian integral dari konsep pembangunan penduduk6
kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. Program Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2005 di
KIA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan Kabupaten Serdang Bedagai, diketahui bahwa angka
antenatal di semua fasilitas pelayanan kesehatan kematian selama periode 5 tahun (2001-2005),
dengan mutu yang baik serta menjangkau semua tertinggi terdapat pada kelompok umur 65 – 69 tahun,
kelompok sasaran, meningkatkan pertolongan yaitu sebesar 95.23 per 10.000 penduduk, menyusul
persalinan oleh tenaga profesional, meningkatkan kelompok 70 tahun ke atas, sebesar 71,42 per 10.000
deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dan melaksanakan penduduk dan kelompok 0–1 tahun sebesar 54,26 per
sistem rujukan serta meningkatkan pelayanan 10.000 penduduk. Berdasarkan kunjungan ANC
neonatal dengan mutu yang baik5 diketahui mayoritas ibu yang mempunyai Balita
Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Utara melakukan ANC sebesar 90,6%, tidak melakukan
tahun 2003 berkisar 379 per 100.000 kelahiran hidup, ANC sebesar 9,02%, dan tidak tahu tentang ANC
dengan cakupan Antenatal Care (ANC) yaitu sebesar 0,38%.
kunjungan pertama (K1) 82,96% dan kunjungan Proporsi kematian ibu hamil tahun 2006
keempat (K4) 75,56% serta persalinan pertolongan adalah sebanyak 16 orang (0,11%) dari 14.073 ibu
oleh tenaga kesehatan 74,98%. hamil. Kematian ibu melahirkan tertinggi terdapat di
Dilihat dari proporsi tenaga Bidan di wilayah Kecamatan Kotarih 3,6/1.000 kelahiran
Indonesia sebesar 34,8 per 100.000 penduduk, dan hidup, disusul Kecamatan Dolok Masihul sebesar

59
Muhammad Surya Desa, Endang Sulistya Rini, dan Syarifah Pengaruh Sosiodemografi dan Karakteristik…

1,8/1000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian berdampak terhadap rasio bidan disetiap wilayah
ibu disebabkan oleh komplikasi persalinan (0,9 per kerjanya, artinya ada wilayah dengan rasio bidan
1.000 kelahiran hidup) dan komplikasi kehamilan berdasarkan penduduk yang rendah yaitu wilayah
(0,14 per 1.000 ibu hamil)9 yang ditinggalkan bidan dan ada yang sangat tinggi,
Berdasarkan pemanfaatan pelayanan sehingga tidak dapat mengakomodir pelayanan asuhan
kesehatan, sebagian besar anggota keluarga yang sakit kebidanan kepada masyarakat dengan turnover rate-
mencari pengobatan di praktek petugas kesehatan nya sebesar 19,75 %, sedangkan jika dibandingkan
(30,8 %), puskesmas (28%) dan poliklinik (13,9 %). dengan rata-rata perekrutan bidan yaitu 24,03%
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat artinya setiap tahunnya terdapat 4,28% bidan yang
lebih memilih praktek petugas kesehatan dibanding direkrut harus menutupi kekosongan pada wilayah
puskesmas. Dilihat dari pertolongan persalinan, yang ditinggalkan, sementara analisis kebutuhan bidan
penolong pertama pada proses persalinan dilakukan sesuai dengan perencanaan tidak terpenuhi10,11.
oleh tenaga kesehatan yaitu bidan (77,13%), dokter Keadaan tersebut menyebabkan minimnya
(7,88%) dan paramedis (4,7%). Pertolongan oleh pertolongan persalinan, perawatan dan asuhan
keluarga dan dukun masih dijumpai pada daerah ini9 keperawatan bagi ibu hamil dan balita yang dilakukan
Salah satu tenaga kesehatan yang terlibat oleh tenaga kesehatan terlatih di lokasi yang
langsung terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak ditinggalkannya. Untuk itu pemerintah pusat
adalah bidan. Bidan mempunyai tugas penting dalam memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah
memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan dalam hal ini Dinas Kesehatan Daerah untuk
kepada ibu hamil, persalinan dengan tanggung mengusulkan jumlah bidan yang dibutuhkan untuk
jawabnya sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi diangkat menjadi bidan PTT dan usulan formasi bidan
baru lahir. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, untuk diangkat menjadi PNS. Namun pada
deteksi kondisi abnormal pada ibu dan anak, dan kenyataannya pengusulan bidan menjadi bidan PTT
melaksanakan tindakan kegawatdaruratan medik7 masih berdasarkan formasi yang ditetapkan Depkes
Bidan di masyarakat dituntut untuk RI, demikian juga bidan yang diangkat menjadi PNS
profesional dan mampu memberikan pelayanan tetap mengacu pada ketentuan dan formasi dari Badan
kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Kepegawaian Daerah dan Nasional.
Pelayanan kesehatan berkualitas tergantung dari Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Serdang
kompetensi bidan, ketersediaan sarana dan prasarana Bedagai yang mempunyai wewenang terhadap
yang mendukung, kondisi lingkungan kerja yang pembangunan kesehatan tetap memberdayakan
kondusif serta standar mutu pelayanan kesehatan sumber daya manusia yang ada meskipun belum
lainnya dalam hal ini pelayanan kesehatan ibu dan sesuai dengan proporsi yang diharapkan untuk
anak6,7. memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Hal
Proporsi bidan di Kabupaten Serdang Bedagai ini tercermin dari program-program kesehatan seperti
hanya berkisar 0,5 per 100.000 penduduk. Bila pelayanan bergerak, peningkatan operasional bidan
dibandingkan dengan indikator Indonesia Sehat 2010 desa, pengurangan jumlah bidan di Puskesmas,
proporsi bidan tersebut masih jauh di bawah standar penempatan tenaga bidan ke poskesdes yang telah
yaitu 100 bidan per 100.000 penduduk6 dibangun, pengiriman tenaga bidan untuk mengikuti
Meskipun proporsi bidan di Kabupaten pelatihan asuhan kebidanan secara berkala serta
Serdang Bedagai masih rendah namun masih ada juga memberikan sarana dan prasarana penunjang tugas
yang melakukan perpindahan antar desa, antar kebidanan di masyarakat seperti bidan kit.
puskesmas, antar kabupaten di Kabupaten Serdang Kebijakan Depkes RI tentang pengangkatan
Bedagai serta pindah ke Rumah Sakit Umum Daerah. Bidan PTT mewajibkan bidan PTT mengabdi di
Selama kurun waktu 2004-2007, terjadi fluktuasi masyarakat selama 3 (tiga) tahun, dan penempatannya
perekrutan dan perpindahan bidan. Tahun 2004 merupakan wewenang dari Dinas Kesehatan Daerah,
jumlah Bidan PTT dan PNS berjumlah 116 orang, maka secara administrasi hanya berhubungan dengan
tahun 2005 meningkat menjadi 242 orang, dan tahun Dinas Kesehatan Daerah saja. Keadaan ini dinilai
2006 meningkat menjadi 335 orang, dan 372 orang mempermudah bidan PTT untuk meminta pindah dari
pada tahun 2007. Proporsi perpindahan bidan dari dan satu desa ke desa yang lain baik masih di wilayah
berbagai lokasi perpindahan setiap tahun meningkat kerja puskesmas semula atau puskesmas lainnya serta
dengan rata-rata perpindahan 27,00, artinya selama 4 perpindahan ke Rumah Sakit Umum Daerah Serdang
(empat) tahun rata-rata bidan yang melakukan Bedagai dengan berbagai alasan. Rata-rata alasan
perpindahan dari satu lokasi ke lokasi lain sebanyak perpindahan bidan tersebut adalah ikut suami dan
20 orang. Dengan rata-rata perpindahan tersebut mengurus orang tua yang telah usia lanjut12

60
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 59 - 68

Perpindahan bidan memberikan masalah baru METODE PENELITIAN


bagi daerah yang ditinggalkan yaitu kekurangan
tenaga kesehatan terlatih di suatu daerah/desa, Penelitian survai analitik dengan type
keberlangsungan pelayanan kesehatan dasar explanatory research dilakukan terhadap bidan di
khususnya pertolongan persalinan bagi ibu, pelayanan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang
kesehatan bagi ibu hamil, dan pelayanan kesehatan Bedagai dengan waktu pelaksanaan selama delapan
lainnya akan terhambat. Hal ini akan memberikan bulan terhitung bulan Desember 2007 sampai Juli
dampak secara tidak langsung terhadap peningkatan 2008.
angka kesakitan dan kematian ibu hamil, dan ibu Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
bersalin, karena akan memberikan kesempatan bagi bidan yang bertugas di 17 (tujuh belas) puskesmas di
dukun-dukun bersalin di lokasi kerja yang Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 372 orang
ditinggalkan. Sementara dilihat dari proporsi jumlah dengan jumlah sampel 80 orang diambil secara
bidan justru masih sangat minim dibandingkan dengan proporsional sampling.
jumlah penduduk, sedangkan pergantian bidan pada Metode pengumpulan data dilakukan dengan
desa yang ditinggalkan membutuhkan waktu 1 (satu) wawancara berpedoman pada kuesioner, dan studi
periode pengangkatan bidan PTT baru. dokumentasi. Analisis data menggunakan uji regresi
Dampak lain dari perpindahan bidan dari dan logistik dengan tingkat kepercayaan 95%.
ke suatu daerah dilihat dari aspek epidemiologis
adalah erat kaitannya dengan dokumentasi atau
riwayat tindakan medis yang dilakukan sebelumnya, HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga kesinambungan riwayat penyakit masyarakat
yang ditangani oleh bidan sebelumnya tidak dapat 1. Keinginan Pindah Kerja Bidan
diketahui oleh bidan yang baru atau tenaga medis lain Beberapa indikator adanya keinginan pindah
yang ada di wilayah yang ditinggalkan bidan tersebut, kerja dari suatu tempat kerja adalah adanya perasaan
seperti frekuensi kunjungan pelayanan antenatal, bosan, ketidaknyamanan lingkungan kerja, adanya
selain itu juga berdampak jangka panjang berupa konflik dan saingan sesama rekan kerja, tidak adanya
peningkatan kasus-kasus kematian akibat terlambat reward dari pimpinan unit kerja dan keinginan yang
mendapatkan pertolongan persalinan, atau ibu hamil sudah terbentuk dalam bentuk pengusulan pindah
resiko tinggi. Melihat dampak dari perpindahan bidan secara administrasi.
di suatu wilayah yang sangat besar kontribusinya Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terhadap keberlangsungan pelayanan kesehatan ibu keinginan pindah bidan di Kabupaten Serdang
dan anak, maka perlu dilakukan upaya atau strategi Bedagai relatif bervariasi berdasarkan beberapa
manajemen sumber daya manusia khususnya dalam indikator. Namun secara umum 71,2% responden
pengelolaan dan rekruitmen bidan di kabupaten menyatakan nyaman bekerja dilingkungan kerja
Serdang Bedagai. sekarang, 70% responden merasa tersaingi oleh tenaga
Melihat fenomena keinginan pindah kerja medis lain atau bidan yang ada di wilayah kerjanya,
bidan di Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan dan 33,8% menyatakan bosan bekerja diwilayah kerja
kabupaten dengan kategori desa biasa bukan daerah sekarang, dan 75,0% merasa tidak ada bedanya
terpencil justru terjadi peningkatan jumlah bidan yang bekerja ditempat lain atau wilayah kerja lain dan 70%
ingin pindah. Berdasarkan analisis turnover dan menyatakan mereka tidak memperoleh perhatian dari
kondisi karakteristik sosial di Kabupaten Serdang pemerintah daerah seperti promosi karir, atau
Bedagai serta dampak dari perpindahan bidan di pemberian fasilitas kerja.
kabupaten Serdang Bedagai, maka peneliti tertarik Berdasarkan tindakan untuk melakukan
untuk melakukan penelitian bagaimana pengaruh pindah, 70% responden menyatakan sudah terpikir
sosiodemografi (umur, status perkawinan, status untuk pindah dari tempat kerja atau wilayah kerja
kepegawaian, jabatan, masa kerja) dan karakteristik sekarang, namun hanya 30% yang sudah mengajukan
pekerjaan (beban kerja, hubungan kerja, dukungan permohonan kepada kepala Puskesmas melalui bidan
sosial dan kompensasi) terhadap keinginan pindah koordinator untuk pindah ke wilayah kerja lainnya.
kerja bidan di Kabupaten Serdang Bedagai, sehingga Adapun alasan secara keseluruhan adanya
dapat dirumuskan strategi kebijakan manajemen keinginan pindah kerja bidan tersebut, cenderung
sumber daya kesehatan dan peningkatan produktivas didominasi oleh perasaan disaingi oleh tenaga medis
kerja tenaga kesehatan di Kabupaten Serdang lain, karena pekerjaan yang dilakukan oleh bidan juga
Bedagai, serta memberikan kontribusi terhadap upaya dapat dilakukan oleh dokter umum kecuali proses
pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja Bidan persalinan seperti mengobati pasien, memberi obat,
Desa di wilayah kerjanya masing-masing. penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan kehamilan.

61
Muhammad Surya Desa, Endang Sulistya Rini, dan Syarifah Pengaruh Sosiodemografi dan Karakteristik…

Selain itu juga dipengaruhi oleh ketidaknyamanan adalah erat kaitannya dengan dokumentasi atau
pada lingkungan kerja sekarang, dimana mereka riwayat tindakan medis yang dilakukan sebelumnya,
merasa bahwa kehadirannya dalam memberikan sehingga kesinambungan riwayat penyakit masyarakat
pelayanan asuhan kebidanan tidak diterima oleh yang ditangani oleh bidan sebelumnya tidak dapat
masyarakat sekitar. Hal ini dipengaruhi oleh status diketahui oleh bidan yang baru atau tenaga medis lain
kepercayaan bidan dengan kepercayaan masyarakat yang ada di wilayah yang ditinggalkan bidan tersebut,
sekitar, serta adanya persaingan sesama profesi atau seperti frekuensi kunjungan pelayanan antenatal,
para medis lainnya, karena pekerjaan yang dilakukan selain itu juga berdampak jangka panjang berupa
oleh bidan juga dapat dilakukan oleh dokter umum, peningkatan kasus-kasus kematian akibat terlambat
kecuali proses persalinan seperti tindakan pelayanan mendapatkan pertolongan persalinan, atau ibu hamil
medis lain seperti mengobati pasien dengan penyakit resiko tinggi3. Melihat dampak dari perpindahan bidan
infeksi, memberikan penyuluhan kesehatan, di suatu wilayah yang sangat besar kontribusinya
pemeriksaan kondisi kesehatan ibu hamil. terhadap keberlangsungan pelayanan kesehatan ibu
Selain itu adanya persepsi masyarakat bahwa dan anak, maka perlu dilakukan upaya atau strategi
bidan-bidan yang ditempatkan di daerah mereka manajemen sumber daya manusia khususnya dalam
terlalu muda dalam menangani persalinan maupun pengelolaan dan rekruitmen bidan di kabupaten
tindakan asuhan kebidanan lainnya, masyarakat lebih Serdang Bedagai.
cenderung mengambil keputusan untuk mendapatkan
pelayanan kebidanan dari dokter kandungan, atau 2. Pengaruh Sosio Demografi terhadap
bidan senior yang ada di daerah itu sendiri atau daerah Keinginan Pindah Kerja Bidan
yang berdekatan. Hal ini berdampak terhadap jumlah Sosio demografi berkaitan dengan ciri
pasien yang ditangani oleh bidan yang baru individu seperti umur, jenis kelamin dan karakter
ditempatkan, sehingga pada waktu yang lama akan sosial seperti pendidikan, pekerjaan, status
menimbulkan rasa bosan, kebutuhan hidup tidak perkawinan, kedudukan atau jabatan dalam suatu
terpenuhi karena tidak ada pemasukan, perasaan organisasi18.
tersaingi dan berbagai bentuk kompleksitas pemikiran Berdasarkan kelompok umur, terdapat 55,0%
yang mengarah pada ingin pindah dari lokasi kerja responden berusia ≤ 30 tahun, dan 45% usia >30
sekarang. tahun, dengan status kawin 88,7%, berstatus PTT
Dampak dari turnover bidan di desa adalah sebesar 76,3% dan 23,8% berstatus Pegawai Negeri,
terjadinya kekurangan tenaga terlatih dalam jabatan responden mayoritas sebagai bidan pelaksana
memberikan pelayanan kesehatan khususnya (91,3%), dan dengan masa kerja sebesar 86,3% ≤3
pelayanan asuhan kebidanan di suatu wilayah, tahun. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa profesi
meskipun secara umum tidak mengurangi proporsi bidan yang aktif di kabupaten Serdang Bedagai
bidan dibandingkan dengan jumlah penduduk merupakan usia muda dan umumnya pegawai tidak
keseluruhan kabupaten Serdang Bedagai, namun tetap dengan masa perekrutan 2005 sampai 2007, dan
proporsi jumlah bidan berdasarkan jumlah penduduk dengan usia muda tersebut tentunya hanya sebagai
disuatu desa akan berkurang. bidan pelaksana, artinya bidan tersebut hanya
Dampak lain adalah terhambatnya melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai bidan
keberlangsungan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan
karena pelayanan ini hanya dapat dilakukan oleh kepada masyarakat, bukan sebagai penanggung jawab
bidan desa khususnya mengenai pemeriksaan atas kerja bidan lainnya dan koordinator bidan di
kehamilan, pertolongan persalinan dan pelayanan wilayah kerjanya1.
kesehatan reproduksi wanita seperti pemasangan alat Berdasarkan kelompok umur, diketahui usia
kontrasepsi. Kemudian dampak jangka panjangnya >30 tahun mempunyai proporsi tertinggi (83,3%)
adalah rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap terhadap keinginan pindah. Hal ini disebabkan oleh
bidan-bidan baru yang akan ditempatkan nantinya, masa kerjanya yang sudah lama pada daerah sekarang
karena biasanya mereka memperoleh pelayanan dari ini, sehingga muncul keinginan untuk mencari
bidan sebelumnya harus beradaptasi dan mencoba- suasana baru seperti dekat dengan perkotaan atau
coba untuk memperoleh pelayanan kembali dari bidan keramaian.
yang baru ditempatkan, selain itu akan terjadi Berdasarkan status kepegawaian, jabatan dan
perbedaan penetapan tarif pelayanan, dan ini akan masa kerja relatif tidak terdapat perbedaan proporsi
berdampak besarnya biaya yang dikeluarkan oleh yang menyolok terhadap keinginan pindah kerja
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan. bidan, yaitu responden dengan status kepegawaian
Dampak lain dari perpindahan bidan dari dan terdapat 31,6% PNS mempunyai keinginan pindah
ke suatu daerah dilihat dari aspek epidemiologis dari lokasi kerja sekarang ini. Hal ini disebabkan

62
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 59 - 68

mereka yang PNS merasa suasana kerja ditempat setiap bulannya ada pertemuan di Dinas Kesehatan,
sekarang ini ”tidak menguntungkan” bagi mereka. sehingga saling membicarakan jumlah tarif yang
Selain itu PNS juga mempunyai orientasi untuk mereka tetapkan.
mempunyai jenjang karir yang mapan dibandingkan Meskipun demikian, secara statistik dengan
hanya sebagai bidan koordinator. Dengan pindah dari uji regresi logistik menunjukkan variabel masa kerja
lokasi kerja saat ini berpeluang untuk dapat tidak menunjukkan pengaruh signifikan dengan
mengembangkan diri baik secara struktural maupun keinginan pindah kerja, namun secara parsial hal
perkembangan pengetahuan dan ruang lingkup tersebut memberikan kontribusi sebagai salah satu
pekerjaan. Selain itu dengan status PNS seorang bidan faktor ingin pindah dari lokasi pekerjaan sekarang.
dapat membuka praktek bidan, sementara di lokasi Hal ini disebabkan bahwa secara distribusi frekuensi
kerja saat ini kemungkinan sudah ada praktek bidan jumlah bidan dengan masa kerja <3 tahun lebih besar
lain dan biasanya lokasi yang dipilih terlebih dahulu persentasenya dibandingkan dengan masa kerja ≥3
dijajaki dan dilakukan pendekatan dengan kepala tahun, sehingga secara distribusi tidak menunjukkan
puskesmas supaya ditempat di lokasi yang perbedaan. Akan tetapi kecenderungan perpindahan
”menguntungkan’ secara ekonomis bidan tidak didasarkan pada masa kerja, karena
Namun secara secara kumulatif bahwa tidak kemanapun bidan ingin pindah juga berhadapan
ada perbedaan proporsi karakteristik sosio demografi dengan hal yang sama, dan tidak mengubah masa
dengan keinginan pindah kerja bidan di Kabupaten kerjanya, khususnya bagi PNS, dan bagi PTT dapat
Serdang Bedagai, dan hasil uji statistik juga tidak memperpanjang masa kerjanya.
menunjukkan pengaruhnya dengan keinginan pindah. Berdasarkan status pegawai, bidan PTT
Hal ini mengindikasikan bahwa variabel meskipun status mereka tidak tetap, tenaga PTT telah
sosiodemografi secara keseluruhan tidak memberikan mendapatkan jaminan dari pemerintah untuk diangkat
kontribusi dan tidak representatif terhadap keinginan menjadi PNS bagi mereka dengan dedikasi tinggi dan
pindah kerja bidan di kabupaten Serdang Bedagai. masa kerja lebih lama, apalagi hal tersebut sudah
Berdasarkan jabatan dalam profesi bidan di diatur dan dijamin dengan peraturan yaitu Kepmenkes
daerah, bahwa tidak ada perbedaan proporsi antara No.1540/Menkes/ SK/II/2002, pasal 20 bahwa
bidan pelaksana (28,8%) dengan bidan koordinator ”tenaga medis sebagai pegawai tidak tetap pusat yang
(28,6%) terhadap keinginan pindah kerja bidan. telah menyelesaikan masa baktinya (3 tahun) dapat
Namun ada 0,2% lebih tinggi pada bidan pelaksana, melanjutkannya untuk periode selanjutnya dan
sehingga dapat juga memberikan kontribusi terhadap berikutnya dapat mengikuti seleksi CPNS” dan
perpindahan kerja bidan, karena perbedaan jabatan menurut pasal 26 bahwa ”perpindahan tempat tugas
berimplikasi terhadap beban tugas dan tanggung tersebut dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah
jawab, artinya bidan koordinator lebih banyak jika ia ingin pindah antar kabupaten, namun jika antar
tugasnya dibandingkan dengan bidan pelaksana, daerah atas persetujuan kepala satuan kerja perangkat
sehingga dengan banyaknya tugas-tugas yang harus daerah masing-masing”, sehingga kecil kemungkinan
diselesaikan berdampak terhadap kebosanan bekerja. untuk pindah kecuali ada faktor lain seperti desakan
Berdasarkan masa kerja terdapat 30,4% bidan keluarga, atau ada lokasi kerja lain yang lebih
dengan masa kerja >3 tahun mempunyai keinginan menguntungkan seperti rumah sakit swasta dengan
pindah kerja ke lokasi kerja lainnya. Hal ini gaji lebih besar
disebabkan karena semakin lama mereka bekerja di Perbedaan sosio-demografi tidak memberikan
lokasi kerja sekarang, muncul rasa bosan terhadap alasan yang kuat untuk pindah dari wilayah kerja ke
rutinitasnya dengan menghadapi masyarakat yang wilayah kerja lain, karena pekerjaan bidan tidak
sama dan keinginan merubah suasana lingkungan memandang kelompok usia, status PNS atau PTT,
kerja yang dihadapinya. Suasana kerja pada organisasi karena tugas pokok dan fungsinya sama antar bidan.
publik dengan ”objek” yang dihadapinya masyarakat Demikian juga dengan jabatan bidan, hanya
berbeda dengan organisasi private dimana objek yang berbeda beban tanggung jawab, dimana bidan
dihadapinya adalah barang atau mesin. Hal ini erat koordinator mempunyai tanggung jawab
hubungannya dengan tarif yang harus ditetapkannya, mengakomodir seluruh bidan-bidan yang ada di
dimana bidan dengan masa kerja yang lama tentunya wilayah kerja suatu puskesmas dan biasanya tidak
sudah dikenal dan sudah terbiasa dengan pelayanan terlalu sulit hanya dalam bentuk pengawasan, dan
yang diberikan termasuk dengan jumlah biaya yang aspek administrasi seperti mengakomodir kebutuhan
harus dikeluarkan terhadap tindakan yang diberikan fasilitas medis, penyusunan angka kredit bidan.
oleh bidan. Hal ini bagi bidan menyulitkan mereka Namun berdasarkan pengamatan lapangan hal tersebut
untuk menetapkan tarif, apalagi ada bidan lain di cenderung dilakukan sendiri oleh bidan yang
daerah lain yang sudah menaikkan tarif, karena bidan bersangkutan hanya membutuhkan surat keterangan

63
Muhammad Surya Desa, Endang Sulistya Rini, dan Syarifah Pengaruh Sosiodemografi dan Karakteristik…

dari kepala puskesmas dan bukan melalui bidan tindakan persalinan bagi pasien yang sudah tua dan
koordinator. pasien yang melahirkan anak pertama, artinya mereka
Perbedaan masa kerja, juga juga tidak dapat ”kuatir” akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
menjadikan alasan yang kuat untuk pindah, karena seperti kematian bayi mereka atau ibu yang
bagi PTT dengan masa kerja sudah mencapai 3 tahun melahirkan, apalagi bidan yang menangani tersebut
dapat mengusulkan kembali untuk diangkat menjadi berusia muda dan masih baru. Namun hasil penelitian
PTT dengan masa kerja 3 tahun kedepan, sampai menunjukkan 72% responden menyatakan tidak
menunggu proses ”pemutihan” untuk diangkat keberatan jika mereka ikut dalam berbagai aktivitas
menjadi PNS. Sedangkan bagi PNS, semakin tinggi kemasyarakatan seperti adat istiadat setempat.
masa kerjanya justru memberikan keuntungan dari Beban kerja bidan juga dipengaruhi oleh
aspek gaji, yaitu penambahan tunjangan baik ketersediaan faslitas kerja seperti bidan kit dan sepeda
golongan atau pangkat dan cenderung dapat menjadi motor. Hasil penelitian menunjukkan namun 95%
referensi bagi promosi jabatan di puskesmas, seperti responden menyatakan kesulitan memperoleh
menjadi penanggung jawab program Kesehatan Ibu peralatan medis seperti bidan kit.
dan Anak bahkan ada yang menjadi kepala tata usaha Hal ini terjadi karena jumlah bidan kit dan
di puskesmas. sepeda motor masih terbatas dan belum merata,
karena alokasi pengadaan untuk bit kit dan sepeda
3. Pengaruh Beban terhadap Keinginan Pindah motor masih terbatas dalam anggaran, namun tahun
Bidan 2008 sudah diupayakan pengadaan bidan kit sebanyak
Beban kerja merupakan salah satu ciri dari 104 paket, dengan harapan menutupi kekurangan
karakteristik pekerjaan18. Lingkungan kerja bidan bidan memperoleh bidan kit.
cenderung bersifat sosial, seperti dukungan sosial, Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
hubungan kerja, beban kerja, kompensasi, kualitas pekerjaan bidan bukan merupakan pekerjaan sulit,
kehidupan pekerjaan, birokrasi organisasi sebagian besar mereka menganggap bahwa pekerjaan
12,17
(puskesmas), dan sosial budaya . bidan adalah pekerjaan mulia dan mereka menjadi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa primadona didaerah kerja mereka, sehingga mereka
berdasarkan beban kerja, bidan yang bekerja di sangat menikmati pekerjaannya. Dengan demikian
wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Serdang banyak masyarakat simpati terhadap bidan-bidan yang
Bedagai menunjukkan beban kerja kategori rendah. bekerja di daerahnya, dan menempatkan mereka pada
Beban kerja tersebut diukur berdasarkan posisi tinggi dalam strata sosial mereka Apalagi jika
tanggapan terhadap uraian tugasnya dan segala mereka mempunyai perilaku yang ramah, lues, suka
sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaanya. menolong dan tidak menetapkan tarif atas pelayanan
Mayoritas bidan (87,5%) tidak ada batas waktu kerja, yang diberikan.
artinya bidan sebagai tenaga ”pelayanan” pada setiap Berdasarkan tabulasi silang, hubungan
waktu, siang atau malam hari, namun ada 12,5% yang variabel beban kerja dengan keinginan pindah bidan
menyatakan batasan kerja karena responden tersebut di Kabupaten Serdang Bedagai relatif menunjukkan
merupakan pegawai puskesmas pembantu dengan jam perbedaan proporsi. Proporsi responden dengan beban
kerja dari jam 800-1400 wib dan berstatus PNS. kerja tinggi, hanya 33,3% mempunyai keinginan
Hal menarik adalah ada 86,3% menyatakan untuk pindah kerja, dan hanya 27,1% responden
nyaman bekerja sebagai bidan, 85,0% masyarakat dengan beban kerja rendah yang ingin pindah,
tidak mau bekerja sama dengan bidan dalam selebihnya cenderung tetap bertahan pada lokasi kerja
memberikan pelayanan kesehatan. Bentuk kerjasama sekarang. Kecenderungan bidan yang tetap bertahan
tersebut seperti memberikan bantuan jika mereka tersebut karena mereka satu-satunya bidan yang ada di
harus melayani pasien di daerah yang sulit ditempuh. wilayah tersebut, serta sudah mempunyai masa kerja
Keadaan tersebut memberikan indikasi bahwa kurang dari 3 tahun. Namun berdasarkan hasil uji
pelayanan yang diberikan oleh bidan bukan regresi logistik menunjukkan tidak ada pengaruh
merupakan kebutuhan bagi semua masyarakat artinya beban kerja dengan keinginan pindah kerja bidan,
rasa sosial masyarakat sudah mulai memudar, dan dengan nilai p=0,369 (p<0,05).
menganggap pekerjaan bidan adalah tanggung jawab Adanya perbedaan proporsi antara beban kerja
bidan sendiri, sehingga bagi bidan hal tersebut yang tinggi dengan beban kerja rendah pada bidan
memberikan kontribusi pemikiran sebagai bagian dari berkaitan dengan kondisi geografi jika mereka harus
beban kerja yang berat. Hal tersebut didukung oleh memberikan pelayanan ke daerah yang sulit, serta dan
ketidakpercayaan yaitu 97,5% tidak percaya terhadap minimnya fasilitas kerja seperti bidan kit guna
tindakan asuhan kebidanan yang dilakukan bidan. mendukung proses pelayanan asuhan kebidanan,
Ketidak-percayaan tersebut berkenaan dengan karena mereka harus membeli sendiri peralatan

64
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 59 - 68

kesehatan tersebut sehingga mereka cenderung signifikan antara hubungan kerja dengan keinginan
berfikir untuk pindah, apalagi ada rekan kerjanya di pindah kerja bidan dengan nilai signifikansinya
daerah lain yang sudah mendapatkan fasilitas tersebut. sebesar 0,013 (p<0,05), pada nilai B=5,517, artinya
keinginan pindah kerja bidan dengan semakin tidak
4. Pengaruh Hubungan Kerja terhadap baiknya hubungan kerja sesama rekan kerja atau
Keinginan Pindah Kerja Bidan paramedis lainnya.
Hasil penelitian berdasarkan hubungan kerja, Hubungan kerja yang baik dapat menjadi
menunjukkan relatif tidak berbeda antara hubungan faktor paling penting untuk mengurangi prasangka
kerja yang baik dan kurang. Hubungan kerja tersebut dan dapat menghindari konflik sesama rekan kerja.
dapat dilihat dari beberapa indikator utama seperti ada Hubungan kerja erat kaitannya dengan hubungan
tidaknya konflik sesama bidan, atau tenaga medis lain, manusia (human relation) dan bersifat aktif, artinya
adanya bentuk kepedulian terhadap sesama bidan atau adanya pengintegrasian orang-orang dalam suatu
tenaga medis lain seperti membantu kesulitan mereka, situasi kerja yang menggiatkan mereka untuk bekerja
mendengar saran dan kritikan. bersama-sama dan saling membantu dengan rasa puas
Hasil penelitian menunjukkan masih ada dalam psikologi dan sosial13. Namun hubungan kerja
16,3% bidan tidak mau bersosialisasi dengan bidan tersebut tidak selamanya baik tergantung bagaimana
lainnya. Bentuk sosialisasi tersebut mengarah kualitas seseorang dapat menetralisirnya.
pelayanan yang mereka berikan kepada masyarakat,
serta jumlah tarif yang ditetapkan demikian juga 5. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap
dengan informasi kenaikan pangkat atau promosi Keinginan Pindah Bidan
lainnya seperti pelatihan-pelatihan, karena akan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76,3%
menimbulkan kecumburan dan konflik antar bidan. responden memperoleh dukungan dari keluarga atau
Hal ini tercermin dari 71,2% responden tidak mau suami seperti mendengarkan setiap keluhan-keluhan
membantu kesulitan sesama bidan, khususnya yang dialami dalam pekerjaannya, namun hanya
menyangkut masalah keuangan. Hal ini bagi mereka 55,0% menyatakan dibantu oleh keluarga atau suami
masalah keuangan merupakan masalah yang ”sensitif’ dalam bentuk konkrit membantu dalam setiap
dalam hal kehidupan dan masing-masing mempunyai tindakan pelayanan kebidanan kepada masyarakat,
kebutuhan. seperti mengantar ke lokasi kerja, atau pembelian obat
Indikasi lain dari hubungan kerja tersebut, ke apotik.
diketahui 42,5% bidan mempunyai konflik sesama Berdasarkan aspek dukungan masyarakat,
bidan. Konflik tersebut disebabkan oleh persaingan 73,8% responden menyatakan memperoleh bantuan
terhadap usulan menjadi PNS bagi PTT, dimana ada dari masyarakat dalam memberikan pelayanan
sebagian bidan dengan jumlah tahun kerja yang sama kebidanan pada masyarakat, namun bentuk-bentuk
malah terlebih dahulu diangkat menjadi PNS, dukungan tersebut berbeda-beda, misalnya 67,5%
sedangkan bagi PNS berkaitan dengan kenaikan bidan ditemani ke lokasi sulit dalam memberikan
pangkat dan promosi jabatan seperti penanggung pelayanan responden menyatakan tidak ditemani oleh
jawab program selain itu juga akibat perbedaan warga dan memfasilitasi bidan, seperti penginapan
jumlah tarif atas tindakan pelayanan asuhan kebidanan jika sudah kemalaman.
di masyarakat. Hal ini didukung informasi pernah Selain itu indikasi adanya dukungan sosial
terjadi konflik konflik dengan paramedis lainnya terhadap bidan dapat dilihat dari keikutsertaan dalam
(26,3%). Konflik ini tercipta karena bagi bidan, organisasi kemasyarakatan, dan adanya pengucilan
tindakan pelayanan kesehatan yang dilakukan juga terhadap bidan.
dapat dilakukan oleh bidan, namun sebaliknya bagi Hasil penelitian menunjukkan 80% responden
perawat atau dokter umum tidak dapat melakukan menyatakan dilibatkan dalam organisasi
pekerjaan seperti yang bidan lakukan yaitu melakukan kemasyarakatan seperti kelompok arisan, dan PKK,
pertolongan persalinan. Hal tersebut berimplikasi dan 90% menyatakan tidak merasa dikucilkan oleh
terhadap persaingan sesama tenaga medis, sehingga masyarakat selama bertugas diwilayah kerja mereka,
hubungan sesama tenaga medis tidak harmonis. hal ini didukun dengan 86,3% responden menyatakan
Kaitannya dengan keinginan pindah bidan tidak pernah ditegur oleh tokoh masyarakat, atau
diketahui bidan dengan hubungan kerja yang baik perangkat desa seperti kepala desa/dusun terhadap
21,3% mempunyai keinginan untuk pindah lokasi tingkah laku, dan hasil tindakan pelayanan yang
kerja, dan proporsi bidan dengan hubungan kerja diberikan kepada masyarakat.
kategori kurang terdapat 39,4% mempunyai keinginan Dukungan sosial tersebut erat kaitannya
untuk pindah lokasi kerja. Hasil ini didukung oleh dengan keinginan pindah kerja dari lokasi kerja dan
hasil uji regresi logistik, bahwa terdapat pengaruh mengambil keputusan untuk segera pindah meskipun

65
Muhammad Surya Desa, Endang Sulistya Rini, dan Syarifah Pengaruh Sosiodemografi dan Karakteristik…

dengan berbagai konsekuensi. Secara umum terdapat 6. Pengaruh Kompensasi terhadap Keinginan
52,5% dukungan sosial terhadap bidan di Kabupaten Pindah Bidan
Serdang Bedagai kategori rendah, dan dukungan Kompensasi adalah hal yang diterima oleh
sosial kategori tinggi sebesar 47,5%. Hal ini berarti bidan, baik berupa uang atau bukan uang sebagai
akumulasi dari indikator dukungan sosial tidak balas jasa atas tindakan pelayanan yang diberikan
semuanya memberikan gambaran positif terhadap kepada masyarakat maupun keterikatannya dengan
dukungan sosial kepada bidan dalam memberikan pemerintah, seperti pegawai negeri dan pegawai tidak
pelayanan kebidanan atau keberadaannya di tetap. Dilihat dari aspek gaji tetap, ada perbedaan
lingkungan tempat bekerja. jumlah gaji antara Bidan PTT dengan PNS. Perbedaan
Berdasarkan hasil tabulasi silang ini didasari oleh status dan alokasi anggaran tetap dari
menunjukkan bahwa responden dengan dukungan pemerintah. Beberapa indikator dari pemberian
sosial rendah 35,7% ingin pindah kerja dibandingkan kompensasi antara lain adanya tunjangan, bonus,
dengan dukungan sosial tinggi.. Hal ini menunjukkan insentif (jasa), fasilitas yang mendukung pelaksanaan
bahwa proporsi rendahnya dukungan sosial dapat pelayanan asuhan kebidanan kepada masyarakat.
menimbulkan keinginan pindah kerja bidan dari lokasi Hasil penelitian menunjukkan, 95%
sekarang. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil uji menyatakan tidak pernah memperoleh insentif (jasa)
regresi logistik bahwa dukungan sosial berpengaruh dalam bentuk uang atau bukan dari kepala puskesmas,
terhadap keinginan pindah kerja bidan, dengan nilai demikian juga 82,5% menyatakan tidak pernah
p=0,002 (p<0,05). memperoleh tunjangan hari-hari besar, dan 92,5%
Semakin besar dukungan masyarakat terhadap juga tidak mendapatkan bonus dari kepala puskesmas
tenaga kesehatan yang ada, peluang ingin pindah untuk hasil pekerjaan yang dilakukan oleh bidan
semakin kecil. Temuan ini memperkuat variabel dalam memberikan pelayanan kebidanan.
dukungan sosial yang konsisten dalam hubungannya Berdasarkan pemberian kompensasi dari
dengan pindah kerja15,17. Dukungan masyarakat masyarakat dalam bentuk pujian, 76,3% menyatakan
menciptakan hubungan yang harmonis dengan bidan, memperoleh pujian atas hasil pelayanan yang
dan sebaliknya hubungan yang tidak baik akan diberikan kepada masyarakat, namun sebagian besar
menyebabkan konflik yang berakibat pada stres (87,5%) tidak mendapatkan penghargaan dari
pekerjaan. perangkat desa seperti bidan terbaik atau sejenisnya
Hubungan sosial yang menunjang dengan dalam bentuk pengusulan sebagai bidan terbaik pada
rekan, atasan tidak akan menimbulkan tekanan- acara-acara tertentu misalnya acara kesehatan
tekanan antar pribadi yang berhubungan dengan nasional, atau acara ulang tahun kabupaten. Indikator
persaingan. Kelekatan kelompok, kepercayaan antar kompensasi lainnya seperti informasi pengembangan
pribadi dan rasa senang dengan atasan berhubungan karir dan fasilitas juga menunjukkan perbedaan
dengan penurunan dari stres pekerjaan. persentase, dimana 66,3% menyatakan memperoleh
Dukungan sosial memiliki pengaruh cukup informasi pengembangan karir dari Dinas Kesehatan
besar dalam mendukung aspek psikologis seperti pelatihan, dan usulan diangkat menjadi PNS
tenaga/karyawan, sehingga mereka mampu bekerja bagi PTT. Demikian juga dari kepala puskesmas
dengan tenang, konsentrasi, loyal, termotivasi dan terdapat 61,3% menyatakan pernah memperoleh
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap informasi pengembangan karir dari kepala puskesmas
organiasinya. Sedangkan karyawan/tenaga yang langsung, khususnya berkenaan dengan adanya
kurang atau tidak mendapatkan dukungan sosial bisa pelatihan atau seminar, namun dilihat dari fasilitas,
mengalami frustasi, stres dalam bekerja sehingga mayoritas responden (85,0% menyatakan tidak
prestasi kerja menjadi buruk, dan dampak lainnya memperoleh fasilitas kenderaan bermotor, 92,5%
adalah tingginya absensi kerja, keinginan pindah menyatakan tidak memperoleh fasilitas bidan kit
tempat kerja bahkan sampai pada berhenti dalam menunjang pelayanan asuhan kebidanan
bekerja13,14,18. kepada masyarakat, selain itu mayoritas responden
Keinginan pindah bidan di Kabupaten (83,8%) menyatakan tidak puas terhadap gaji yang
Serdang Bedagai sangat berhubungan dengan diterimanya sebagai bidan baik PTT maupun PNS.
dukungan dari masyarakat di lokasi kerjanya, baik Bidan yang tidak pernah memperoleh
dalam bentuk keikutsertaan mereka dalam aktivitas kompensasi dalam bentuk insentif, tunjangan dan
kemasyarakatan, maupun adanya kepercayaan bonus dari kepala puskesmas cenderung disebabkan
masyarakat terhadap pelayanan kebidanan yang oleh tidak adanya alokasi dana yang khusus untuk
diberikan kepada ibu hamil, bersalin dan nifas serta pemberian kompensasi kepada pegawainya. Selain itu
masyarakat secara keseluruhan. juga disebabkan oleh rendahnya kepedulian kepala
puskesmas terhadap evaluasi kinerja bidan di wilayah

66
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 59 - 68

kerjanya yang terwujud dari minimnya pengawasan, Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
dan tidak adanya penghargaan kepada mereka yang disarankan agar lebih intensif dalam meningkatkan
berprestasi, selain itu kurangnya frekuensi pertemuan pertemuan dengan bidan baik dilakukan di Dinas
bidan koordinator dan pertemuan bidan di Dinas Kesehatan maupun secara bergilir di setiap Puskesmas
Kesehatan, kurang apalagi bagi bidan PTT gaji yang dengan melibatkan perangkat desa dan tokoh
diterimanya sudah langsung dapat diambil melalui Pos masyarakat, perlu perencanaan perekrutan bidan
Indonesia, sedangkan bidan PNS berdasarkan sesuai kebutuhan, dan penempatan bidan yang
pengamatan peneliti ke Dinas Kesehatan hanya untuk diusulkan harus mengacu pada karakteristik sosial dan
mengambil gaji setiap bulannya, sedangkan upaya budaya masyarakat setempat, sehingga bidan yang
pencarian informasi lainnya relatif kurang. ditempatkan dapat mudah bersosialisasi dan diterima
Selain itu minimnya penghargaan dari oleh masyarakat.
perangkat desa juga mempunyai alasan yang serupa, Memfasilitasi pertemuan bidan dan tenaga
dan cenderung menganggap prestasi yang diwujudkan medis lain secara berkala setiap bulannya, guna
oleh bidan di desa mereka masih merupakan hal yang mengidentifikasi permasalahan kesehatan maupun
wajar, dan merupakan tugas dan kewajiban bidan. permasalahan antar tenaga medis, sehingga akan
Hasil uji regresi logistik, pada taraf nyata 95% tercipta keharmonisan dalam memberikan pelayanan
menunjukkan variabel kompensasi tidak mempunyai kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
pengaruh signifikan terhadap keinginan pindah kerja masing-masing tenaga medis.
bidan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan nilai Perlu dilakukan advokasi kepada pemerintah
probabilitas 0,889 (p<0,05). Pemberian kompensasi daerah tentang pengelolaan pegawai tidak tetap,
pada tenaga kesehatan yang bekerja di institusi karena formasi kebutuhan bidan ditetapkan langsung
pemerintah tidak berpengaruh terhadap pemenuhan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
kebutuhannya, khususnya bidan PNS, dimana dilihat sehingga tidak terakomodir kebutuhan tenaga bidan di
dari aspek pengembangan karir berstatus fungsional, daerah.
dan masa pensiunnya jauh lebih lama dari pada tenaga
kesehatan lain yang berstatus sktruktural. Selain itu
bagi bidan PTT, dilihat dari aspek promosi dan DAFTAR PUSTAKA
pengembangan karir, mereka yang sudah terdaftar
sebagai tenaga honorer dalam database kepegawaian 1. Badan Kepegawaian Daerah (BKD), 2006. Surat
nasional yang akan diangkat menjadi PNS, sehingga Edaran Penerimaan Tenaga Honor/Kontrak di
keinginan pindah ke wilayah kerja lain relatif kecil, Lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten
karena akan mempersulit mereka dalam aspek Serdang Bedagai, Sei Rampah
administrasi seperti pengurusan nota dinas, surat 2. Depkes RI,2002a. Keputusan Menteri Kesehatan
keterangan telah melaksanakan tugas3. Republik Indonesia No.1540/Menkes/SK/XII/
2002 tentang Penempatan Tenaga Medis melalui
Masa Bakti dan Cara Lain, Jakarta
KESIMPULAN 3. Depkes RI,2002b. Pendayagunaan Tenaga Non
PNS dalam Otonomi Daerah. Badan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, Pengembangan SDM Departemen Kesehatan RI,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Jakarta.
1. Persentase bidan yang ingin pindah di kabupaten 4. Depkes RI,2004. Keputusan Menteri Kesehatan
Serdang Bedagai sebesar 28,8%. No.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi
2. Variabel karakteristik sosio demografi tidak dan Praktik Bidan, Jakarta
mempunyai pengaruh terhadap keinginan pindah 5. Depkes RI,2005a. Pedoman Pemantauan Wilayah
kerja yang terdiri dari umur status perkawinan, Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).
status kepegawaian, jabatan, masa kerja. Bina Kesmas Depkes RI, Jakarta
Berdasarkan karakteristik pekerjaan, variabel 6. Depkes RI, 2005b. Rencana Strategis Departemen
hubungan kerja dan dukungan sosial, berpengaruh Kesehatan Republik Indonesia 2005-2009,
signifikan terhadap keinginan pindah kerja bidan, Jakarta
namun variabel beban kerja dan kompensasi tidak 7. Depkes RI,2007. Keputusan Menteri Kesehatan
mempunyai pengaruh siginifikan terhadap Republik Indonesia No mor 369/MENKES/SK/
keinginan pindah kerja bidan di Kabupaten III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, Jakarta
Serdang Bedagai. 8. Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai,
2006. Hasil Survei Kesehatan Daerah Tahun
2005. Sei Rampah

67
Muhammad Surya Desa, Endang Sulistya Rini, dan Syarifah Pengaruh Sosiodemografi dan Karakteristik…

9. Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, 14. Muchinsky, Paul M, 1993. Psychology Applied to
2006. Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Work (4th Edition). New York: Brooks/Cole
Bedagai. Sei Rampah. Publishing Company
10. Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, 15. Munandar, A.S, 2001. Psikologi Industri dan
2008. Data Kepegawaian Dinas Kesehatan Organisasi, UI Press, Jakarta
Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah. 16. Mobley,W.H.,1982. Employee, Turnover: Cause
11. Gerungan, W. A, 2004, Psikologi Sosial, Refika Consequences, and Control.Addison-Weley
Aditama, Bandung Publiching Company, Inc. Philipines
12. Jewell dan Siegall, 1998. Psikologi Industri 17. Munandar, A.S, 2001. Psikologi Industri dan
Organisasi Modern, Edisi II, Arcan. Organisasi, UI Press, Jakarta
13. McCarthy, dkk, 2002. National Study of 18. Steers, Richard., 1987. Motivation and Work
Turnover in Nursing and Midwifery. Behaviour. Fourth Edition, McGraw-Hill Book
Departement of Nursing Studies University Company, USA
College Cork National University of Ireland Cork 19. Tai, T.W.C., Bame, S and Robinson, 1998.
Review of Nursing Turnover Research 977-1996,
Journal Soc. Sci Medical. New York

68
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 59 - 68

TANTANGAN BAGI KEPEMIMPINAN LINTAS BUDAYA

Prihatin Lumbanraja
Staf Pengajar FE USU

Abstract

Globalization has attacked society all over the world and its impact has felt and penetrated all aspect of
life in world society without exeption. That impact has strong influence in various of business fields, especially
in various policies in all their functional activities, such as: Human Resources, Marketing, Production, Financial
etc.
The managers in many business fields need Vision and Global Perspective if they want to achieve
success in the globalization era. Many firms, especially firm which has operation in various countries that called
Multi National Corporation (MNC), they have carried-out various preparations, changes and adaptations toward
occur opportunity and challenge in the global environment.
One of the important challenges for the managers is the change of the policy in the performance
appraisal for the managers that will be promoted. They must undergo broad assignment first (expatriate) Today,
International assignment become more essential and become a part of managers’s career. Consequently of that
condition, so that the competency of cross-cultural leadership become a very important factor which determine
their success.

Keywords: globalization, multi national corporation, international assigment, cross-cultural leadership

PENDAHULUAN menjalani penugasan luar negeri terlebih dahulu


(expatriates), agar mereka mampu dan memiliki
Berlakunya konsep globalisasi terhadap dunia pengalaman yang lebih luas dengan nuansa yang
internasional saat ini membawa berbagai konsekuensi sangat berbeda dari situasi dan kondisi lingkungan
yang sangat luas dalam setiap aspek kehidupan domestik pekerjaan yang selama ini mereka tekuni.
manusia tanpa terkecuali, termasuk dalam bidang Keberhasilan mereka mengemban penugasan tersebut
bisnis dengan seluruh komponen yang mendukung menjadi penilaian prestasi mereka untuk jabatan yang
bidang bisnis tersebut. Saat ini para manajer dalam lebih tinggi (promosi).
rangka mengelola organisasi perusahaannya Penugasan internasional menjadi semakin
memerlukan Visi dan Perspektif Global jika mereka penting saat ini dan telah menjadi bahagian dari karir
berkeinginan mencapai sukses. Batasan negara tidak para manajer (managerial career). Sebagai
mampu untuk menghambat atau membatasi organisasi konsekuensi dari kondisi tersebut maka kompetensi
dari tekanan persaingan dari luar negara, sehingga kepemimpinan lintas budaya sangat diperlukan dalam
kesuksesan organisasi sangat ditentukan oleh perusahaan yang beroperasi secara internasional.
kemampuan manajer atau pimpinan untuk beradaptasi Secara lebih nyata kondisi ini akan sangat
dalam lingkungan internasional yang bukan saja jauh mempengaruhi interaksi antara manajer yang
lebih luas tetapi juga sangat dinamis dan penuh ditugaskan ke luar negeri (expatriates manager)
dengan berbagai peluang dan tantangan serta sangat dengan para karyawan lokal mereka, yang
dinamis. kenyataannya sangat memerlukan berbagai tingkat
Sehubungan dengan hal tersebut berbagai adaptasi yang harus mereka lakukan baik oleh
persiapan telah dilakukan oleh banyak perusahaan manajer maupun oleh karyawan mereka. Bagi para
terutama oleh mayoritas perusahaan yang memiliki manajer hal tersebut sangat erat berhubungan dengan
jangkauan operasi di berbagai negara atau lebih gaya kepemimpinan yang harus diterapkan akibat dari
dikenal dengan Multi Nasional Corporation (MNC), perbedaan budaya yang mereka miliki. Demikian juga
dari mulai meningkatkan daya saing produk yang bagi para karyawan lokal mereka juga harus
mereka hasilkan, memberikan berbagai pengetahuan menerima serta menyesuaikan perilaku mereka
tentang lingkungan internasional, mengamati strategi terhadap perubahan gaya kepemimpinan yang
bersaing yang dilakukan oleh para pesaing mereka diterapkan oleh manajer yang berasal dari luar negeri
sampai kepada perubahan kebijakan yang dilakukan dengan manajer lokal mereka selama ini meskipun
terhadap penilaian prestasi atau kinerja bagi seorang penyesuaian telah dilakukan oleh para manajer luar
calon manajer yang akan dipromosikan untuk negeri tersebut. Keberhasilan dalam penyesuaian dari

69
Prihatin Lumbanraja Tantangan bagi Kepemimpinan…

kedua belah pihak merupakan kunci sukses bagi organisasi ekonomi yang bertujuan untuk mencari
kinerja organisasi secara keseluruhan. Namun laba demi kelangsungan hidupnya telah mengubah
demikian bagi para manajer yang ditugaskan di luar dan menyesuaikan diri mereka terhadap tuntutan
negeri (expatriates manajer), secara khusus tantangan global terutama dalam kebijakan-kebijakan di seluruh
tersebut terasa lebih berat dan memiliki konsekuensi kegiatan fungsional yang mereka miliki, seperti:
yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan sumber daya manusia, pemasaran, produksi, keuangan
situasi yang dialami oleh para karyawan, hal ini dan sebagainya, agar dapat mempertahankan
disebabkan oleh posisi mereka sebagai pimpinan yang kelangsungan hidup mereka (survival).
harus mampu mempengaruhi para karyawan agar Terdapat lima kekuatan atau pendorong
mereka bersedia untuk bekerjasama dalam utama, yang semuanya berdasarkan perubahan, yang
melaksanakan operasional perusahaan, dimana membawa perusahaan-perusahaan internasional
keberhasilan para manajer akan dievaluasi dan kepada globalisasi operasi mereka, yaitu: (1) Politik,
ditentukan bagi jenjang karir mereka selanjutnya. (2) Teknologi, (3) Pasar, (4) Biaya dan (5) Persaingan.
Berbagai tantangan akan muncul bagi para 1. Politik Æ adanya kecenderungan terhadap
manajer yang ditugaskan di luar negeri (expatriates penyatuan dan sosialisasi komunitas/masyarakat
manajer), terutama yang berasal dari kekuatan sosial secara global, seperti; adanya kesepakatan-
budaya yang diwakili oleh perbedaan budaya baik kesepakatan perdagangan (NAFTA) dan Uni
budaya nasional (negara) yang bersangkutan maupun Eropa Æ mengelompokkan beberapa negara
perbedaan budaya organisasi yang berlaku dalam menjadi sebuah pasar tunggal, telah memberikan
menjalankan bisnis mereka. Budaya baik secara berbagai peluang pemasaran yang berarti kepada
langsung maupun tidak langsung pada kenyataannya perusahaan2. Hal ini ditambah dengan dua aspek
akan mempengaruhi keseluruhan aspek fungsional lainnya, yaitu: (1) pengurangan hambatan2
bisnis, baik dalam bidang pemasaran, bidang sumber terhadap perdagangan dan investasi luar negeri
daya manusia, bidang keuangan, bidang produksi dan secara progresif oleh kebanyakan pemerintah,
bidang-bidang lainnya, karena budaya menyentuh sehingga mempercepat pembukaan pasar2 baru
seluruh aspek kehidupan manusia sebagai pelaku dari oleh MNC, baik melalui ekspor ke negara2
bidang bisnis itu sendiri. tersebut maupun mendirikan fasilitas2 produksi di
Berbicara mengenai tantangan yang timbul negara tersebut.(2) Privatisasi banyak industri di
dari berbagai perbedaan budaya dalam berbagai kasus bekas negara komunis dan pembukaan
penugasan internasional bagi para manajer, maka perekonomian mereka terhadap persaingan global.
dalam hal ini berarti bukan membicarakan kesamaan 2. Teknologi Æ Kemajuan2 dalam teknologi
dari berbagai kepentingan yang ada, namun lebih komputer dan komunikasi yang sangat pesat
kepada perbedaan-perbedaan yang ada agar mampu memungkinkan aliran ide dan informasi
mengelola serta bekerjasama melalui perbedaan– meningkat dan mampu melewati batas2 negara
perbedaan tersebut guna mencapai keberhasilan serta dengan lebih mudah dan murah, sehingga
kinerja yang tinggi baik bagi para manajer maupun memungkinkan para pelanggan mempelajari
bagi organisasi yang bersangkutan. barang2 yang ada di luar negeri, seperti:
• Sistem TV Kabel di Eropa dan Asia,
memungkinkan seseorang memasang iklan di
PEMBAHASAN banyak negara sekaligus, sehingga dapat
menciptakan permintaan regional dan bahkan
2.1. Globalisasi dan Organisasi global.
Globalisasi telah melanda seluruh masyarakat • Jaringan komunikasi global, memungkinkan
dunia, bahkan dampak dari globalisasi tersebut personil personil manufakturing untuk
meresap ke seluruh aspek kehidupan dalam mengkoordinasikan fungsi-fungsi produksi
masyarakat dunia tanpa terkecuali, sebagai contoh dan desain keseluruh dunia, sehingga pabrik2
para pakar berbagai bidang ilmu selalu membicarakan di berbagai bagian dunia dapat mengerjakan
implikasi dari globalisasi terhadap ekonomi, politik, produk yang sama.
sosial, lingkungan, sejarah, geograpi, budaya, • Internet dan jaringan komputerisasi,
teknologi, bisnis dan sebagainya. memungkinkan perusahaan2 kecil bersaing
Secara mendasar pengaruh globalisasi secara global, karena memungkinkan adanya
tersebut mampu mengubah elemen-elemen dasar aliraninformasi yang cepat tanpa
dalam bidang ekonomi masyarakat yang secara memperdulikan lokasi fisik pembeli dan
khusus dampak tersebut sangat mempengaruhi penjual.
berbagai bidang bisnis yang ada. Bisnis sebagai suatu

70
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 69 - 77

• Konferensi video melalui internet, Peningkatan jumlah perusahaan2


memungkinkan para penjual internasional Æ thn 1968 tercatat 7.000,
mendemonstrasikan produk-produk mereka menjadi 27.000 pada tahun 1993 (Ball, Donal.
kepada calon pembeli di seluruh dunia tanpa A et al. 2004).
harus bepergian. Juga memungkinkan
dilakukannya rapat-rapat antar kantor pusat Dalam banyak hal organisasi bisnis yang
dengan cabang2 mereka di seluruh dunia dioperasikan secara internasional akan berbeda dari
tanpa melakukan perjalanan yang mahal dan bisnis domestik. Perbedaan itu pada dasarnya terletak
memekan waktu. pada lingkungan yang dihadapi, dimana pada bisnis
• Komunikasi e-mail melalui internet jauh lebih yang dioperasikan secara internasional maka terdapat
cepat dan lebih dapat dipercaya dari pada tiga jenis lingkungan yang harus dihadapi yaitu:
surat dan jauh lebih murah dari pada fax. lingkungan domestik, asing dan internasional,
Banyak perusahaan yang memiliki situs Web sementara bisnis domestik hanya menghadapi satu
untuk melengkapi informasi dan produk lingkungan saja yaitu lingkungan domestik. Namun
mereka. demikian, pada kenyataannya tidak ada bisnis
3. Pasar: Æ Dengan mendunianya perusahaan2, domestik yang dapat benar-benar terlepas dari
mereka otomatis juga menjadi pelanggan2 global. pengaruh lingkungan asing (global) karena mereka
Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa ketika harus menghadapi baik mitra maupun pesaing asing
pasar dalam negeri telah jenuh, maka perusahaan2 yang akan beroperasi di negara mereka.
mulai merambah pasar2 di luar negeri yang lebih Lingkungan bisnis merupakan seluruh
luas dan terutama ketika para pemasar menyadari kekuatan-kekuatan yang mengelilingi dan
ada suatu kesamaan selera dan gaya hidup mempengaruhi kehidupan dan pengembangan dari
pelanggan yang diakibatkanoleh meningkatnya suatu organisasi bisnis. Dalam hal ini terdapat dua
perjalanan wisata, Tv satelit dan pemakaian merek kelompok lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan
global. internal. Pihak manajemen tidak dapat secara
4. Biaya: Æ Tercapainya economic of scale untuk langsung mengkontrol kekuatan-kekuatan lingkungan
mengurangi biaya per unit selalu merupakan tersebut, namun lingkungan tersebut dapat
tujuan manajemen. Salah satu alat untuk mempengaruhi operasi bisnis mereka, seperti:
mencapainya adalah mengglobalisasikan lini-lini perubahan terhadap undang-undang, promosi yang
produk untuk mengurangi biaya pengembangan gencar terhadap produk baru untuk mengubah sikap,
produksi dan persediaan. Di samping itu perilaku dan budaya konsumen, perubahan dalam
perusahaan juga dapat menempatkan produksi di gaya kepemimpinan dan sebagainya. Kekuatan-
negara2 dimana biaya faktor produksi lebih kekuatan eksternal merupakan kekuatan yang tidak
rendah. dapat diawasi oleh pihak manajemen (uncontrollable
5. Persaingan:Æ Pesaing terus meningkat secara forces) yang terdiri dari: persaingan, distribusi,
intensif, ditandai dengan munculnya perusahaan2 ekonomi, sosial ekonomi, keuangan, hukum, kondisi
baru yang banyak berasal dari negara2 fisik, politik, sosial budaya, buruh dan teknologi.
berkembang dan industri baru, telah memasuki Sedangkan kekuatan-kekuatan internal merupakan
pasar2 dunia di bidang otomotif dan elektronik. kekuatan-kekuatan yang bersumber didalam
Di samping itu kenyataan menunjukkan bahwa organisasi bisnis itu sendiri yang terdiri dari:
perusahaan2 mempertahankan pasar2 dalam • Faktor-faktor produksi seperti: modal, bahan
negeri mereka dari para pesaing dengan baku, peralatan dan manusia.
memasuki pasar dalam negeri para pesaing • Aktivitas fungsional seperti: personalia,
tersebut untuk mengganggu mereka. Banyak pemasaran, keuangan, produksi dan sebagainya.
perusahaan2 yang tidak memasuki suatu negara
(mungkin karena ukuran pasarnya yang tidak Kekuatan-kekuatan internal tersebut dapat
memadai), telah mendirikan pabrik2 di dikontrol oleh pihak manajemen dan harus
kelompok2 perdagangan yang secara komparatif disesuaikan dengan berbagai tuntutan perubahan
lebih besar (spt: Uni Eropa, Asean dsb). Hasil dari variabel lingkungan eksternal.
berbondong-bondongnya perusahaan menuju Bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak
globalisasi adalah terjadinya “ledakan secara internasional, maka sistem manajemen yang
pertumbuhan dalam Bisnis InternasionalӮ diterapkan sangat menentukan keberhasilan operasi
yang ditandai dengan (1) Peningkatan investasi bisnis mereka melalui penyesuaian antara lingkungan
langsung luar negeri/Foreign Direct internal dengan lingkungan eksternal baik dalam
Investment/FDI secara total dan (2) skope domestik, asing maupun internasional.

71
Prihatin Lumbanraja Tantangan bagi Kepemimpinan…

Keberhasilan sistem manajemen sangat tergantung terhadap waktu, keluarga, kebiasaan berdagang
pada kemampuan kepemimpinan yang dimiliki (berbisnis) dan sebagainya. Haris dan Morgan (1987,
seorang manajer atau pimpinan dalam perusahaan dalam Czinkota) menginventarisir elemen-elemen
yang bersangkutan (leadership competence). Lebih budaya antara lain: Bahasa, Kepercayaan, Nilai dan
jauh, keberhasilan kepemimpinan tersebut akan sangat Sikap, Perilaku dan Kebiasaan, Keindahan,
teruji dalam lingkungan asing atau internasional, hal Pendidikan dan Sosial institusi.
ini disebabkan karena dalam lingkungan tersebut akan Konsep kepemimpinan telah diartikan dan
terjadi perubahan-perubahan terhadap seluruh digunakan dalam berbagai cara. Dalam berbagai
kekuatan-kekuatan eksternal yang akan kajian, perilaku kepemimpinan diartikan sebagai
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak perilaku individu dalam posisi manajerial terhadap
langsung terhadap kekuatan internal perusahaan. anggota dari suatu kelompok atau organisasi, jika
individu tersebut berupaya untuk mengarahkan
2.2 Tantangan Budaya dalam Kepemimpinan aktivitas dari kelompok atau organisasi untuk
Lintas Budaya mencapai tujuan khusus dari organisasi tersebut (Bass
Sejak tahun 1990-an semakin beragam tenaga 1990: Yuki, 1994). Sementara itu kepemimpinan
kerja baik dari segi gender, ras dan kebangsaan. secara lebih luas diartikan sebagai kemampuan
Misalnya, di Amerika kira-kira 45 % dari tambahan mempengaruhi orang untuk mengarahkan upaya
tenaga kerja pada tahun 1990 adalah “ Non-white”, mereka terhadap pencapaian tujuan organisasi yang
yang setengahnya adalah generasi pertama immigran disebut memotivasi dan mempengaruhi pemikiran,
yang datang dari Asia dan Amerika Latin. Di Belanda sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu
5 % dari populasinya dan 8-10 % dari populasi kepemimpinan selalu melibatkan interaksi antara
Perancis adalah etnik minoritas (Czinkota, 1994), hal pemimpin dan para bawahan yang mereka pimpin
ini menimbulkan percampuran budaya yang sangat dalam seluruh aspek pekerjaan yang telah ditentukan
penting diwaspadai oleh para pekerja, terutama oleh organisasi.
terhadap pengaruh dari keberagaman perilaku Pendekatan kelompok budaya untuk
manusia yang disebabkan oleh keragaman budaya melaksanakan produksi dan kegiatan-kegiatan bisnis
mereka dalam dunia kerja. dari berbagai perusahaan dan jenis-jenis organisasi
Konsep budaya sangat kaya akan pengertian. lainnya biasanya tercermin dari prinsip-prinsip yang
Budaya selalu merujuk kepada kelompok orang-orang mendasari kelompok itu sendiri. Berbagai pertanyaan
atau masyarakat, dimana budaya tersebut yang mendasar antara lain: bagaimana kekuasaan
mempengaruhi cara berpikir, cara pandang dan diorganisir? berdasarkan apa kekuasaan tersebut
perilaku sehari-hari seseorang. Suatu kelompok diatur atau diorganisir?. Jawaban dari pertanyaan-
budaya berarti suatu kelompok orang-orang yang pertanyaan tersebut sangat berbeda dalam budaya
secara bersama-sama memiliki norma, nilai ataupun timur dan barat atau secara lebih luas akan berbeda di
kepercayaan dan tradisi yang sama yang berbeda dari setiap negara yang memiliki perbedaan budaya.
kelompok lain. Bahkan diantara negara-negara barat sendiri kondisi
Budaya dipelajari, dimiliki dan ini juga memiliki perbedaan-perbedaan mendasar,
disosialisasikan dari satu generasi ke generasi. Budaya misalkan: perusahaan Perancis dan Swedia memiliki
berciri konservatif, menolak untuk/sulit berubah dan perbedaan yang sangat kecil, sementara German dan
menginginkan kelanjutan. Trompenaars (1994), Australia memiliki perbedaan yang sangat ekstrim
seorang peneliti budaya dalam studi organisasi, dalam dasar pandangan mereka terhadap hubungan
mengatakan bahwa “ it is my belief that you can never kekuasaan antara pemimpin dengan bawahan mereka.
understand other cultures. Sementara itu Hofstede Berdasarkan kepada peraturan, organisasi
(1984) melakukan “cross-cultural studies” dengan dibentuk oleh pemimpin, baik secara otokratis,
meneliti para karyawan IBM pada 40 negara sebagai individual maupun kolektif yang menggunakan
partisipan dalam meneliti “ international differences in kekuasaan mereka untuk dua hal, yaitu: mengatur
work-related values “ menggunakan definisi budaya sistem dari seluruh fungsi-fungsi yang ada dan
sebagai cara berpikir dari kelompok manusia yang mengarahkan kepada pencapaian tujuan. Pengaturan
membedakan anggota dari suatu kelompok terhadap dari seluruh fungsi-fungsi yang ada didasarkan kepada
kelompok yang lain, dimana interaktif secara status, hirarkhi, gaya manajemen, motivasi pekerja
keseluruhan dari ciri-ciri umum mempengaruhi respon dan kemampuan manajemen untuk membentuknya.
dari kelompok manusia terhadap lingkungannya. Sedangkan orientasi kepada tujuan dari
Budaya suatu masyarakat tercermin dalam kepemimpinan diarahkan untuk pemecahan masalah,
cara hidup kelompok suatu masyarakat, yang dapat pengembangan strategi, membentuk etika bisnis yang
diamati melalui manifestasinya, seperti pandangan berlaku, menetapkan tingkat produktivitas,

72
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 69 - 77

mendistribusikan berbagai tugas, dan menentukan penilaian terhadap jenjang karir (promosi) bagi
berbagai batas waktu pekerjaan (deadlines). manajer mereka, misalnya: General Electric,
Terdapat tiga tipe manajer jika dihubungkan Medtronic, FMC Corp dan berbagai perusahaan besar
dengan kondisi suatu budaya, yaitu: lainnya telah melaksanakan penugasan luar negeri.
• Manajer dalam monoactive culture akan Sehubungan dengan hal tersebut berbagai kesulitan
memperlihatkan dan mengutamakan kemampuan dan tantangan akan menjadi bahagian dari para
teknis, senantiasa berdasarkan fakta dan logika manajer yang menjalani penugasan luar negeri, karena
dan tidak berdasarkan perasaan dan emosi. bagaimanapun jika kegiatan operasi bisnis berada
Mereka memiliki orientasi dan berfokus kepada dalam lingkungan asing atau internasional, maka
perhatian mereka terhadap bawahan dalam tugas- tingkat kesulitan manajer terutama dalam memimpin
tugas dan hasil-hasil yang khusus. Mereka juga para bawahannya sangat tinggi hal ini disebabkan
sangat ketat terhadap program dan menuntut karena terjadinya “ percampuran budaya” (cross-
bawahan untuk bekerja sesuai dengan rencana cultural situation) yang tidak dapat dihindarkan.
yang telah ditetapkan. Kepemimpinan yang diterapkan dalam situasi
• Manajer dalam polyactive culture jauh lebih percampuran budaya (Cross-cultural leadership)
terbuka, mendasarkan pada kemampuan persuasif, merupakan suatu bentuk interaksi kepemimpinan
menggunakan kekuatan karakter mereka sebagai antara manajer dengan para bawahan dengan latar
insentif. Mereka sering menunjukkan komunikasi belakang budaya yang berbeda. Anggapan dasar yang
secara terbuka dengan orang dan mau menyebabkan kepemimpinan lintas budaya berbeda
memberikan waktunya kepada para bawahan dengan kepemimpinan tradisional adalah pengaruh
mereka untuk mengembangkan hubungan yang dari budaya terhadap berbagai harapan sehubungan
lebih baik. dengan interaksi manajer dengan para bawahannya.
• Manajer dalam reactive culture juga berorientasi Telah banyak kajian yang dilakukan yang membahas
kepada bawahan, tetapi mereka mengelola dengan tentang hubungan antara manajer (pimpinan) dengan
mempergunakan peralatan ilmu pengetahuan, para bawahan yang berbeda dari suatu negara ke
sabar dan menggunakan sistem pengawasan yang negara yang lain yang menjadi sumber dari berbagai
tenang. Mereka menunjukkan kesederhanaan dan perbedaan dari perilaku kepemimpinan diberbagai
kesopanan, di samping pengenalan terhadap negara (Bass, 1990; Haire et al. 1966; Webber, 1969).
superior mereka. Mereka juga berupaya untuk Akibat dari perbedaan budaya diantara
menciptakan suatu kondisi yang harmonis bagi berbagai negara, maka sering terjadi kesalahan dalam
kerja tim mereka, menggunakan bahasa tubuh mengartikan atau mempersepsikan sikap dan perilaku
secara efektif untuk menegaskan komunikasi orang yang berasal dari budaya lain. Permasalahan
verbal secara akurat. Mereka menguasai kondisi utama akan muncul sehubungan dengan asumsi bahwa
perusahaan secara sempurna, telah memiliki apa yang dianggap benar dalam budaya sendiri juga
pengalaman kerja yang lama dengan berbagai dianggap benar dalam budaya lain (Phatak, 1983).
jenis pekerjaan. Hal tersebut akan mampu Selain itu orang selalu mengasumsikan bahwa orang
memberikan keseimbangan dalam kemampuan lain memiliki lebih banyak kesamaan dengan mereka
untuk bereaksi terhadap berbagai pengaruh dari pada yang sebenarnya, yang sering disebut “
perubahan lingkungan. projected similarity “ (Adler, 1986). Berbagai
kesalahan persepsi tersebut dapat menyebabkan
Secara tradisional, visi perusahaan terhadap konflik interpersonal dan perilaku keorganisasian
kepemimpinan telah tercermin dari nilai-nilai dan yang tidak cocok (Ting-Toomey, 1985). Oleh karena
tujuan-tujuan masyarakat dimana organisasi tersebut itu para manajer seharusnya tidak membawa seluruh
berada. Saat ini dengan banyaknya perusahaan pola pikir mereka kedalam situasi tertentu, sebaliknya
multinasional atau perusahaan global, maka visi dari lebih baik mereka mencoba masukan-masukan baru
perusahaan telah berubah menjadi visi yang bersifat kedalam pola pikir budaya secara keseluruhan
lintas negara (transnasional), yang harus (Casmir, 1985). Hal yang sama juga dinyatakan oleh
direalisasikan melalui berbagai kebijakan-kebijakan Leblanc (1994) bahwa seorang manajer dalam
perusahaan terhadap seluruh kegiatan operasi mereka. penugasan luar negeri pada awalnya harus
Sebagai konsekuensi dari pesatnya menganggap bahwa mereka seolah “ buta dan tuli “
pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang memiliki terhadap kenyataan yang dialami disekeliling mereka,
operasi internasional, maka penugasan luar negeri dan Adler (1986) menyatakan bahwa manajer yang
bagi seorang manajer telah menjadi bahagian yang efektif harus menerima keberadaan dari perbedaan
penting dari manajemen karir mereka. Saat ini banyak budaya sampai penyesuaian mampu dilakukan.Untuk
perusahaan menjadikan penugasan luar negeri sebagai mengantisipasi dan menanggulangi berbagai

73
Prihatin Lumbanraja Tantangan bagi Kepemimpinan…

tantangan tersebut berbagai konsep, teori dan kajian • Para manajer Amerika melihat kurangnya
studi telah dilakukan yang akan dibahas dalam seksi kemegahan dari kantor perusahaan sebagai simbol
berikut ini. status yang hilang, seperti: kantor pribadi, lokasi
parkir tersendiri, ruang pertemuan bagi
2.3. Antisipasi Kepemimpinan Lintas Budaya. manajemen dan sebagainya.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa teori- • Para manajer Amerika tidak menjalani seluruh
teori manajemen Amerika telah mengaplikasikan karirnya pada satu perusahaan saja, sebaliknya
secara luas penugasan manajer keluar negeri, para manajer Jepang berharap untuk dapat bekerja
misalnya penugasan di Republik Rakyat Cina dan di sampai pensiun pada satu perusahaan saja.
Yogoslavia. Bagaimanapun sebagian besar manajer
percaya bahwa mereka harus melakukan adaptasi Meskipun diantara berbagai negara telah
terhadap gaya kepemimpinan mereka terhadap budaya dilakukan penyesuaian dengan baik secara budaya
yang dianut para karyawan setempat. Oleh karenanya, terhadap mnajemen partisipatif, namun demikian
mereka percaya bahwa kepemimpinan tergantung organisasi secara menyeluruh harus menyesuaikan
terhadap situasi budaya dimana mereka berada. bentuk dari partisipasi tersebut terhadap budaya lokal
Hampir dua dekade selanjutnya, Hofstede atau budaya setempat. Oleh karenanya saat ini bagi
menyimpulkan bahwa pendekatan-pendekatan para manajer global harus dapat secara fleksibel untuk
manajemen partisipatif, tremasuk Teori X dan Y, mengubah pendekatan mereka jika mereka diberi
sistem 4 dan manajerial grid, yang didukung penugasan di luar negeri dan bekerja dengan orang-
sepenuhnya oleh teori-teori dan manajer-manajer orang yang berasal dari berbagai budaya asing yang
Amerika tidak sesuai untuk seluruh budaya. Para berbeda.
karyawan dengan budaya yang menjunjung tinggi Sehubungan dengan kondisi tersebut, saat ini
kekuasaan mengharapkan manajer untuk memimpin bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak secara
dan mengarahkan mereka, dan mereka menjadi tidak internasional memerlukan orang-orang yang memiliki
nyaman dengan delegasi terhadap keputusan yang “cross-cultural competence” dan “cultural
menyimpang. Sebahagian budaya menginginkan sensitivity”, sehingga berbagai perusahaan telah
manajer-manajer mereka untuk bertindak secara tegas, menerapkan berbagai persyaratan tambahan dalam
budaya lainnya menginginkan para manajer untuk recruitmen calon-calon karyawan mereka. Melalui hal
bertindak sebagai penyelesai masalah yang tersebut diharapkan bahwa para karyawan mereka
partisipatif. memiliki daya adaptasi yang tinggi dan memiliki
Kebanyakan pengetahuan tentang masalah- kemampuan kepemimpinan silang budaya yang
masalah dalam kepemimpinan silang budaya berawal handal (cross-cultural leadership competence).
dari situasi di mana manajer-manajer internasional Adapun berbagai persyaratan tambahan tersebut
yang ditugaskan ke Amerika. Graen dan Wakabayashi menurut Ratiu dalam Weinshall (1993), antara lain:
(1994) meneliti perusahaan-perusahaan yang memiliki • Mampu beradaptasi
pabrik di Amerika dan Jepang, seperti: Toyota. • Fleksibel, mudah mengubah segala sesuatunya
Cabang yang berlokasi di Amerika diorganisasikan jika hal tersebut memang dikehendaki oleh
dengan menggunakan metode atau cara Jepang lingkungan setempat.
dengan sebahagian besar karyawannya adalah orang • Memiliki sifat keterbukaan yang tinggi (open
Amerika, sangat memerlukan kemampuan minded)
kepemimpinan lintas budaya untuk dapat sukses. • Memiliki banyak teman atau relai dari berbagai
Kepemimpinan tersebut menghadapi masalah yang kewarganegaraan yang berbeda.
khusus akibat dari adanya perbedaan budaya antara
• Menguasai berbagai bahasa yang secara
kedua negara. Beberapa masalah yang muncul, antara
internasional sering dipergunakan dalam operasi
lain:
bisnis internasional.
• Perbedaan bahasa yang menyebabkan komunikasi
dan kerjasam yang rumit di berbagai tingkatan Sehubungan dengan perbedaan budaya
manajerial. tersebut, manajer yang ditugaskan ke luar negeri,
• Para manajer dan pekerja Jepang menganggap sering mengalami apa yang disebut dengan “ Culture
bahwa manajer-manajer Amerika memiliki shock “, yaitu suatu keadaan lingkungan yang serba
kepatuhan yang rendah terhadap perusahaan dan baru dan asing yang harus memerlukan penyesuaian
dalam partner kerja. atau adaptasi dalam waktu yang relatif singkat guna
• Para manajer Amerika menjumpai kesulitan menghadapi berbagai pekerjaan yang harus segera
dengan ketiadaan dari hukuman bagi pelanggaran dilaksanakan. Culture shock dapat menyebabkan
terhadap perintah yang dianggap ideal.

74
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 69 - 77

perasaan ketiadaan bantuan, kebingungan dan frustrasi 1. Manajer memerlukan keterbukaan untuk
serta keterasingan. Jika dihubungkan dengan kondisi mengenal berbagai perbedaan budaya dengan
kepemimpinan, maka seorang manajer yang beranggapan bahwa kita tidak sama atau berbeda.
mengalaminya akan merasa bahwa orang-orang 2. Selanjutnya pada gilirannya hal tersebut akan
disekeliling mereka tidak bersahabat dan sulit untuk memberikan kemudahan bagi manajer untuk
diajak bekerjasama, padahal seorang manajer sangat mengembangkan kehati-hatian untuk
memerlukan dukungan dari para bawahannya untuk memudahkannya dalam mengenal kunci
berhasil. Hal yang sama juga akan terjadi terhadap perbedaan antara diri sendiri dengan orang lain.
para bawahan yang berasal dari negara setempat, Hal tersebut memerlukan pengetahuan budaya
mereka juga merasa sulit untuk memenuhi harapan- tertentu secara mendasar
harapan manajer asing tersebut sehingga mereka 3. Pengetahuan budaya tersebut dapat digunakan
merasa frustrasi dan menimbulkan sikap dan perilaku untuk kemampuan mengubah serta beradaptasi
serta reaksi yang tidak nyaman, yang pada akhirnya dalam budaya silang, termasuk perilaku yang
dapat menimbulkan konflik di antara mereka. memaksimumkan keefektifan budaya silang yang
Secara umum culture shock disebabkan oleh ada.
karena tidak adanya program orientasi psikologis dari 4. Dalam kepemimpinan lintas budaya berarti bahwa
perusahaan yang bersangkutan, dalam hal ini kantor seorang manajer harus mampu untuk
pusat bertanggung jawab untuk mengusahakan agar menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai
dengan situasi yang diinginkan.
para manajer yang ditugaskan ke luar negeri tidak
merasa terisolir. L.R. Kohls (1984) menulis adanya
Bagi para manajer yang menjalani penugasan
siklus dari culture shock, yaitu: luar negeri ketika mengalami perbedaan silang budaya
• Initial euphoria, yaitu perasaan senang karena akan melakukan proses penyesuaian melalui tiga
akan ditugaskan ke luar negeri. model dasar penyesuaian yang berbeda (Aycan, 1997;
• Irritation and Hostility, yaitu mulai mengalami Berry et al., 1988; De Leon and Selmer, 1989), yaitu:
perbedaan-perbedaan budaya 1. Reaction Mode, dimana manajer lebih berupaya
• Adjusment, yaitu mulai melakukan berbagai untuk mengubah lingkungan dari pada perilaku
adaptasi terhadap situasi dan budaya setempat mereka sendiri.
• Re-entry, kembali ke negara asal yang besar 2. Integration Mode, dimana manajer mengubah
kemungkinan akan menimbulkan cultue shock perilaku mereka untuk mengurangi konflik
kembali. Yang sering menjadi masalah adalah dengan lingkungan mereka. Dalam literatur
setelah mereka kembali tidak mendapatkan posisi psikologi disebut juga “problem-focused coping
yang sebanding dengan harapan mereka. Banyak strategy “.
3. Withdrawal Mode, dimana manajer mencoba
diantara mereka yang memilih keluar dari
untuk menghindari situasi konflik. Dalam literatur
perusahaan dan tetap tinggal di negara asing
disebut juga “symptom-focused strategy“.
tersebut, oleh karena itu program pemulangan
kembali ini haruslah direncanakan dengan tepat. Lisa Hoecklin (1997), dalam “managing culture
differences“ menyatakan terdapat enam nasehat
Para manajer yang ditugaskan ke luar negeri berharga untuk melakukan bisnis lintas budaya, yaitu:
dan para karyawan lokal/setempat merupakan pihak– 1. Melakukan Persiapan
pihak yang pertama sekali mengalami interaksi silang Berbagai persiapan sangat perlu dilakukan jika
budaya dan pengaruh perbedaan budaya yang seseorang akan ditugaskan ke luar negeri,
ditimbulkannya. Tanpa pengalaman tinggal di luar misalnya: berdiskusi dengan seorang yang lebih
negeri dalam waktu yang lama dan berbaur dengan berpengalaman tentang situasi luar negeri yang
masyarakat dinegara yang bersangkutan, maka akan akan dikunjungi, di samping dilengkapi dengan
sangat sulit untuk mengenali komponen-komponen membaca secara intensif tentang etiket bisnis dan
dari budaya setempat dalam perilaku seseorang sosial, sejarah dan cerita rakyat, kejadian terbaru
(Hofstede, 1984). Berdasarkan hal tersebut, maka (termasuk hubungan yang ada diantara kedua
untuk mencapai sukses sebagai manajer-manajer negara), nilai-nilai budaya, geographi, sumber-
internasional/global manajer sangat diperlukan sumber kebanggaan (artis, musisi, olahragawan),
kemampuan kepemimpinan dalam budaya silang agama, struktur politik dan hal-hal praktis seperti,
(cross-cultural leadership competencies). Sesuai mata uang dan jam kerja, kebiasaan dalam cara-
cara berbisnis dan sebagainya.
dengan pendapat Black dan kawan-kawan,
2. Perlahan-lahan (Jangan Terburu-buru)
kompetensi budaya yang diperlukan oleh para manajer
Hampir disegala bidang dan disetiap tempat, kita
dibentuk dalam empat tingkatan yang saling
harus belajar menunggu dengan sabar. Banyak
berhubungan.

75
Prihatin Lumbanraja Tantangan bagi Kepemimpinan…

budaya diberbagai negara yang menganggap Sebaliknya mengabaikan atau menangani secara tidak
bahwa sifat terburu-buru merupakan sifat yang benar perbedaan-perbedaan budaya dapat
tidak bersahabat, arogan dan tidak dapat mengakibatkan berbagai masalah, seperti: hilangnya
dipercaya. penjualan, karywan-karyawan yang kompeten
3. Bangkitkan Kepercayaan meninggalkan perusahaan, dan rendahnya semangat
Hubungan dan kepercayaan pribadi yang kerja menyebabkan produktivitas yang rendah.
dikembangkan dengan seksama dan tulus Namun apabila perbedaan-perbedaan ini
sepanjang waktu lebih penting dari pada kualitas dikombinasikan dengan berhasil, ia dapat
produk, harga dan kontrak-kontrak bisnis. Para menghasilkan praktek-praktek bisnis yang inovatif
manajer harus menjadi sosok yang penuh simpati, dan unggul bagi mereka yang dapat dihasilkan sendiri
yang sangat bermanfaat dalam bisnis, dan dapat oleh budaya manapun.
diandalkan dalam jangka panjang.
4. Memahami Pentingnya Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat KESIMPULAN
penting. Naskah iklan harus diterjemahkan oleh
seorang profesional yang berbicara dalam kedua Kemampuan kepemimpinan lintas budaya
bahasa yang fasih, dengan suatu kosakata yang (cross-cultural competence) bagi para manajer
sensitif terhadap nuansa dan konotasi, serta (pimpinan) bisnis yang beroperasi secara internasional
berbakat memahami ungkapan dan citra tiap-tiap telah menjadi suatu keharusan yang tidak dapat
budaya. ditawar-tawar lagi dalam era globalisasi yang
5. Menghormati Budaya dampaknya semakin luas melanda seluruh aspek
Sikap dan perilaku adalah penting. Para manajer kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan hal
yang bepergian adalah seorang tamu di negara itu tersebut komitmen organisasi untuk mempersiapkan
dan harus menghormati aturan-aturan tuan rumah. para manajer yang diberi penugasan luar negeri
Seperti dinyatakan oleh seorang pejabat Arab menjadi semakin penting, di samping komitmen
Saudi dalam salah satu film “ Going secara individual juga sangat dibutuhkan demi
Internsional“, orang Amerika di negara-negara keberhasilan bagi pribadi manajer dan organisasi yang
asing memiliki kecenderungan untuk bersangkutan.
memperlakukan penduduk asli sebagai orang Pada akhirnya muara keberhasilan tersebut
asing dan mereka lupa bahwa sebenarnya mereka akan sangat tergantung kepada daya adaptasi dari
sendirilah orang asing itu. individual manajer terhadap budaya lokal/setempat
6. Memahami Unsur-Unsur Budaya yang tercermin dari keserasian dan keharmonisan
Wilayah adalah semacam gunung es budaya interaksi antara manajer asing dengan karyawan
dengan dua unsur, yaitu budaya permukaan lokal/domestik untuk mewujudkan baik tujuan pribadi
(seperti: mode, gaya, makanan dan sebagainya) manajer maupun organisasi secara keseluruhan.
dan budaya dalam (seperti: sikap,
keyakinan/kepercayaan, nilai dan ebagainya).
Kurang dari 15 persen budaya suatu wilayah DAFTAR PUSTAKA
dapat dilihat, dan orang yang asing terhadap
budaya tersebut harus melihat kebawah Adler, N.J. 1983, A Typology of Management Studies
permukaan. Misalnya, kebiasaan orang Inggris Involving Culture, juornal of International
yang secara otomatis antri di trotoar ketika Business Studies, Vol.14 No.2, pp.29-47.
menunggu bus. Ciri budaya permukaan ini Adler, N.J. 1986, International Dimensions of
berasal dari keinginan budaya dalam untuk Organizational Behaviour, Kent, Boston,
menuju kehidupan yang bersih dan terkendali. MA.
Aycan, Z. 1997, Acuulturation of Expatriate
Pengetahuan tentang budaya-budaya lain dan Managers: A Process Model of Adjusment
bagaimana mereka mempengaruhi cara orang-orang and Performance, in Aycan, Z. (Ed), New
bisnis bisa menunjukkan kepada para pelaku bisnis Approach to Employment Management.
yang bekerja dalam budaya yang berbeda dari budaya Expatriate Management: Theory and
mereka sendiri, bahwa solusi-solusi mereka tidak Research, JAI Press, London.
selalu baik untuk suatu tugas yang diberikan. Ball, Donald A. et al., 2004, International Business,
Memahami hal ini merupakan langkah pertama dalam The Challenge of Global Competition, Ninth
mempelajari bagaimana menggunakan perbedaan Edition, McGraw-Hill Companies, Inc, New
budaya untuk memperoleh keuntungan strategis. York.

76
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 69 - 77

Bass, B.M. 1990, Bass & Stogdill’s Handbook of Leblanc, B. 1994, European Competencies-Some
Leadership, The Free Press, New York, NY. Guidelines for Companies, Journal of
Black, J.S., Mendenhall, M.E. and Oddou, G. 1991, Management Development, Vol.13, No.2, pp.
Toward a Comprehensive Model of 72-80.
International Adjusment: An Integration of Lisa Hoeclin., Managing Culture Differences,
Multiple Theoretical Perpectives, Academy of
Management Review, Vol.16, pp.291-317. www.latinsynergy.org/strategicjoinventure.ht
Berry, J.W., Kim, U. and Boski, P. 1988, Psycological m#Chile (December 27, 2000); How to
Acuulturation of Immigrants, in Kim, Y.Y. and Negotiate European Style, “ Journal of
Gudykunst, W.B. (Eds), Cross-cultural European Business, July-August 1993, p.46:
Adaptation: Current Approaches, Sage and U.S. Department of Commerce, Business
Publications, Newbury Park, CA. America, June 25, 1984, p.7.
Casmir, F.L. 1985, Stereotypes and Schemata, in Phatak, A.V. 1983, International Dimensions of
Gudykusnst, W.B., Steward, L.P. and Ting- Management, Kent Pulblishing Company,
Toomey, S (Eds), Communication, Culture, Boston, MA.
and Organizational Process, Sage
Ting-Toomey, S. 1985, Toward a Theory of Conflic
Publications, Newbury Park, CA.
Czinkota, Ronkainen and Moffet. 1994, International and Culture, in Gudykunst, W.B. Steward,
Business, Third Edition, The Dryden Press. L.P. and Ting-Toomey, S (Eds),
De Loen, C. and Selmer, J. 1989, Changing the Communication, Culture, and Organizational
Guard: Expatriate CEO Succssion in Foreign Process, Sage Publications, Newbury Park,
Subsidiaries, Report from Department of CA.
Business Administration 6, University of Trompenaars, F., 1994, Riding the Waves of Culture.
Stockholm, Stockholm. Understanding Cultural Diversity in Business,
Haire, M., Ghisell,E. and Porter, L.W. 1966, The Economist Books, London.
Managerial Thinking: An International Study,
Weber, R. 1969, Convergence or Divergence?,
Wiley, New York, NY.
Hofstede, G. 1984, Culture’s Consequences: Columbia Journal of Business, Vol 4 No.3, pp
International Differences in Woek-related 75-83.
Values, Sage Publication, Beverly Hills. Weinshall. 1993, Societal Culture and Management,
Kauppinen, M. 1994, Antecedents of Expatriate New York: Walter de Gruyter.
Adjusment- A study of Finnish Managers in Yuki, G.A. 1994, Leadership in Organization,
The United States, Helsingin Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.
Kauppakorkeakkoulun Julkaisuja, B-140,
Helsingki.

77
Prihatin Lumbanraja Tantangan bagi Kepemimpinan…

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP BRAND IMAGE PADA


UNIT RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM
RSU DR. PIRNGADI DI MEDAN

Nisrul Irawati 1 dan Rina Primadha2


1
Staf Pengajar FE USU
2
Alumni Departemen Manajemen FE USU

Abstract

RSU Dr. Pirngadi is one of the public hospital owned by local government in Medan. This hospital have
been developed with many changes which one of the development is build a new physical building. This
showed that the service quality given to the patient has been improved. In turn, this improvement will increase
the community’s perception that will create brand image of this hospital.
The objective of this research is to analyze the effect of the hospital’s service quality to the brand image
of the hospital. The hospital’s service quality consists of Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy and
Tangible.
The research method used descriptive analyze and multiple regression analyze methods. The result of
this research showed that service quality had positive and significant effect to the brand image of Dr. Pirngadi
Medan Hospital. Out of the five variables used in this research that tangible variable is the dominant variable
among others variables. Based on determinant identification showed that R square is 53.6% that means brand
image of Dr. Pirngadi Hospital effected by service quality variables by 53.6% and the rest 46.4 effected by other
variables that not been used in this research.

Keywords: reliability, responsiveness, assurance, empathy, tangible, brand image

LATAR BELAKANG masing-masing. Konsumen akan sangat teliti


menyeleksi dan sangat memperhitungkan jenis
Industri jasa (service industry) saat ini pelayanan yang diberikan rumah sakit tersebut,
berkembang dengan sangat cepat. Persaingan yang sehingga hal ini merupakan sebuah tantangan dalam
terjadi saat ini sangat kompetitif dalam bidang industri perkembangan industri jasa rumah sakit. Konsumen
ini. Pelayanan yang diberikan antara satu penyedia mengharapkan untuk memperoleh pelayanan/service
jasa (service provider) dengan pemberi jasa lainnya yang maksimal dari para penyedia jasa dengan
sangat bervariatif yang sesuai dengan kebutuhan dan menyediakan service yang memuaskan harapan
keinginan konsumennya. Salah satu industri jasa yang mereka atau bahkan melebihi harapan mereka. Oleh
berkembang dengan sangat cepat di Indonesia adalah karena itu, manajemen dari industri jasa perlu untuk
industri jasa rumah sakit, baik rumah sakit milik selalu meningkatkan kualitas pelayanan kepada
pemerintah maupun milik swasata bahkan milik asing konsumen.
(Arafah, 2004:56). Rumah sakit merupakan pelayanan publik
Industri jasa rumah sakit sebagai salah satu yang harus terus-menerus ditingkatkan pelayanannya
jasa dalam dunia pemasaran dituntut memberikan sampai menuju pelayanan prima, yaitu pelayanan
kualitas optimal atas kinerja yang diberikan kepada yang customer oriented atau customer focus. Di
konsumen karena konsumen akan memberikan Indonesia, sebagian besar rumah sakit dimiliki dan
penilaian subjektif atau membentuk persepsi langsung diselenggarakan oleh pemerintah, dan sebagian besar
terhadap brand image perusahaan atau penyedia jasa rumah sakit pemerintah dimiliki oleh pemerintah
yang bersangkutan. Menurut Lupiyoadi (2001:11), daerah, sehingga di dalam penyelenggaraannya sangat
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa mencoba erat ketergantungannya dengan sistem kesehatan
untuk memperlihatkan Image-nya, karena dengan pemerintah daerah. Di dalam perjalanannya,
Image yang bagus maka memberi nilai tambah bagi
pemerintah melakukan perubahan bentuk status
perusahaan dan juga membuat para konsumen senang
hukum rumah sakit pemerintah dari Unit Pelaksana
dan betah bila kondisi tempat perusahaan itu benar
memberikan suasana yang nyaman. Teknis Departemen kesehatan menjadi badan layanan
Rumah sakit dalam menawarkan jasa harus umum milik negara dalam bentuk perusahaan jawatan
berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada para (perjan) pada tahun 2000 (www.pikiran-rakyat.com).
pasiennya dan memiliki perbedaan serta karakteristik Bentuk status hukum rumah sakit pemerintah

78
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 78 - 88

kemudian berkembang kembali setelah Menteri kualitas pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit
Kesehatan RI mengatakan, ”...hendaknya Pemerintah Dr. Pirngadi Medan berpengaruh terhadap
kelembagaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) brand image Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
menjadi ”Corporate”...” yang dinilai bahwa hal ini Medan?”
merupakan peluang yang sangat baik untuk
memperbaiki citra RSUD yang buruk dihadapan
pelanggannya (www.clgi.co.id). KERANGKA KONSEPTUAL
Medan merupakan kota yang menuju kota
metropolitan dengan perkembangan yang pesat dalam Dalam literatur pemasaran jasa, pendekatan
segala aspek pada saat ini. Perkembangan tersebut kualitas jasa pertama kali diperkenalkan oleh
berupa bertambah luasnya areal kota, jumlah Gronroos lewat konsep service quality dan model
penduduk, pembangunan baik berupa rumah sakit, kualitas jasa total. Pendekatan ini didasarkan pada
pusat perbelanjaan, pusat pendidikan dokter, perawat, riset mengenai perilaku konsumen dan pengaruh
bidan dan lain-lain. Khusus rumah sakit ini, di kota ekspektasi menyangkut kinerja barang terhadap
Medan sudah ada sekitar 48 rumah sakit dan 15 rumah evaluasi purna konsumsi. Pendekatan ini masih
sakit khusus, baik yang dikelola oleh pemerintah, memainkan peranan penting dalam memberikan
militer, kepolisian dan badan swasta. fondasi bagi sebagian riset kualitas jasa dan
(www.waspada.co.id). perkembangan teori pemasaran jasa. (Lupiyoadi,
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan 2001:273)
merupakan salah satu rumah sakit di Medan yang Menurut Tjiptono (2005:273), dalam
kepemilikannya dipegang oleh pemerintah kota pengukuran kualitas jasa terdapat lima dimensi utama
Medan yang juga mengalami perubahan bentuk status yakni sebagai berikut (sesuai urutan derajat
hukum menuju kelembagaan korporatisasi. Rumah kepentingan relatifnya) faktor reliabilitas (Reliability),
sakit ini didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 dan daya tanggap (Responsiveness), jaminan (Assurance),
di dalam perkembangannya, rumah sakit ini telah empati (Empathy) dan bukti fisik (Tangibles).
banyak mengalami perubahan yang salah satunya Menurut Arafah (2004:57), didalam mencapai
adalah dari pengembangan dan pendirian bangunan tujuan yang berorientasi pada kepuasan konsumen,
(bukti fisik rumah sakit) seiring dengan perubahan kinerja perusahaan akan menentukan persepsi
bentuk status hukum tersebut untuk memulihkan serta konsumen terhadap pelayanan yang diberikan.
memperkuat image yang telah ada. Selain itu, rumah Persepsi terhadap kualitas yang diberikan akan
sakit ini juga telah melakukan regenerasi tenaga berlanjut pada proses terbentuknya image pada
kesehatan agar rumah sakit pemerintah dapat perusahaan.
megoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan latar belakang dan perumusan
(www.kompas.com) masalah maka kerangka konseptual penelitian dapat
Pengembangan bukti fisik RSU Dr. Pirngadi digambarkan sebagai berikut:
yang paling terbaru adalah pendirian gedung baru
dengan fasilitas-fasilitasnya yang dimulai pada
tanggal 24 Oktober 2003 (www.exaktabpn.com). Kualitas Pelayanan :
Perubahan dan pengembangan yang dilakukan oleh
1. Reliabilitas (Reliability)
Pemerintah Kota Medan atas RSU Dr. Pirngadi
tersebut menandakan bahwa adanya peningkatan 2. Daya Tanggap (Responsiveness)
Brand Image
dalam kualitas jasa yang diberikan kepada konsumen 3. Jaminan (Assurance)
dan untuk selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan
4. Empati (Empathy)
persepsi masyarakat akan pelayanan yang diberikan.
Persepsi tersebut selanjutnya akan membentuk brand 5. Bukti Fisik (Tangibles)
image rumah sakit. Dengan brand Image rumah sakit
Sumber: Tjiptono (2005:273) dan Arafah (2004:57)
yang positif dalam persepsi konsumen maka akan
membantu kegiatan pemasaran rumah sakit. Gambar: Kerangka Konseptual

PERUMUSAN MASALAH
HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang masalah seperti
yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat
masalah dalam penelitian ini adalah: “ Apakah disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini adalah: ”

79
Nisrul Irawati dan Rina Primadha Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Brand Image…

Kualitas pelayanan yang terdiri dari faktor reliabilitas operasional dari masing-masing variabel tersebut,
(Reliability), daya tanggap (Responsiveness), jaminan antara lain:
(Assurance), empati (Empathy) dan bukti fisik a. Reliabilitas (Reliability)
(Tangibles) mempunyai pengaruh yang positif dan Adalah kemampuan untuk melaksanakan jasa
signifikan terhadap brand image Rumah Sakit Umum yang dijanjikan dengan tepat waktu.
Dr. Pirngadi Medan”. b. Daya tanggap (Responsiveness)
Merupakan kemauan untuk membantu pelanggan
dan memberikan jasa dengan cepat.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN c. Jaminan (Assurance)
Yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan
1. Tujuan Penelitian
kemampuan mereka untuk menimbulkan
Sesuai dengan pokok permasalahan yang
kepercayaan dan keyakinan.
telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah
d. Empati (Empathy)
untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan rumah
Menunjuk pada syarat untuk peduli, memberi
sakit yang terdiri dari faktor reliabilitas (Reliability),
perhatian pribadi kepada pelanggan.
daya tanggap (Responsiveness), jaminan (Assurance),
e. Bukti fisik (Tangibles)
empati (Empathy) dan bukti fisik (Tangibles) terhadap
Menunjuk pada fasilitas fisik, peralatan, personil,
brand image Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
dan media komunikasi.
Medan.
f. Brand Image
Sejumlah keyakinan tentang merek oleh
2. Manfaat Penelitian
konsumen.
Adapun manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
3. Pengukuran Variabel
a. Bagi pengelola Rumah Sakit, hasil penelitian ini
Pada proses pengolahan data, untuk
diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
menghitung masing-masing variabel digunakan skala
untuk bahan pertimbangan dan evaluasi tambahan
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
dalam memahami faktor-faktor dari kualitas
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
pelayanan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit
orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert,
dalam proses menciptakan brand image yang
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
positif dalam persepsi konsumen (pasien).
indikator variabel. (Sugiyono, 2003: 86).
b. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi yang
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka
dapat menjadi bahan penelitian lanjutan atau
jawaban itu dapat diberi skor, antara lain:
sebagai bahan perbandingan dalam melakukan
Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
penelitian di masa yang akan datang, khususnya
Setuju (S) diberi skor 4
penelitian yang berkaitan dengan kualitas
Netral (N) diberi skor 3
pelayanan Rumah Sakit.
Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
METODOLOGI PENELITIAN
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum
1. Batasan dan Identifikasi Variabel Penelitian
Dr. Pirngadi Medan Jl. Prof. H. M. Yamin SH No. 47
Batasan operasional dalam penelitian ini
Medan. Waktu penelitian mulai Oktober 2006 sampai
adalah:
April 2007.
a. Variabel bebas (X) terdiri dari variabel Reliability
(X1), Responsiveness(X2), Assurance(X3),
5. Populasi dan Sampel
Emphaty(X4), dan Tangibles(X5).
a. Populasi
b. Variabel terikat (Y) yaitu Brand Image Rumah
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Sakit.
pasien rawat jalan poliklinik penyakit dalam Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan selama waktu
2. Definisi Operasional Variabel
penelitian. Populasi ini termasuk jenis populasi tidak
Untuk menjelaskan variabel-variabel yang
terbatas karena konsumen (pasien) yang datang
sudah diidentifikasi, maka diperlukan definisi
jumlahnya berbeda setiap hari. Populasi tidak terbatas

80
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 78 - 88

adalah suatu populasi yang mengalami proses secara sudah dapat mewakili hasil penelitian karena telah
terus – menerus sehingga ukuran N (jumlah populasi) memenuhi syarat sebagai sampel besar. Sampel besar
menjadi tidak terbatas perubahan nilainya. (Suharyadi adalah sampel yang berukuran 30 atau lebih
dan Purwanto, 2004:323). (Suharyadi dan Purwanto, 2004:399).

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Poliklinik 6. Jenis Data


Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Dalam penelitian yang dilakukan, digunakan
Medan Tahun 2006 dua jenis data untuk membantu memecahkan masalah,
Bulan Pasien Umum yaitu:
Januari 199 1. Data Primer
Februari 245 Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
Maret 237 responden yang terpilih pada lokasi penelitian.
April 226 Data primer diperoleh dengan memberikan
Mei 361
kuesioner dan melakukan wawancara.
2. Data Sekunder
Juni 187
Yaitu data yang diperoleh melalui studi
Juli 199
dokumentasi dan literatur dengan mempelajari
Agustus 181 berbagai tulisan dari buku-buku, jurnal-jurnal,
September 172 dan internet yang berkaitan dan mendukung
Oktober 157 penelitian ini.
Nopember 241
Desember 139 7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
Jumlah 2.544
dalam penelitian ini antara lain:
Rata-Rata Per Bulan 212 1. Wawancara
Rata-Rata Per Hari 7 Peneliti melakukan wawancara langsung dengan
pihak – pihak yang bersangkutan, yaitu dengan
Sumber: Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan (2007).
staf bagian penelitian dan pengembangan Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, perawat,
b. Sampel karyawan, dan pasien.
Teknik pengambilan sampel menggunakan 2. Kuesioner
teknik non probability sampling dengan Yaitu menyebarkan daftar pertanyaan kepada
menggabungkan metode sampling purposive dan pasien rawat jalan yang telah ditetapkan menjadi
sampling kuota. Metode sampling purposive adalah sampel atau responden penelitian.
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu dan sampling kuota yaitu teknik pengambilan 8. Metode Analisis Data
sampel dimana peneliti menentukan sampel dari Metode analisis data yang digunakan dalam
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai penelitian ini adalah:
jumlah (kuota) yang dikehendaki (Sugiyono, 2004: 1. Metode Analisis Deskriptif
77-78). Metode analisis deskriptif merupakan cara
Dalam menentukan responden yang akan merumuskan dan menafsirkan data yang ada
dijadikan sampel, digunakan metode sampling sehingga memberikan gambaran yang jelas
aksidental. Sampling Aksidental adalah teknik mengenai Brand Image Rumah Sakit Pemerintah
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa Dr. Pirngadi Medan yang dilihat dari kondisi
kualitas pelayanan yang ada berdasarkan hasil
saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
jawaban sampel (pasien).
digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang
2. Metode Analisis Regresi Berganda
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
(Sugiyono, 2004:77). variabel bebas (reliability, responsiveness,
Pada penelitian ini kriteria yang ditetapkan assurance, empathy, dan tangibles) terhadap
untuk sampel adalah pasien rawat jalan poliklinik variabel terikat (Brand Image Rumah Sakit) akan
penyakit dalam kelas umum (Non-Askes dan Non- digunakan metode analisis regresi berganda. Agar
Kartu Sehat) yang telah menggunakan jasa pelayanan hasil yang diperoleh lebih terarah, maka penulis
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan minimal dua menggunakan bantuan program software SPSS
kali kunjungan, berusia 17-60 tahun, sadar dan dapat (Statistic Product and Service Solution) versi 12.0
berkomunikasi dengan baik. Peneliti menetapkan
kuota sampel sebanyak 60 orang. Jumlah ini dianggap

81
Nisrul Irawati dan Rina Primadha Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Brand Image…

Model Regresi Berganda yang digunakan adalah: tanggap (Responsiveness), jaminan (Assurance),
empati (Empathy) dan bukti fisik (Tangibles)
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e terhadap Brand Image Rumah Sakit sebagai
variabel terikat (Y).
Keterangan: Kriteria pengambilan keputusan:
Y = Skor dimensi Brand Image Rumah Sakit H0 di terima jika F hitung < F tabel pada α = 5 %
a = Konstanta H0 di tolak jika F hitung > F tabel pada α = 5 %
b1…b5 = Koefisien Regresi 3) Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji signifikansi parsial (Uji-t) menunjukkan
X1 = Skor dimensi reliabilitas (Reliability)
seberapa besar pengaruh variabel bebas secara
X2 = Skor dimensi daya tanggap
individual terhadap variabel terikat.
(Responsiveness) H0 : bi = 0
X3 = Skor dimensi jaminan (Assurance) Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh
X4 = Skor dimensi empati (Empathy) yang positif dan signifikan dari variabel bebas
X5 = Skor dimensi bukti fisik (Tangibles) (X1,X2,X3,X4,X5) yaitu berupa berupa reliabilitas
e = Standar error (Reliability), daya tanggap (Responsiveness),
jaminan (Assurance), empati (Empathy) dan bukti
Penelitian ini mempunyai beberapa pengujian, fisik (Tangibles) terhadap Brand Image Rumah
antara lain: Sakit sebagai variabel terikat (Y).
1) Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Ha : bi ≠ 0
Untuk mengetahui hasil penelitian yang valid dan Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang
reliabel, maka diperlukan instrumen yang valid positif dan signifikan dari variabel bebas
dan reliabel. Instrumen yang valid berarti alat (X1,X2,X3,X4,X5) yaitu berupa berupa reliabilitas
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (Reliability), daya tanggap (Responsiveness),
(mengukur) itu valid. Sedangkan instrumen yang jaminan (Assurance), empati (Empathy) dan bukti
reliabel adalah instrumen yang bila digunakan fisik (Tangibles) terhadap Brand Image Rumah
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, Sakit sebagai variabel terikat (Y).
akan menghasilkan data yang sama. Kriteria pengambilan keputusan:
H0 di terima jika t hitung < t tabel pada α = 5 %
Bila koefisien korelasi (r) masing-masing
H0 di tolak jika t hitung > t tabel pada α = 5 %
pertanyaan sama dengan atau lebih (paling kecil
4) Koefisien determinasi (R2)
0,3) maka butir instrumen dinyatakan valid. Dan Koefisisen determinasi (R2) digunakan untuk
bila koefisien korelasi (r) positif dan signifikansi mengukur seberapa besar kemampuan model
maka instrumen tersebut sudah dinyatakan dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2
reliabel. Untuk melakukan pengujian validitas semakin besar (mendekati satu), maka dapat
dan reliabilitas instrumen (kuesioner), peneliti dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
menggunakan bantuan program software SPSS (X1,X2,X3,X4,X5) adalah besar terhadap variabel
(Statistic Product and Service Solution) versi terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan
12.0. semakin kuat untuk menerangkan pengaruh
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) variabel bebas yang diteliti terhadap variabel
Uji signifikansi simultan (Uji–F) pada dasarnya terikat.
menunjukkan apakah semua variabel bebas (X) Sebaliknya, Jika R2 semakin kecil (mendekati
yang dimasukkan dalam model mempunyai nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5) adalah kecil
terikat (Y). terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti
H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0 model yang digunakan tidak kuat untuk
Artinya secara bersama-sama tidak terdapat menerangkan pengaruh variabel bebas yang
pengaruh yang positif dari veriabel bebas diteliti terhadap variabel terikat.
(X1,X2,X3,X4,X5) yaitu berupa reliabilitas
(Reliability), daya tanggap (Responsiveness),
jaminan (Assurance), empati (Empathy) dan bukti KAJIAN TEORETIS
fisik (Tangibles) terhadap Brand Image Rumah
Sakit sebagai variabel terikat (Y). Penelitian Terdahulu
Arafah (2004), “Analisis Kualitas Pelayanan
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0
Rumah Sakit Terhadap Image (Studi pada Rumah
Artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh
Sakit pemerintah “X” di Jakarta Selatan)”. Penelitian
yang positif dari variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5)
ini mengambil sampel dengan menggunakan teknik
yaitu berupa reliabilitas (Reliability), daya
convenience random sampling yang berjumlah 100

82
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 78 - 88

orang. Selain itu penelitian ini menggunakan metode 3. Heteroginity (Keanekaragaman)


analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial Jasa yang ditawarkan cenderung tidak standard an
(metode interval rasio, gap analysis, regresi berganda seragam dibandingkan dengan barang.
dan korelasi berganda). 4. Perishability (Tidak Tahan Lama)
Dari hasil penelitian didapati bahwa kualitas Jasa tidak dapat disimpan, dimasukkan dalam
pelayanan yang terdiri dari variabel Tangibility, gudang atau dijadikan persediaan.
Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy,
Accesibility dan Affordability mempunyai korelasi Definisi Kualitas Jasa
yang signifikan terhadap Image rumah sakit dengan Menurut Kotler, jasa adalah setiap tindakan
nilai R sebesar 0,83, F-Hitung sebesar 26,035 (F- atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu
Tabel 2,35) serta kontribusi pengaruhnya sebesar 66% pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangible dan
(R Square 0,66) sedangkan 34% dipengaruhi oleh tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Produksinya bisa dan bisa juga tidak terikat pada
suatu produk fisik. (Lupiyoadi, 2001:5)
Pengertian Rumah Sakit Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya
Dalam istilah lembaga usaha saat ini termasuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta
rumah sakit membagi sifat kelembagaan menjadi ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi
lembaga for profit dan nonprofit. Menurut Trisnantoro harapan pelangaan. Ada dua faktor utama yang
(2005:105) ada tiga jenis rumah sakit yaitu swasta for mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service
profit, swasta nonprofit, dan rumah sakit pemerintah dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau
yang tentunya nonprofit. Indonesia menggolongkan dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang
rumah sakit menjadi rumah sakit pemerintah diharapkan, maka kualitas dipersepsikan baik dan
(termasuk rumah sakit militer) dan rumah sakit memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui
swasta. Rumah sakit swasta tidak dibedakan antara harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan
rumah sakit for profit dan nonprofit. sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang
Menurut Trisnantoro (2004:8), ada dua jenis diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka
rumah sakit pemerintah, yaitu rumah sakit milik kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian,
pemerintah pusat (Rumah Sakit Umum Pusat atau baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada
RSUP) dan rumah sakit milik pemerintah propinsi dan kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
kabupaten atau kota (Rumah Sakit Umum Daerah atau pelanggannya secara konsisten. (Tjiptono, 2005).
RSUD). Rumah sakit pemerintah pusat mengacu pada Menurut Gronroos, Kualitas total suatu jasa
Departemen Kesehatan (Depkes), sementara rumah terdiri atas tiga komponen utama (Tjiptono,2005:260),
sakit pemerintah propinsi dan kabupaten atau kota yaitu:
mengacu pada stakeholder utamanya yaitu pimpinan 1. Technical quality, yaitu komponen yang berkaitan
daerah dan lembaga perwakilan masyarakat daerah. dengan kualitas output (keluaran) jasa yang
diterima pelanggan. Menurut Parasuraman, et al.,
Pengertian Pemasaran Jasa technical quality dapat diperinci lagi menjadi:
Menurut Adrian Payne jasa dirumuskan a. Search quality, yaitu kualitas yang dapat
sebagai aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah dievaluasi pelanggan sebelum membeli,
elemem (nilai atau manfaat) intangible yang berkaitan misalnya harga.
dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi b. Experience qualitry, yaitu kualitas yang hanya
denagn konsumen atau dengan barang-barnag milik, bisa dievaluasi pelanggan setelah membeli
tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan. atau mengkonsumsi jasa. Contohnya
Perubahan dalam kondisi bisa saja muncul dan ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, dan
produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak kerapian hasil.
mempunyai kaitan dengan produk fisik (Yazid, c. Credence quality, yaitu kualitas yang sukar
2005:3). dievaluasi pelanggan meskipun telah
Beberapa krakteristik unik jasa yang menghkonsumsi suatu jasa. Misalnya kualitas
membedakannya dengan barang (Lamb, Hair, dan operasi jantung.
Daniel, 2001:483) adalah: 2. Functional quality, yaitu komponen yang
1. Intangibility (Tidak Berwujud) berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu
Jasa tidak dapat dipegang, dilihat, didengar, jasa.
sebagaimana yang dapat terjadi pada barang. 3. Corporate Image, yaitu profil, reputasi, citra
2. Inseparability (Tidak Terpisahkan) umum, dan daya tarik khusus suatu perusahaan.
Barang-barang diproduksi, dijual, dan kemudian
dikonsumsi. Sebaliknya, jasa sering dijual, Menurut Gronroos (Ratminto, 2005: 2),
diproduksi, dan dikonsumsi pada saat yang Pelayanan adalah suatu aktifitas atau serangkaian
bersamaan. aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat

83
Nisrul Irawati dan Rina Primadha Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Brand Image…

diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian
antara konsumen dengan karyawan atau hal–hal lain sediaan dan pencatatan akuntansi.
yang disediakan oleh perusahaaan pemberi pelayanan 2. Bentuk proteksi terhadap fitur atau aspek produk
yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan yang unik.
konsumen/pelanggan. 3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang
Parasuraman et. Al mengungkapkan lima puas, sehingga mereka bisa dengan mudah
faktor dominan (lima dimensi) atau penentu mutu memilih dan membelinya lagi di lain waktu.
pelayanan jasa (Lupiyoadi, 2001: 148), yaitu: 4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang
1. Tangible atau bukti fisik yaitu kemampuan membedakan produk dari para pesaing.
perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya 5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui
kepada pihak eksternal. Penampilan dan perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.
dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti 6. Sumber financial returns, terutama menyangkut
nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi pendapatan masa datang.
jasa.
2. Reliability atau keandalan yaitu kemampuan Menurut Kotler (Kismono, 2001:335), merek
perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dapat dibedakan menjadi tiga pengertian, yaitu:
dengan yang dijanjikan secara akurat dan 1. Brand name adalah bagian dari merek yang bisa
terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan dilafalkan.
pelanggan yang berarti kecepatan waktu, 2. Brand mark adalah suatu simbol atau desain yang
pelayanan yang sama untuk semua pelanggan digunakan untuk memberikan identitas pada
tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan produk atau untuk membedakannnya dengan
akurasi yang tinggi. produk lain.
3. Responsiveness atau ketanggapan yaitu suatau 3. Trade character adalah brand mark yang
kemauan untuk membantu dan memberikan mengambil bentuk fisik atau sifat manusia.
pelayanan yang cepat responsif dan tepat kepada
pelanggan, dengan penyampaian informasi yang Pengertian Brand Image
jelas. Brand image atau brand description, yakni
4. Assurance atau jaminan dan kepastian yaitu deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen
pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan terhadap merek tertentu (Tjiptono, 2005:49).
para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan Menurut Kotler, Brand image adalah
rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. sejumlah keyakinan tentang merek Menurut Aaker,
5. Empathy atau empati yaitu memberikan perhatian Brand image dianggap sebagai ”bagaimana merek
yang tulus dan bersifat individual atau pribadi dipersepsikan oleh konsumen”. Berkenaan dengan
yang diberikan kepada para pelanggan dengan persepsi, menurut Davis, seperti halnya manusia,
berupaya memahami keinginan konsumen. merek juga bisa digambarkan melalui kata sifat
(adjective), kata keterangan (adverb), atau frase
Pengertian Merek (phrase). Davis juga mengatakan bahwa brand image
Menurut Keller (Tjiptono, 2005:19), Merek memiliki dua komponen, yaitu asosiasi merek dan
adalah produk yang mampu memberikan dimensi brand persona. (Simamora, 2003:63)
tambahan yang secara unik membedakannya dari Menurut Kotler (Simamora, 2003:37), syarat
produk-produk lain yang dirancang untuk memuaskan merek yang kuat adalah brand image. Namun ia
kebutuhan serupa. Perbedaan tersebut bisa bersifat mempertajam brand image itu sebagai posisi merek
rasional dan tangible (terkait dengan kinerja produk (brand position),yaitu brand image yang jelas berbeda
dari merek bersangkutan)maupun simbolik, emosional unggul secara relatif dibanding pesaing.
dan intangible (berkenaan dengan representasi merek. Menurut Nugroho (2003:182),Image atau
Menurut Lamb (2001:421), Merek adalah citra adalah realitas, oleh karena itu jika komunikasi
suatu nama, istilah, simbol, desain atau gabungan pasar tidak cocok dengan realitas, secara normal
keempatnya yang mengidentifikasikan produk para realitas akan menang. Citra akhirnya akan menjadi
penjual dan membedakannya dari produk pesaing. baik, ketika konsumen mempunyai penaglaman yang
Sedangkan nama merek yaitu bagian dari merek yang cukup dengan realitas baru. Realitas baru yang
dapat disebutkan, diucapkan termasuk huruf-huruf, dimaksud yaitu bahwa sebenarnya organisasi bekerja
kata-kata, dan angka-angka. lebih efektif dan mempunyai kinerja yang baik.
Menurut Keller (Tjiptono, 2005:20), Merek Menurut Brown, menunjukkan beberapa
bermanfaat bagi produsen, sebagai: manfaat yang bisa diperoleh perusahaan yang telah
1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses memuaskan pelanggannya melalui penyampaian
penanganan atau pelacakan produk bagi pelayanan yang berkualitas diantaranya ialah citra
perusahaan (Corporate image). (Arafah,2004:61).

84
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 78 - 88

Sejarah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Tabel 2. Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tidak diperoleh data yang pasti kapan Rumah Jumlah Persentase
No Jenis Kelamin
Responden (%)
Sakit Dr. Pirngadi Medan ini diserahkan
kepemilikannya dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah 1. Laki-Laki 20 33,33
Propinsi Sumatera Utara, tetapi yang jelas sejalan 2. Perempuan 40 66,67
dengan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit Dr.
Total 60 100
Pirngadi Medan pada tanggal 27 Desember 2001
diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Propinsi Sumber: Pengolahan data primer (2007)
Sumatera Utara kepada pemerintah Kota Medan.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa dari 60
berdasarkan Perda Kota Medan No.30 tahun 2002 orang responden, mayoritas adalah responden
perempuan sebanyak 40 orang (66,67%), sedangkan
tanggal 6 September 2002 tentang Pembentukan
responden laki-laki hanya sebanyak 20 orang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan (33,33%). Hasil tabel tersebut menunjukkan bahwa
Kesehatan Rumah Sakit Dr. Pirngadi kota Medan. ternyata wanita lebih banyak menderita penyakit
a. Mengelola administrasi dan Keuangan. dalam dibandingkan laki-laki.
b. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada
sesuai dengan bidang tugasnya. b. Deskriptif responden berdasarkan jumlah
c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kunjungan (pengalaman berobat)
oleh Kepala Daerah.
Tabel 3. Deskriptif Responden Berdasarkan Jumlah
kunjungan (Pengalaman Berobat)
Visi dan Misi
Visi Badan Pelayanan Kesehatan RSU dr. Jumlah Jumlah Persentase
No
Kunjungan Responden (%)
Pirngadi Kota Medan adalah terwujudnya Badan
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. 1. Dua kali 27 45
Lebih dari dua
Pirngadi kota Medan MANTAP TAHUN 2010 2.
kali
33 55
(Mandiri, Tanggap, dan Profesional)..
Total 60 100
Misi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr.
Pirngadi Kota Medan adalah: Sumber: Pengolahan data primer (2007)
1. Meningkatkan upaya kesehatan paripurna kepada
Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa responden
semua golongan masyarakat secara merata dan
yang telah melakukan kunjungan (pengalaman
terjangkau sesuai dengan tugas pokok, fungsi berobat) dua kali di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan
serta peraturan yang berlaku. sebanyak 27 orang responden (45%) dan responden
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat yang telah melakukan kunjungan (pengalaman
spesialistik dan sub spesialistik yang bermutu. berobat) lebih dari dua kali di Rumah Sakit Dr.
3. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara Pirngadi Medan sebanyak 33 orang responden (55%).
professional dan etis agar timbul kepercayaan dan Sehingga dapat dikatakan bahwa pasien responden
harapan serta rasa aman dan kenyamanan bagi yang telah melakukan kunjungan (pengalaman
penderita. berobat) lebih dari dua kali di Rumah Sakit Dr.
4. Meningkatkan peran Rumah Sakit sebagai tempat Pirngadi Medan lebih banyak daripada responden
pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu yang telah melakukan kunjungan (pengalaman
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. berobat) dua kali di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.
Hal ini menunjukkan sebagian besar pasien cenderung
kembali ke Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan untuk
mendapatkan kesehatan yang kemungkinan sesuai
ANALISIS DESKRIPTIF dengan yang diharapkan.
1. Deskriptif Responden c. Deskriptif responden berdasarkan umur
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien rawat jalan poliklinik penyakit dalam dan yang Tabel 4. Deskriptif Responden Berdasarkan Umur
di ambil sebagai sampel adalah 60 orang. Hasil Jumlah
No Umur (tahun) Persentase (%)
Responden
penelitian dari 60 responden sampel dapat
dideskriptifkan sebagai berikut: 1. 17 s/d 28 19 31,67
2. 29 s/d 40 17 28,33
a. Deskriptif responden berdasarkan jenis kelamin 3. 41 s/d 60 24 40
Total 60 100
Deskriptif responden berdasarkan jenis Sumber: Pengolahan data primer (2007)
kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

85
Nisrul Irawati dan Rina Primadha Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Brand Image…

Tabel 4 di atas menjelaskan bahwa responden menunjukkan bahwa pekerjaan responden terbanyak
yang berumur antara 17 sampai dengan 28 tahun adalah responden yang memiliki pekerjaan diluar dari
sebanyak 19 orang (31,67%), responden yang pegawai negeri, pegawai swasta, wiraswasta, maupun
berumur antara 29 sampai dengan 40 tahun sebanyak belum bekerja. Pekerjaan responden kedua terbanyak
17 orang responden (28,33%) dan responden yang adalah wiraswasta, pekerjaan responden ketiga
berumur antara 41 sampai dengan 60 tahun sebanyak terbanyak adalah pegawai negeri dan selanjutnya
24 orang responden (40%). Ini menunjukkan bahwa responden yang belum bekerja dan pegawai swasta
sebagian besar responden yang berobat ke bagian yang hanya memiliki selisih persentase yang sedikit.
poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Dr. Pirngadi Dalam hal ini terlihat bahwa pasien yang datang
Medan berumur antara 41 sampai dengan 60 tahun, berobat ke Rumah Sakit milik pemerintah Dr.
sedangkan responden yang berumur antara 17 sampai Pirngadi Medan ini tidak saja dari kalangan pegawai
dengan 28 tahun hanya sedikit lebih banyak daripada negeri tetapi juga dari kalangan yang bervariasi
responden yang berumur 29 sampai dengan 40 tahun. pekerjaannya, seperti pegawai swasta, wiraswasta,
Sehingga dapat dikatakan bahwa usia di atas 40an atau belum bekerja.
adalah usia yang mulai rentan terhadap penyakit
dalam.
ANALISIS STATISTIK
d. Deskriptif responden berdasarkan pekerjaan
1. Pengujian Determinan
Tabel 5. Deskriptif Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jumlah Tabel 6. Model Summary
No Pekerjaan Persentase (%) R Adjusted Std. Error of the
Responden
Model R
1. Pegawai Negeri 11 18,33 Square R Square Estimate
2. Pegawai Swasta 7 11,67 1 ,732(a) ,536 ,493 2,689
3. Wiraswasta 14 23,33 a Predictors: (Constant), bukti.fisik, jaminan, empati, reliabilitas,
4. Belum Bekerja 9 15 daya.tanggap
Sumber: Hasil Perhitungan Data SPSS Versi 12.0 (2007)
5. Lain-lain 19 31,67
Total 60 100 Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat nilai R
Sumber: Pengolahan data primer (2007) Square adalah 0.536 berada antara 0 < R2 < 1 yang
berarti bahwa 53,6% Brand Image Rumah Sakit Dr.
Tabel 5 menjelaskan bahwa 11 orang Pirngadi Medan dipengaruhi oleh reliabilitas
responden (18,33%) bekerja sebagai pegawai negeri, 7 (Reliability), daya tanggap (Responsiveness), jaminan
orang responden (11,67%) bekerja sebagai pegawai (Assurance), empati (Empathy) dan bukti fisik
swasta, 14 orang responden (23,33%) bekerja sebagai (Tangibles) dan 46,4% lagi sisanya dijelaskan oleh
wiraswasta, 9 orang responden (15%) belum bekerja faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model
dan 19 orang responden (31,67%) memiliki pekerjaan penelitian ini.
di luar empat kriteria pekerjaan tersebut di atas. Ini

2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Tabel 7. ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 451.682 5 90.336 12.492 .000(a)
Residual 390.501 54 7.232
Total 842.183 59
a Predictors: (Constant), bukti.fisik, jaminan, empati, reliabilitas, daya.tanggap
b Dependent Variable: brand.image
Sumber: Hasil Perhitungan Data SPSS Versi 12.0 (2007)

86
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 78 - 88

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Tabel 8. Hasil Uji t-hitung


Coefficients(a)
Standardized
Model Unstandardized Coefficients t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3,303 2,065 1,600 ,116
reliabilitas -,073 ,181 -,068 -,401 ,690
daya.tanggap ,425 ,240 ,328 1,769 ,083
jaminan ,014 ,025 ,054 ,569 ,571
empati ,025 ,162 ,021 ,157 ,875
bukti.fisik ,659 ,165 ,532 4,000 ,000
a Dependent Variable: brand.image
Sumber: Hasil Perhitungan Data SPSS Versi 12.0 (2007)

Berdasarkan Tabel 8 hasil uji Fhitung 4. Variabel empati (empathy)


menunjukkan nilai Fhitung = 12.492. Hal ini thitung = 0.157 dan ttabel = 1.670
menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel yaitu 12.492 > maka Ho diterima karena thitung < ttabel pada α =
2.39 dengan demikian hipotesis H0 ditolak dan Ha 5%.
diterima. Artinya, secara bersama-sama (serentak) Artinya, secara parsial tidak terdapat pengaruh
variabel-variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5) yaitu berupa yang signifikan dari variabel empati (empathy)
berupa reliabilitas (Reliability), daya tanggap sebagai X4 terhadap brand image Rumah Sakit
(Responsiveness), jaminan (Assurance), empati Dr. Pirngadi Medan sebagai Y.
(Empathy) dan bukti fisik (Tangibles) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Brand Image Rumah 5. Variabel bukti fisik (tangible)
Sakit Dr. Pirngadi Medan thitung = 4.000 dan ttabel = 1.670
maka Ha diterima karena thitung > ttabel pada α =
Kesimpulan hasil pengujian 5%.
1. Variabel reliabilitas (reliability) Artinya, secara parsial terdapat pengaruh yang
thitung = –0.401,ttabel = 1.670 signifikan dari variabel bukti fisik (tangible)
maka Ho diterima karena thitung < ttabel pada α = sebagai X2 terhadap brand image Rumah Sakit
5%. Dr. Pirngadi Medan sebagai Y.
Artinya, secara parsial tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari variabel reliabilitas 6. Berdasarkan hasil perhitungan data pada Tabel
(reliability) sebagai X1 terhadap brand image 4.17 diperoleh persamaan:
Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan sebagai Y. Y = 3.303 − 0.073 X1 + 0.425 X2 + 0.014 X3 +
0.025 X4 + 0.659 X5 + e
2 Variabel daya tanggap (responsiveness)
thitung = 1.769 dan ttabel = 1.670
maka Ha diterima karena thitung > ttabel pada α = DAFTAR PUSTAKA
5%.
Artinya, secara parsial terdapat pengaruh yang Arafah, Willy. 2004. Analisis Kualitas Pelayanan
signifikan dari variabel daya tanggap Rumah Sakit Terhadap Image (Studi pada
(responsiveness) sebagai X2 terhadap brand Rumah Sakit pemerintah “X” di Jakarta
image Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Selatan). Metode Riset bisnis dan
Manajemen. Volume 4. No.1.April: 55-75.
3. Variabel jaminan (assurance) Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk
thitung = 0.569 dan ttabel = 1.670 Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
maka Ho diterima karena thitung < ttabel pada α = Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran:
5%. Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Artinya, secara parsial tidak terdapat pengaruh Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo.
yang signifikan dari variabel jaminan (assurance) Lamb, Charles W. 2001. Pemasaran. Jakarta: PT.
sebagai X3 terhadap brand image Rumah Sakit Salemba Empat.
Dr. Pirngadi Medan sebagai Y.

87
Nisrul Irawati dan Rina Primadha Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Brand Image…

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Sutojo, Siswanto. 2004. Membangun Citra
Jasa: Teori dan Praktik. Jakarta: Salemba Perusahaan: Building The Corporate image.
Empat. Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka.
Setiadi Nugroho, J. 2003. Perilaku Konsumen: Temporal, Paul, K.C. Lee. 2002. Hi Tech Hi Touch
Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Branding. Jakarta: PT.Salemba Empat.
Penelitian Pemasaran. Edisi Satu. Bogor: Tjiptono, Fandy. 1996. Manajemen Jasa.
Prenada Media. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sihombing, Umberto. 2003. Membangun Kepuasan Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa. Edisi
Pelanggan Melalui Pelayanan: Studi Kasus Pertama. Malang: Bayumedia.
terhadap Mahasiswa Program Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management and
PascaSarjana Sekolah Tinggi Ilmu Strategy. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Ekonomi (STIE) Trianandra Jakarta. Trisnantoro, Laksana. 2004. Memahami
www.petra.ac.id. Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam
Simamora, Bilson. 2003. Aura Merek. Jakarta: PT. Manajemen Rumah Sakit.
Gramedia Pustaka Utama. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Trisnantoro, Laksana. 2005. Aspek Strategis
CV. Alfabeta. Manajemen Rumah Sakit antara misi
Suharyadi dan Purwanto. 2004. Statistika untuk sosial dan Tekanan Pasar. Yogyakarta:
Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Penebit Andi.
PT. Salemba Empat. www.clgi.co.id dikutip hari Selasa, 23 Januari 2007,
Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan 09.40 WIB.
Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa www.pikiran-rakyat.com dikutip hari selasa, 23
Pasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Januari 2007, 10.00 WIB.
www.waspada.co.id dikutip hari kamis, 5 Oktober
2006, 11.28 WIB.

88

You might also like