Professional Documents
Culture Documents
Persiapan Bahan
Pemisahan penimbunan bertujuan untuk menjaga gradasi agregat agar tetap terjaga,
karena pada saat dipindahkan ke cold bin, agregat yang tidak tercampur dapat dimasukan
pada bin yang sesuai dengan ukurannya.
Karena penimbunan agregat yang dilakukan sudah benar, tidak terlalu tinggi, maka
resiko agregat mengalami segregasi karena butiran yang besar menggelinding ke bawah
tidak akan terjadi.
a. AMP
1. Cold Bin
• Pemisah Antar Bin
Disini harus diperhatikan waktu bukaan pintu dari setiap bin apakah sesuai dengan
standar yang sudah dikalibrasi, dan harus diperhatikan pula apakah penggetar pada pintu bin
berjalan dengan baik, hal ini bertujuan untuk memastikan kontinuitas aliran material yang
tidak terganggu karena tersendatnya material pada pintu bin. Jika agregat yang keluar bin
menjadi lebih sedikit sedangkan besarnya pengapian pada dryer tetap maka agregat dapat
mengalami pemanasan yang berlebihan (overheating).
1. Dryer
Suhu pada dryer harus selalu diawasi oleh operator. Pengawasan apakah pengaturan
antara bahan bakar minyak dan udara pada dryer sudah benar juga dilakukan oleh operator.
Pada proyek ini pengaturan dryer sudah sesuai maka bahan bakar pada dryer menjadi
terbakar dengan sempurna sehingga asap yang dihasilkan pada proses pembakaran yaitu
berwarna putih.
Indikator Suhu
2. Lama pencampuran
Di dalam ruang pengontrol AMP operator mengatur lamanya pencampuran.
Sumber : Data Lapangan
3. Kegiatan Pengawasan 3
a. Pengawasan Terhadap Cuaca
Dalam proyek ini pelaksanaan pekerjaan overlay dan levelling dilakukan saat cuaca
sedang cerah, dan pada saat hujan turun pelaksana menghentikan pekerjaan overlay dan
levelling.
• Lahan telah siap permukaan kering dan bersih
Pelaksanaan yang dilakukan untuk mempersiapkan permukaan existing pada proyek ini yaitu
pembersihan kotoran dan penyemprotan tack coat.
• Pengaturan lalu lintas
Pengaturan lalu – lintas dilakukan sehingga mengurangi kemacetan yang ditimbulkan oleh
kegiatan pelaksanaan proyek.
1. Kegiatan Pengawasan 4 :
a. Asphalt Finisher
Pengecekan screw dan vibrating screed berfungsi dengan baik pada saat
penghamparan
b. Ketebalan
Dalam pelaksanaanya ketebalan aspal yang dihamparkan di cek dengan alat
sederhana yang terbuat dari baja dengan
1. Kegiatan Pengawasan 5 :
a. Pengawasan terhadap alt berat yang sesuai dengan spesifikasi teknis menurut Bina
Marga adalah:
• Vibrautic Roller
• Tundhem Roller
• Pneumatic Tired Roller
a. Pengawasan jumlah lintasan pemadatan.
Pengawas mengamati apakah jumlah lintasan pada pekerjaan pemadatan sudah
sesuai dengan data lintasan yang di dapat dari trial compaction sehingga laston mencapai
ketebalan yang optimal
Sumber : Data Lapangan
Persiapan Bahan merupakan salah satu hal penting yang sngat berpengaruh terhadap
hasil pekerjaan. Adapun bahan-bahan yang harus disediakan dalam pelaksanaan pekerjaan
adalah sebagai berikut :
1. Lapis Perekat (Tack Coat) dan Lapis Resap Pengikat ( Prime Coat)
Prime coat adalah laburan aspal pada permukaan yang belum beraspal berfungsi
untuk memberi ikatan antara permukaan tersebut dengan lapisan perkerasan diatasnya.
Sedangkan tackcoat adalah laburan aspal pada permukaan yang sudah beraspal, berfungsi
untuk memberi ikatan antara permukaan tsb dengan lapisan perkerasan diatasnya .
2. Aspal
Aspal adalah bahan perekat yang digunakan untuk mengikat agregat yang bersifat
plastis dan sebagai bahan pengisi volume rongga yang ada. Berikut adalah spesifikasi yang
harus dipenuhi untuk aspal yang akan digunakan. Bahan aspal yang digunakan dari jenis
semen Pen 60/70. bahan aspal harus memenuhi AASHTO M20 dan mempunyai titik lembek
minimum 48°C yang ditentukan sesuai dengan SNI 06-2434-1991(ASSHTO T53).
3. Agregat
a. Agregat kelas A dan kelas B
Agregat kelas A dan B harus memenuhi spesifikasi bahan untuk
pondasi bawah, dengan penyimpangan ijin 3% - 5%, memiliki ketebalan minimum
lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5% adalah 15 cm, dan
derajat kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100%.
b. Agregat kasar dan halus
• Agregat Kasar
Fraksi agregat untuk rancangan adalah yang tertahan ayakan
No. 8 (2,36 mm) dan haruslah bersih, keras, awet, dan bebas dari
lempung dan bahan-bahan yang tidak dikehendaki. Agregat kasar
yang kotor dan berdebu yang mempunyai partikel lolos ayakan No.
200 (0,075) lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan. Berikut
adalah ketentuan dari agregat kasar.
• Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir atau pengayakan batu pecah dan terdiri dari
bahan yang lolos ayakan No. 8 (2,36 mm). Pasir boleh digunakan dalam campuran
aspal dengan persentase maksimum yang disarankan adalah 15 %. Pasir yang kotor
dan berdebu yang mempunyai partikel lolos ayakan No. 200 (0,075) lebih besar dari 8
% tidak boleh digunakan. Berikut adalah ketentuan dari agregat halus.
Lapisan Aspal Beton (Laston) adalah lapisan yang peka terhadap variasi kadar aspal
maupun variasi gradasi agregat. Bahan yang digunakan untuk membuat laston AC-WC,
laston AC-BC dan laston AC – BASE yaitu agregat dan aspal. Untuk ketiga jenis laston
tersebut perbedaan terletak pada jenis gradasi dan tebal minimum dari lapisannya, berikut
adalah spesifikasi gradasi gabungan agregat untuk laston AC-WC, laston AC-BC dan laston
AC- BASE
Tabel 3.7 Spesifikasi Laston AC-WC, Laston AC-BC dan laston AC – BASE
1” 25 100 90 – 100
No.4 4,75
28 – 23 – 19 – 45
No.8 2,36
58 49
No.16 1,18
No.30 0,60
Daerah Larangan
4,7 39,5
No.4
5
a. Semen
Semen yang digunakan pada pekerjaan beton adalah semen Portland yang memenuhui
AASHTO M85.
b. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, dan pemakaian lainnya harus bersih
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
organik.
c. Agregat
Gradasi dan sifat-sifat agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan seperti yang
tercantum pada tabel berikut :
Tabel 3.8 Spesifikasi Gradasi Agregat Campuran Beton Semen
Ukuran
Persen Ayakan yang Lolos Untuk Agregat
Ayakan
ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1½ “ 38,1 - 95-100 100 - -
1” 25,4 - - 95-100 100 -
¾ 19 - 35-70 - 90-100 100
½ 12,7 - - 25-60 - 90-100
38“ 9,5 100 10-30 - 20-55 40-70
95-
No. 4 4,75 0-5 0-10 0-10 0-15
100
No. 8 2,36 - 0-5 0-5 0-5
No. 16 1,18 45-80 - - - -
No. 80 0,30 10-30 - - - -
No.
0,15 2-10 - - - -
100
Sumber : Dokumen Kontrak
Batas Maksimum
Halus Kasar
Keausan
Agregat
dengan Mesin SNI 03-
- 40 %
2417-1991
Los Angeles
pada 500 Putaran
Kekekalan
Bentuk Batu
terhadap
Larutan
Natrium Sulfat SNI 03-
atau 10 % 12 %
3407-1994
Magnesium
Sulfat setelah
5
siklus
Gumpalan
Lempung dan SK SNI M-
0,5 % 0,25 %
Partikel yang 01-1994-03
Mudah Pecah
Bahan yang
Lolos Ayakan SK SNI M-
3% 1%
02-1994-03
No.200
Sumber : Dokumen Kontrak
Pengujian Trial Compaction
Trial Compaction adalah sebuah uji coba pemadatan dengan menggunakan alat dan
bahan yang sama dengan yang akan digunakan pada pelaksanaan pemadatan yang
sebenarnya. Uji coba ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui jumlah lintasan oleh alat
penggilas pada campuran aspal panas yang dihamparkan, sehingga didapat kepadatan lapis
perkerasan aspal yang optimal. Trial Compaction dilakukan pada lahan yang bukan bagian
dari proyek, namun bila hasil kepadatan dari Trial Compaction yang dilakukan langsung pada
proyek mencapai lebih dari 98 % maka lapis perkerasan aspal yang sudah dipadatkan tidak
perlu di bongkar kembali.
Bahan
Bahan yang diperlukan dalam pekerjaan lapis perkerasan dengan aspal panas adalah
Bahsan yang digunakan yaitu, agregat, aspal, dan bahan pengisi yang memenuhi syarat dan
spesifikasi yang terdapat pada dokumen kontrak.
Pencampuran
Setelah semua bahan siap, kemudian dilakukan kegiatan pencampuran. Pencampuran
ini dilakukan dalam satu unit pencampur yang disebut dengan Asphalt Mixing Plant (AMP).
Di dalam AMP , proses pencampuran melalui beberapa tahap produksi yang harus dilalui.
Garis besar proses produksi adalah sebagai berikut:
1. Agregat yang tersimpan dalam stockpile dimasukkan ke dalam cold bin sesuai
dengan ukuran agregatnya.
2. Agregat yang berada dalam setiap cold bin keluar melalui pintu yang sebelumnya
telah dikalibrasi yang kemudian agregat tersebut dibawa oleh belt conveyor. Agregat
yang dibawa oleh belt conveyor dapat dilihat pada Gambar 3.7. dan agreagat yang
keluar dari cold bin dapat dilihat pada Gambar 3.6
Sumber : Foto Lapangan
3. Kemudian agregat masuk ke dalam dryer untuk dikeringkan dan dipanaskan, ini
dimaksudkan untuk menghilangkan air yang ada pada agregat. Agregat dipanaskan
hingga suhu mencapai 175-200oC. Dryer harus mampu mengeringkan agregat secara
merata, sehingga dapat menghasilkan pengeringan agregat yang sempurna. Harus di
cek apakah pengaturan antara bahan bakar minyak dan udara pada dryer sudah
benar, ketidak sesuaian pengaturan antara bahan bakar dan udara dapat
menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna, hal ini dapat diketahui dengan
melihat asap berwarna hitam yang keluar dari cerobong.
5. Agregat yang telah siapkan ini dibawa ke pengendali gradasi (Hot Screening Unit)
untuk disaring. Agregat disaring sesuai dengan saringan yang telah ditentukan,
kemudian di campur dengan filler yang di simpan dalam wadah yang bernama silo.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Tempat ayakan panas
Pengangkutan.
Pekerjaan Overlay
A. Pekerjaan Penghamparan
Penghamparan dilaksanakan stelah pekerjaan persiapan seperti pembersihan
permukaan dari bahan yang lepas atau tidak dikehendaki dengan sapu mekanis
pemasangan rambu-rambu, pengaturan lalu-lintas peralatan, patok batas
penghamparan dan lokasi telah dihamparkan lapis pengkat.
Ketebalan hamparan diatur pada alat asphalt finisher sesuai dengan ketebalan yang
ditentukan. Apabila tebal hamparan lebih dari satu lapis maka toleransi ketebalan harus
memenuhi persyaratan dan spesifikasi. Mesin vibrasi pada alat penghampar harus dijalankan
selama penghamparan dan pembentukan. Temperatur penghamparan ±155oC. Alat
penghampar dioperasikan dengan kecepatan yang tetap agar tidak menyebabkan retak
permukaan, koyakan atau bentuk ketidakrataan lainnya.
Alat
Bahan
Persiapan
Operator dan
pekerja /SDM
Briefing oleh
Pimpinan
Pelaksana
Lapangan
Pemberian
Pembersihan
lapisan take coat
Pelaksanaan jalan dengan
pada lapisan
compressor
AC-BC
Unloading AC -
WC dari dump
truk ke aspal
Pemadatan finisher
Finishing
dengan PTR
kecil
Tidak sesuai Penghamparan
AC-WC dengan
Cek Hasil aspal finisher
Pekerjaan
Evaluasi
Sesuai
Selesai
Pemadatan disertai dengan
pemberian air pada hotmix
pada 9 lintasan terakhir,
1. Tempatkan Asphalt Finisher pada jalur di titik awal pekerjaan, sebelumnya Asphalt
Finisher di-stel terlebih dahulu, sehingga mampu menghampar dan membentuk
campuran aspal sesuai dengan garis, kelandaian serta penampang melintang yang
diperlukan
2. Tempatkan Dump truck di depan alat penadah (Hopper) dari Asphalt Finisher lalu
Tuangkan campuran aspal ke dalam Hopper..
3. Setelah hotmix berada di dalam hopper dan siap untuk dihamparkan, segera
operasikan asphalt finisher . Nyalakan mesin fibrasi selama penghamparan agar
campuan aspal terdistribusi secara merata.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Pekerjaan penghamparan dengan menggunakan asphalt finisher
4. Para pekerja meratakan campuran aspal yang dikeluarkan dari Asphalt Finisher
dengan menggunakan sekop dan lacker, agar campuran aspal merata. Kegiatan
meratakan campuran aspal dapat dilihat pada Gambar 3.35.
A. Pekerjaan Pemadatan
Di lapangan pemadatan awal menggunakan Three Wheels sebanyak 2 lintasan dengan berat
Three Weels 3 Ton. Kegiatan pemadatan awal dapat dilihat pada Gambar 3.36
b. Pemadatan antara
Alat yan digunakan untuk proses pemadatan antara adalah Pneumatic Tired Roller
dengan kecepatan 6 km/jam. Alat ini ampu dioperasikan pada tekanan ban pompa 6,0 – 6,5
kg/cm2 (90-100psi).
Pemadatan dilakukan segera setelah pemadatan awal selesai dikerjakan. Tujuan dari
pemadatan antara ini adalah agar aspal hasil pemadatan awal tidak mengalami penurunan
(settle down).
Proses dan arah pemadatan kedua ini sama dengan proses pemadatan pertama, hanya
jumlah Passing-nya lebih banyak, yaitu 16 Passing untuk satu lebar jalan. Selain itu, ban
gilas harus di semprot air dan pembantu operator juga membantu membersihkan ban karet
dengan menyemprotkan kerosin lalu permukaan ban dibersihkan dari campuran yang
menempel dengan menggunakan kain, selagi PTR melakukan pemadatan alat ini
menyemprotkan air pada campuran aspal panas, hal ini bertujuan untuk mencegah hotmix
menempel pada ban. Kegiatan pemadatan kedua dilihat pada Gambar 3.37
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Pemadatan Antara dengan Pneumatic Tired Roller
c. Pemadatan akhir
Alat yang digunakan adalah Mini Pneumatic Tired Roller dengan kecepatan 4
km/jam. Pemadatan ini bertujuan untuk menghilangkan bekas jejak roda hasil pemadatan
antara sehingga didapatkan permukaan yang merata yang halus. Di lapangan pemadatan akhir
menggunakan Tundhem roller sebanyak 2 lintasan.
b. JMF
Job Mix Formula didapat dari pemeriksaan sifat agregat kemudian menentukan
gradasinya sehingga didapatkan proporsi agregatnya, setelah itu dilakukan uji coba
pencampuran aspal dengan kadar yang bervariasi untuk mendapatkan kadar aspal optimum
yang memenuhi semua spesifikasi campuran dan dilakukan uji coba di AMP. JMF ini
menjadi acuan untuk produksi campuran aspal panas di lapangan.
a. Pengawasan terhadap kebersihan roda pemadat.
Memastikan roda pemadat disemprot oleh air dan atau diberi sedikit kerosin agar
tidak ada hotmix yang menempel pada roda. Hotmix yang menempel pada roda dapat
menyebabkan permukaan jalan menjadi tidak rata.
Type AMP Jenis Pekerjaan Alat Bahan Metode Pelaksanaan Spesifikasi Persyaratan
Batch Type • Kadar Air
(AMP Tipe Agregat
Takaran) • SNI 03-1971- • Tata Cara
Agregat yang sudah ada di
1990 Pengambilan
Terpal, quarry (tempat penyimpanan)
Penyimpanan agregat di • SNI 03-1790- Agregat
Plastik, Alat Agregat dijaga kondisinya agar tidak
stock pile 1990 • Pengujian BJ
penutup terbasahi dengan cara diberi
• SNI 03-1769- & penyerapan
penutup terpal
1990 air agregat
kasar dan
halus
Pengontrolan dilakukan untuk
• SNI 03-1971-
mendapatkan jenis material
1990 Semua agregat yang
yang diinginkan, Quality
• SNI 03-1790- akan dimasukan
Control yang dilakukan
Quality Control Mutu Mesin LA, 1990 kedalam AMP harus
Agregat diantaranya : Uji keausan
Agregat Dll • SNI 03-1769- memenuhi spek dan
agregat dengan mesin LA,
1990 sesuai DMF (Design
BJ dan penyerapan air
• SNI 03-2417- Mix Formula)
agregat kasar dan halus,
1991
analisa ayak, kadar air
Bukaan pintu untuk agregat Lebar bukaan sesuai
Penyetelan bukaan pintu
AMP (Cold dingin pada AMP diatur lebar • PDT-03-2005
dengan jumlah
agregat dingin pada bin Agregat
Bin) bukaanya sesuai dengan (PemeriksaanAMP) proporsi agregat
dingin (Cold Bin)
rencana proporsi agregat rencana
Lebar/dimensi pintu bukaan
Quality Control untuk • PDT-03-2005
Lebar bukaan harus
AMP Agregat diatur sesuai rencana dan
Bukaan Pintu (PemeriksaanAMP)
sesuai rencana.
proporsi agregat.
Penyetelan kecepatan AMP Agregat Banyak sedikitnya agregat • PDT-03-2005
Kecepatan diatur
conveyor (conveyor) yang keluar dari bin dingin sesuai dengan tujuan
(Pemeriksaan AMP)
akan sangat ditentukan oleh agregat yang
kecepatan conveyor • NSPM diinginkan
• SNI