You are on page 1of 8

c c



Langkah-langkah peningkatan kualitas atau inovasi pembelajaran melalui PTK adalah
sebagai berikut.

A. Identifikasi masalah pembelajaran.


B. Analisis dan perumusan masalah pembelajaran.
C. Perencanaan tindakan dan perumusan hipotesis.
D. Pelaksanaan tindakan, observasi, dan asesmen kemajuan belajar siswa.
E. Analisis data hasil observasi dan asesmen.
F. Refleksi/evaluasi dan perencanaan tindak lanjut.




Identifikasi masalah pembelajaran diawali dengan merasakan adanya masalah yang
dihadapi oleh guru dan peserta didik. Masalah yang dihadapi hendaknya berangkat dari
permasalahan nyata yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Guru perlu
menumbuhkan kepekaan terhadap adanya permasalahan pembelajaran karena sikap peka dan
kemauan memecahkan masalah sangat diperlukan untuk meningkatkan dan memperbaiki
kualitas pembelajaran.
Salah satu cara untuk merasakan adanya masalah yaitu dengan cara bertanya kepada
diri sendiri mengenai kualitas pembelajaran yang selama ini dicapai. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut dapat berupa pertanyaan sebagai berikut.

1. Apakah kompetensi awal peserta didik untuk mengikuti pembelajaran cukup


memadai?
2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
3. Apakah sarana/prasana pembelajaran cukup memadai?
4. Apakah pemerolehan hasil pembelajaran cukup tinggi?
5. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
6. Apakah ada unsur inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran?
7. Bagaimana peningkatan kualitas pembelajaran dengan strategi pembelajaran
inovatif tertentu?

Setelah merasakan adanya masalah, permasalahan pembelajaran perlu dikaji lebih


lanjut untuk dicari masalah mana yang dapat dan perlu dipecahkan terlebih dahulu. Pada
tahap ini yang penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan
aktual yang dialami dalam pembelajaran atau masalah yang terkait dengan manajemen kelas,
iklim belajar, proses belajar-mengajar, sumber belajar, dan perkembangan personal.
Permasalahan aktual tersebut kemudian dijabarkan ke dalam topik-topik yang lebih
operasional.
Adapun cara melakukan identifikasi masalah secara berurutan adalah sebagai berikut:

1. Menulis semua hal terkait dengan pembelajaran yang dirasakan perlu memperoleh
perhatian untuk menghindari dampak yang tidak diharapkan.
2. Memilah dan mengklasifikasikan masalah sesuai dengan jenisnya, mencatat jumlah
peserta didik yang mengalaminya, dan mengidentifikasi frekuensi timbulnya masalah.
3. Mengurutkan masalah sesuai dengan tingkat urgensinya untuk ditindaklanjuti
(kemudahannya, keseringannya, dan jumlah siswa yang mengalaminya).
4. Tim peneliti kemudian secara bersama-sama memilih permasalahan yang urgen untuk
dipecahkan.
5. Masalah-masalah tersebut dikaji kelayakan, signifikansi, dan kontribusinya terhadap
keberhasilan belajar siswa.

c 

Setelah guru memperoleh sejumlah permasalahan melalui proses identifikasi,
dilanjutkan analisis terhadap permasalahan. Analisis terhadap masalah pembelajaran
dimaksudkan untuk menentukan urgensi dan prioritas permasalahan yang harus dipecahkan
dan dicarikan jalan keluarnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
masalah pembelajaran yaitu :

1. Masalah tersebut adalah masalah pembelajaran aktual yang benar-benar ada di dalam
perkuliahan atau di kelas;
2. Masalah tersebut dapat dicari dan diidentifikasi faktor penyebabnya. Faktor penyebab
tersebut menjadi dasar untuk menentukan alternatif tindakan yang akan diberikan;
3. Ada alternatif tindakan yang dapat dipilih oleh peneliti;
4. Masalah memiliki nilai strategis bagi peningkatan atau perbaikan proses dan hasil
pembelajaran.

Selain faktor-faktor di atas, ada beberapa pertanyaan yang juga dapat diajukan untuk
menganalisis kelayakan masalah yang dipilih antara lain sebagai berikut:

1. Apakah masalah dapat dijabarkan dengan jelas?


2. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan keberhasilan tindakan serupa yang
pernah dilakukan sebelumnya?
3. Bagaimana kesiapan peneliti melaksanakan tindakan yang telah dipilih?

Selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan telah dianalisis,


dirumuskan secara jelas, spesifik dan operasional. Perumusan masalah yang jelas
memungkinkan peneliti untuk memilih tindakan yang tepat. Dalam merumuskan masalah,
peneliti perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu aspek substansi, aspek orisinalitas
tindakan, aspek formulasi, dan aspek teknis.

Aspek substansi perumusan masalah perlu mempertimbangkan bobot dan manfaat


tindakan yang dipilih untuk meningkatkan dan/atau memperbaiki kualitas pembelajaran. Dari
sisi aspek orisinalitas, tindakan perlu dipertimbangkan apakah tindakan tersebut merupakan
suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya atau sekedar pengulangan dari
apa yang pernah dilakukan.
Dari aspek formulasi, masalah harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
Rumusan masalah hendaknya tidak bermakna ganda, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit
dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan, dan tindakan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah tersebut. Dari aspek teknis, dipertimbangkan kemampuan peneliti untuk
melaksanakan penelitian tersebut. Dalam hal ini peneliti perlu memiliki kemampuan
metodologi PTK, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, dan
kemampuan menyediakan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh
karena itu, disarankan peneliti pemula untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi
bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi, sehingga diperoleh
pengalaman untuk mengembangkan keprofesionalannya.
Berikut ini adalah rangkuman petunjuk yang dapat dipakai sebagai pertimbangan
untuk merumuskan masalah PTK (Kerlinger 1973: 17--8; Tuckman, 1978: 20; Ary, et al
1982: 87; Suryabrata, 1983: 71; Kasbolah dan Sukarnyana, 2001).

1. Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna
ganda.
2. Masalah penelitian dapat dituangkan dalam kalimat tanya.
3. Rumusan masalah umumnya menunjukkan hubungan antara permasalahan dan
tindakan.
4. Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik. Maksudnya, dengan
rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
5. Rumusan masalah menunjukkan secara jelas subjek dan/atau lokasi pengembangan.
6. Rumusan masalah menunjukkan secara jelas tindakan yang diimplemantasikan untuk
menyelesaikan masalah pembelajaran

Berikut beberapa contoh rumusan masalah PTK.

1. c       
               

     


     
2. c                       

  
 
 
     

 
  

3. „   
             
    

    
     


 
 !   
4.       
                    

       

 
   
 
 



°  !"

Sebelum dibuat perencanaan tindakan terlebih dulu dilakukan curah gagasan mengenai
tindakan apa saja yang dapat membantu guru memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui
gagas pendapat ini akan dihasilkan banyak alternatif tindakan yang dapat dipilih. Guru dan
mitra penelitinya perlu membahas bentuk tindakan (atau tindakan-tindakan) apa yang kira-
kira paling tepat untuk dilaksanakan di dalam kelas.
Tindakan yang dipilih adalah tindakan inovatif yang antara lain diperkenalkan oleh
Joyce dan Weill (2000), (CTL Academy Fellow, 1990) dan beberapa pakar pendidikan lain.
Beberapa model pembelajaran yang disarankan untuk dipergunakan adalah : (a) Model sosial
( "  
) seperti :   
 ,   , dan  
   # ; (b)
Model Pemrosesan Informasi (    "

  
) seperti: 
"  "$ 
  , 
"

(   ),
" "#  #  ,
  %  ,
 ""
(pengembangan kreativitas), dan    
  

( $ "   % 
); (c) Model Personal ( 
  
) seperti :   "$  "
(     "  ), dan " "  
; (d) Model pembelajaran Kontekstual (CTL)
dan (e) Model pembelajaran yang berdasarkan atas PAKEM ( pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, menyenangkan).
Agar dapat merencanakan tindakan dengan tepat, sebagai peneliti guru sebaiknya
melakukan hal-hal berikut:

1. Melakukan kajian teoretik di bidang pembelajaran/pendidikan.


2. Mengkaji hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
3. Berdiskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, dan peneliti lain.
4. Melakukan kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan
dalam bentuk program.
5. Melakukan refleksi diri mengenai pengalaman sebagai guru.

Setelah tindakan ditentukan, sedapat mungkin dirumuskan hipotesis tindakan.


Hipotesis tindakan menunjukkan dugaan mengenai bentuk perubahan atau perbaikan yang
akan terjadi apabila suatu tindakan dilakukan. Misalnya, kita dapat menduga bahwa
penerapan remidi dengan pendekatan konflik kognitif dapat menghilangkan kesalahan
konsep, atau kita dapat merumuskan hipotesis tindakan bahwa pemberian contoh
memudahkan siswa memahami terminologi teknik. Hipotesis tindakan merupakan suatu
pernyataan atau dugaan bahwa tindakan yang dilakukan akan dapat memecahkan masalah
yang ingin dicari solusinya. Contoh hipotesis tindakan adalah sebagai berikut:

K & 
           

    

   
   
                     

  
   


     

 
  

'               


    

       
     


 
 !   

Dalam mempersiapkan tindakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru, yaitu: 1)
membuat skenario tindakan, 2) mempersiapkan sarana pembelajaran, 3) mempersiapkan
instrumen penelitian, dan 4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.

K  " 

Bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan dalam PTK, perlu direncanakan


dengan cermat. Perencanaan pelaksanaan tindakan itu dituangkan dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau dalam bentuk skenario pembelajaran. Di dalam
skenario pembelajaran, guru menetapkan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam
rangka implementasi tindakan perbaikan yang direncanakan. Dalam makalah ini
dilampirkan (Lampiran 1) contoh salah satu RPP untuk pembelajaran dengan metode
  
 (Chotimah dkk., 2005).

v  !!

Guru juga perlu mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung pelaksanaan


pembelajaran yaitu hal-hal yang diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini
dapat berupa perangkat pembelajaran, materi pembelajaran, media, serta instrumen
penilaian.

# !!

Instrumen yang diperlukan dalam PTK haruslah mampu mengukur keberhasilan


tindakan yang dapat dilihat dari sisi  , proses, dan  

a) i 

Instrumen untuk   dapat dikembangkan dari hal-hal yang menjadi akar masalah
beserta pendukungnya. Misalnya, akar masalah adalah bekal awal/prestasi tertentu
dari peserta didik yang dianggap kurang. Dalam hal ini tes bekal awal dapat menjadi
instrumen yang tepat. Di samping itu, mungkin diperlukan pula instrumen pendukung
yang mengarah pada pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan, misalnya: format
peta kemampuan kelas pada kondisi awal, buku teks sebagai rujukan dan sebagainya.

b) !"

Instrumen yang digunakan pada saat proses berlangsung berkaitan erat dengan
tindakan yang dipilih untuk dilakukan. Dalam tahap ini banyak format yang dapat
digunakan. Akan tetapi, format yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan
tindakan yang dipilih. Beberapa contoh format pengambilan data untuk proses adalah
instrumen yang dikembangkan oleh Reed dan Bergermann,1992, sebagai berikut.

(1) Instrumen Pengamatan terhadap Guru


Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari tentang
metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi
kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen
pengamatan adalah catatan anekdotal (  "   " (
Catatan anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam
kelas atau catatan tentang aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran.
Catatan anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam bentuk
naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa
yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat
memperoleh latihan secara khusus. Suatu catatan anekdotal yang baik setidaknya
memiliki empat ciri, yaitu:
(a) pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di
kelas,
(b) tujuan, batas waktu, dan rambu-rambu pengamatan jelas,
(c) hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-hati, dan
(d) pengamatan harus dilakukan secara objektif.

Beberapa model catatan anekdotal yang diusulkan oleh Reed dan


Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain:

(a) Catatan Anekdotal Peristiwa dalam Pembelajaran ) "    "   
*
$
 "  +$ 
)
(b) Catatan Anecdotal Interaksi Guru-Siswa ( "   & "   
  " , ),
(c) Catatan Anekdotal Pola Pengelompokan Belajar ( "   " ,  
-   
),
(d) Pengamatan Terstruktur ( "  *
$  (.
(e) Lembar Pengamatan Model Manajemen Kelas (/ " 
       
  (,
(f) Lembar Pengamatan Keterampilan Bertanya (/ " 
   +0 
1
 
),
(g) Catatan Anekdotal Aktivitas Pembelajaran ( "   "   23

2 
& ""$
( ,
(h) Catatan Anekdotal Membantu Peserta didik Berpartisipasi (/ " 
  
  $ $  
(2dsb.

(2) Instrumen Pengamatan terhadap Kelas


Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap
segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena
dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di
samping itu, pengamatan itu dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru
dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas.
Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata
letaknya, dan manajemen kelas.
Beberapa model catatan anekdotal kelas yang diusulkan oleh Reed dan
Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain:
(a) Format Anekdotal Organisasi Kelas ),     "    "  
/

 * %  ),


(b) Format Peta Kelas (,   /

  ),
(c) Observasi Kelas Terstruktur ( "  *
$   /

 
),
(d) Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas (,   / " 
/

  " +$  (2


(e) Lembar Cek Wawancara Personalia Sekolah (/ " 
 "  
 
 $ 
(,
(f) Lembar Cek Kompetensi (/ " 
 /   "
(2dsb.

(3) Instrumen Pengamatan terhadap Peserta Didik


Pengamatan terhadap perilaku peserta didik dapat mengungkapkan berbagai hal
yang menarik. Masing-masing individu peserta didik dapat diamati secara
individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai
pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam kurun
waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan
diimplementasikan, dan seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan terhadap perilaku peserta didik diusulkan
oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain:

(a) Tes Diagnostik („ 


"&
) ,
(b) Catatan Anekdotal Perilaku Peserta didik ) "    "    *
$
  
),
(c) Format Bayangan (  , ),
(d) Kartu Profil Peserta didik (  /    
(,
(e) Carta Deskripsi Profil Peserta didik („
"$   / ),
(f) Sistem Koding Partisipasi Peserta didik (/  
    *
$    
 "  !


(2
)(Inventori Kalimat tak Lengkap ("     " $  ),
)(Pedoman Wawancara untuk Refleksi (Interview Guide for Reflection),
)(Sosiogram, dsb.

Instrumen lain selain catatan anekdotal yang dapat digunakan dalam pengumpulan
data PTK dapat berwujud.

 $%$ 

Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan skenario pembelajaran yang sudah dibuat


pada tahap persiapan dalam
 kelas yang sebenarnya. Kegiatan pelaksanaan tindakan
dan tindakan perbaikan merupakan langkah pokok dalam siklus PTK. Pada saat pelaksanaan
tindakan, kegiatan observasi dan interpretasi dilakukan secara bersamaan. Penggabungan
kegiatan tindakan, observasi dan interpretasi dilakukan dalam suatu proses pembelajaran
yang utuh.
  Kegiatan observasi dilakukan untuk merekam proses yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam pelaksanaan
tindakan, perlu dikembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dan cepat
dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan instrumen-instrumen
yang sudah ditetapkan dalam perencanaan.
Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dan observasi, dilakukan pula asemen yang
brtujuan untuk mengevaluasi hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik sebagai hasil dari
pelaksanaan tindakan. Hasil asesmen ini juga merupakan data dari penelitian ini.

 
 % 

Jenis data dan/atau informasi yang direkam selama observasi dan pemantauan dapat
berupa data kualitatif dan kuantitatif (bergantung pada dampak atau hasil keluaran yang
diharapkan). Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa tahap, misalnya: reduksi data,
paparan data serta interpretasi, dan penyimpulan hasil analisis.
Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah
dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali hasil rekaman
proses pembelajaran dengan $    "   guru mengamati kegiatan mengajarnya dan
membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama dengan peneliti
mitra. Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi,
mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi
seperti yang diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut.
Hasil observasi selanjutnya diinterpretasikan yaitu memberi makna atau mengartikan
data yang diperoleh. Pemberian makna juga dihubungkan dengan teori yang diacu,
pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat dari guru lain yang menjadi anggota Tim

&$ % '

Refleksi adalah kegiatan mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang
dihasilkan, mengapa hal tersebut terjadi, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil
refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan
perbaikan. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut.

 () ( ' (*  ( (* (+ '  (* (, ' (*


(
' (+

Perencanaan tindak lanjut dirancang berdasarkan keterkaitan antara hasil analisis data
dengan indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan adalah kriteria keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan. Indikator keberhasilan biasanya ditetapkan berdasarkan suatu
ukuran standar yang berlaku, misalnya: pencapaian penguasaan kompetensi sebesar 75%
ditetapkan sebagai ambang batas ketuntasan belajar (pada saat dilaksanakan tes awal, nilai
peserta didik berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai 75%
diartikan masih perlu dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya). Indikator keberhasilan
dapat berupa kriteria kuantitatif dan/atau kualitatif.
PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
keprofesionalan guru melalui pengembangan atau inovasi. Dalam pelaksanaannya guru
melakukan pengembangan secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga akhir. Ciri
khas penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan
masalah ini. Tahapan pengembangan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan
evaluasi refleksi yang dapat diulang sebagai siklus. Disarankan guru dapat secara kolaboratif
melakukan PTK untuk peningkatan keprofesionalannya.
Usulan PTK perlu dibuat sebagai pedoman (tuntunan) dalam melaksanakan
pengembangan. Dalam penyusunan usulan yang sesungguhnya, peneliti harus berusaha
memenuhi ketentuan, kriteria atau standar yang ditetapkan oleh sponsor atau lembaga
pemberi dana. Untuk dapat melaksanakan pengembangan dengan baik, peneliti banyak
membaca laporan penelitian, artikel dan sumber-sumber mengenai PTK.
Guru diharapkan tidak hanya sekadar melaksanakan PTK, tapi juga
mengomunikasikan hasilnya kepada rekan-rekan guru lain melalui media komunikasi
(majalah) yang sudah ada sekarang atau melalui pertemuan periodik antar guru dan mitra
peneliti yang lain untuk pengembangan profesi yang direncanakan dan dilaksanakan secara
lebih terjadwal. Profesi guru adalah profesi yang memerlukan pengembangan terus-menerus,
karenanya setiap guru harus selalu siap, mau, dan mampu untuk membelajarkan dirinya
sepanjang hayat agar mampu membelajarkan anak didiknya. PTK merupakan salah satu
sarana belajar sepanjang hayat yang penting yang perlu dikuasai oleh setiap guru yang mau
mengembangkan keprofesionalannya.


You might also like