You are on page 1of 13

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELOMPK AC

MAKALAH

ESENSI AJARAN ISLAM

Disusun oleh:

Rizky Heryawan (0712503176)


Bayu Nuzulla (0811501436)
Fanny Kurniawan (0811500370)
Heri Jumain (0811502418)
Arif Yohana (0811504166)

Kelompok 4

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI


UNIVERSITAS BUDI LUHUR
TAHUN AKADEMIK
2010/2011
PENDAHULUAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji
hanya bagiNya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, nabi
besar Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman.

Allah swt berfirman:

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang” (QS Al-Baqoroh: 163)

Ayat ini mengingatkan kita akan inti ajaran agama Islam, yaitu tauhid. Tauhid adalah
mengesakan Allah swt, meyakini bahwa tiada sekutu bagi Allah swt. Konsep ajaran tauhid sudah
ada semenjak manusia pertama, nabi Adam as diciptakan. Ajaran ini diwariskan secara turun –
temurun oleh para nabi dan rasul, hingga sampai wahyu kepada nabi Muhammad saw yang juga
berisi ajaran tauhid, yang kemudian beliau ajarkan kepada ummatnya hingga ajaran tersebut sampai
kepada kita saat ini.
Tauhid merupakan syarat seseorang untuk bisa memasuki surga, sebagaimana tersebut
dalam rukun Islam yang pertama, yaitu dalam kalimat syahadat. Oleh karena itu, memiliki aqidah
yang lurus adalah hal yang teramat penting. Setiap muslim harus memahami konsep – konsep
aqidah dengan benar.
Seiring berkembangnya zaman, berbagai aliran muncul dalam agama Islam. Aliran – aliran
ini memiliki keyakinan aqidah yang bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad
saw. Beberapa aliran ini berkembang di sekitar kita dalam kehidupan sehari – hari. Oleh karena itu,
sangat penting bagi kita untuk membentengi keyakinan kita dari ajaran – ajaran yang salah tersebut.
Penyusun mengajak pembaca sekalian untuk mengupas tuntas konsep ketuhanan dalam
Islam serta mengenal aliran – aliran dalam Islam agar kita semua dapat membedakan yang benar
dan yang salah, dan mengikuti yang benar. Mudah – mudahan makalah ini dapat membawa manfaat
bagi kita semua. Cukuplah Allah swt sebagai Pelindung kita, Dialah Penolong dan Pelindung yang
terbaik.

Jakarta, 24 Oktober 2010

Penyusun

Esensi Ajaran Islam 2


DAFTAR ISI

I. PENGERTIAN ESENSI AJARAN ISLAM............................................................... 4

II. MUNCULNYA PERBEDAAN PAHAM KEYAKINAN DALAM ISLAM............. 8

III. GOLONGAN – GOLONGAN DALAM ISLAM........................................................ 9


1) Ahlussunnah wal Jama’ah..................................................................................... 9
2) Syi’ah.................................................................................................................... 10
3) Khawarij................................................................................................................ 11
4) Murji’ah................................................................................................................. 11
5) Mu’tazilah.............................................................................................................. 12
6) Qadariyah.............................................................................................................. 13
7) Jabariyah................................................................................................................ 14
8) Najariyah............................................................................................................... 14
9) Musyabihah........................................................................................................... 15
10) Wahabi.................................................................................................................. 15
11) Ahmadiyah............................................................................................................ 16

IV. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 17


V.

Esensi Ajaran Islam 3


I. PENGERITAN ESENSI AJARAN ISLAM

Agama Islam hanya membenarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Agama Islam
mengajarkan pengikutnya untuk menyembah hanya kepada 1 tuhan, yaitu Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan inilah yang menjadi dasar dari essensi ajaran islam. Allah swt tidak memiliki anak
maupun tandingan. Allah swt juga tidak diperanakkan karena Dia Maha terdahulu, tidak ada
permulaan dan akhir dari eksistensiNya.
Intisari,pokok-pokok unsur yang terkandung dalam ajaran islam (esensi ajaran
islam),membangun kokoh prinsip dasar dari ajaran islam yang terdiri dari esensi dan juga hal
lainya yang saling berhubungan.

II. CAKUPAN ESENSI AJARAN ISLAM SECARA UMUM

Sebelum membahas tentang cakupan esensi ajaran islam, terlebih dahulu perlu kita
pahami arti dari Islam itu sendiri berasal dari kata turunan yang berarti ketundukan, ketaatan,
kepatuhan (kepada kehendak Allah SWT) berasal dari kata salama artinya patuh atau
menerima; berakar dari sin lam mim. Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak
tercela, dan tidak cacat. Dalam uraian tersebut dapat disimpulakn bahwa arti yang dikandung
dalam kata Islam adalah kedamaina, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan, ketaatan, dan
kepatuhan.
Dalam Islam itu sendiri memiliki cakupan umum dalam bahasan makalah ini, yaitu :
1. Akidah
2. Syariah
3. Akhlaq

1. AKIDAH
Yang dimaksud dengan aqidah dalam bahasa arab ( dalam bahasa Indonesia ditulis
akidah), menurut etimologi adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikan, karena ia
mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian
teknis adalah iman atau keyakinan. Akidah islam (aqidah Islamiyah), karena itu
ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran islam. Kedudukannya
sangat sentral dan fundamental, karena, seperti telah disebutkan diatas, menjadi asas
dan sekaligus dan sangkutan atau gantungan dalam segala sesuatu dalam Islam. Juga

Esensi Ajaran Islam 4


menjadi titik tolak kegiatan seorang muslim. Islam berawal dari keyakinan kepada Zat
mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah SWT. Allah Maha Esa dalam Zat, sifat,
perbuatan, dan wujudNya. Kemahaesaan AllahMaha Esa dalam zat, sifat, disebut
Tauhid.

2.

Esensi Ajaran Islam 5


III. GOLONGAN – GOLONGAN DALAM ISLAM

Dalam perkembangannya, golongan – golongan dalam Islam yang berlainan aqidah


semakin banyak bermunculan. Nabi Muhammad saw sendiri telah memperingatkan keadaan ini
semenjak beliau masih hidup. Peringatan tersebut tertuang dalam hadits beliau:
“Demi Dia Yang menggenggam nyawa Muhammad, umatku akan tepecah menjadi 73 aliran. 1
aliran akan masuk surga dan sisanya masuk neraka”. Para sahabat bertanya, “Wahai
rasulullah, Aliran apakah yang akan masuk surga itu?” Nabi menjawab, ”Ahlussunnah wal
Jama’ah ”. (HR. Thabrani)

Syeikh Sayid Abdurahman bin Muhammad bin Husein bin Umar Ba’Alawi menerangkan ke73
golongan menurut hadits tersebut dalam kitab karangan beliau yang berjudul Bugyatul
Mustarsyidin sebagai berikut:

1. Golongan Ahlussunnah 1 aliran


2. Golongan Syi’ah 27 aliran
3. Golongan Khawarij 20 aliran
4. Golongan Mu’Tazilah 20 aliran
5. Golongan Murjiah 5 aliran
6. Golongan Najariah 3 aliran
7. Golongan Jabariyah 1 aliran
8. Golongan Musyabihah 1 aliran
+
Jumlah: 73 aliran

1) Ahlussunnah wal Jama’ah


Ahlussunnah adalah satu – satunya aliran yang meyakini aqidah Islam secara lurus
sesuai apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Nama Ahlussunnah wal Jama’ah
sendiri memiliki arti pengikut sunnah Nabi Muhammad saw dan para Khulafa ur Rasyidin
sahabat beliau. Ahlussunnah adalah golongan yang disebutkan dalam hadits sebagai satu –
satunya aliran yang pengikutnya akan masuk surga.
Golongan Ahlussunnah dirumuskan oleh Syeikh Abu Hasan ‘Ali Al-Asy’ari pada
abad III Hijriyah sebagai reaksi terhadap kemunculan paham – paham aqidah yang sesat

Esensi Ajaran Islam 6


pada masa itu. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Basrah, Iraq – pada tahun
260 H. Tokoh besar Ahlussunnah lainnya adalah Syeikh Abu Manshur Muhammad bin
Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi. Beliau lahir di Desa Maturid, Samarkand – pada
tahun 333 H. Beliau adalah ulama yang memperinci aqidah Ahlussunnah.

2) Syi’ah
Syi’ah dalam Bahasa Arab memiliki arti “pengikut”. Golongan Syi’ah menyebut diri
mereka sebagai “pengikut Ali bin Abi Thalib ra”. Golongan Syi’ah berkeyakinan bahwa
khalifah yang sah sepeninggal Nabi Muhammad saw hanyalah Sayidina Ali bin Abi Thalib
ra.
Pendiri golongan ini adalah Abdullah bin Saba’, seorang pendeta Yahudi dari Yaman
yang masuk Islam. Pada masa kekhalifahan Sayidina Utsman bin Affan ra di tahun 30 H,
Abdullah bin Saba’ memeluk agama Islam dan berkunjung ke Madinah. Sesampainya di
Madinah, ia tidak mendapatkan sambutan sebagai tokoh besar sesuai yang diharapkannya
dari khalifah sehingga ia menganggap umat Islam tidak menghargainya sebagaimana umat
Yahudi menghargainya sebelum ia masuk Islam. Ia menjadi benci terhadap khalifah
Utsman bin Affan ra sehingga membangun golongan sendiri dengan paham kekhalifahan
Sayidina Utsman bin Affan ra dan 2 sahabat pendahulunya tidak sah, karena mereka
merebut tahta khalifah dari Sayidina Ali bin Abi Thalib ra.
Keyakinan Syi’ah yang bertentangan dengan Ahlussunnah adalah sebagai berikut:
1) Pemimpin yang sah pada masa khulafaur rasyidin hanya 1 yaitu Sayidina Ali bin Abi
Thalib ra, ketiga sahabat lainnya (Sayidina Abu Bakar ra, Umar ra, dan Utsman ra)
adalah pemimpin yang tidak sah karena merebut kekhalifahan dai Sayidina Ali ra.
2) Nabi Muhammad saw tidak digantikan oleh khalifah, melainkan imam-yang juga
berkedudukan sebagai pemimpin agama layaknya nabi. Para imam bersifat maksum
seperti nabi, tidak pernah berbuat dosa.
3) Roh para imam akan tetap ada dalam diri imam penggantinya secara turun – temurun
dan suci
4) Pengikut Syi’ah memiliki syareat untuk “taqiyah”, yaitu menyembunyikan paham asli
mereka dan memperlihatkan keyakinan Ahlussunnah pada dunia, sehingga hal ini
melahirkan kebohongan dalam sikap mereka, dan kebohongan taqiyah ini tidak dosa
menurut mereka.
5) Nikah Mut’ah adalah halal. Nikah Mut’ah adalah pernikahan tanpa wali dan saksi, yang
jangka waktu hubungan pernikahannya ditentukan sesuai kesepakatan antara pengantin

Esensi Ajaran Islam 7


pria dan wanita sejak awal. Nikah Mut’ah membolehkan menikahi siapa saja, lebih dari
4 wanita. Setelah jangka waktu itu habis dan mahar dibayar, hubungan pernikahan
berakhir.

3) Khawarij
Golongan Khawarij didirikan oleh kumpulan orang – orang yang membenci
Mu’awiyah karena ia melawan kekhalifahan yang sah, sekaligus membenci khalifah Ali bin
Abi Thalib yang mereka anggap lemah dalam menegakkan kebenaran karena mau diajak
berunding damai oleh pihak Mu’awiyah yang hampir kalah dalam Perang Siffin. Dalam
bahasa Arab khawarij memiliki arti “keluar”, yakni orang – orang yang tak memihak
Mu’awiyah maupun khalifah Ali bin Abi Thalib ra.
Paham Khawarij yang keliru adalah sebagai berikut:
1) Setiap orang yang tidak setuju dengan paham mereka adalah kafir, dan orang – orang
kafir halal darahnya.
2) Khalifah Ali bin Abi Thalib ra adalah kafir karena mau menerima ajakan perundingan
damai dengan pihak pemberontak pada Perang Siffin, padahal ketika itu sudah hampir
memenagkan pertempuran.
3) Mu’awiyah dan kelompoknya adalah kafir karena telah melawan kekhalifahan Sayidina
Ali bin Abi Thalib ra.
4) Semua dosa adalah dosa besar. Setiap orang muslim yang berbuat dosa adalah kafir,
wajib diperangi dan boleh dibunuh serta dirampas hartanya.
5) Anak – anak orang kafir yang meninggal sebelum baligh akan tetap dimasukkan ke
neraka karena mengikuti orang tuanya yang kafir, padahal orang yang belum baligh
tidak memiliki dosa.

4) Murji’ah
Arti Murji’ah adalah orang – orang yang menangguhkan. Golongan Murji’ah adalah
orang – orang yang menjauhkan diri dari pertikaian politik di awal abad 1 Hijriyah pada
masa kekhalifahan Sayidina Ali bin Abi Thalib ra. Ketika mereka dimintai pendapat
tentang kemelut politik di saat itu, mereka selalu menjawab, “Kita tunggu saja penyelesaian
masalah ini sampai di hadapan Tuhan pada saatnya Hisab amal nanti, di situlah nanti kita
melihat mana yang benar dan mana yang salah”. Lama – kelamaan opini ini semakin
merembet ke segala hal dan kemudian membentuk pemikiran yang salah tentang aqidah
sebagai berikut:

Esensi Ajaran Islam 8


1) Iman itu cukup dengan mengenal hanya Tuhan dan para rasulNya. Setelah beriman
seperti itu, maka dosa tidak berpengaruh. Tidak apa – apa melakukan dosa atau hal – hal
yang membuat seseorang menjadi kafir seperti menghina nabi, Qur’an, dan lain – lain,
sebagaimana perbuatan baik tidak ada artinya apabila seseorang masih kafir.
2) Orang yang bersalah tidak perlu dihukum di dunia. Cukuplah Allah swt yang
memberikan hukuman yang paling adil di akhirat nanti. Sehingga menurut keyakinan
ini, hukum syareat Islam dianggap tidak perlu sehingga umat Islam tidak perlu
menerapkan syareat Islam dalam kehidupan sehari – hari.

5) Mu’tazilah
Mu’tazilah dalam bahasa Arab berarti “orang – orang yang memisahkan diri”. Nama
Mu’tazilah mengacu pada sebutan untuk pendirinya, Washil bin Atha’. Washil bin Atha
lahir pada tahun 80 H, beliau adalah murid dari ulama besar di Baghdad, Imam Hasan
Bashri. Washil bin Atha’ menentang pelajaran yang diberikan gurunya berdasarkan Al-
Qur’an dan hadits, serta membuat ajaran baru berdasarkan logika.
Golongan Mu’tazilah adalah orang – orang yang lebih mempercayai rasionalitas
mereka daripada Al-Qur’an dan hadits. Sehingga apabila ada ayat Al-Qur’an maupun hadits
yang menurut mereka tidak masuk akal, mereka akan memutar – mutar maknanya sehingga
sesuai dengan akal mereka. Ajaran – ajaran Mu’tazilah yang bertentangan dengan paham
Ahlussunnah adalah:
1) Baik dan buruk adalah berdasarkan akal, bukan Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga
penilaian benar dan salah menjadi relatif karena akal manusia terus berkembang dan
berubah seiring perkembangan budaya dan zaman.
2) Allah tidak memiliki sifat apapun, karena kalau Allah memiliki sifat maka Allah tidak
Maha Esa karena akan ada Allah itu sendiri dan sifatNya secara terpisah (contoh Allah
Ar-Rahman berarti artinya adalah ada Allah dan ada Sang Maha Pengasih, keduanya
terpisah. Berarti Allah tidak Maha Esa, karena ada Tuhan Allah dan Tuhan Maha
Pengasih).
3) Al-Qur’an adalah makhluk, diciptakan Tuhan. Padahal Al-Qur’an adalah firman Allah
swt, bukan makhlukNya.
4) Orang mu’min yang berbuat dosa besar akan dimasukkan ke neraka untuk selama –
lamanya karena dosa besarnya, namun siksaan diperingan karena orang tersebut beriman
sewaktu di dunia. Maka tempat orang itu kelak adalah bukan di neraka, yg siksaannya

Esensi Ajaran Islam 9


beratm tapi bukan juga di surga, yang bebas dari siksaan. Tempat mereka adalah di
antara surga dan neraka.
Ahlussunnah berkeyakinan hanya ada dua tempat di akhirat, yaitu surga dan neraka,
tidak ada tempat antara. Sehingga orang mu’min yang berbuat dosa bisa saja mendapat
ampunan total atas rahmat Allah swt, mendapat pengurangan siksa di neraka karena
syafaat rasul saw, atau disiksa sesuai masa hukumannya di neraka kemudian setelah
masa hukuman habis orang tersebut dibebaskan dari neraka dan dimasukkan ke surga.
5) Nabi Muhammad saw tidak pernah melakukan perjalanan mi’raj, yang lokasi tujuannya
adalah Sidratul Muntaha, dan hanya ditempuh dalam 1 malam, karena ini adalah sesuatu
yang irasional. Padahal dalam hadits diterangkan bahwa rasul saw benar – benar
menempuh perjalanan itu dengan jasad dan ruhnya dalam alam sadar serta bukan mimpi.

6) Qadariyah
Arti Qadariyah adalah “paham kuasa”. Golongan Qadariyah adalah golongan yang
memiliki paham “seluruh aktivitas manusia adalah hasil keinginan manusia itu sendiri tanpa
ada campur tangan Tuhan”. Golongan ini merupakan cabang dari Mu’tazilah, karena paham
Qadariyah lahir dari pemikiran Mu’tazilah.
Paham Qadariyah amat bertentangan dengan keyakinan aqidah Ahlussunnah.
Qadariyah meyakini bahwa Allah swt menciptakan manusia, kemudian berlepas tangan
setelah itu. Sehingga Allah swt tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh manusia. Allah swt
hanya akan melihat dan memperhatikan apa yang diperbuat oleh ciptaanNya tersebut. Hal
ini amat berlawanan dengan keyakinan Ahlussunnah, dimana Allah swt adalah Maha Tahu
akan semua perbuatan manusia, baik yang sudah, sedang, maupun belum dikerjakan.

7) Jabariyah
Jabariyah dalam bahasa Arab memiliki arti “keterpaksaan”. Golongan Jabariyah
adalah golongan yang memiliki keyakinan “Seluruh aktivitas manusia merupakan kemauan
Tuhan. Manusia tidak dapat melakukan apa – apa dan hanya bergerak secara terpaksa
mengikuti kehendak Tuhan”. Tidak ada konsep ikhtiar dalam keyakinan Jabariyah.
Golongan Jabariyah didirikan oleh Jaham bin Safwan, sekretaris Harits bin Sureih,
pejabat daerah Khurasan pada era pemerintahan Bani Umayyah. Popularitas Jaham semakin
meningkat karena ia giat melakukan orasi menentang paham Qadariyah. Ia menyuarakan
keyakinan Ahlussunnah akan seluruh perbuatan manusia pada hakikatnya dijadikan Tuhan
karena Tuhan Maha Kuasa. Namun pemikirannya terlalu radikal hingga mencapai

Esensi Ajaran Islam 10


kesimpulan bahwa manusia sama sekali tidak melakukan apa – apa dan hanya Tuhan yang
menggerakkannya.
Keyakinan Jabariyah yang menyimpang adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada usaha dan ikhtiar manusia. Semua perbuatan manusia adalah dikendalikan
Tuhan. Kalau manusia ibadah maka sebenarnya Tuhan-lah yang menggerakkannya,
begitu pula kalau manusia berbuat dosa, berarti Tuhan-lah yang berdosa. Maka tidak apa
– apa manusia berbuat maksiat karena sebenarnya Tuhan-lah yang menggerakkannya.
2) Iman cukup hanya dengan diakui dalam hati. Padahal menurut keyakinan Ahlussunnah
iman adalah pengakuan dalam hati dan ucapan yang didukung dengan tindakan nyata
untuk membuktikannya.

8) Najariyah
Golongan Najariyah didirikan oleh murid Basyar Al-Marisi, salah seorang guru
besar penganut aliran Mu’tazilah, yaitu Abu Abdillah Husein bin Muhammad An-Najar.
Nama Najariyah mengacu pada gelar pendirinya yaitu An-Najar. Golongan ini didirikan
antara 198-218 H pada masa Khalifah Al-Ma’mun.
Paham Najariyah berusaha menggabungkan paham aliran Mu’tazilah, Syi’ah,
Ahlussunnah, Jabariyah, dan Murjiah menjadi satu. Cara ini tentu menghasilkan
kesimpulan – kesimpulan yang saling bertentangan sehingga hanya memiliki sedikit
pengikut dan pada akhirnya aliran ini punah. Paham Najariyah yang sesat adalah sebagai
berikut:
1) Orang mu’min yang berbuat dosa dan tidak bertaubat semasa hidupnya pasti akan
dimasukkan ke neraka. Padahal menurut Ahlussunnah masih ada kemungkinan orang
tersebut tidak masuk ke neraka karena mendapat syafaat dari rasul saw.
2) Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata kepala manusia di surga. Padahal dalam keyakinan
Ahlussunnah, orang yang masuk surga akan dapat melihat Allah swt dengan mata
kepalanya sendiri sesuai QS Al-Qiyamah: 22-23.

9) Musyabihah
Musyabihah dalam bahasa Arab memiliki arti “menyerupakan”. Golongan
Musyabihah adalah orang – orang yang menyerupakan Allah swt dengan makhlukNya. Hal
ini dikarenakan mereka menafsirkan ayat – ayat Qur’an hanya berdasarkan makna
lugasnya, sedangkan banyak sekali ayat – ayat Qur’an yang justru maknanya adalah berupa
kiasan. Penafsiran yang salah tersebut menimbulkan keyakinan yang keliru sebagai berikut:

Esensi Ajaran Islam 11


1) Allah swt memiliki tangan seperti manusia, menurut ayat:
“Tangan Allah di atas tangan mereka” (Al-Fath: 10)
Padahal ayat tersebut merupakan ungkapan yang bermakna kias. Arti sebenarnya adalah:
“Kekuasaan Allah di atas kekuasaan mereka” (Al-Fath: 10)
2) Allah swt duduk di atas tahta Arasy sebagaimana seorang Raja duduk di atas kursi raja,
menurut ayat:
“Allah Ar-Rahman duduk di atas Arasy” (Thaha: 5)
Padahal arti kiasan ayat tersebut yang seharusnya adalah:
“Allah Ar-Rahman menduduki (menguasai) Arasy” (Thaha: 5)
3) Allah swt memiliki tubuh yang bercahaya, berdasarkan ayat:
“Allah adalah cahaya langit dan bumi” (An-Nur: 35)
Padahal arti kiasan sebenarnya dari ayat tersebut adalah:
“Allah adalah pemberi petunjuk di langit dan di bumi” (An-Nur: 35)

10) Wahabi
Paham Wahabi didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Nama Wahabi
mengacu pada nama orang tua pendiri aliran ini, yaitu Abdul Wahab. Muhammad bin
Abdul Wahab lahir di Desa ‘Ainiyah, sebuah desa kecil di jazirah Arab, pada tahun 1115 H.
Pemikirannya lahir dari literatur para tokoh Islam sesat dari masa – masa sebelumnya.
Aliran Wahabi cenderung bersikap radikal dan mengkafirkan orang – orang yang tidak
setuju dengan fatwa – fatwa mereka. Fatwa – fatwa keliru Wahabi adalah sebagai berikut:
1) Ziarah kubur hukumnya haram, karena umat Islam tidak boleh berdo’a meminta kepada
selai Allah swt, apalagi meminta kepada orang yang sudah mati. Padahal menurut paham
Ahlussunnah ziarah kubur bukan berarti memohon pada ahli kubur yang diziarahi,
melainkan mengunjungi makam – makam orang shaleh yang sudah meninggal. Hal ini
ditujukan untuk mengingatkan kita akan jasa mereka yang telah berkontribusi terhadap
perkembangan Islam semasa hidup mereka, mendo’akan kebaikan mereka, dan
memohon pada Allah swt agar kita dapat melakukan amal yang lebih bernilai seperti
mereka.
2) Perayaan maulid nabi adalah mengada –ada dan hukumnya haram karena tidak ada
contoh langsung dari Nabi Muhammad saw sendiri. Padahal isi acara perayaan maulid
nabi adalah berdo’a bersama untuk meneladani kehidupan beliau saw dan sama sekali
tidak mengandung hal – hal musyrik yang dilarang agama.

Esensi Ajaran Islam 12


11) Ahmadiyah
Nama Ahmadiyah diambil dari nama pendirinya yaitu Mirza Gulam Ahmad. Mirza
Gulam Ahmad lahir di Desa Qadiyan, Punjab, Pakistan-pada tahun 1836 M. Mirza Gulam
Ahmad menobatkan dirinya sebagai nabi setelah Nabi Muhammad saw. Pernyataan ini lahir
dari pengaruh ajaran Syi’ah yang berkembang pesat di daerahnya ketika itu. Dalam
keyakinan Syi’ah, kenabian dan kerasulan belum putus. Imam – imam mereka adalah para
penerus kenabian Muhammad saw dan masih menerima wahyu Tuhan. Paham sesat
Ahmadiyah adalah sebagai berikut:
1) Mirza Gulam Ahmad, pendiri Ahmadiyah-adalah nabi. Padahal nabi tereakhir adalah
nabi Muhammad saw.
2) Perintah berjihad hanyalah untuk berjuang secara lisan. Padahal menurut paham
Ahlussunnah jihad adalah segala bentuk usaha untuk memperjuangkan agama Allah swt,
baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan lainnya.

IV. DAFTAR PUSTAKA

KH. Siradjuddin Abbas. 1995. I’tiqad Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah.

Esensi Ajaran Islam 13

You might also like