Professional Documents
Culture Documents
KEPENTINGAN PUBLIK
PERBEDAAN BARANG PUBLIK &
BARANG PRIBADI
Alasan perlunya aktivitas publik dilakukan oleh pemerintah [John Stuart Mill
(1921)] :
• Memelihara perdamaian & melindungi masyarakat terhadap serangan
dari dalam maupun dari luar perlu pertahanan nasional
• Pemerintah harus bersifat inferior dalam kegiatan industri &
perdagangan kegiatan ini biasanya dilakukan oleh sektor swasta
• Individu akan lebih percaya diri apabila mengerjakan sesuatu untuk
kepentingannya sendiri untuk barang publik / kepentingan publik
perlu pemerintah
Alasan-alasan di atas selanjutnya diterapkan dalam ekonomi kapitalis, namun
akhirnya gagal karena mekanisme pasar dlm sistem kapitalis mempunyai
beberapa kelemahan :
Adanya barang publik tdk dapat disediakan oleh pasar
Adanya perbedaan:
• Biaya pribadi & biaya sosial
• Manfaat pribadi & manfaat sosial
• Sehingga perlu pemerintah untuk mengelola biaya & manfaat
Sosial
Adanya risiko yg sangat besar yg tdk mungkin dikelola oleh swasta
Adanya sifat monopoli dlm bidang usaha tertentu
Adanya inflasi & deflasi yg tdk dpt diselesaikan scr otomatis oleh
mekanisme pasar
Adanya distribusi pendapatan yang tdk merata antar pelaku ekonomi
pasar
Penataan Proses Pengadaan Lahan
Pengadaan lahan untuk pembangunan kepentingan publik atau yang lebih
dikenal dengan pembebasan lahan (land acquisition) di Indonesia secara umum
dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan atau sebelum pembebasan lahan (pre-land acquisition),
• proses sosialisasi proyek dan ;
• rencana pangadaan lahan kepada masyarakat.
2. Tahap pengadaan lahan (land acquisition process),
• proses pengukuran,
• penentuan harga sampai pada pembayaran dan ;
• eksekusi lahan.
3. Tahap setelah atau pasca pembebasan (post-land acquisition),
• rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah eksekusi lahan seperti upaya
pemukiman kembali (resettlement) dan ;
• pemulihan ekonomi rumah tangga masyarakat terkena dampak langsung (living
recovery).
Tahapan dan Aktivitas dalam Program Pengadaan Lahan
untuk Pembangunan
Pra-Pembebasan Lahan
Tahap 4. Pada tahapan ini masyarakat diberi waktu untuk memilih apakah
akan menggunakan perwakilan dalam negosiasi atau negosiasi secara
individual. Pembentukan kuasa masyarakat atas hasil kesepakatan
masyarakat yang dilakukan secara musyawarah. Pasal 9 ayat 2 dan 3 Perpres
65/2006, menyatakan dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak
memungkinkan terselenggaranya musyawarah secara efektif, maka
musyawarah dilaksanakan oleh P2T dan Instansi Pemerintah atau
Pemerintah Daerah yang memerlukan tanah dengan wakil-wakil yang
ditunjuk di antara dan oleh para pemegang hak atas tanah, yang sekaligus
bertindak selaku Kuasa Masyarakat. Penunjukan wakil atau kuasa dari para
pemegang hak sebagaimana dimaksud harus dilakukan secara tertulis,
bermaterai cukup yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah atau surat
penunjukan/kuasa yang dibuat di hadapan pejabat yang berwenang.
Pra-Pembebasan Lahan
Tahap 5. Sosialisasi tahap kedua secara bersama-sama setelah
dilakukan musyawarah antara P2T, TPI dan Kuasa Masyarakat tentang
pendekatan yang akan digunakan.
Cakupan materi sosialisasi tahap kedua antara lain:
a. Waktu dan proses identifikasi dan inventarisasi yang akan
dilakukan oleh P2T dan TPI.
b. Proses negosiasi yang akan dilakukan dengan prinsip kesetaraan
antara berbagai pihak yang terlibat melalui kuasa masyarakat.
c. Tugas dan peran kuasa masyarakat dan masyarakat itu sendiri
dalam proses negosiasi yang akan dilakukan, dan
d. Metode penentuan nilai ganti rugi yang akan dilakukan serta
penyampaian keberatan oleh masyarakat.
Proses Pembebasan Lahan
(3) Pembayaran
Pembayaran dilakukan sebagai awal proses eksekusi lahan untuk
dibebaskan dan dilakukan setelah semua prosedur negosiasi
dilakukan.
Pasca Pembebasan Lahan
Persoalan pasca pembebasan lahan lebih dominan ditemui pada pengadaan
lahan untuk proyek pembangunan kepentingan publik pada suatu hamparan
yang luas seperti waduk, lapangan terbang dan pelabuhan.
Aktivitas pasca pembebasan atau eksekusi lahan pada kasus seperti ini
memberikan berbagai pilihan alternatif bagi masyarakat maupun
pemerintah. Pilihan bagi masyarakat adalah resettlement secara swadaya
atau mengikuti program yang telah dirancang oleh pemerintah tetapi kedua
pilihan memberikan konsekuensi berupa biaya relokasi (resettlement cost)
dan pemulihan kehidupan (living recovery cost).
Sebagaimana landasan hukum dalam proses pengadaan lahan untuk
kepentingan publik, bahwa kewajiban pemerintah adalah menanggung
semua biaya yang timbul akibat pembebasan lahan. Pemberian bantuan
biaya pindah bagi yang memilih swakarsa, dan biaya pengembangan
pemukiman baru oleh pemerintah menjadi sesuatu yang wajar, sedangkan
subsidi biaya hidup dalam jangka waktu tertentu dan didasarkan perhitungan
dampak dapat dijadikan pilihan dalam mengatasi dampak sosial pembebasan
lahan.
Diagram Alir Kerangka Kajian Alternatif
Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan
Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kota Yogyakarta
dengan DPRD Kota Yogyakarta
Nomor 02/NKB/2008
02/NKB/DPRD/2008
Tanggal 29 Januari 2008
Tentang
Prioritas dan Plafon Anggaran
Tahun Anggaran 2008
Prioritas pembangunan Kota Yogyakarta tahun 2008 :
1. Pembangunan Pariwisata berbasis budaya
2. Meningkatkan upaya mewujudkan pendidikan berkualitas
3. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah
4. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran
5. Mewujudkan Yogyakarta Kota sehat
6. Pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme dalam
mewujudkan pemerintah yang bersih
7. Pelaksanaan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik
8. Pembangunan sarana dan prasarana berkualitas
9. Peningkatan kualitas lingkungan
10. Pengurangan risiko bencana
Pembangunan sarana dan prasarana berkualitas :
1. Program Perbaikan/ Pemeliharaan Saluran Irigasi dan Drainase
2. Pengembangan Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana Rinci Kawasan
3. Rebah/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
4. Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
5. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Lalu-lintas Angkutan Jalan
(LLAJ)
6. Peningkatan Pengaturan Lalu Lintas
7. Pengelolaan Prasarana dan Sarana Dasar Lingkungan Permukiman, Pemeliharaan
dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
8. Perbaikan/Pemeliharaan Penerangan Jalan Umum
9. Peningkatan Pelayanan Angkutan
10. Peningkatan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Alam
11. Peningkatan Kesiapsiagaan dan Pengendalian Bahaya Kebakaran
12. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
13. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Limbah
14. Pengelolaan Ruang terbuka Hijau
RUANG LINGKUP KEPPRES 80/2003
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
• Efisien
• Efektif
• Terbuka dan bersaing
• Transparan
• Adil/tidak diskriminatif
• Akuntabel
Pokok-pokok gagasan dalam Keppres 80/2003
Menyederhanakan prosedur;
Mengurangi ekonomi biaya tinggi;
Mendorong persaingan usaha yang sehat;
Mengefektifkan perlindungan dan perluasan
peluang usaha kecil;
Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri;
Menjamin konsistensi ketentuan-ketentuan
pengadaan barang dan jasa; dan
Mendorong peningkatan profesionalitas pengelola
proyek.