You are on page 1of 18

PENGADAAN TANAH

BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN


UNTUK KEPENTINGAN UMUM
 Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan
cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan
tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.

Pengadaan Tanah

Kepentingan Non Kepentingan


Umum Umum
 Kepentingan umum adalah kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat.
 Non kepentingan umum adalah kepentingan bagi sebagian kecil kelompok
masyarakat untuk tujuan tertentu, misalnya untuk kegiatan bisnis

Dasar Hukum

Kepentingan Umum Non Kepentingan Umum

Perpres No. 65 Th 2006 Hukum Perikatan Bk III KUHPdt


Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara
pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

Pelepasan tanah
Pelepasan tanah atau penyerahan tanah adalah setiap kegiatan melepaskan
hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang
dikuasainya dengan cara memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah.

Musyawarah
Musyawarah adalah proses/kegiatan saling mendengar dengan sikap saling
menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas kesukarelaan atara
pemegang hak atas tanah dan pihak yang memerlukan tanah, untuk
memperoleh kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian
Ganti Kerugian
Penggantian atas nilai tanah berikut bangunan, tanaman dan/atau benda-
benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau
penyerahan hak atas tanah.

Pokok kebijakan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.


 Semata-mata hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.


 Pelaksanaan dilakukan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas

tanah.
 Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilakukan dengan cara jual
beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh
pihak-pihak yang bersangkutan.
PENGADAAN
 Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang diperlukan bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum hanya dapat


dilakukan bila penetapan rencana tersebut sesuai dengan rencana umum
tata ruang yang telah ditetapkan lebih dahulu.

PERENCANAAN
 Untuk memperoleh tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum, instansi pemerintah yang memerlukan tanah menyusun


proposal terlebih dahulu paling lambat satu tahun sebelumnya.
ISI PROPOSAL
 Maksud dan tujuan pembangunan
 Letak dan lokasi pembangunan
 Luas tanah yang diperlukan
 Sumber pendanaan
 Analisis kelayakan lingkungan perencanaan pembangunan beserta dampak

berikut upaya pencegahan dan pengendaliannya

Khusus untuk letak lokasi serta luas tanah yang diperlukan instansi pemerintah
yang memerlukan tanah dapat meminta pertimbangan Badan Pertanahan.

Rencana proposal pembangunan diajukan kepada Bupati/walikota atau


Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan tembusannya
disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota ybs.
Proposal diperlukan untuk pengkajian.
 Kesesuaian rencana pembangunan dari aspek tata ruang
 Kesesuaian dengan penatagunaan tanah
 Sosial ekonomi
 Lingkungan
 Penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah

PELAKSANAAN KAJIAN
 Pelaksanaan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan didasarkan atas

rekomendasi instansi terkait dan kantor pertanahan


 Berdasarkan rekomendasi tersebut Bupati/Walikota atau Gubernur DKI

dapat menerbitkan keputusan penetapan lokasi

Keputusan penetapan lokasi berlaku sebagai izin perolehan tanah bagi instansi
pemerintah yang memerlukan tanah.
TATA CARA PENGADAAN TANAH
Dibentuk panitia pengadaan tanah dengan jumlah anggota 9 orang, terdiri:
1. SEKDA sebagai ketua panitia
2. Pejabat dari unsur pernagkat daerah
3. Kepala kantor pertanahan – sekretaris
4. Kepala dinas terkait

TUGAS PANITIA
 Memberi penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat
 Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas bidang tanah, bangunan,
benda lain yang berkaitan dengan tanah
 Mengadakan penelitian tentang status hukum atas tanah yang akan dilepas
haknya
Susunan kepanitiaan bila menyangkut 2 kabupaten
 Panitia diketuai oleh Sekda propinsi
 Pejabat daerah propinsi
 Kepala kantor wilayah BPN propinsi
 Kepala dinas propinsi yang terkait

Bila menyangkut 2 propinsi


 Sekjen Kemendagri sebagai ketua
 Pejabat eselon 1 pada PU sebagai wakil ketua
 Pejabat eselon I BPN
 Dirjen/asmen/deputi instansi terkait
 Gubernur ybs atau pejabat yang dirunjuk
 Bupati/walikota yang terkait
PENYULUIHAN
 Bila diterima masyarakat, dilanjutkan dengan kegiatan pengadaan tanah
 Bila tidak diterima diadakan penyuluhan lagi
 Tetap tidak diterima masyarakat oleh 75% dari pemilik tanah, sedang lokasi

mungkin dipindahkan, diajukan alternatif lokasi lain.


IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI
 Penunjukan batas
 Pengukuran bidang tanah/bangunan
 Pemetaan bidang tanah/bangunan
 Penetapan bidang tanah/bangunan
 Pendataan penggunaan tanah/bangunanan
 Pendataan status tanah
 Dsb yang dianggap perlu

PENILAIAN
 Penilaian harga tanah dilakukan oleh lembaga penilai harga tanah yang

ditunjuk oleh panitia pengadaan tanah


 Melakukan penilaian harga tanah berdasar NJOP atau nilai

nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan


HASIL PENILAIAN
 Tim penilai harga tanah menyerahkan hasil penilaiannya kepada panitia

pengadaan tanah untuk dibawa ke musyawarah

BESARNYA GANTI RUGI


 Berpedoman pada kesepakatan para pihak
 Berpedoman pada hasil penilaian tim penilai harga tanah
Dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan atas :
a. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) atau nilai nyata sebenarnya dengan
memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak tahun berjalan berdasarkan
penilaian Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh panitia;
b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang
bertanggungjawab di bidang bangunan.
c. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung
jawab di bidang pertanian
 Pembayaran Ganti Rugi
a.pemegang atas tanah atau ahli warisnya yang sah;
b.nadzir,bagi tanah wakaf

 Dalam hal tanah,bangunan,tanaman atau benda yang berkaitan dengan


tanah yang dimiliki bersama oleh beberapa orang, sedangkan satu atau
beberapa orang dari mereka tidak dapat ditemukan, maka ganti kerugian
yang menjadi hak orang yang tidak dapat diketemukan
tersebut,dikonsinyasikan di pengadilan Negeri setempat oleh Instansi
Pemerintah yang memerlukan tanah.
Ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk :
a. hak atas tanah;
b. bangunan;
c. tanaman;
d. benda-benda lain, yang berkaitan dengan tanah.

Bentuk ganti rugi dapat berupa :


a. Uang; dan/atau
b. Tanah pengganti; dan/atau
c. Pemukiman kembali; dan/atau
d. Gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c;
e. Bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Biaya pengadaan tanah dibebankan kepada instansi pemerintah yang
memerlukan tanah, berupa:
 Biaya pengukuran tanah & pemetaan tanah
 Pemberian ganti rugi pada pemilik
 Panitia pengadaan tanah
 Tim penilai harga tanah
 Pengurusan hak atas tanah
 Biaya lain yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pengadaan tanah
 Apabila yang berhak atas tanah atau benda-benda yang ada di atasnya yang
haknya dicabut tidak bersedia menerima ganti rugi sebagaimana ditetapkan
dalam Keputusan Presiden, karena dianggap jumlahnya kurang layak, maka
yang bersangkutan dapat meminta banding kepada Pengadilan Tinggi agar
menetapkan ganti rugi sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961
tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang ada di
atasnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 tentang Acara
Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi sehubungan dengan
Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang ada di Atasnya.

You might also like