Professional Documents
Culture Documents
INDIVIDU
DAN
INSTITUSI
Matakuliah Manajemen
Komunikasi dan
Promosi Pemasaran
Sumiran 0606016823
Andika Andar P 0606015871
Astrid Swastika A 0606015966
Barry Aryandi 0606016003
Citra J Affandie 0606016054
Dian Angraini 0606016110
Dyan Syahwati 0606016161
Indria Flowerina 0606016376
Marissa Karenina 0606016464
Muhammad Rifqi 0606016533
Ni Luh Putu Laura 0606038805
Pinasthi Dewanti 0606016640
Riezka Novia B 6905011036
Sallika 0606016754
Titania Arimbi 0606016875
I PENDAHULUAN
Konsumen?
1.Konsumen individual
2. Konsumen Institusional
konsumen jenis ini pembelian barang yang dilakukan bukan untuk menuhi
kebutuhannya sendiri namun untuk memenuhi kebutuhan orang ketiga / orang
banyak atau untuk keperluan produksi dari barang-barang tertentu, pada
konsumen jenis ini pengambilan keputusan untuk membeli suatu barang
diambil melalui banyak pertimbangan dan dipengaruhi oleh banyak orang.
Empat prinsip signifikan tentang
konsumen
Konsumen adalah Raja
Motivasi dan perilaku konsumen dapat
dimengerti melalui penelitian
Perilaku konsumen dapat dipengaruhi
Pengaruh Konsumen sah secara sosial
PERILAKU
KONSUMEN?
TERORISME KONSUMEN
PERILAKU KONSUMEN YANG KOMPULSIF
KONSUMSI YANG MEMAKSA
KONSUMEN YANG DIKONSUMSI
AKTIVITAS TIDAK SAH
PENCURIAN OLEH KONSUMEN
TERORISME KONSUMEN
Aksi penyerangan teroris yang dilakukan pada
tahun 2001, adalah suatu wake-up-call kepada
sistem perusahaan.
91% orang berdusta secara teratur. Satu dari tiga kebohongan mengenai berat
badan, satu dari empat mengenai pendapatan, dan 21% mengenai umur
mereka. 9% mengenai warna rambut alami mereka.
4 dari 10 orang Amerika sudah mencoba untuk mengisi suatu tagihan asuransi
untuk menutupi kekurangan.
19% orang mengatakan they’ve snuck ke dalam suatu teater untuk menghindari
membayar pintu masuk.
Tiga dari lima orang mengatakan bahwa mereka telah mendapat pujian atas
pembuatan sesuatu yang sejak awal mula mereka lakukan tidak benar. Menurut
Pillsbury’s CEO, perilaku ini menjadi sangat lazim yang kami telah namakan
speed scratch
Banyak Perilaku konsumen tidak saja bersifat merusak atau secara sosial
merusakkan. Biaya kejahatan yang dilakukan oleh konsumen melawan bisnis
diperkirakan lebih dari$ 40 milyar setiap tahunnya.
III PERCEPTION IN CONSUMER AS AN
INDIVIDUAL
PERSEPSI
Sights Eyes
Sounds Ears
Taste Mounth
Texture Skin
EXPOSURE
Perceptual Vigilance
Perceptual Defense
Adaptation
Stimulus Organization
The eye of the Beholder
Semiotics
?
IV .
?
PENGARUH
KEPUTUSAN
PEMBELIAN PADA ?
KELOMPOK INDIVIDUAL
?
?
Perilaku konsumen melihat karakteristik dari
individual konsumen seperti demografis,
psikografis, dan variabel-variabel perilaku
yang berkaitan dengan yang diinginkan oleh
individu tersebut.
1.Pengenalan kebutuhan
2.Pencarian informasi
3.Evaluasi Alternatif
penghargaan
sosial
keamanan
fisiologis
PERSEPSI
Persepsi adalah proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk memilih, mengorganisasi
dan menafsirkan masukan informasi untuk
menciptakan gambaran dunia yang berarti.
Kepribadian seseorang biasanya digambarkan dalam bentuk sifat (trait) berikut ini:
Percaya diri
Dominan
Otonomi
Perubahan
Rasa hormat
Kekuasan
Keramahan
Pembelaan diri
Persatuan
Agresivitas
Stabilitas emosi
Prestasi
Ketentraman
Penyesuaian
Kepribadian dapat digunakan
untuk menganalisis tingkah
laku konsumen jika terdapat
hubungan antara jenis
kepribadian tertentu dengan
produk atau pilihan merk.
Misalnya perusahaan
kosmetik perawatan kulit
wajah ditujukan untuk
kelompok wanita dewasa
yang cenderung memiliki
perilaku ingin selalu tampil
segar, putih dan menawan,
Banyak pemasar menggunakan konsep yang berhubungan
dengan kepribadian (citra diri).
Contoh :
Ketika Honda memasuki pasar Amerika Serikat memerlukan
pengambilan keputusan penting. Perusahaan ini bisa menjual
sepeda motornya kepada sejumlah kecil orang yang tertarik
pada sepeda motor atau mencoba meningkatkan jumlah orang
agar tertarik pada sepeda motor. Pilihan terakhir ini akan lebih
mahal biayanya karena banyak orang punya sikap negatif
terhadap sepeda motor.
Pendapat lain mengenai hal-hal yang
mempengaruhi keputusan pembeli antara
lain :
John Dewey (dalam Engel et.al, 1995 : 45),
Perilaku pembuatan keputusan konsumen
dapat didasarkan atas prinsip:
Problem solving (pemenuhan kebutuhan),
Rational (pertimbangan rasional tentang
fungsi dan kegunaannya), atau
Hedonic benefits (pertimbangan
emosi/afeksi, cita rasa dan estetika).
PENGARUH KEPUTUSAN PEMBELIAN
PADA KELOMPOK INSTITUSI
Lingkungan
Organisasi
Antar pribadi
Perseorangan
V. PENGARUH
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
PADA
KELOMPOK
INSTITUSI
Institusi/Pasar organisasi
Organisasi-organisasi
Pasar industri
Bila dibandingkan dengan pasar
konsumen, pasar industri terdiri
dari :
Faktor-Faktor Lingkungan
Para pembeli industri sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor di
lingkungan ekonomi saat ini maupun
saat mendatang, misalnya tingkat
permintaan primer, pandangan
ekonomi, kondisi keuangan, tingkat
ketidakpastian ekonomi yang
meningkat membuat para pembeli
industri berhenti membuat investasi-
investasi baru untuk pabrik dan
perlengkapan dan mencoba untuk
mengurangi persediaan mereka.
Faktor-Faktor Organisasi
Setiap organisasi pembelian mempunyai tujuan
kebijakan, prosedur, struktur organisasi dan sistem
tesendiri dimana pemasar industri harus berusaha
mengetahuinya seperti mengenai siapa saja orang
yang terlibat dalam keputusan pembelian, kriteria
evaluasi apa saja yang mereka pakai, kebijakan dan
kendala-kendala perusahaan apa saja yang
berhubungan dengan agen pembelian.
Para penjual ulang terdiri dari orang-orang
dan organisasi yang memperoleh dan
menjual ulang barang-barang yang
diproduksi oleh orang lain.
Pusat pembelian
biasanya
mengikutsertakan
beberapa peserta
berdasarkan status,
wewenang, ketegasan
dan keyakinan yang
berbeda.
Faktor-Faktor Perseorangan
Setiap peserta dalam proses pengambilan
keputusan mengenai pembelian menyertakan
motovasi, persepsi dan pilihan pribadinya,
pendidikan, posisi pekerjaan, kepribadian dan
sikapnya terhadap resiko.
Tugas pemasar adalah memperbaiki opini konsumen akan suatu produk yang
mendorong pada proses pembelian. Keputusan pembelian merupakan
keputusan akhir dari serangkaian proses sebelumnya, yaitu mulai dari persepsi
tentang situasi dalam mengolah informasi yang diterima, proses pembelajaran
melalui pengalaman pribadi dan sosial, sampai pada sikap dan keyakinan
terhadap perilaku yang akan dilakukan.
INDIVIDU SEBAGAI PENGAMBIL
KEPUTUSAN
Konsumen Individu sebagai
Pengambil Keputusan Pembelian
1.Pengenalan kebutuhan
Richard menyadari masalah
suara pada TV hitam putihnya
2.Pencarian informasi
Richard mencari informasi lewat web
memenuhi kebutuhan.
Tanggung Jawab
Memelihara dan membayar billing.
Kekuasaan
Ketika salah satu anggota keluarga memiliki pengaruh kuat
A. Income Patterns
Meningkatnya pendapatan seseorang secara signifikan akan
merubah pola belanja seseorang. Naiknya pendapatan yang
diperoleh terutama berasal dari bertambahnya jumlah wanita
bekerja dan semakin tingginya tingkat pendidikan yang diperoleh
oleh masyarakat.
B. Social Class
Yang dimaksud dengan social class system adalah pembagian
secara berjenjang kelas-kelas sosial dalam lingkungan tertentu
yang homogen berdasarkan status, kekayaan, pendidikan dan
kepemilikan barang. Kelas sosial membedakan masyarakat
dalam konsep penghargaan (esteem) dan prestise (prestige).
- Upper Upper
- Lower Upper
- Upper middle
- Lower middle
- Upper Lower
- Lower Lower
Dari kedua faktor di atas (Income & Social Class) maka marketer
dapat menarik kesimpulan yang mendasar yaitu adanya
perbedaan antara konsumen yang membelanjakan uangnya
dengan pertimbangan faktor fungsional (sesuai dengan
kebutuhan) vs konsumen yang membeli suatu barang yang
sifatnya simbolis semata (dalam rangka meningkatkan
citra/image di masyarakat).
Subcultures
Budaya (culture) merupakan seperangkat nilai, ide
dan tingkah laku yang berlaku pada sekelompok
masyarakat yang homogen dan diturunkan dari
generasi ke generasi.
Racial
Religion
Age
Khusus untuk kasus Indonesia, maka tulisan Handi Irawan, “10 Karakter
Konsumen Indonesia”, dapat memberikan ilustrasi yang lebih jelas
tentang pentingnya mengetahui karakteristik konsumen melalui
penelaahan lebih jauh subculture nya.
10 KARAKTER KONSUMEN
INDONESIA (Handi Irawan)
1.Berpikir Jangka Pendek
Konsumen Indonesia menyukai segala sesuatu yang serba
instant. Disinyalir karena adanya factor budaya pendidikan yang
tidak mendorong masyarakat untuk berpikir jangka panjang
(long-term perspective). Salah satu indikasi besarnya perilaku
seperti ini adalah maraknya kredit konsumsi.
Fakta : penelitian AC Nielsen tentang Perilaku Berbelanja
menyebutkan 76 dari 100 konsumen di Indonesia lebih tertarik
pada diskon harga, dan 18% hadiah langsung. Produk dalam
kemasan kecil atau ketengan (sachet); atau produk yg
khasiatnya langsung terasa seperti minuman penambah tenaga
ternyata lebih disukai.
Strategi komunikasi : Untuk menghadapi sifat budget
approach, pasang harga psikologis (misal: Rp 1 per detik, meski
syarat dan ketentuan berlaku). Dalam mengemas iklan pakailah
bahasa customer karena kelompok short term perspective
enggan mencerna iklan yang membutuhkan pemikiran panjang.
Tagline ‘wes ewes ewes bablas angine’ lebih dimengerti.
2. Tidak Terencana
Jika kebiasaan yang pertama tidak
melihat jauh ke depan, kebiasaan kedua
tidak menyiapkan sesuatu di belakang.
Konsumen Indonesia tidak terbiasa
merencanakan sesuatu. Sekalipun
sudah, mereka akan mengambil
keputusan pada saat terakhir. Indikasi :
sering melakukan impulse buying
(langsung beli di tempat); unplanned
behaviour tercermin dari sikap beli
payung saat hujan, seperti adanya
voucher prabayar.
Fakta : Di Indonesia, nilai premi
asuransi hanya sebesar 1,67% dari
GDP. Sementara Singapura 3,5% dan
Eropa 5,1%.
Strategi komunikasi : mendorong
konsumen bertindak cepat, seperti
membuka pameran. Bersikap fleksibel.
Untuk produk yg butuh perencanaan
seperti asuransi perlu edukasi intens.
3. Suka berkumpul
Karakter ini merupakan cermin dari kekuatan pembentukan
grup dan komunitas. Komunikasi worth of mouth sangat efektif
untuk pasar Indonesia karena kebiasaan suka ngumpul
(arisan, ngegosip) sudah membudaya, di perkotaan maupun
pedesaan.
Fakta : Bila konsumen Amerika yang puas akan bercerita
kepada 2-5 orang, di Indonesia sekitar 5-15 orang, tergantung
jenis produk dan target pasar yang dibidik. Menurut Frontier,
awareness tertinggi konsumen KPR datang setelah
mendapatkan informasi dari teman/ kolega/ relasi; brosur;
karyawan bank; iklan TV; keluarga; iklan di Koran. 80%
penjualan Tupperware lewat ajang kumpul.
Strategi komunikasi : Kenali opinion leader, pengaruhi dia,
sehingga ia dengan sendirinya akan memberi rekomendasi
kepada orang lain. Otomatis, penetrasi merek terhadap
anggota kelompoknya terjadi dalam tempo relatif cepat.
4. Gagap teknologi
Rendahnya penetrasi teknologi tinggi
di Indonesia menunjukkan bahwa
konsumen relatif masih ‘gaptek’. Jadi
follower lebih menguntungkan.
Fakta : Penetrasi internet di
Indonesia hanya 9% dari total
penduduk (229 juta), sementara di
USA : 70% dari 302 juta jiwa. Data
Frontier menyebutkan alasan tidak
menggunakan mobile banking karena
tidak tahu cara mengoperasikan
(32,66%) dan dirasa tidak aman
(16.75%).
Strategi komunikasi : Untuk
mengatasi daya beli, usung strategi
price bundling,missal paket Fren dan
hp CDMA Samsung; produknya user
friendly dengan mengedepankan
unsur gengsi (N9500) dan fun (RBT);
5. Orientasi pada Konteks
Konsumen Indonesia cenderung menilai dan
memilih dari tampilan luarnya. Terkait dengan
budaya menyerap informasi, masyarakat kita
punya minat baca rendah; memilih segala sesuatu
(nonton atau membaca) yang ringan dan
menghibur; mudah diubah persepsinya.
Fakta : Survei Frontier, thn 2005 ada 70%
masyarakat perkotaan membaca Koran, tapi
hanya 32% saja yang membaca majalah. (Tidak
suka bahasan mendalam). Konsumen hanya tahu
Paramex itu obat sakit kepala, tapi tidak tahu apa
kandungan farmasinya.
6. Suka Brand Luar Negeri
Image asing lebih favorit. Strategi
country of origin (COO) dijalankan,
artinya menggunakan negara
sebagai dasar positioning. Dunkin’s
donut American No. 1 donuts.
Karena lebih menghargai barang
berlabel ‘made in’, akibatnya
produsen merek local lebih suka
menyamar menggunakan nama
yang kedengarannya asing
(Polytron). Untuk itu, komunikasi
produknya bisa ditekankan pada
keunggulan teknologi, bukan pada
Negara asal merek.
7. Religius
Masyarakat sangat peduli isu agama. Simbol-
simbol agama (tulisan halal) dan endorser tokoh
agama digunakan (kasus Ajinomoto). Bisnis
berbasis agama terus diminati (perbankan, kredit
sampai pegadaian syariah).
Fakta : 57,9% konsumen selalu memperhatikan
label halal. Kalau tidak halal maka 62,2%
konsumen akan mencari alternative lain, 46,6%
bahkan bersedia membayar lebih mahal untuk
produk halal.
8. Gengsi
Karakter gengsi didasarkan atas teori hierarki kebutuhan
Maslow yang menyatakan manusia butuh aktualisasi diri. Ada
3 hal penyebab budaya dan norma gengsi di Indonesia.
Pertama, konsumen Indonesia suka bersosialisasi, mendorong
orang untuk pamer. Kedua, menganut budaya feodal yang
menciptakan kelas-kelas social sehingga ada keinginan untuk
pindah ke kelas yang lebih tinggi. Ketiga, masyarakat kita
mengukur kesuksesan dengan materi dan jabatan sehinnga
mereka like to see and to be seen.
Strategi komunikasi : pilih pasar segmented, limited edition.
Produk yang bisa menjual gengsi adalah produk yang
menawarkan “emotional value’. (Mercedes dipersepsikan
sebagai merek bagi mereka yang sudah mature usia dan
mapan financial).
9.Kuat di Subculture
Sekalipun gengsi dan suka produk luar negeri,
unsur fanatisme kedaerahan konsumen Indonesia
sangat tinggi. Budaya local dan kekuatan etnis di
Indonesia masih cukup besar. (orang Jawa suka
manis, Padang pedas, orang Batak itu keras).
Namun dalam penggarapannya perlu berhati-hati
karena ada nilai-nilai yang tak sama di setiap suku
bangsa. (adanya taste reference membuat orang
Jawa kretek-minded, kalau orang Sumatera suka
rokok putih)
Adanya subculture yang berbeda menyebabkan
tidak semua merek nasional bisa menguasai
pasar. (program Pojok Medhureh keluaran J-TV
masih dijadikan referensi berita masyarakat pulau
Madura).
10. Kurang peduli lingkungan
Konsumen belum menjadikan produk ramah lingkungan atau
peduli kesehatan sebagai acuan dalam membeli produk.
Mereka lebih membeli dari segi ekonomis, kegunaan, kualitas
(keawetan) dan gengsi. (produk AC sekaligus pembunuh
bakteri). Namun tantangan ke depan, penilaian sebuah
perusahaan akan dilihat dari CSRnya.
Strategi komunikasi : untuk bisa menjadikan tren, getol
mengedukasi dan meng-kampanyekan isu seputar lingkungan
dan kemanusiaan disela-sela keunggulan produknya
(Bodyshop : cantik dengan cara aman).
Sumber : Majalah Marketing, Edisi Khusus II, 2007
TERIMA KASIH
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan
internal.
Faktor-faktor eksternal meliputi:
Lingkungan budaya,
Kelas Sosial,
Pengaruh Personal (Peran dan Status)
Keluarga
Situasi Setempat (Kelompok Acuan)