You are on page 1of 31

BIOLOGI LAUT

NEKTON

Disusun Oleh:

Dwi Ajeng P. 230210070027

Ogys Feryagi Salim 230210070037

Bayu Juliawan 230210070040

Yoga Gumilar 230210070050

Andi Catur 230210070052

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2009
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah SWT. karena dengan rahmat dan izin-Nya makalah ini dapat
terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Semoga curahan rahmatnya akan sampai kepada
kita sekalian. Amin.

Begitu banyak makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini, ada yang
hidup di daratan, perairan, maupun udara. Di antara banyaknya makhluk hidup di perairan, salah
satunya adalah Nakton. Nekton merupakan hewan yang bebas berenang di lautan. Nekton
banyak sekali jenisnya juga beragam adaptasi terhadap lingkungannya. Dengan alasan itulah
maka penulis berupaya sebaik mungkin untuk menyelesaikan laporan ini, agar informasi yang
ada menganai perhitungan hematokrit pada ikan mas

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari segala kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
berbagai kesalahan dan kekurangan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan
pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jatinangor, Maret 2009

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1

1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 2

2.1 Nekton.......................................................................................................... 2

2.2 Sifat Nekton................................................................................................. 4

2.3 Komposisi Nekton........................................................................................ 4

2.4 Kondisi Lingkungan..................................................................................... 6

2.5 Adaptasi Nekton............................................................................................ 7

2.6 Indria............................................................................................................. 15

2.7 Ekolokasi....................................................................................................... 15

2.8 Reproduksi dan daur hidup........................................................................... 18

2.9 Migrasi.......................................................................................................... 21

2.10 Adaptasi Khusus pada Burung dan Mamlia Bahari.................................... 23

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 28


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di laut terdapat makhluk-makhluk mulai dari yang berupa jasad-jasad hidup bersel satu
yang sangat kecil sampai yang berupa jasad-jasad hidup yang berukuran sangat besar seperti
ikan paus yang panjangnya lebih dari sepuluh meter. Meskipun dilaut terdapat kehidupan
yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya dikelompokkan kedalam tiga kategori
utama, yakni plankton, nekton dan bentos. Pengelompokkan ini tidak adakaitannya dengan
jenis menurut klasifikasi ilmiah, ukuran atau apakah mereka temasuk tumbuh-tumbuhan atau
hewan, tetapi hanya didasarkan kepada kebiasaan hidup mereka secara umum, seperti gerak
berjalan, pola hidup dan sebaran menurut ekologi.

Nekton merupakan salah satu kedalam ketiga kelompok tersebut. Nekton merupakan
organisme yang hidupnya bergerak sendiri kesana-kemari. Kelompok hewan yang termasuk
nekton sangat beragam adanya. Adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya berbeda dengan
jenis organism yang lainnya. Dengan dasar ingin mengetahui lebih lanjut kehidupan nekton
di laut maka makalah ini disusun.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada pun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai organisme nekton yang berada di
laut beserta adaptasi terhadap lingkungannya.
1.3 Manfaat

Menilik tujuan dari penulisan makalah ini, maka diharapkan agar makalah ini dapat
memberikan manfaat dalam menambah wawasan penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya mengenai:

a. Definisi nekton

b. Kelompok nekton

c. Sifat Nekton

d. Adaptasi nekton terhadap lingkungannya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nekton

Hewan-hewan perenang di laut sudah lama menjadi perhatian manusia karena nilai
ekonominya yang besar dan menjadi sumber makanan. Kelompok ini kurang beraneka-ragam
dibandingkan dengan dua kelompok lain, yakni plankton dan bentos. Nekton adalah hewan-
hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke mari seperti ikan bertulang rawan, ikan
bertulang keras, penyu, ular, dan hewan menyusui laut yang kesemuannya termasuk Vertebrata.
Sotong dan cumi-cumi yang termasuk Mollusca juga termasuk nekton. Tidak ada tumbuh-
tumbuhan yang mampu berenang, jadi tidak ada tumnuh-tumbuhan yang tergolong nekton.
(Romimohtarto,2007)

Berbeda dengan plankton nekton terdiri dari organisme yang mempunyai kemampuan
untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang
disebabkan oleh angin. Mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya sendiri.

Nekton merupakan
organisme laut yang sangat
bermanfaat bagi manusia terutama
untuk perbaikan gizi dan
peningkatan ekonomi. Tumpukan
bangkai nekton merupakan bahan
dasar bagi terbentuknya mineral laut
seperti gas dan minyak bumi setelah
mengalami proses panjang dalam
jangka waktu ribuan bahkan jutaan
tahun.
2.2 Sifat Nekton

• Organisme yang dapat bergerak atau berenang dengan keinginan sendiri.

• Organisme konsumer di daerah pelagik, aktif berenang umumnya invertebrata.

• Memiliki masa hidup lebih panjang daripada plankton (invertebrata : 1 tahun, ikan : 5 –
10 tahun).

• Migrasi biasanya berkaitan dengan siklus reproduksi, ikan tuna migrasi dari feeding
ground ke breeding ground (ribuan kilometer).

2.3 Komposisi Nekton

Nekton bahari terdiri dari berbagai ikan bertulang belakang seperti cucut dan pari serta
sejumlah kecil mamalia seperti reptil dan burung laut. Invertebrata yang dapat digolongkan
nekton hanyalah jenis moluska sepalopoda.

Beberapa kelompok ikan yang berbeda dijumpai dalam golongan nekton. Pertama, ikan
yang menghabiskan seluruh waktunya di daerah epipelagik. Ikan ini disebut holopipelagik
mencangkup ikan-ikan hiu tertentu (cucut martil, hiu mackerel, cucut biru), kebanyakan ikan
terbang, tuna, setuhuk, cucut gergaji, lemuru, ikan dayung, dan lain-lain. Ikan ini biasanya
menghabiskan telur yang mengapung dan larva epipelagik. Jumlahnya sangat berlimpah di
permukaan perairan tropik dan subtropik.
Kelompok kedua ikan bahari dinamakan meroepipelagik. Ikan ini hanya menghabiskan
sebagian dari hidupnya di daerah epipelagik. Kelompok ini lebih beragam dan mencakup ikan
menghabiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi mememijah di perairan pantai (Haring, geger
lintang jinak, dolphin, kacang-kacang) atau diperairan tawar (salem). Ada juga jenis lain yang
memasuki daerah epipelagik hanya pada waktu-waktu tertentu. Seperti ikan-ikan perairan-dalam
semacam ikan lentera yang bermigrasi ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan.

Kebanyakan ikan menghabiskan awal daur hidupnya di epipelagik , tetapi masa


dewasanya di daerah lain. Bentuk juvenil memegang peranan tetap dalam fauna epipelagik,
tetapi disebut meroplankton, karena kemampuannya geraknya terbatas.

Kelompok terbesar kedua dari nekton bahari adalah mamalia laut. Mamalia laut nektonik
mencangkup ikan paus (ordo Cetacea), anjing laut dan singa laut (ordo Pinnipeda). Terdapat juga
mamalia bahari lain, seperti manatee dan duyung (ordo Sirenia), serta berang-berang (ordo
carnivora). Tetapi hewan-hewan ini tidak pelagik karena mereka menghuni perairan pantai
sepanjang waktu. Mereka juga tidak akan dibahas dalam bab ini.

Reptil nektonik hampir semuanya merupakan penyu dan ular laut. Iguana bahari terdapat
di kepulauan Galapagos, dan buaya air asin mendiami banyak daerah Kepulauan Indo-Pasifik.
Tetapi hewan-hewan ini juga merupakan hewan litoral yang hanya sekali-kali pergi menjauhi
daratan. Catatan fosil menunjukkan, bahwa selama periode Cretaceous sekitar 60 juta tahun yang
lalu, reptil bahari jauh lebih umum dan beragam dibandingkan sekarang. Pada waktu itu,
plesiosaurus besar, iktiosaurus, dan mosasaurus menjelajahi lautan-lautan hangat.
Secara teknik, kebanyakan burung-burung laut tidaklah nektonik, karena mereka terbang
di atas laut lepas dan bukan menembusnya. Tetapi mereka juga termasuk dalam ekonomi
perairan ini dapat di bahas di sini. Mungkin satu-satunya kelompok burung yang benar-benar
nektonik adalah penguin yang tidak dapat terbang dan terdapat di bagian bumi selatan. Tetapi
cormorant dan burung laut yang lain, menyelam untuk mencari makan dan menghabiskan
banyak waktunya sebagai perenang.

2.4 Kondisi Lingkungan

Faktor lingkungan pada zona epipelagik yang dihuni oleh nekton tentu saja sama dengan
yang dibahas untuk plankton dan mencakup cahaya, suhu, kepadatan, dan arus. Namun
kepentingan relatif dari faktor-faktor yang berbeda dalam memilih adaptasi dan strategi hidup
nekton dapat berbeda. Penting diperhatikan bahwa tanggapan lingkungan ini sangat berbeda
untuk ikan atau mamalia besar dan perenang cepat dibandingkan dengan kopepoda kecil.

Beberapa kondisi lingkungan perlu diperhatikan karena memberikan perbedaan yang


jelas bagi nekton dan dimana adaptasi terjadi. Pertama, laut merupakan daerah “tiga dimensi”
yang sangat besar. Kedua, tidak ada substrat padat di mana pun, sehingga hewan-hewan ini
selalu melayang dalam medium yang transparan tanpa perlindungan terhadap predator yang
potensial. Oleh sebab itu, tidak ada tempat perlindungan bagi hewan yang berpindah dari satu
tempat ke tempat lain secara horizontal. Terakhir, kurangnya substrat, yang berarti tidak adanya
pendukung yang kuat bagi hewan kebanyakan mempunyai daging yang lebih padat dari pada air
laut di sekelilingnya.

Kombinasi antara keadaan tiga dimensi dan kurangnya rintangan, memudahkan evolusi
adaptasi untuk mobilitas yang besar. Besarnya mobilitas dan kemampuan untuk menempuh
jarak-jarak jauh pada gilirannya menyebabkan perkembangan sistem saraf dan indria (sensory)
yang akan menangkap dan mengolah informasi yang diperlukan untuk menjelajahi daerah,
mencari dan menangkap makanan, serta untuk menghindari predator.

Kurangnya perlindungan serta besarnya ukuran kebanyakan nekton, juga menyebabkan


perkembangan kecepatan renang yang tinggi untuk menghindari predator dan sekaligus untuk
mencari makan. Kamuflase juga merupakan usaha yang lain. Keadaan tersuspensi tubuh hewan
nektonik yang kerapatan tubuhnya lebih besar dari pada kerapatan air laut secara terus-menerus
menyebabkan perkembangan progresif berbagai adaptasi agar dapat tetap terapung.

2.5 Adaptasi Nekton

Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif
dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar,
misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk
memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.

1. Daya Apung

Mungkin adaptasi yang paling jelas pada hewan nektonic adalah kemampuannya melayang
dan bergerak dengan kecepatan tinggi dalam air. Hal initulah yang diperhatikan karena
merupakan ciri khas hewan nektonik.

Daya apung merupakan hal yang utama diperlukan untuk hidup di epipelagik. Ini berlaku
juga bagi plankton, seperti yang telah diketahui. Kebanyakan hewan nektonik mempunyai
kerapatan yang hampir sama dengan air laut. Walupun jaringan-jaringan hidup biasanya lebih
rapat dari pada air laut, tetapi ternyata hewan besar ini mempunyai daya apung secara alamiah,
karena ada bagian tubuhnya yang mempunyai kerapatan lebih rendah yang dapat mengimbangi
tingginya kerapatan kebanyakan jaringan.

Kebanyakan ikan mempunyai gas atau gelembung renang dalam tubuhnya. Struktur yang
mengisi sekitar 5-10 persen dari volume tubuhnya ini berfungsi mengimbangi daging yang lebih
padat sehingga menyebabkan daya apung menjadi netral. Kebanyakan ikan dapat mengatur
jumlah gas dalam gelembung renangnya dan mengubah tingkat apungnya. Diketahui dua macam
gelembung gas : fisostoma di mana ada saluran terbuka antara gelembung gas dan esophagus,
dan fisoklis tidak terdapat saluran. Ikan-ikan fisostoma memasukkan dan mengeluarkan gas dari
gelembung melalui saluran dengan cara mengisap udara dari permukaan. Tetapi pengisian
gelembung gas biasanya melalui kelenjar gas dan sistem rete mirabile adalah sekumpulan
pembuluh-pembuluh darah kecil yang bercabang dari pembuluh darah besar. Ikan-ikan fisoklis
juga mensekresi gas ke dalam gelembung renang melalui kelenjar gas dan sistem rete mirabile,
tetapi untuk membuang gaharus melalui organ khusus yang dapat mengabsorpsi gas yang
dinamakan oval.

Pada ikan perenang cepat (Sarda, Scomber) yang juga bergerak secara vertikal pada badan
air, gelembung gas tidak dapat cukup cepat disesuaikan untuk mengimbangi perubahan tekanan
dan mencapai daya apung netral. Oleh karena itu, Denton dan Marshall (1958) menemukan
bahwa ikan-ikan tercepat cendrung tidak memiliki gelembung gas dan mencapai daya apung
dengan cara lain.

Rongga-rongga berisi gas dalam bentuk paru-paru juga membantu tercapainya daya apung
netral untuk semua hewan nektonik yang bernafas dari udara. Beberapa mamalia air mempunyai
kantung udara tambahan. Dalam kasus ini, mereka dapat mengatur daya apungnya melalui
sejumlah udara yang terkandung di dalam paru-parunya. Burung juga memiliki kantung udara
tambahan. Pada kebanyakan burung laut penyelam (kecuali penguin), udara yang terperangkap
di bawah bulu memberikan daya apung terbesar. Mamalia bahari, berang-berang, dan anjing laut
juga menggunakan udara yang terperangkap pada lapisan bawah rambutnya yang lebat sebagai
daya apung.

Mekanisme lain untuk mencapai daya apung netral adalah dengan mengganti ion kimia berat
dalam cairan tubuh dengan yang lebih ringan. Hal ini kita dapatkan juga pada plankton. Satu-
satunya hewan nektonik yang mengalami hal ini adalah cumi-cumi. Cumi-cumi cendrung
mempunyai rongga tubuh di mana ion natrium yang berat digantikan dengan ammonium yang
lebih ringan. Akibatnya, kerapatan cairan tubuh akan lebih kecil dari pada kerapatan air laut pada
volume yang sama. Walaupun ini merupakan mekanisme yang banyak terdapat pada plankton,
tetapi jarang terdapat pada nekton, sebab supaya efektif, jumlah cairan dengan kadar amonium
tinggi haruslah banyak. Rongga yang besar dan berisi air memberikan bentuk bulat-gemuk bagi
hewan dan akan mengurangi rongga mantel, sehingga jelas mengurangi kemampuan bergerak
cepat.

Peningkatan daya apung dengan mengurangi jumlah tulang atau bagian yang keras lainnya
bukan merupakan pilihan yang baik bagi hewan ini, karena kerangka yang kuat dan kaku
diperlukan agar sistem otot bekerja dengan efektif sehingga hewan dapat bergerak di dalam air.
Ini merupakan perbedaan yang nyata dengan plankton.
Mekanisme lain untuk meningkatkan daya apung adalah dengan menyimpan lipida (lemak
atau minyak) di dalam tubuh. Kerapatan lipida lebih kecil dari pada kerapatan air laut sehingga
dapat turut mengatur daya apung. Jumlah lipida yang besar banyak terdapat dalam ikan nektonik,
terutama yang tidak mempunyai gelembung renang seperti ikan hiu, mackerel (Scomber), ikan
biru (Pomatomus), dan bonito (Sarda). Agaknya lipida, paling tidak sebagian, menggantikan
fungsi gelembung renang. Lipida dapat di simpan pada berbagai bagian tubuh seperti otot, organ
internal, rongga tubuh, atau terpusat pada satu organ. Contohnya pada ikan hiu pelagik, lipida
terkumpul pada hati yang ukurannya bertambah besar. Pada banyak spesies ikan hiu,
pembentukan lemak dalam hati merupakan proses dalam perkembangannya. Jadi beberapa ikan
hiu muda yang pada awalnya tidak mempunyai daya apung, lambat laun dalam pertumbuhannya
mempunyai daya apung netral atau positif, sementara lemak menumpuk dihatinya. Pada mamalia
bahari, lipida biasanya terdapat sebagai lapisan lemak tepat di bawah kulitnya. Fungsinya bukan
saja untuk menjaga daya apung, tetapi juga sebagai isolasi untuk mencegah kehilangan panas.

Selain usaha statik dalam mencapai atau menambah daya apung ini, beberapa hewan
nektonik tertentu juga menunjukan mekanisme hidrodinamik untuk menghasilkan daya apung
tambahan selama pergerakan. Mungkin yang paling umum adalah membentuk formasi untuk
mengangkat permukaan bagian anterior yang biasanya dilakukan oleh sirip dada atau flipper,
serta adanya ekor yang heteroserkal. Pada ekor heteroserkal, cuping atas lebih besar dan
berkembang. Pada sistem ini, sirip atau flipper berfungsi sebagai kemudi guling seperti pada
pesawat terbang, dan jika dimiringkan pada sudut positif yang tepat, akan menyebabkan hewan
itu naik di dalam badan air, sementara ekornya melakukan gerakan mendorong. Jika ekornya
eriserkal, gerakannya juga menghasilkan hentakan ke atas. Pada beberapa jenis pengangkatan,
yang dilakukan oleh sirip dan flipper, dibantu oleh seluruh bagian anterior tubuh, yang juga
dapay dicondongkan pada satu sudut untuk memberikan daya angkat. Perkembangan daya apung
dinamik yang paling baik terjadi dalam bentuk daya apung negatif.

Secara umum, ada kecendrungan pada ikan-ikan yang lebih primitif untuk mempunyai
adaptasi hidrodinamik (pergerakan air) untuk melakukan pengangkatan, sedangkan pada jenis
yang lebih maju nampaknya membentuk alat statik atau pasif untuk mendapatkan daya apung
netral. Ini disebabkan karena diperlukan energi yang lebih sedikit untuk mencapai daya apung
netral dari pada harus bergerak terus menerus agar tubuh tetap melayang dalam air. Karena paru-
paru berisi udara, mamalia yang bernafas di udara cendrung mempunyai daya apung netral.

2. Daya Penggerak

Jenis adaptasi kedua pada hewan nektonik adalah yang berhubungan dengan pergerakan
hewan di dalam air. Adaptasi ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: yang diperlukan untuk
menciptakan daya pendorong, dan yang mengurangi hambatan yang dialami oleh tubuh ketika
bergerak dalam air.

Daya yang diperlukan untuk mendorong hewan nektonik melalui air yang rapat, dihasilkan
oleh beberapa bagian dari tubuhnya. Cara yang paling umum untuk menghasilkan pergerakan
maju adalah dengan melakukan gerakan mengombak dari tubuh atau sirip. Sebenarnya semua
ikan nektonik menunjukkan tipe pergerakan ini. Pada mekanisme mengombak, hewan bergerak
maju dengan mengayunkan bagian posterior tubuh dan sirip dari sisi ke sisi. Cara ini akan
melemparkan tubuh ke dalam suatu rangkaian belokan-belokan pendek berawal dari kepala
bergerak turun ke ujung tubuh. Pergerakan dari sisi ke sisi ini diakibatkan oleh kontraksi otot-
otot tubuh yang bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain. Jika daya yang timbul dari pergerakan
dalam air seperti ini kita analisi, akan dijumpai bahwa komponen bagian depan adalah yang
terkuat sehingga hewan bergerak ke arah itu. Serangkaian yang serupa digunakan oleh paus,
tetapi pergerakan fleksural-nya pergerakan dari atas ke bawah bagian dan bukan dari sisi ke sisi.
Hasilnya berupa pergerakan maju yang sama. Pergerakan dari atas ke bawah bagian depan
tubuh merupakan pengganti bagi pergerakan mengombak yang dilakukan oleh ekor berbentuk
pipih yang terletak secara lateral. Semakin pendek dan bulat tubuh ikan, semakin kecil
kelenturan otot-otot posterior tubuh, dan maju dengan cepat de sepanjang tubuh. Kecepatan ikan
bergantung pada kecepatan dimana gelombang kontraksi otot merambat sepanjang tubuh, dan
juga bergantung pada aspek-aspek lain dari bentuk tubuh . Secara umum, ikan yang pendek dan
bulat lebih cepat dari pada ikan-ikan yang panjang pipih.

Anjing laut dan singa laut tidak mampu berenang secepat paus. Anjing laut bertelinga (eared
seal) berenang dengan menggunakan sirip depannya sebagai dayung, tetapi anjing laut tidak
bertelinga (eraless seals) menggunakan kaki belakang yang berselaput renang, merentang secara
vertikal seperti sirip ekor ganda pada ikan.
Namun pada ikan-ikan nektonic tercepat seperti tuna dan allies, gerakan mengombak benar-
benar ditekan. Pada ikan-ikan ini, daya dorong digerakan hanya oleh sirip caudal lunate. Sirip ini
digerakan dengan cepat dari sisi ke sisi oleh kontraksi otot-otot tubuh yang kuat secara
bergantian melalui tendon; tendon ini berjalan seperti katrol melalui tulang-tulang dari caudal
peduncle pipih untuk menyusup di dasar sirip ekor.

Jenis lain tenaga pendorong/penggerak adalah dengan melakukan pergerakan mengombak


pada sirip. Pada model pergerakan seperti ini, tubuh tetap diam dan sirip melakukan pergerakan
maju. Bentuk pergerakan ini lebih lambat dari pada yang terdahulu. Contoh tipe ini dijumpai
pada ikan pari seperti pari Manta (Manta hamiltoni), cumu-cumi tertentu (Todapordes), dan ikan
matahari bahari (mola-mola). Namuan pada kebanyakan ikan, sirip lateral digunakan untuk
bergerak atau mengangkat, seperti pada ikan hiu dengan ekor heteroseksual.

Kecuali setasea dan ular laut, bentuk umum tenaga pendorong pada vertebrata bahari yang
bernafas di udara adalah melalui pergerakan mendayung , baik yang dilakukan oleh tungkai
depan, belakang, atau keduanya. Tungkai penyu, anjing laut, dan sing laut, serta penguin semua
termodifikasi menjadi anggota yang pipih berbentuk seperti dayung, yang digunakan oleh hewan
untuk bergerak dalam air seperti kalau kita menggunakan dayung bergantung pada frekuensi
dayung. Pada organisme yang hanya dapat melakukan beberapa dayungan, seperti penyu,
kecepatannya lambat. Pda organism lain, seperti penguin yang dapat mencapai 200 dayungan per
menit seperti yang pernah dicatat oleh brooks(1917) pada Pygoscelis papua – laju pergerakan
dapat sangat cepat (10m/detik untuk 200 dayungan/menit).

Jenis tenaga pendorong yang terakhir adalah “daya dorong pancar” dengan menggunakan air.
Bentuk dorongan ini dikuasai oleh cumi-cumi bahari. Mereka mampu menghasilkan gerakan
yang sangat cepat.

3. Hambatan Permukaan dan Bentuk Tubuh

Karena air merupakan medium yang sangat rapat, maka sukar untuk bergerak di dalamnya,
apalagi dengan kecepatan tinggi. Untuk menggerakan badan dalam air diperlukan energi yang
lebih banyak dari pada di udara. Tetapi energi dapat lebih dihemat jika benda itu mempunyai
bentuk yang dapat mengurangi hambatan. Permukaan dalam air sampai batas minimum. Karena
hewan nektonik harus bergerak dan karena sumber energi mereka terbatas, maka diperlukan
suatu adaptasi untuk mengurangi hambatan permukaan.

Ada beberapa macam tahanan atau hambatan terhadap pergerakan yang perlu diperlukan
hambatan friksional sebanding dengan dengan luas daerah permukaan yang bersentuhan dengan
air. Hambatan friksional terkecil dihasilkan oleh benda berbentuk bola yang dibentuk
geometriknya mempunyai daerah permukaan minimum untuk suatu volume tertentu. Jika suatu
objek nektonik bergerak dalam air, suatu macam hambatan tehadap pergerakan merupakan suatu
masalah penting. Hambatan ini adalah hambatan bentuk, dimana hambatan sebanding dengan
luas melintang objek yang bersentuhan dengan air. Dalam kasus ini, objek berbentuk bulat
mempunyai daerah melintang yang sangat luas sehingga bentuk ini tidak sesuai bagi hewan-
hewan nektonik. Untuk meminimumkan hambatan bentuk, bentuk harus relatif panjang dan tipis,
seperti silinder atau kawat yang tipis. Jenis hambatan yang terakhir perlu diperhatikan adalah
turbulensi. Turbulensi terjadi ketika lapisan aliran yang halus dari suatu cairan pada permukaan
tubuh terganggu dan terlempar sebagai pusaran, yang akibatnya menambah hambatan. Hambatan
semacam ini berkurang pada tubuh yang bentuknya seperti tetesan air, agak tumpul di depan dan
mengecil sampai titk di bagian belakang. Bentuk ini juga terbaik untuk meminimumkan
hambatan friksional dan juga hambatan bentuk. Oleh karena itu hewan nektonik perenang cepat
banyak dijumpai mempunyai bentuk tubuh seperti ini.

Selain bentuk tubuh, hewan nektonik mempunyai adaptasi lain untuk mengurangi hambatan.
Adaptasi ini adalah pelurusan permukaan luar tubuh sehingga tidak ada tonjolan yang dapat
menyebabkan turbulensi dan mengurangi hambatan. Spesies yang bergerak cepat seperti tuna,
hamper semua struktur tubuhnya yang biasanya menonjol menjadi tertekan sampai menjadi pipih
atau berlekuk, yang dapat ditinggikan hanya bila dibutuhkan. Jadi pada ikan-ikan perenang
cepat, walupun matanya besar, tetapi tidak menonjol melampaui sisi tubuh. Siri-sirip dada dan
perut masuk ke dalam lekukan kecuali bila dibutuhkan, dan sisik tubuhnya kurang atau tidak ada.
Sama halnya pada mamalia laut, rambut menjadi lebih pendek atau tidak ada, sebab rambut lebih
menghambat dari pada kulit telanjang. Kelenjar susu rata, dan alat genital jantan tidak menonjol
kecuali jika sedang berfungsi.
4. Pertahanan Diri dan Penyamaran

Sejauh ini, adaptasi yang paling menonjol pada hewan nektonik adalah yang berhubungan
dengan kemampuannya bergerak dengan cepat dalam badan air. Adaptasi ini sangat penting
sehingga diutamakan dari adaptasi lain yang berhubungan dengan pertahanan diri tehadap
predator jika adaptasi seperti itu dapat menurunkan kemampuannya untuk bergerak cepat. Selain
itu, kebanyakan hewan nektonik mempunyai badan yang sangat besar sehingga mempunyai
sedikit predator yang potensial. Hewan nektonik terbesar (paus) hampir tidak mempunyai
predator selain manusia dan paus pembunuh. Oleh karena itu, kebutuhan akan mekanisme
pertahanan diri yang rumit juga berkurang.

Dalam pergerakan cepat, dimungkinkan juga mekanisme pertahanan diri tertentu dan yang
paling umum dan banyak terdapat adalah kamuflase (penyamaran). Kita mengetahui bahwa pada
lingkungan yang dibahas disini tidak terdapat tempat untuk bersembunyi dan dapat terlihat
secara tiga dimensi, sehingga mekanisme penyamaran dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu:
tubuh yang transparan, warna yang tidak jelas, dan perubahan bentuk tubuh.

Jika tubuh organisme transparan dan melayang di bagian permukaan air laut yang transparan,
hewan tersebut tidak akan terlihat dalam air. Transparansi seperti ini merupakan adaptasi
pertahanan diri yang umumnya kebanyakan spesies plankton. Tetapi hal ini tidak dijumpai pada
nekton , karena semakin besar dan tebal hewan tersebut, semakin sulit untuk membut tubuh tetap
transparan. Terutama jika terdapat banyak otot untuk pergerakan. Oleh karena itu, penyamaran
secara transparan tidak berlaku untuk nekton.

Penyamaran bentuk tubuh pada nekton mungkin saja dapat dilakukan selama bentuk itu tidak
menghambat pergerakan yang cepat. Diantara hewan nektonik, yang paling umum adalah
membentuk lunas ventral pada tubuh untuk menghilangkan bayangan yang mencolok pada perut
hewan bila dilihat dari bawah. Jika cahaya masuk ke dalam air, alurnya menembus ke bawah
meruncing seperti panah. Pada waktu yang sama, sebagian cahaya dipantukan atau dibaurkan ke
segala arah oleh partikel dalam air. Cahaya yang dibaurkan ini dapat menyinari benda-benda
dalam air pada berbagai jurusan, tetapi intensitasnya jauh lebih kecil daripada cahaya yang
langsung jatuh di permukaan. Jika seekor hewan melayang di dalam kolam air, paling banyak ia
disinari dari atas, sedangkan cahaya yang dibaurkan menerangi dari sisi dan bawah. Karema
intensitas cahaya dari sisi dan bawah snagat kecil, timbul bayangan di bawah hewan dimana
tubuhnya menghalangi cahaya yang datang dari atas. Sekarang jika tubuh melebar ke arah
ventral seperti lunas yang membentuk ujung ventral yang runcing tidak membulat, maka
bayangannya akan terhapus jika dilihat dari bawah. Hal ini disebabkan seluruh permukaan tubuh
telah terpusat sehingga tidak ada yang hanya tersinari oleh cahaya baur yang tersebar, tetapi
paling tidak oleh beberapa komponen dari cahaya permukaan yang besar. Tanpa bayangan yang
mencolok itu, hewan yang terlihat dari bawah menjadi benar-benar tidak kelihatan dibawah
cahaya yang menyinari dari atas sehingga terhindar dari predator yang menyelam lebih dalam.
Penghilangan bayangan ini akan lebih baik lagi jika permukaan lunas memantulkan cahaya
dengan menggunakan pigmen dan atau sisik putih.

Perwarnaan kriptik juga merupakan karakteristik kebanyakan hewan nektonik. Pada bagian
atas perairan yang terang, warna spektral yang dominan adalah biru dan hijau. Jika air dilihat
dari permukaan atau dari atas permukaan, akan tampak kehijauan atau kebiruan. Tidak
mengherankan kalau banyak hewan nektonik berwarna biru atau hijau tua pada bagian
permukaan punggungnya sehingga predator potensial akan sulit melihatnya dari atas pada
latar belakang yang umumnya kehijauan atau kebiruan. Pada waktu yang bersamaan, jika
dilihat dari bawah air tampak berwarna putih atau lebih cerah. Organisme berwarna gelap yang
berenang di daerah ini akan terlihat mencolok dari bawah, meskipun ada lunas untuk
menghilangkan bayangan. Tetapi hewan ini akan cenderung tidak tampak bila bagian perutnya
berwarna putih atau perak untuk memaksimumkan pemantulan cahaya atau membaur dengan
cahaya yang menembus ke bawah. Oleh karena itu, kita mendapatkan bahwa banyak hewan
nekton mempunyai dua warna, hijau tua atau biru tua di bagian atas dan putih atau perak di
bagian bawah. Pada hewan vertebrata tertentu yang berenang tepat di permukaan seperti lumba-
lumba, pola warnanya lebih kompleks, dengan garis-garis terang dan gelap yang tidak rata yang
menyerupai pola gelombang perairan permukaan tempat hidupnya. Beberapa lumba-lumba yang
hidup diantara gerombolan ikan tuna, berwarna abu-abu di bagian atas dan putih di bagian bawah
dengan bercak-bercak putih di bagian abu-abu dan bercak-bercak hitam di bagian putih. Dengan
warna yang demikian, dalam air, diantara gerombolan, hewan-hewan ini sulit dibedakan bila
dilihat dari samping.
Pada sejumlah besar ikan terbang terdapat adaptasi yang berupa sirip-sirip yang besar. Ikan-
ikan ini lolos dari predator dengan cara mendorong dirinya keluar dari air dan meluncur
menggunakan sirip-sirip yang seperti sayap ini dalam jarak yang jauh.

Selain adaptasi seperti di atas, ada beberapa perkembangan struktur morfologi khusus untuk
mempertahankan diri terhadap predator. Kebanyakan adaptasi tersebut berupa perkembangan
berbagai duri dan cangkang yang menghambat pergerakan cepat karena menambah hambatan.
Namun, hal ini tidak terlalu berpengaruh karena nekton besar merupakan predator utama dalam
sistem dan tidak ada atau sedikit nekton lain yang memaksanya.

2.6 Indria

Karena hewan nekton sangat besar, bergerak cepat, dan biasanya predator dapat diduga
bila indria berkembang dengan baik. Biasanya memang demikian tetapi dengan berbagai
beberapa pengecualian seperti gurat sisi pada ikan, indria tidak berbeda dengan yang dimiliki
oleh vertebrata lain pada habitat yang berbeda. Gurat sisi merupakan sederetan pembuluh kecil,
yang terbuka terhadap air, mengandung lubang-lubang saraf yang peka terhadap perubahan
tekanan dalam air.

Kebanyakan informasi yang berhubungan dengan indria diterima oleh nekton melalui
penglihatan atau pendengaran. Mata cenderung berkembang baik dan kompleks, tetapi
ukurannya bergantung pada ukuran tubuh, jadi sangat bervariasi. Mata biasanya terletak
disamping kepala sehingga lapang pandang dari setiap mata tidak bertemu, tetapi meliputi daerah
yang luas pada setiap sisi ini berarti bahwa kebanyakan nekton tidak dapat memandang secara
meneropong, kecuali pinipeda.

2.7 Ekolokasi (Penentuan Jarak dengan Gema)

Diantara nekton mamalia, sejumlah adaptasi khusus biasanya dimulai dengan indria
pendengar yang sangat berpengaruh bagi hewan ini. Peranan suara penting bagi mamalia nekton
karena suara merambat dalam air lima kali lebih cepat daripada di udara dan mempunyai
kisaran komunikasi yang lebih luas dari pada penglihatan. Akibatnya, banyak hewan nektonik
yang mempunyai struktur penerima suara yang berkembang baik.
Di lingkungan daratan, penerima suara pada mamalia yang telah berkembang dengan
baik biasa ditandai secara morfologi luar dengan daun telinga (pinna) yang besar. Namun
bagi vertebrata air, struktur ini akan sangat menghambat pergerakan oleh karena itu
vertebrata air tidak memiliki telinga. Sebagai gantinya, ada kecenderungan berkembangnya
struktur lain di kepala pada mamalia air untuk menerima gelombang suara.

Alat penerima dan penghasil suara setasea yang digunakan untuk ekoloasi sudah
sangat berkembang, sama seperti jika kita menggunakan sonar untuk menduga kedalaman.
Pada ekolokasi atau sonar, gelombang suara dikeluarkan dari sumber ke arah tertentu.
Gelombang suara ini bergerak lancar dalam air sampai membentur benda padat. Jika
membentur benda, maka gelombang itu akan terpantul dan kembali ke sumbernya. Interval
waktu antara saat suara pertama kali dikeluarkan dan pergerakannya menuju sasaran serta
kembalinya setelah terpantul merupakan ukuran jarak antara sumber dan benda. Dengan
berubahnya jarak, waktu eko (echo) kembali juga berubah. Pengeluaran gelombang suara
secara terus-menerus dan evaluasi sensorik dari gelombang yang terpantul selagi berenang
merupakan cara hewan nektonik untuk memeriksa benda yang ada disekitarnya. Dengan
mengetahui jarak benda itu, hewan tersebut dapat menjauhinya (predator ) atau mendekatinya
(sumber makanan).

Suara dengan frekuensi rendah digunakan hewan yang berekolokasi untuk


menempatkan dirinya dalam badan air sesuai dengan benda-benda yang ada di sekitarnya.
Namun suara dengan frekuensi rendah tidak memberikan informasi mengenai bentuk benda
itu. Untuk mendapatkan informasi ini, diperlukan suara dengan frekuensi lebih tinggi yang
memantul dari benda dan memberikan perincian lebih lanjut. Oleh karena itu, kebanyakan
hewan nekton yang mempunyai

kemampuan ekalokasi yang berkembang baik juga mempunyai kemampuan mengubah


frekuensi suara yang dihasilkan. Ini merupakan hal yang menakjubkan. Contoh yang telah
dilaporkan oleh Kellogg (1958), bahwa lumba-lumba mampu membadakan dua jenis spesies
ikan dengan ukuran dan bentuk yang hamper serupa; Norris et al. (1961) melaporkan bahwa
lumba-lumba dapat membedakan benda yang hamper sama yang hanya berbeda ketebalannya.
Ekolokasi berkembang paling baik pada paus bergerigi. Hewan ini memiliki modifikasi
morfologi yang rumit pada system kepala dan pernapasan yang membuatnya mampu mengirim
dan menerima gelombang suara yang bervariasi pada kisaran frekuensi yang luas.

Paus bergerigi mempunyai dahi bulat dan menonjol yang aneh. Berhubungan dengan hal
ini, terdapat lubang naskal eksternal atau lubang udara di bagian punggung. Di bagian dalam,
suatu seri kantung udara yang kompleks berhubungan dengan saluran nasal mulai dari lubang
udara sampai ke paru-paru. Dahi yang bulat sisebabkan oleh suatu struktur besar yang berisi
lemak terletak sebelah dalam yang dinamakan melon. Organ berlemak ini berkembang dengan
baik pada koteklema (paus sperma), dan dinamakan organ spermaseti, dan besarnya sekitar 40
persen dari jumlah seluruh panjang hewan. Hubungan dari struktur ini diperlihatkan dalam
bentuk diagram pada.

Walaupun Kita tidak mengerti sepenuhnya bagaimana system rumit ini digunakan dalam
menerima dan menghasilkan suara, tetapi cukup dimengerti bagaimana alat ini berfungsi. Suara
dihasilkan oleh paus bergerigi melalui pergerakan udara yang melewati seluruh nasal dan
kantung udara yang berhubungan. Pergerakan udara dapat terjadi melalui pernapasan di udara,
tetapi suara juga ditimbulkan dengan mengalirakan kemabali udara internal ketika menyealam.
Otot-otot khusus pada saluran nasal dan kantung udara mebuat saluran ini dapat berubah-ubah
bentuk dan volumenya sehingga dapat menguabah frekuensi suara. Melon yang berlemak
agaknya digunakan sebagai lensa akustik untuk memfokus, sehingga hewan ini dapat mengenali
benda dengan frekuensi suara yang tinggi. Pembidikan juga didunakan oleh tulang-tulang pada
tengkorak yang berbentuk khas pada paus bergerigi ini. Penerimaan gelombang yang terpantul
pada tulang dan lemak yang terletak di rahang bawah dan telinga bagian dalam. Berbeda dengan
kebanyakan mamalia yang teling dalamnya terletak pada ruling yang menempel di tengkorak,
pada paus bergigi telinga dalamnya menempel dengan longgar di tengkorak oleh sendi dan
dilengkapi dengan rongga-rongga khusus berisi udara dan lemak.

Jadi modifikasi morfologi yang rumit di bagian kepala paus bergigi terutama bertujuan
untuk menghasilkan dan menerima frekuensi suara dalam kisaran yang luas, dan sebaliknya
membuat hewan itu mampu berenang tanpa terbentur sesuatu dan mencari organisme makanan
yang potensial. Paus bergigi juga memiliki otak yang relative sangat besar jika dibandingkan
dengan dengan ukuran tubuhnya. Otak ini menduduki urutan kedua setelah manusia dalam
perkembangan bagian serebral. Tampaknya otak yang besar ibi penting untuk mengolah secara
cepat informasi akustik yang diterimanya.

2.8 Reproduksi dan Daur Hidup

Pada ikan ikan epelagik, tidak ada mekanisme khusus yang kana memisahkanya dari
sesama jenisnya yang bentik atau hidup di perairan dangkal. Tetapi ikan-ikan bertulang keras
holonektonik seperti tuna dan marlin memijahkan telur yang terapung dan mengalami
perkembangan di perairan laut terbuka. Beberapa bahkan mempunyai struktur seperti benang
yang berasosiasi dengannya sehingga dapat menempel pada berbagai potongan-potongan
tumbuhan yang terapung. Karena telur yang teapung itu bersifat planktonik, maka banyak sekali
hilang akibat pemangsaan. Akibatnya, ikan-ikan menghasilakn telur dalam jumlah yang sangat
banyak untuk cangkang dan albakora (madidihang) menghasilkan telur sebanyak 2.6 juta butir,
sedangkan marlin bergaris memijah lebih dari 13 juta, dan ikan matahari bahari 300 juta.
Pemijahan ada kalanya terjadi hanya sejenak dan ada kalanya sampai berbulan-bulan.

Pada hiu pelagik, terjadi cara reproduksi yang berbeda. Ikan-ikan ini hanya menghasilkan
beberapa telur atau embrio. Parin (1970) menyatakan bahwa cucut martil (Alopias) menghasilan
dua embrio sedangkan cucut biru (Prionace glauca) lebih dari lima puluh empat. Jelas kalau bibit
ini harus melewati perkembangannya sebagai plankton, kesempatanyya untuk menghindari
pemangsaan sangat kecil. Jadi hiu ini memperbesar kesempatan hidup bagi keturunannya dengan
menahan telur dalam tubuh betina lebih lama sehingga ketika terlahir atau menetas, ukurannya
lebih besar dan lebih tahan terhadap predator yang potensial.

Hanya relative sedikit yang kita ketahui mengenai pertumbuhan ikan pelagic, tetapi dapat
diduga bahwa laju pertumbuhan sangat cepat. Sebagai contog, tuna kelihatannya
beratnyabertambah sekitar 2-6 kg pertahun dan panjangnya 20-40 cm. Bila dihubungkan dengan
peryumbuhan yang cepat ini, hamper semua ikan nektonic kelihatannya berumur pendek; tuna
yang besar hanya hidup selama 5 sampai 10 tahun. Sebaliknya hiu pelagic dapat hidup sampai
20-30 tahun.

Burung-burung laut dan penyu mempunyai cirri-ciri reproduktif seperti familinya yang
ada di darat. Mereka semua menghasilkan telur yang diletakkan di darat. Burung-burung laut
sering juga berkumpul dalam kelompok-kelompok yang besar jika membuat sarang di pulau-
pulau atau celah-celah batu, sehingga tidak dapat dicapai oleh predator darat. Keadaan ini dapat
menjamin anak-anak burung yang lemah (altical) agar tetap hidup sampai besar untuk dapat
terbang. Akan tetapi, keadaan ini juga membuat burung-burung itu mudah diserang oleh manusia
atau pencemaran, sehingga sebagian besar dari populasi spesies yang ada di suatu daerah yang
kecil, dapat punah dengan mudah. Contohnya, sarang-sarang burung albatross Laysan di Pulau
Midway, dimana terdapat instalasi lapangan terbang angkatan laut. Banyak burung albatross
yang mati karena bertabrakan dengan kapal terbang. Hampir semua burung laut mempeunyai
musim tertentu untuk beekembang baik dan dapat bermigrasi sampai beribu-ribu mil jauhnya
dari daerah tempat mencari makan ke daerah untuk berkembang biak.

Semua penyu laut membenamkan telurnya ke dalam pasir pantai di atas tingkat air
pasang tertinggi pada berbagai tempat di daerah tropik. Hanya pada waktu ini saja hewan-hewan
ini biasanya kembali kedarat. Begitu selesai menetas, penyu-penyu muda secara naluri akan
berjalan kea rah laut, dimana perkembangan selanjutnya ini kita tidak mengetahui secara
mendalam. Sepeti pada burung, penyu penyu cenderung bermigrasi ribuan mil jauhnya dan
berkumpul dipantai tertentu untuk bertelur. Penyu betina merangkak ke luar hanya berkumpul
pada pantai tertentu untuk meletakkan telurnya, dank arena baik telur maupun penyu dewasa
merupakan makanan yang enak bagi manusia, penyu-penyu laut itu berkurang secara derastis
dalam jumlah yang banyak pada tahun-tahun terakhir ini di semua daerah di dunia. Beberapa ular
laut bertelur dalam air; sedangkan yang lainnya meletakkan telur di pantai-pantai.

Dalam hal reproduksi, terdapat dua kelompok mamalia bahari: yang melahirkan di darat
dan yang melahirkan di air. Kita banyak mengetahui tentang reproduksi mamalia yang
berkembang baik di darat karena mudah diamati oleh manusia pada waktu itu. Pengetahuan
tentang pola reproduksi mamalia yang berkembang baik di air sangat terbatas pada pengamatan
terhadap hewan yang ditangkap dan dipelihara di akuarium.

Anjing laut, singa laut, dan walrus berkembang biak di darat atau di atas es yang
terapung. Anak-anaknya biasanya tidak dapat berenang dan memerlukan waktu sebelum mereka
mampu menjelajahi perairan. Selama periode di darat, bayi-bayi ini tumbuh dengan cepat dan
memperoleh tenaga serta lapisan pelindung dari lemak dan bulu-bulu halus yang diperlukan
supaya dapat tetap hidup di perairan dingin yang terbuka. Banyaknya singa laut dan anjing laut,
seperti singa laut Steller dan anjing laut gajah yang poligami dan mempunyai wilayah untuk
tempat berkembang biak. Jantan yang paling besar dan paling agresif (harem bull) cenderung
berkumpul bersama dengan sejumlah besar betina dalam haremnya, yang menempati suatu
daerah kecil di pantai di mana mereka berlindung dari jantan bull lainnya.

Jika ada jantan lain yang mencoba untuk mencuri betinanya, merampas harem, atau
menguasai wilayah yang ditempatibull dan haremnya, maka jantan besar (harem master) yang
mendiami dan menguasai tempat tersebut akan memerangi pendatang baru tersebut. Peperangan
ini sangat rebut dan banayak gertakan Peperangan yang serius ini terjadi sampai salah satu jantan
mendapat luka yang seriusatau terbunuh.Pada anjing laut dan singa laut dimana terjadi kebiasaan
menguasai wilayah, biasanya jantan-jantannya lebih besar dari pada betinanya.

Tingkah laku penguasaan wilayah dan keagresifan di daerah pembiakan tidak dilanjutkan
bila telah berada di luar daerahitu. Hal ini menunjukkan bahwa bila makanan dan ruang pelagic
tidak terbatas, ruang pembiakan terbatas karena ruang itu merupakan ruang yang sangat kecil.
Metode pembiakan ini juga dapat berarti bahwa beberapa jantan secara relative merupakan
harem master, dan melakukan pembiakan, sedangkan yang lainnya dilarang. Seperti pada
burung-burung laut, semua pinipeda ini bermigrasi ke tempat yang amat jauh ke daerah
pembiakannya; misalnya anjing laut berbulu pels dari utara (Callorhinus urisinus) merupakan
pelagic di seluruh Lautan Pasifik utara, tetapi banyak yang bermigrasi kembali setiap musim
panas ke dua pulau kecil di Pribilofs di Laut Bering untuk berkembang biak.

Beberbeda dengan pinipeda, setasea melahirkan di dalam air. Paus muda harus dapat
berenang pada saat dilahirkan dan secara naluri tahu cara untuk mengambil udara si permukaan.
Mereka juga berbeda dekat dan bergabung dengan induknya. Sedangkan pada singa laut, singa
laut muda ditinggalkan di daerah pemijahan selama beberapa hari sementara betinanya
mengumpulkan makanan di laut terbuka. Paus juvenile selalu berada dekat induknya,untuk
berlindung dari predator yang potensial.Seperti paus pinipeda,setasea tertentu dapat juga
bermigrasi untuk tujuan pembiakan.sering kali migrasi ini beribu-ribu mil jauhnya dari daerah
makanan diperairan dingin kedaerah-daerah gua diperairan yang lebih hangat. Alasan
perpindahan ke perairan yang hangat untuk melahirkan paus muda ialah bahwa paus muda yang
baru lahir tidak mempunyai lapisan lemak sebagai isolasi seperti pada yang dewasa dan akan
mempunyai ketahanan hidup yang lebih baik di peraaairan hangat sampai suatu ketika telah
mempunyai lapisan isolasi tersebut.
Pinipeda muda dan paus muda tumbuh dengan cepat,bertambah beberapa kilogram setiap
hari.misalnya,paus biru,dapat tumbuh dari 3 ton ketika dilahirkan sampai 23 toon pada saaaat
disapih,7 bulan kemudian.hal yang dapat menybabkan pesatnyapertumbuhan adalah
susupinipeda dan satesea yang kaya akan lemak (10xlebih banyak dari pada lemak sapi) dan
diproduksi dalam jumlah besar.

Anak pinipeda diasuh selama mereka berada ditempat pemijahan.Pada akhir musim, pada
beberapa spesies,mereka biasanya ditinggalkan oleh induknya danharus dapat memelihara diri
sendiri dilaut terbuka.

Setahun sebelum disapih. Pengasuhan berlangsung selama 15 bulan untuk koteklema dan
18 bulan untuk paus pandu.

Karena banyak energi yang harus dikluarkan untuk memproduksi susu oleh mamalia laut
ini, maka untuk melestarikan satu keturunan, biasanya hanya diproduksi satu anak dalam satu
wilayah. Siklusreproduktifnya juga sedemikian rupa hingga setiap tahun hanya diproduksi satu
anak (kebanyakan pada pinipeda) atau pada interval waktu yang lebih panjang (walrus, dan
beberapa paus). Hal ini berarti bahwa cadangan hewan ini dapat dengan mudah berkurang dan
memerlukan waktu yang lama untuk mengumbalikan jumlahnya.

Hampir semua mamalia berumur panjang. Anjing laut abu-abu hidup selama 46 tahun
dan anjing laut 36 tahun, sedangkan paus-paus kecik seperti lumba-lumba berhidung potong
selama 32 tahun dan paus yang besar seperti koteklema dan paus sirip sampai 77 dan 80
tahun.Dihubungkan dengan panjangnya jangka waktu hidup ialah lambatnya dewasa seksual dan
reproduksi. Anjing laut berbulu pels jantan, misalnya belum menjadi barem master sampai 9 atau
10 tahun dan koteklema tidak berkembang baiok sampai berumur 20 tahun.

2.9 Migrasi

Seperti yang telah dituliskan pada bagian sebelumnya, banyak mamalia laut, burung, dan
reptil melakukan migrasi yanh jauh untuk berkembang baik. Migrasi untuk keperluan
perkembangbiakan ini meripakan cirri-ciri umum dari vertebrata laut yang bernafas di udara.

Ikan-ikan nektonik juga melakukan migrasi horizontal yang luas yang jaraknya sama
dengan yang dilakukan oleh hewan bernafas di udara itu. Migrasi ini sangat penting, tetapi baru
sedikit yang berhasil dianalisis. Ikan-ikan holonektonik yang bermigrasi mencakup berbagai
jenis tuna dan sauri.

Salem, yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyebar di laut terbuka, bermigrasi
kembali ke aliran air tawar di mana mereka memijah dan bereproduksi. Dalam hal ini, mereka
sama dengan vertebrata laut yang bernafas di udara. Salem mempunyaikemampuan untuk
kembalimemijah di sungai yang sama di mana mereka ditetaskan.Hal ini membutuhkan
kemampuan melacak yang menjadi bagian dari ikan. Dari penelitian yang dilakukan baru-baru
ini, kelihatannya kunci kemampuan melacak ini terletak pada daya penciuman ikan; jadi ikan-
ikan ini mengikuti berbagai bau-bauan dalam air untuk mencari aliran rumah mereka.
Mekanismenya adalah bahwa ketika salem muda bermigrasi turun dari sungai untuk memasuki
laut,mereka mengingat bau-bauan berbagai aliran yang dilaluinya. Urutan ingatan inilah yang
menyebabkan mereka dapat menemukan kembali aliran yang sama

Migrasi lain yang juga menarik adalah yang dilakukan penyu hijau. Seperti pada salem,
hewan-hewan ini bermigrasi dari tempat mencari makan yang jauh untuk berkumpul di satu atau
beberapa pantai dan bertelur disitu. Bagaimana mereka menemukan pantai ini? Jika pantai itu
berada di sepanjang pesisir benua, hal itu tidak sulit untuk dimengerti. Caranya, yaitu seekor
penyu dengan mudah dapat menyusuri garis pantai sampai di pantai yang mempunyai bau yang
tepat. Akan tetapi, banyak penyu disepanjang pesisir Atlantik Amerika Selatan secara berkala
bersarang di pulau kecil yaitu Pulau Ascension, kira-kira 1400 mil dari pertengahan laut
Atlantik. Bagaimana mereka dapat menemukan satu s0asaran yang kecil itu? Karena penyu itu
harus berenang sedemikian jauhnya untuk menemukan satu titik di pulau tersebut yang tidak
terlihat dan tidak mempunyai tanda atau petunjuk didalam laut, maka dugaan yang paling
mendekati adalah bahwa mereka berenang seperti yang dilakukan oleh manusia, yaitu dengan
menggunakan informasi dari benda-benda angkasa! Jika hal ini benar, sampai sekarang kita
belum mengetahui bagaimana caranya. Salah satu cara yang mungkin digunakan ialah
menggunakan ketinggian matahari untuk menentukan letak garis lintangnya. Pulau ascension
terletak di sebelah timur pada bagian yang menonjol di Brasil. Karena itu, penyu dapat bergerak
di sepanjang pesisir sampai di ujung tonjolan itu, lalu bergerak tepat ke timur,menentukan
penyimpangannya dengan menggunakan ketinggian matahari di siang hari. Keadaan ini
membawa mereka ke wilayah pulau, yang terlihat di cakrawala atu dapt dikenali dengan
merasakan beberapa rasa bahan kimia di dalam air.

Migrasi yang luas dan kompleks lainnya adalah yang dilakukan oleh tuna dan
familinya.Tuna merupakan ikan tropic utama yang melakukan migrasi luas melintasi laut di
daerah tropic dan juga bergerak ke perairan yang beriklim sedang selama musim panas. Tuna
yang diberi tanda di Florida sudah melintasi laut Atlantik di Teluk Biscay, dan tuna Pasifik yang
diberi tanda di sekitar California tertangkap di perairan Jepang. Belum begitu jelas mengapa
ikan-ikan ini harus melakukan perjalanan yang sangat jauh, tetapi mungkin beberapa migrasi
dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber makanan yang lebih lengkap lagi dan mengurangi
kemungkinan kerusakan atau kehabisan makanan di setiap daerah. Beberapa migrasi dilakukan
ikan pereenang cepat ini untuk mengambil keuntungan dari daerah yang kaya akan makanan di
daerah beriklim sedang. Satu dari beberapa faktor penting yang menyebabkan migrasi ini adalah
suhu perairan. Sebagai ikantropik yang utama, tuna msuk keperairan yang beriklim sedang ketika
suhu air naik menjadi 20 0C. Di sekitar California, air dingin yang berangkat ke atas kaya akan
organisme makanan, tatapi biasanya tuna memasuki perairan ini pada musim panas ketika suhu
permukaan mencapai 20-21 0C. Jika sepanjang tahun dingin dan suhu di permukaan tidak naik
sampai titik tadi, tuna tidak akan datang ke situ. Akan tetapi, tuna Atlantik sirip biru decara
teratur pergi ke sekiar Newfoundland pada musim panas dengan suhu 200 C, jadi tidak semua
tuna terbatas pada perairan hangat. Tuna selalu kembali ke perairan tropic untuk memijah dan
untuk menghabiskan awal hidupnya.

2.10 Adaptasi Khusus pada Burung dan Mamlia Bahari

Mamalia bahari yang berdarah panas dan burung membutuhkan beberapa adaptasi khusus
agar dapat bertahan di perairan bahari. Adaptasi khusus ini terutama berhubungan dengan
pengaturan suhu, penyelaman, dan pengaturan osmotic.

Air mempunyai daya hantar panas yang yang lebih tinggi dari pada udara, berarti bahwa
air lebih cepat menyerap panas dari tubuh yang hangat. Percobaan yang dilakukan pada
manusia, seperti pada perenang, mereka menjadi kedinginan setelah berada tidak begitu lama
dalam air walaupun bersuhu 800F; di udara pada suhu yang sama, mereka merasa biasa. Karena
itu mamalia laut, yang menyesuaikan tingkat suhu tubuh dengan air sekitarnya, harus
mempunyai adaptasi untuk melindungi panas tubuh agar tidak turun.

Satu hal yang dapat memperlambat laju kehilangan panas tubuh adalah dengan
mempunyai tubuh yang besar Seperti yang dapat dilihat pada plankton, perbandingan antara luas
permukaan dengan volume tubuh lebih rendah untuk tubuh yang besar dari pada yang kecil.
Semakin besar tubuh, semakin kecil pula luas permukaan yang berhubungan dengan lingkungan
dimana panas dapat hilang. Semua mamalia bahari nektonic mempunyai ukuran tubuh yang
besar, dan dapat dikatakan tidak ada mamalia bahari yang kecilyang dapat mati kedinginan.
Memang terdapat burung-burung laut kecil (petrel,auket), tetapi hewan-hewan ini tidak pernah
berada sepenuhnya di air. Hanya satu bagian dari tubuhnya yang berhubungan dengan air setiap
saat (kecuali selama menyelam).

Adaptasi kedua untuk melindungi atau mengurangi kehilangan panas adalah lapisan tebal
sebagai isolasi berupa gajih atau lemak yang berada tepat dibawah kulit. Lapisan ini paling tebal
terdapat pada paus, dapat mencapai 2 kaki tebalnya. Pada pingipeda seperti warus dan anjing
laut gajah, lemak yang merupakan lapisan kulit ini dapat mencapai 33% dari berat tubuh.
Lapisan lemak merupakan konduktor panas yang lemah dan melindungi hewan dari kehilangan
panas dalam tubuh. Semakin tebal lapisan lemak, semakin kecil panas yang hilang. Mamalia
bahari yang hidup di perairan kutub mempunyai lapisan yang tebal dari pada spesies yang hidup
di daerah beriklim sedang dan tropis.

Adaptasi yang berakhir adalah system sirkulasi. Bagian tubuh mamalia bahari yang
mempunyai luas permukaan yang bersentuhan dengan air terbesar dan juga kurang akan lapisan
lipida pelindung, adalah siripdan flipper . adaptasi apa yang dapat melindunginya dari kehilangan
panas pasif ekstremitas ini? Pada setasea, jawabannya adalah bahwa arteri yang membawa darah
panas kedaerah ekstremitas ini dikelilingi oleh sejumlah fena kecil yang membawa darah
kembali ke jantung mamalia. Dengan susunan ini, panas darah di arteri dapat diserap oleh darah
yang lebih dingin yang kembali melalui fena sebelum hilang ke air eksternal melalui jarinagn
tipis di bagian luar ekstrenitas ini. Ini merupakan system sirkulasi arus balik yang dibuat untuk
menyelamatkan panas.
Karena hampir semua adaptasi dibuat untuk mempertahankan panas tubuh, mamalia
bahari (khususnya pinipeda), dalam keadaan tertentu dapat menjadi terlalu panas. Panas, dalam
beberapa hari akan menyebabkan stress. Untuk mengurangi panas diatasi dengan menggerakkan
flipper-nya di udara sehingga meningkatkan aliran darah keluar ekstremitas dan menahan aliran
balik menuju ke jantung ysng melalui vena. Hasilnya adalah hilangnya sejumlah besar panas dan
menyusul terjadi pendinginan. Anjing laut dan singa laut juga membuka mulutnya dan terengah-
engah seperti anjing.

Hamper semua mamalia nektonik lautan, khususnya pinipeda dan paus, secara teratur
menyelam, sampai kedalaman yang lebih besar daripada yang bisa dilakukan manusia. Pada
mamalia bahari tidak perlu menghirup gas bertekanan seperti pada tangki scuba tetapi cukup
bergantung kepada yang diisap dipermukaan pada tekanan atmosfer biasa, sehingga dapat
terhindar dari bends.

Adaptasi tambahan ialah melambatnya detak jantung selama menyelam (bradikardia).


Penurunan detak jantung sungguh dramatis. Misalnya, di pasifik pada lumba-lumba berhidung
botol, Tursiops truncates, detak jantungnya menurun dari 90 setak/menit di permukaan menjadi
20 detak/menit selama menyelam lima menit.

Adaptasi lain yang lebih penting yaitu pertama, selama penyelaman system sirkulasi
menghentikan suplai darah ke bagian organ dan system organ, termasuk otot, system pencernaan
dan ginjal. Penghentian ini mempunyai efek penghematan suplai oksigen yang terbatas di dalam
darah untuk digunakan oleh jaringan yang lebih sensitive dan vital seperti otak dan system saraf
pusat. Adaptasi kedua berhubungan dengan yang pertama, yaitu bahwa sisttem otot dan organ
lainnya sangat tolean pada kondisi anaerobic dan tetap berfungsi saat aliran darah dihentikan.
Hasilnya ialah terbentuknya sejumlah besar asam laktat di dalam otot selama menyelam.

Mamalia dan burung-burung lautan umumnya mempunyai konsentrasi garam internal


dalam darah dan cairan tubuh yang lebih rendah daripada konsentrasi air laut yang
mengelilinginya. Hal ini berarti bahwa mereka menghadapi masalah potensial osmoregulasi di
mana air cenderung keluar dari tubung untuk menyamakan konsentrasi garam di dalam dan di
luar tubuh hewan. Mamalia dan burung lautan harus mengatasi kehilangan air ini baik dengan
meminum air lau atau mendapatkan dari makananya. Jika mereka meminum air laut maka akan
mendapat garam yang tidak diinginkan dan harus dihindari dengan beberapa cara. Organ satu-
satunya untuk menghilangkan garam adalah ginjal.

Kemampuan khusus mamalia laut

Tubuh besar – mengurangi panas tubuh


lapisan tebal sebagai isolasi berupa gajih atau lemak yang berada
Suhu tepat dibawah kulit
siripd an flipper adaptasi apa yang dapat melindunginya dari
kehilangan panas pasif ekstremitas
Memiliki kemampuan untuk menahan nafas untuk perpanjangan masa
waktu melakukan penyelaman hingga sedalam mungkin.
Mereka bisa menyelam dengan paru-paru kosong menghindari
masalah daya apung dan bends (gelembung nitrogen di dalam darah)
Darah mereka adalah darah yang kaya hemoglobin dan Pigmen
pernafasan lainnya, dan otot yang kaya dengan myoglobin (pigmen
pernafasan lain pada otot).
Modifikasi pernafasan Selama penyelaman yang dalam, sphincters di arteries menutup
untuk penyelaman beberapa bagian tubuh sehingga darah hanya berjalan di tempat yang
diperlukan.
Memperlambat jantung, dan otot dapat mentolerir sedikitnya oksigen
yang lebih besar daripada hewan disekelilingnya.
Ketika hewan berada dipermukaan dan bernafas, terjadi pertukaran
CO2 dan O2 yang sangat cepat.
Ginjal menyerap air dan kemudiam memproduksi urin yang sangat
terkonsentrasi.

Lapisan Fatty insulating dapat berperan dalam penyimpanan air.


Adaptasi osmotik
Banyaknya air yang diambil dari ikan yang mereka makan

BAB III
PENUTUP

Nekton terdiri dari organisme yang mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga
mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin.
Mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya sendiri. Kebanyakan merupakan
hewan-hewan invertebrata, nekton terutama merupakan hewan vertebrata. Di antaranya, ikan
merupakan jumlah terbanyak, baik dalam spesies maupun individu. Tetapi wakil dari tiap kelas
vertebrata, kecuali amfibi.

Adaptasi nekton meliputi daya apung, daya penggerak, hambatan permukaan dan bentuk
tubuh, serta pertahanan diri dan penyamaran. Kebanyakan informasi yang berhubungan
dengan indria diterima oleh nekton melalui penglihatan atau pendengaran. Peranan suara penting
bagi mamalia nekton karena suara merambat dalam air lima kali lebih cepat daripada di udara
dan mempunyai kisaran komunikasi yang lebih luas dari pada penglihatan. Akibatnya, banyak
hewan nektonik yang mempunyai struktur penerima suara yang berkembang baik.

Banyak sekali yang dapat dipelajari dari sebuah kumpulan organisme seperti nekton ini.
Pengkajian mengenai organisme ini dangat perlu baki kelangsungan kehidupan perairan. Masih
banyak hal-hal yang dapat dikaji dari organisme ini

DAFTAR PUSTAKA
http://3gplus.wordpress.com pada tanggal 22 Februari 2009

http://irshadi-bagas-4all.blogspot.com pada tanggal 22 Februari 2009

http://tarleton.edu pada tanggal 24 Februari 2009

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut. Diterjemahkan oleh : Eiman, M, Koesoebiono, D. G.


Bengen, M. Hutomo, S. Dukarjo, dari Marine Biology. PT Gramedia. Jakarta.

Romimohtarto,Kasijan dan Sri Juwana. 2007. Biologi Laut. Jakarta : Djambatan

You might also like