You are on page 1of 22

PONDASI

A. Teknik Pondasi
Adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan dimensi pondasi
bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan
baik. Merupakan bagian dari ilmu Geoteknik.

B. Pengertian Pondasi
Pondasi merupakan bagian bangunan yang berada di bawah permukaan
tanah, disebut juga sebagai Struktur Bawah atau Sub Struktur dari suatu
bangunan.
Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem struktur yang berfungsi untuk
meneruskan beban dari struktur bagian atas ke lapisan tanah bagian bawah, tanpa
mengakibatkan keruntuhan geser tanah dan penurunan tanah (settlement) yang
berlebihan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa gedung akan mengalami penurunan
sedikit karena barat sendiri maupun karena beban yang ada padanya, hanya
pondasi yang baik yang mampu mengakibatkan penurunan yang merata pada
setiap bagian bangunan. Penurunan yang tidak merata akan mengakibatkan
kerusakan pada struktur atas.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pondasi
antara lain:
1. Jenis Struktur di Atasnya (Beban-Beban yang Bekerja)
Jika jenis struktur ringan dan lapisan permukaan tanah baik, pemilihan
jenis pondasi dangkal telah cukup memadai. Namun, jika jenis strukturnya
berat (high rise building), maka lebih baik digunakan jenis pondasi dalam.
Permasalahan jenis pondasi dalam jauh lebih kompleks di-bandingkan dengan
pondasi dangkal.

1
2. Jenis Tanah (Daya Dukung Tanahnya)
Daya dukung tanah merupakan salah satu faktor penting dalam
perencanaan pondasi beserta struktur di atasnya. Daya dukung tanah yang
diharapkan untuk mendukung pondasi adalah daya dukung yang mampu
memikul beban struktur sehingga pondasi mengalami penurunan yang masih
berada dalam batas toleransi.
Berikut ini adalah beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus
diperhatikan:
1. dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus diletakkan pada
lapisan tanah asli yang keras;
2. harus dihindarkan memasang pondasi pada tanah keras dan sebagian lagi pada
tanah lemek;
3. pondasi harus dipasang menerus di bawah seluruh dinding angunan dan di
bawah kolom-kolom pendukung yang berdiri bebas;
4. apabila digunakan pondasi setempat, pondasi tersebut harus dirangkaikan satu
dan lainnya dengan balok pengikat (sloof);
5. pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada di dalam tanah dan kuat
menahan gaya-gaya yang berkerja padaya, terutama gaya desak dan gaya
tekan;
6. apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk seluruh panjang
pondasi dasarnya harus tetap diletakkan pada kedalaman yang sama.
Gambar:

2
C. Macam-Macam Kemungkinan Pondasi
1. Keadaan Tanah yang Kering
Keadaan tanah kering berarti tanah yang tidak dapat diperngaruhi air
hujan dan sebagainya dengan air di dalam tanah sedikit atau dalam sekali. Hal
ini bisa terjadi di gunung dan tanah tidak liat seperti pasir, kerikil dan
sebagainya. Jika kekokohan tanah bagus maka dapat digunakan pondasi jalur
atau umpak. Apabila kekokohan tanah tidak memungkinkan akan dapat
digunakan pondasi pelat beton.
2. Keadaan Tanah yang Basah
Tanah basah berarti tanah yang mungkin terjadi longsor akibat terkena
air hujan atau air di bawah permukaan tanah. Pada tanah yang basah biasanya
digunakan dinding bendungan. Sesuai dengan kekokohan landasan dapat
digunakan pondasi pelat beton bertulang, salain paku bumi dari kayu atau
paku bumi dari beton bertulang.
Paku bumi dari kayu hanya boleh digunakan di bawah permukaan air
tanah permukaan terendah karena bahaya pembusukan.
3. Pondasi di Dalam Air
Pada prinsipnya dapat digunakan cara seperti pada pondasi pada tanah
basah yaitu menggunakan dinding bendungan dan pondasi paku bumi kayu
atau beton bertulang. Kemudian juga dengan menimbun batu kali selebar
mungkin dengan ketinggian di atas permukaan air.

D. Kekokohan Landasan
Dalam pembangunan pondasi dikenal tiga golongan kekokohan landasan:
1. Kekokohan Landasan Baik
Maksudnya adalah tanah tidak dapat atau hampir tidak dapat dipres.
Tebal lapisan tanah ini harusnya 2 -3 meter, misalnya: batu gunung, pasir
yang sudah dipres dan kering dan lain sebagainya.

3
2. Kekokohan Landasan Sedang
Maksudnya adalah tanah yang dapat dipres misalnya kerikil dengan
pasir yang masih basah, tanah liat, lempung, dan lain sebagainya. Ketebalan
lapisan ini seharusnya paling sedikit 3-4 meter.
3. Kekokohan Landasan Jelek
Maksudnya adalah tanah yang menyingkir kalau dipres, misalnya
pasir atau tanah liat yang masih basah, humus, rawa-rawa, atau timbunan
tanah yang masih baru.

E. Jenis-Jenis Pondasi
Pondasi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation/Flach- und Flächengründungen)
Merupakan pondasi yang kedalamannya masih dekat dengan
permukaan tanah. Pondasi jenis ini terdiri dari beberapa macam, antara lain:
a. Pondasi menerus (Continuous footing/Streifenfundament)
Disebut juga dengan Pondasi Langsung. Pondasi menerus dapat
digunakan pada keadaan tanah bangunan yang seragam. Ciri-ciri dari
pondasi menerus ini adalah:
1). ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama;
2). dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom;
3). biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat;
4). untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang yang bagian
bawahnya diperlebar menjadi pelat.
Gambar:

4
b. Pondasi setempat (Single footing/Einzelfundament)
Pondasi ini umumnya dibuat pada bagian yang terpisah seperti misalnya
di bawah kolom-kolom pendukung (kolom struktur), tiang, dan
sebagainya. Kemudian juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan
kayu di daerah rawa-rawa.
Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu alam
massif yang bertarah atau balok beton bertulang yang pre-fabrikasi dan
diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan saja.
Ciri-ciri dari pondasi setempat ini adalah:
1). jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter ;
2). pondasi dibuat hanya di bawah kolom;
3). masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof,
tidak digunakan untuk mendukung beban.
Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:
1). pondasi pilar, dibuat dari pasangan batu kali berbentuk kerucut
terpancung.
2). pondasi sumuran, dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk ulat
sampai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa
tulangan dan batu-batu besar.
3). pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana yang umumnya
dibuat dari rangka kayu dengan dinding dari papan atau anyaman
bamboo. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang penyangga.
Tiang ini satu sama lain dihubungkan dengan balok kayu yang
dipasang di bagian bawah tiang yang juga untuk menumpu papan-
papan lainnya, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya. Untuk
memelihara pondasi, kayu dibuat keluar permukaan tanah sampai
ketinggian ± 1 meter.
Pondasi umpak dapat dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut:
a) pasangan bata yang disusun bertangga;
b) pasangan batu kali

5
c) cor beton tidak bertulang;
d) batu alam yang dibentuk menjadi lunak.
4). pondasi telapak, dibuat dari konstruksi beton bertulang berbentuk plat
persegi, disebut juga “voetplat”.
Gambar:

c. Pondasi pelat (Plate foundation/Plattenfundament)


Pondasi pelat beton bertulang biasanya seluas ukuran gedung yang
direncanakan. Pondasi ini membagi beban secara merata ke tanah
bangunan. Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:
1). daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi;
2). raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter;
3). beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh konstruksi atas;
4). pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah meresapnya air
dari bawah (tanah).
Gambar:

6
2. Pondasi Dalam (Deep Foundation/Tiefgründungen)
Merupakan pondasi yang kedalamannya jauh dari permukaan tanah.
Adapun perbedaan antara pondasi dalam dan pondasi dangkal adalah pada
tingkat kedalaman pondasi tersebut di dalam tanah. Biasanya, pondasi ini
digunakan untuk daerah yang mempunyai struktur tanah yang jelek, untuk
bangunan yang membawa beban berat (high rise building), lepas pantai, dll..
Pondasi dalam terdiri dari beberapa macam, antara lain:
a. Pondasi tiang pancang (Pile/ Pfahlgründungen)
Pondasi paku bumi diterapkan pada bangunan/gedung yang harus
didirikan pada suatu tanah yang tidak mempunyai landasan yang sangat
kokoh. Gaya-gaya yang diperkenankan pada paku bumi dapat diterima
dengan dua cara, yaitu: paku bumi beralih yaitu mengalihkan beban
bangunan ke suatu lapisan tanah dengan kekokohan landasan yang cukup
tinggi terletak jauh di bawah lapisan permukaan tanah. Secara konstruktif
paku bumi beralih dapat diperlakukan sebagi paku bumi pelantak atau
juga paku bumi pemboran.
Jika lapisan tanah yang mempunyai kekokohan landasan cukup tinggi
berada jauh di bawah permukaan tanah atau sama sekali tidak ada maka
digunakan paku bumi pergesekan. Secara konstruktif paku bumi
pergesekan dibuat sebagai paku bumi pemboran.
1). paku bumi pelantak
Paku bumi pelantak dapat dibagi atas paku bumi pelantak siap jadi
atau paku bumi pelantak dibuat dari beton berisi. Paku bumi pelantak
siap-jadi terdiri dari kayu, baja atau beon bertulang dan akan
dilantakkan ke dalam tanah. Sebelum menggunakan paku bumi maka
perlu dilakukan penyelidikan kedalaman tanah yang mempunyai
kekokohan landasan pada seluruh luas luas tanah banguna. Jika tidak,
maka gedung yang didirikan bisa saja mengalami penurunan pondasi
yang tidak seragam. Sistem paku bumi palantak tidak dapat digunakan

7
pada tanah berisi batu-batuan yang esar dan sebagainya.
Pemasangan/pelantakan dilakukan dengan alat pengentak:
a) pengentak tangan
Pengentak ini mempunyai bobot kepala abi yang besar dengan
jumlah pukulan per menit kecil (sedikit). Seperti tesirat dari
namanya, pengentak ini dikerjakan manual dengan tangan.
b) pengentak diesel
Beda dari pengentak tangan, pengentak diesel mempunyai berat
kepala babi lebih kecil namun jumlah pukulannya lebih banya per
menitnya. Pengentak ini nekerja dengan injeksi solar yang
terbakar oleh pukulan kepala bai. Kemudian eksplosi kepala babi
terangkat dan seterusnya.
c) paku bumi pelantak kayu
Paku bumi pelantak kayu hanya dapat digunakan jika selalu
berada dalam air sehingga kayu tidak busuk karena tidak ada
oksigen.
d) paku bumi pelantak profil baja
Paku bumi profil baja agak jarang digunakan karena mahal.
Apabila digunakan maka harus disiapkan perlindungan anti karat.
e) paku bumi palantak beton bertulang
Paku bumi ini cukup sering digunakan karena tidak perlu
memperhatikan keadaan air aeperti pada paku bumi pelantak kayu
maupun masalah karat pada paku bumi pelantak profil baja.
Panjangnya dapat dibuat sesuai kebutuhan. Paku bumi pelantak
beton bertulang yang dicor dahulu harus cukup kuat untuk
diangkut dalam perjalanan dan untuk dikerjakan. Panjangnya tidak
boleh melebihi 45 kali garid tengahnya.
2). paku bumi pemboran
Paku bumi pemboran lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan
paku bumi pelantak. Paku bumi pemboran tidak memerlukan

8
pengentak tapi hanya steling kaki tiga yang sederhana. Terlebih
apabila digunakan di dekat bangunan lama, karena tidak menggunakan
pelantak maka tidak menimbulkan getaran. Karena pemasangan
pondasi ini dilakukan dengan cara pemboran maka dapat diambil
contoh tanah lapisan masing-masing sehingga diketahui kedalaman
tanah keras pada semua luas bangunan.
Gambar:

b. Salaian paku bumi


Apapun jenis paku bumi yang digunakan, harus diadakan salaian paku
bumi. Salaian paku bumi dapat dibentuk sebagai pondasi tulang, pondasi
jalur atau pondasi pelat, akan tetapi slalu menggunakan beton bertulang.
Tulagan besi dari paku bumi dihubungkan dengan besi tulangan pondasi.
Pada pondasi lajur, paku bumi dilatak dalam satu atau dua barisan dan
pada pondasi pelat beton di bawah dinding bangunan.
c. Drilled shaft
Biasa digunakan untuk gedung bertingkat tinggi, jembatan, maupun off-
shore construction.
Gambar:

9
d. Diaphragm wall
Pondasi tipe ini digunakan bila:
1). saturasi cukup tinggi;
2). kondisi tanah tidak stabil;
3). untuk meminimalkan pergerakan tanah karena getaran pada saat
pengeboran.
Gambar:

F. Bahan-Bahan Pondasi
Di bawah ini yang termasuk bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan pondasi yang sering digunakan pada pekerjaan pondasi, antara lain:
1. Pondasi Batu Kali
Pondasi batu kali dapat dibuat dari pecahan yang cukup besar celah-
celah antara batu kali diisi dengan adukan kapur (1 bagian), semen merah (1
bagian), pasir (3 bagian) bias juga menggunakan komposisi yang lainnya.
Semua batu kali harus dipasang rata dan tepat pada pempatnya. Lebar pondasi
sekurang-kurangnya 5 cm lebih tebal dari dinding pada sisi masing-masing.
2. Pondasi Batu Buatan
Pondasi juga bisa dibuat dari batu buatan, yaitu batu semen, batu
merah berkualitas tinggi sehingga tahan air atau batu batako yang
mengandung semen Portland cukup tinggi. Tingginya pondasi itu paling
sedikit lima lapisan batu dengan pengaturan batu yang betul dan adukan
se[erti yang ditunjukkan pada pondasi batu kali.

10
3. Pondasi Beton
Pondasi beton tanpa tulangan biasanya digunakan pada rumah tinggal
satu atau dua tingkat dan pada bangunan-bangunan lain yang sederhana.
Karena beton ini tidak bertulang, maka pondasi ini hanya dapat menerima
gaya tekan. Beton yang biada digunakan adalah beton K 150 sampai dengan K
175. Bisa juga digunaka beton dengan komposisi campuran 1 (bagian) semen
portlad : 5 (bagian) semen merah : 8 (bagian) kerikil/pasir halus.
4. Pondasi Beton Bertulang
Pondasi ini biasa digunakan pada tanah dengan daya dukung yang
jelek. Yang perlu diperhatikan dalam teknis pemasangan pondasi beton
bertulang ini adalah setelah taah digali untuk pondasi, diletakkan 5 cm beton
K 100 sampai dengan K 150 sebagai dasar agar besi tidak kotor oleh tanah.
Kemudaian setelah besi beton dipasangkan, parit untuk pondasi diisi dengan
beton minimal K 250 atau lebih baik menggunakan K275 – K 300.
5. Bebatuan (Batu Kali, Batu Belah, Batu Gunung)
Batu adalah sejenis bahan yang terdiri dari mineral dan
dikelompokkan menurut komposisi mineral yang dikandungnya.
Pengelompokan ini dibuat berdasarkan :
a. kandungan mineral;
b. tekstur batuan;
c. struktur batuan.
6. Batu Gamping
Batu gamping ini berwarna putih sampai putih abu-abu, bagian luar
biasanya berwarna coklat kemerahan sampai hitam karena mengalami
pelapukan. Banyak mengandung fosil foraminifera dan di beberapa tempat
mengandung kalsit. Berstruktur massif, kompak ( solid ) dan sering kali
terdapat rongga-rongga karena prosses pelarutan. Proses pelarutan yang
intensif akan menghasilkan sungai bawah tanah dan gua kapur. Kandungan
kimia yang terkandung di dalamnya, antara lain :
CaO : 61%- 64%

11
MgO : 0.20%
Fe2O3 : 0,2%-0,6%
P2O5 : 0,02%-0,03%
Batu gamping saat ini sudah dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
kapur tohor dan digunakan sebagai batu pecah untuk pondasi bangunan atau
jalan.
7. Beton
Dalam suatu konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan
komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Bentuk
paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari
agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan
peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena karena air menguap,
tapi karena semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan
akhirnya membentuk material seperti batu. Beton digunakan untuk membuat
perkerasan jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk
pagar/gerbang, dan semen dalam batu bata atau tembok blok. Nama lama
untuk beton adalah batu cair.
Dalam perkembangannya, banyak ditemukan beton baru hasil
modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot, beton fiber, beton
berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, dan beton mampat
sendiri.
8. Semen
Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk / bulk,
tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
pencampuran dengan air. Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang

12
kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips / gypsum dalam jumlah
yang sesuai.
Jenis semen menurut BPS antara lain:
a. semen Portland
Bubuk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur
atau gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang
bersuhu tinggi sekaligus bertekanan tinggi.semen ini biasa digunakan
sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase
kandungan penyusunannya terdiri dari 5 tipe, yaitu tipe I s/d tipe V.
b. semen putih
Semen yang lebih murni daripada semen abu dan digunakan untuk
pekerjaan penyelesaian, seperti sebagai filter atau pengisi. Semen jenis ini
dibuat dari bahan utama kalsit murni.
c. oil well cement
Semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyakk nbumi
atau gas alam baik didarat ataupun lepas pantai.
d. mixed and fly ash
Campuran semen abu dengan pozolan buatan ( fly ash ). Pozolan buatan
merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung
amorphous silica, aluminium oksida, besi oksida, dan oksida lainnya
dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran
untuk membuat beton, sehinnga menjadi lebih keras. Semakin baik mutu
semen, maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur
dengan air.
9. Tanah Liat
Tanah liat terdiri dari partikel-partikel hidro silikat dan aluminia
yang halus. Kedua partikel tersebut yang bercampur dengan oksigen adalah
yang paling banyak terdapat di kerak bumi. Tanah liat terbentuk dari proses
peleburan batuan silica oleh asam karbonat, dan sebagian lagi terjadi karena
proses hydrothermal.

13
G. Permasalahan pada Pondasi dan Solusinya
1. Pergerakan Akibat Pembebanan
Beban bangunan dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada
bagian pondasi, baik berupa pergerakan horizontal maupun vertikal
(penurunan).
2. Pergerakan Akibat Penyebab Lainnya
Pergerakan pondasi dapat juga disebabkan karena perubahan cuaca,
pertumbuhan pohon di sekitar bangunan, dan penyebab eksternal lainnya.
Permasalahan ini berkaitan dengan komposisi partikel tanah di bawah
bangunan, dan setiap kondisi tanah tertentu memiliki pengaruh yang berbeda.
a. Tanah liat
Tanah liat dapat menyusut pada kondisi kering dan mengembang pada
saat basah. Kondisi ini berpengaruh pada pergerakan pondasi yang
dangkal. Tanah liat yang kering pada permukaannya akan banyak terjadi
retakan. Melalui retakan ini air bisa masuk ke bagian bawah pondasi dan
melemahkan tanah di bawah pondasi tersebut sehingga pondasi
mengalami penurunan.
Cara mengatasi: menggunakan pondasi yang dalam atau melakukan
underpinning.
b. Tanah berpasir
Apabila air bawah tanah menyapu partikel pasir tanah, maka akan
menyebabkan tanah menjadi tidak stabil.
c. Tanah organik dan tanah urugan
Jenis tanah ini biasanya sangat lembut sehingga bila dibangun pondasi
bisa menjadi tidak stabil. Demikian halnya dengan tanah urugan, bila
tidak ditempatkan dan dipadatkan secara benar, kondisinya juga tidak
stabil. Perlu penyesuaian-penyesuaian tertentu sebelum dibangun pondasi.
3. Pergerakan Dalam Skala Besar
Beberapa pergerakan pondasi terjadi karena fenomena alam,
geological atau kombinasinya. Misal, pada kemiringan tertentu tanah liat

14
dapat mengalami longsor secara perlahan, tanah berkapur pada lapisan
dasarnya dapat berlubang-lubang akibat aliran air bawah tanah.
4. Desain Pondasi
Kedalaman suatu pondasi harus digali, tergantung beberapa faktor,
antara lain:
a. kapasitas yang cukup aman untuk mendukung beban bangunan;
b. untuk daerah yang jenis tanahnya tanah liat, kedalaman pondasi harus di
bawah zone dimana penyusutan dan pengembangan akibat keadaan cuaca
dapat menyebabkan pergerakan pondasi yang cukup besar.
5. Beton Pondasi
Kekuatan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. proporsi dan tipe semen;
b. tipe proporsi dan kualitas campuran;
6. Modifikasi Terhadap Pondasi yang Sudah Ada
Bangunan yang sudah ada terkadang dilakukan renovasi yang
kemungkinan daapt menimbulkan penambahan beban pada bangunan tersebut
sehingga perlu dilakukan pengecekan pada pondasinya apakah masih cukup
mampu untuk menanggung penambahan beban. Misal, perluasan bangunan
terkadang melebihi batas pondasi yang sudah ada. Oleh karena itu, solusi
untuk mengatasinya adalah dengan membuat pondasi tambahan untuk
mendukung dinding perluasan bangunan tersebut.
7. Pondasi Batu Kali Turun
Penyebabnya antara lain:
a. Lapisan tanah di bawah pondasi kurang padat/kurang keras sehingga tidak
mampu menopang beban di atasnya.
b. Ukuran pondasi kurang besar, tidak sesuai dengan beban bangunan di
atasnya.
c. Posisi/letak pondasi berada dalam sudut longsor tanah.
d. Tanah mengalami perubahan karakteristik akibat kejadian alam seperti
banjir, gempa bumi.

15
Adapun cara mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada pondasi
batu kali ini antara lain:
a. Membuat pondasi baru yang berada dekat dengan pondasi yang turun.
Tujuannya untuk membagi beban yang berlebih.
b. Memadatkan permukaan tanah di bawah pondasi yang baru dengan cara
manual atau dengan bantuan mesin stamper sehingga daya dukung tanah
meningkat.
c. Memperbaiki ketinggian balok dan dinding yang rusak akibat penurunan
pondasi.
d. Membuat tiang di atas pondasi baru untuk menghentikan penurunan.
8. Pondasi Tiang pada Tanah Lempung/Tanah Lunak
Permasalahan yang sering dihadapi pada konstruksi yang didirikan
pada tanah lunak adalah rendahnya daya dukung tanah pada saat pembebanan
pada konstruksi tersebut. Kandungan air yang tinggi pada tanah lempung
dapat merenggangkan ikatan antar butir tanah sehingga daya dukung terhadap
konstruksi yang didirikan di atasnya menjadi rendah. Selain itu, penurunan
yang berlebihan dapat terjadi pada saat struktur yang dibebani.
Alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dengan
memperbesar ukuran pondasi atau memperbaiki kondisi tanah lunak tersebut,
yaitu dengan menggunakan proses elektrokinetik yang berfungsi untuk
menurunkan kadar air tanah sehingga meningkatkan daya dukung tanahnya.
Oleh karena itu, daya dukung pondasi tiang juga menjadi meningkat.
9. Bangunan yang Terletak di Tepian Sungai
Kondisi bangunan yang didirikan di tepian sungai, biasanya sebagian
tiang pondasinya sudah tidak tegak posisinya sehingga posisi bangunan agak
miring.
Maka, solusi untuk mengatasinya adalah dengan menambah tiang
pendukung pondasi yang baru sehingga posisi bangunan kembali ke posisi
semula (tegak).

16
10.Permasalahan pada Pondasi Dalam
Permasalahan utama yang selalu menjadi kendala pada konstruksi
pondasi dalam dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
a. tidak tercapainya daya dukung yang diinginkan khususnya pada proporsi
daya dukung ujung tiang (end-bearing);
b. penurunan jangka panjang tiang (long-term settlement).
Sangat rendahnya proporsi daya dukung ujung tiang dan penurunan
pada pondasi dalam (bored pile) dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, metode
konstruksi dan beban-beban yang bekerja serta hal-hal lainnya yang
menentukan. Proses pengeboran lubang bor pondasi biasanya dilakukan pada
elevasi di bawah permukaan air dimana kestabilan dinding lubang bor
merupakan issue yang perlu diperhatikan. Hal ini dapat dicegah dengan
penggunaan lumpur atau campuran lainnya. Namun, selama masa proses
pengeboran akan selalu terjadi keruntuhan lokal dari dinding lubang bor
akibat dari lapisan-lapisan tanah yang berbeda. Peristiwa tersebut yang
kemudian dikombinasikan dengan pengendapan lumpur dan proses
pembersihan dasar ujung tiang yang sulit akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan runtuhan-runtuhan tanah pada dasar lubang bor, dan pada
akhirnya akan menyebabkan tiang pondasi akan bertumpu pada tanah dasar
yang lunak dengan kapasitas tahanan yang hanya berkisar 150 -- 250 kPa.
Potensi pergerakan ke arah bawah akan menjadi hal yang sangat
memungkinkan terjadi pada saat beban-beban bekerja, dan menyebabkan
penurunan (settlement) yang relatif besar dari pondasi tiang.
Adapun solusi untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini adalah
dengan menggunakan teknologi pressure grouting yang telah banyak
diaplikasikan pada elevasi dasar atau sisi-sisi lateral dari tiang untuk
meningkatkan performa pondasi tiang. Teknik grouting secara garis besar
berfungsi:
a. memperkeras sedimen pada dasar tiang dan tanah yang mengelilingi tiang;

17
b. memperbaiki kekurangan yang terdapat pada penggunaan teknologi
konstruksi tradisional dari cast-in-situ pile;
c. meningkatkan kapasitas tahanan single pile;
d. menurunkan/memperbaiki settlement pada pondasi bored pile;
e. mengisi celah antara rongga dan plat bearing pada lokasi sekeliling load
cell untuk menyambungkan kembali segmen atas dan bawah bored pile
dengan mix grouting Didalam setelah melakukan pengujian beban dengan
metoda Load Cell.
Proses grouting atau post grouting ini dilaksanakan pada saat beton
telah mencapai kekuatan tertentu yang telah ditetapkan di dalam perencanaan
dan program pengujian beban. Grouting mix atau cement slurry yang
mempunyai komposisi semen dan air kemudian di-injeksi ke dalam rongga-
rongga tersebut dengan menggunakan pompa bertekanan tinggi melalui pipa
grouting. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap grouting secara umum
termasuk: jenis tanah pada dasar tanah, tekanan grouting, kuantitas grouting,
diameter dan panjang tiang, dll.
Mekanisme peningkatan kapasitas cast-in-place bored-pile dari
pelaksanaan grouting dapat dirangkum dibawah ini:
Grouting dengan tekanan tinggi akan memecah, mengisi, menembus,
memadatkan dan memperkeras endapan dan tanah di sekeliling dasar tiang
dan akhirnya dapat membentuk campuran tanah baru dengan kekuatan yang
lebih tinggi dan mampu memberikan perlawanan yang lebih besar terhadap
beban yang disalurkan dari kepala tiang. Tanah di sekeliling dasar tiang
dianggap mengalami deformasi dan tekanan oleh tekanan tinggi dari grouting
untuk membentuk pengembangan pada dasar tiang dan juga luas efektif dari
dasar tiang akan meningkat. Dengan adanya tekanan tinggi dari grouting maka
kekuatan dari penampang dasar tiang yang terdiri dari bahan beton dan
campuran endapan akan meningkat dan deformasi tekan (compression
deformation) akan tercapai lebih awal. Deformasi vertikal dari tiang akibat

18
beban rencana akan berkurang dan penggunaan secara maksimal dari
kapasitas tahanan tiang pondasi dapat tercapai.
Sebagian dari grouting akan menembus rongga-rongga sepanjang pile-soil
interface di atas elevasi dasar tiang untuk membentuk suatu kumpulan massa
tanah yang terintegrasi pada bagian bawah tiang dengan lapisan lumpur dan
batasan tanah sehingga tahanan lateral dari tanah yang mendekati dasar tiang
akan meningkat. Sedimen pada dasar tiang diperkeras dan dikunci dengan
campuran jacked cement paste untuk membentuk sebuah kristal berkekuatan
tinggi dan stable chemical performance, dan pada akhirnya akan
meningkatkan tahanan dasar tiang.
11. Untuk menghindari kenaikan kelembaban dari tanah lewat pondasi ke dinding
batu buatan, maka sebaiknya pada pondasi batu kali dan pondasi batu buatan
dibuat suatu balok balok beton bertulang (rollag, trasram) setebal dinding
setinggi ± 30 cm. balok beton bertulang itu juga membantu untuk membagi
gaya-gaya dan beban seragam ke pondasi dan ke tanah bangunan.
12.Pencegahan Terhadap Rayap
Pencegahan terhadap rayap lebih baik dilakukan daripada
pembasmian. Pencegahan ini dilakukan sebelum pendirian bangunan. Adapun
macam-macam tindakan pencegahan terhadap rayap ini antara lain:
a. memperhatikan bahaya rayap dalam perencanaan dan perincian bangunan;
b. pengawetan dengan obat-obatan;
c. pencegahan selama pendirian pembangunan;
d. menggunakan bahan-bahan yang tahan terhadap rayap: beton, baja, dsb.
13.Pencegahan pada Lapangan Berawa
Karena pada daerah rawa-rawa biasanya hanya dibangun gedung yang
sederhana dan berkostruksi kayu maka yang perlu diperhatikan adalah
pencegahan terhadap rayap pada kostruksi kayu. Pemasangan gedung di atas
tiang-tiang dalam air. Apabila perlu di bawah bangunan yang direncanakan itu
diadakan galian. Yang perlu diperhatikan adalah air harus selalu barganti
(mengalir). Air yang tergenang dapat menjadi tempat nyamuk. Selain itu hatus

19
direncanakn perlindungan terhadap kayu agar tahan terhadap rayap dan tidak
mudah lapuk.
14.Pencegahan pada Lapangan Kering
a. Pada bangunan berkonstruksi kayu
Pemasangan bangunan berkonstruksi kayu di atas pondasi umpak atau
jalur dari beton yang ditutup seng di atas alas. Seng tersebut harus tahan
karat dan bisa dilakukan serta tahan terhadap kerusakan mekanis.
Ketentuan ini besar artinya terutama pada bangunan istimewa yang
menggunakan seng tembaga atau kuningan. Pada bangunan lain
digunakan seng yang digalvanisasi dengan tebal sekurang-kurangnya
BWG 24. Sambungan-sambungan yang dilipat harus juga disolder seperti
juga semua tembusan yang terjadi pada strip seng seperti baut, paku dan
sebagainya. Pada jarak 2 cm sebelah luar pondasi seng dilekukkan dengan
sudut 45° ke bawah selebar 5 cm.
b. Pada bangunan berkonstruksi batu
Karena pada bangunan berkonstruksi batu, batu bata merah misalnya, sulit
mengadakan strip seng seperti pada bangunan berkonstruksi kayu, maka
pada bangunan batu dipasang stip seng lurus dan yang keluar hanya 1.5
cm dari sisi dinding masing-masing. Agar seng ini tidak mengganggu,
sebaiknya seng ini dipasang pas diantara pangkalan batu dan sebagainya.
Maksud pembuatan ini adalah agar rayap tidak mungkin naik tanpa
sepengetahuan penghuni gedung karena rayap harus meelewati seng yang
terbuka sekeliling semua dinding dan dengan begitu rayap mudah
dibasmi.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

1. Frick, Heinz. Ilmu Konstruksi Bangunan I. Semarang: 1980.


2. Puspantoro, Ign. Benny. Konstruksi Bangunan Gedung Tidak Bertingkat.
Jogjakarta: Universitas Atmajaya, 1985.
3. http://www.suramadu.com.
4. http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/03-010/EK-Konferensi%20Nasional
%20TGRTS.doc.

22

You might also like