You are on page 1of 14

Nama : Tegar Giri Suharseno Nim : 3103121083 kelas : B-Reguler

Pengaruh Kebudayaan Luar terhadap


Kebudayaan Indonesia

Kebudayaan Indonesia sudah ada semenjak dulu yaitu sekitar 2000


tahun yang lalu ketika terjadi perpindahan bangsa primitif untuk mencari
tempat tinggal. Bangsa primitif tersebut adalah bangsa Austronesia. Semenjak
itu pula terbentuklah kebudayaan di Indonesia. Mereka berkembang biak dan
memiliki keturunan sampai saat ini. Indonesia memiliki keadaan geografis
yang bermacam-macam mulai dari pegunungan, dataran tinggi, dataran
rendah dan sebagainya. Indonesia juga memiliki berbagai pulau dan kepulauan
sehingga tujuan perpindahan bangsa Austronesia tersebut juga bermacam-
macam.

Akulturasi adalah perubahan besar yang terjadi dalam kebudayaan


sebagai akibat adanya kontak antar kebudayaan yangberlangsung lama. Hal
itu terjadi apabila ada kelompok-kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda
saling berhubungan secara langsung dan intensif. Hal tersebut mengakibatkan
timbulnya perubahan-perubahan besar pada pola kebudayaan pada salah satu
kelompok atau keduanya. Perubahan kebudayaan akibat adanya proses
akulturasi tidak mengakibatkan perubahan total pada kebudayaan yang
bersangkutan, hal ini disebabkan karena ada unsur-unsur kebudayaan yang
masih bertahan, masyarakatpun ada yang menerima sebagian atau
mengadakan penyesuaian dengan unsur-unsur kebudayaan yang baru.

Para sejarawan mengatakan bahwa bangsa Austronesia tersebutlah yang


menjadi nenek moyang bangsa Indonesia dan bisa dikatakan kebudayaan-
kebudayaan yang dibawa dan diciptakannya di negeri kita adalah yang dapat
disebut sebagai Kebudayaan Indonesia, yang menjadi dasar bagi
perkembangan selanjutnya sampai dewasa ini (Sutrisno, 1983:27). Menurut
Sutan Takdir Alisjahbana dalam ceramahnya di Gedung Kebangkitan Nasional
pada tahun 1975, menerangkan bahwa Kebudayaan Indonesia asli memiliki
ciri-ciri yaitu, kepercayaan terhadap roh dan tenaga gaib meresapi seluruh
kehidupan, nilai solidaritas menguasai masyarakat, pengaruh perhubungan
darah pada suatu suku amat besar.
Implementasi kepercayaan terhadap roh dan tenaga gaib tersebut
memiliki bermacam-macam bentuk seperti adanya sebuah cerita rakyat atau
yang disebut sebagai mitos, berbagai ritual yang mendasari kehidupan
bermasyarakat dan seni tradisional yang berguna sebagai penentu identitas
suatu suku. Pada masa primitif ini bangsa Austronesia ini memiliki
kepercayaan dinamisme dan animisme yang berbasiskan otoritas kaum tua
yang biasanya dilakoni oleh para orang yang lebih tua dan orang yang
dianggap sakti untuk menentukan nasib atau mengetahui jalan hidup. Mereka
belum mengenal berbagai macam agama yang terstruktur dan memiliki
sistem. Mereka hanya menjalani sesuai dengan adat mereka terlepas dari
benar atau salah karena yang mereka mengerti adalah perintah dari seseorang
yang memiliki otoritas.

Sejarah panjang perjalanan hidup masyarakat Indonesia ditandakan


dengan banyaknya berhubungan dengan masyarakat asing seperti Cina, India,
Persia, Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang; keberadaan mereka ternyata
banyak meninggalkan unsur-unsur kebudayaan yang kemudian beberapa
darinya diadopsikan dalam budaya lokal.

Pada tahap yang lebih lanjut yaitu sekitar 1500 tahun kemudian setelah
menetapnya bangsa Austronesia ini, mulailah berdatangan berbagai pengaruh
kebudayaan dari bangsa lain yang memiliki peradaban yang lebih maju mulai
dari sisi kebudayaan, politik, agama, budaya sampai ekonominya. Perincian
dari masing-masing budaya bangsa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Kebudayaan Vietnam


Masuknya kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang
membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan
tersebut yaitu Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich,
Kebudayaan Sa Huynh. Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich,
Kebudayaan Sa Huynh terdapat di daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan.
Masyarakat Dongson hidup di lembah Sungai Ma, Ca, dan Sungai Merah,
sedang masyarakat Sa Huynh hidup di Vietnam bagian Salatan. Ada pada
tahun 40.000 SM- 500 SM. Kebudayaan tersebut berasal dari zaman Pleistosein

2
akhir. Proses migrasi ke tiga kebudayaan tersebut berlangsung antara 2000
SM-300 SM. Menyebabkan menyebarnya migrasi berbagai jenis kebudayaan
Megalithikum (batu besar), Mesolitikum (batu madya),Neolithikum (batu halus),
dan kebudayaan Perunggu. Terdapat 2 jalur penyebaran kebudayaan tersebut:
1. Jalur barat, dengan peninggalan berupa kapak persegi
2. Jalur Timur, dengan ciri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong.
Pada zaman perunggu, kapak lonjong ditemukan di Formosa, Filipina,
Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.

A. BUDAYA BACSON-HOABINH
• Diperkirakan berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira
tahun 7000 SM.
• Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunkan alat dari
gerabah yang sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada
tahun 600 SM mengalami dalam bentuk batu-batu yang menyerupai
kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong. Bentuknya ada yang
lonjong, segi empat, segitiga, dan ada yang berbentuk berpinggang.
Ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, alat-
alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang dikuburkan
dalam posisi terlipat serta ditaburi zat warna merah
• Ditemukan dalam penggalian di pegunungan batu kapur di
daerah Vietnam bagian utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan
Hoabinh.
• Istilah Bacson-Hoabinh digunakan sejak tahun 1920-an untuk
menunjukkan tempat pembuatan alat-alat batu yang memiliki ciri
dipangkas pada satu/ dua sisi permukaannya. Batu kali yang berukuran
lebih kurang satu kepalan dan seringkali seluruh tepiannya menjadi
bagian yang tajam. Ditemukan di seluruh wilayah Asia Tenggara, hingga
Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga propinsi-propinsi
Selatan, antara 1800 dan 3000 tahun yang lalu.
• Di Indonesia, alat-alat dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat
ditemukan di daerah Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan Solo),

3
Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di
Sumatera letaknya di daerah Lhokseumawe dan Medan.
• Penyelidikan tentang persebaran kapak Sumatera dan kapak
Pendek membawa kita melihat daerah Tonkin di Indocina dimana
ditemukan pusat kebudayaan Prasejarah di pegunungan Bacson dan
daerah Hoabinh yang letaknya saling berdekatan.
• Alat-alat yang ditemukan di daerah tersebut menunjukkan
kebudayaan Mesolitikum. Dimana kapak-kapak tersebut dikerjakan
secara kasar. Terdapat pula kapak yang sudah diasah tajam, hal ini
menunjukkan kebudayaan Proto Neolitikum. Diantara kapak tersebut
terdapat jenis pebbles yaitu kapak Sumatera dan kapak pendek.
• Mme Madeline Colani, seorang ahli prasejarah Perancis
menyebutkan/ memberi nama alat-alat tersebut sebagai kebudayaan
Bacson-Hoabinh. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tonkin
merupakan pusat kebudayaan Asia Tenggara. Dari daerah tersebut
kebudayaan ini sampai ke Indonesia melalui Semenanjung Malaya
(Malaysia Barat) dan Thailand.
Di Tonkin tinggal 2 jenis bangsa, yaitu Papua Melanosoid dan Europaeide.
Selain itu ada jenis Mongoloid dan australoid.
1. Bangsa Papua Melanosoid, merupakan bangsa yang daerah
penyebarannya paling luas, meliputi Hindia Belakang, Indonesia hingga
pulau-pulau di Samudera Pasifik. Bangsa ini memiliki kebudayaan
Mesolitikum yang belum di asah (pebbles).
2. Bangsa Mongoloid, merupakan bangsa yang memiliki kebudayaan yang
lebih tinggi, yaitu proto-neolitikum (sudah diasah).
3. Bangsa Austronesia, merupakan percampuran dari bangsa Melanesoid
dan Europaeide. Pada zaman Neolitikum bangsa ini tersebar ke seluruh
Kepulauan Indonesia.

B. BUDAYA DONG SON

• Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di


Asia Tenggara. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan perunggu di
Asia Tenggara. Di daerah ini ditemukan segala macam alat-alat

4
perunggu, alat-alat dari besi serta kuburan dari masa itu. Dongson
adalah nama daerah di Tonkin, merupakan tempat penyelidikan yang
pertama.
• Diperkirakan kebudayaan ini berlangsung pada tahun 1500 SM-500 SM.
Bertempat di kawasan Sungai Ma, Vietnam
• Di daerah tersebut pada tahun 1920 ditemukan alat-alat perunggu
diperkirakan berkaitan dengan kebudayaan Yunan, sebelah barat daya
Cina, dan berbagai tempat di Indonesia. Meskipun benda-benda
perunggu telah ada sebelum tahun 500 SM terdiri atas kapak corong
(corong merupakan pangkal yang berongga untuk memasukkan tangkai
atau pegangannya) dan ujung tombak, sabit bercorong, ujung tombok
bertangkai, mata panah, dan benda-benda kecil lainnya.
• Kebudayaan Dongson di Indonesia diwujudkan melalui berbagai hasil
kebudayaan perunggu, nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara
ditemukan di Selayar, Sulawesi Selatan. Di Bali ditemukan nekara yang
terbesar yaitu di daerah Pejeng. Nekara merupakan perlengkapan
upacara persembahan yang dilakukan masyarakat prasejarah, dimana
pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai sistem kehidupan dan
kebudayaan saat itu. Moko (sejenis nekara yang bentuknya lebih kecil)
ditemukan di Pulau Alor. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan
Indonesia merupakan salah satu bagian dari kebudayaan perunggu di
Asia Tenggara.
• Kurang lebih 56 Nekara dapat ditemukan di beberapa wilayah Indonesia
dan terbanyak nekara ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Maluku
Selatan.
• Nekara yang penting ditemukan di Indonesia adalah nekara Makalaman
dari Pulau Sangeang dekat Sumbawa dengan hiasan gambar orang-
orang berseragam menyerupai pakaian dianasti Han (Cina)/ Kushan
(India Utara)/ Satavahana (India Tengah)
• Selain nekara ditemukan juga benda-benda perunggu lainnya seperti
patung-patung, peralatan rumah tangga, peralatan bertani maupun
perhiasan-perhiasan.

5
• Bagi Indonesia penemuan benda kebudayaan Dong Son sangat penting.
Hal ini dikarenakan benda-benda logam yang ditemukan di wilayah
Indonesia pada umumnya bercorak Dong Son, bukan mendapat
pengaruh budaya logam dari Cina maupun India.
• Hal ini terlihat dari kesamaan corak hiasan dari bahan-bahan yang
digunkan. Contoh: Nekara Tipe Heger I memiliki kesamaan dengan
nekara yang paling bagus dan tua di Vietnam, dimana nekara ini
memiliki lajur hiasan yang disusun mendatar bergambar manusia, hewan
dan pola geometris.
• Dari penemuan benda budaya Dong Son diketahui cara pembuatannya
dengan menggunakn teknik cetak lilin.
• Masa ini telah terjadi tukar menukar dan perdagangan antar masyarakat
dengan alat-alat gerabah dari perunggu sebagai komoditi barter. Selain
itu, sebagai objek dari simbol kemewahan dan alat-alat sakti yang dapat
mendatangkan kekuatan gaib.
• Kebudayaan Dongson sampai ke Indonesia melalui jalur Barat yaitu
Semenanjung Malaya. Pembawa kebudayaan ini adalah bangsa
Austronesia.
• Pendapat tentang kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia
terbagi dalam 2 tahap:
1. Zaman Neolithikum, berlangsung kurang lebih sejak 2000 SM,
merupakan zaman batu tulis, zaman kebudayaan kapak persegi
2. Zaman Perunggu, kurang lebih sejak 500 SM, merupakan
kebudayaan kapak sepatu, nekara, dan candrasa.
• Penyebaran kebudayaan Dongson tersebut menyebabkan terbaginya
kebudayaan di Indonesia menjadi 2, yaitu:
1. Kebudayaan Melayu Tua (Proto Melayu) di Masyarakat Dayak
Pedalaman
2. Kebudayaan Melayu Muda (Deutero Melayu) di masyarakat Bali Aga
dan Lombok

C. BUDAYA SA HUYNH
• Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung tahun 600 SM-1 M.

6
• Pada dasarnya merupakan kebudayaan yang mirip dengan Kebudayaan
Dongson. Karena peralatan yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa
Huynh adalah dari kebudayaan Dong Son.
• Budaya Sa Huynh ditemukan di kawasan pantai Vietnam
Tengah keSelatan sampai lembah sungai Mekong.
• Budaya Sa Huynh ada di Vietnam bagian Selatan didukung oleh suatu
kelompok penduduk yang berbahasa Austronesia (Cham) yang
diperkirakan berasal dari kepulauan Indonesia.
• Orang-orang Cham pernah mengembangkan peradaban yang
dipengaruhi oleh budaya India Champa tetapi akhirnya dikalahkan oleh
penduduk Vietnam sekarang yang hanya merupakan kelompok minoritas
hingga sekarang.
• Orang-orang Cham merupakan kelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa Austronesia dan mempunyai kedekatan
kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan Indonesia.
• Kebudayaan Sa Huynh diketahui melalui penemuan kubur tempayan
(jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar). Penguburan tersebut
adalah adat kebiasan yang dibawa oleh orang-orang Cham ke kepulauan
Indonesia sebab penguburan dengan cara ini bukan merupakan budaya
Dong Son maupun budaya yang lain.
• Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di Sa Huynh
memiliki persamaan dengan tempayan kubur yang ditemukan di Laut
Sulawesi.
• Kebudayaan Sa Huynh yang ditemukan meliputi berbagai alat yang
bertangkai corong seperti sikap, tembilang, dan kapak. Namun ada pula
yang tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun,
cincin, dan gelang berbentuk spiral.
• Teknologi pembutan peralatan besi yang diperkenalkan ke daerah Sa
Huynh berasal dari daerah Cina. Benda perunggu yang ditemukan di
daerah Sa Huynh berupa beberapa perhiasan, seperti gelang , lonceng,
dan bejana-bejana kecil. Ditemukan pula manik-manik emas yang langka
dan kawat perak serta manik-manik kaca dari batu agate bergaris dan
berbagai manik-manik Carnelian (bundar, berbentuk cerutu). Ditemukan

7
alat-alat dari perunggu seperti bejana kecil, selain itu terdapat gelang-
gelang dan perhiasan-perhiasan
• Meskipun hubungan langsung dengan pusat-pusat pembuatan benda-
benda perunggu di daerah Dong Son sangat terbatas terbukti dengan
penemuan 7 buah nekara tipe Heger I di daerah Selatan Vietnam dari
130 nekara yang berhasil ditemukan hingga tahun 1990.
• Benda-benda perunggu yang tersebar ke wilayah Indonesia melalui 2
jalur, yaitu:
1. Jalur darat : Muangthai dan Malaysia terus ke kepulauan Indonesia
2. Jalur laut : Menyeberang lautan dan terus tersebar di daerah
kepulauan Indonesia

2. Pengaruh kebudayaan India


Bangsa India membawa pengaruh, pertama-tama, pada sisi agama. Pada
perkembangan selanjutnya pengaruhnya juga merambah pada bidang filsafat
dan politik. Agama yang dibawa oleh Bangsa India adalah Hindu. Agama ini
memiliki filsafat dan cara pemikiran tentang ketuhanan yang dekat dengan
Bangsa Indonesia pada saat itu. Jika masyarakat Indonesia pada saat itu
menganut animisme dan dinamisme yang agak kabur dalam ketuhanan,
kebudayaan Hindu mempunyai Tuhan yang lebih konkrit berupa Dewa dan
Dewi (Sutrisno, 1983:30)

Tanda-tanda tertua dari adanya pengaruh kebudayaan Hindu di


Indonesia adalah Batu-batu bertulisan yang ditemukan di jawa barat dekat
kota Jakarta sekarang atau lebih ke pedalaman di daerah Sungai Cisadane
dekat kota Bogor sekarang (koentjaraningrat, 2007:21)

Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia berupa


pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 tahun sebelum
masehi. Hinduisme dan Budhaisme, pada waktu itu tersebar meliputi daerah
yang cukup luas di Indonesia, serta lebur bersama-sama dengan kebudayaan
asli yang telah lama hidup. Namun demikian terutama di pulau Jawa dan pulau

8
Bali pengaruh agama Hindu dan Budha itu tertanam dengan kuatnya sampai
saat ini.

Bangsa India juga telah memiliki berbagai konsep yang lebih mapan
dalam bidang ilmu dan filsafat dibandingkan dengan Bangsa Indonesia saat itu
sehingga pengaruh yang diberikan sebegitu kuatnya. Hal ini dapat dibuktikan
dengan berkembangnya sistem pemerintahan kerajaan. Contohnya kerajaan
Kutai dan terutama Majapahit yang menguasai hampir seantero raya
Indonesia. Karena kerajaan itu pula menyebarlah agama Hindu

Cerita seperti Mahabharata atau Ramayana sangat populer sampai


sekarang, bahkan pada beberapa sukubangsa seperti Sunda, Jawa, atau Bali,
pengaruh cerita-cerita itu sudah dianggap sebagai bagian atau ciri dari
kebudayaannya; beberapa film Indonesia ternyata banyak yang berorientasi
pada sifat-sifat film India, yaitu antara bernyanyi dan menari; musik dangdut
yang demikian populer untuk lapisan masyarakat tertentu, bisa dikatakan
berakar dari kebudayaan India. Pengaruh yang paling menonjol dari agama
Hindu bisa ditemukan pada masyarakat Bali, walaupun ada sedikit-sedikit
perbedaan karena tentunya unsur budaya asli masih dipertahankan, namun
pengaruh agama Hindu tertanam kuat pada kepercayaan masyarakat Bali.

3. Pengaruh Kebudayaan Arab


Bangsa Arab ini membawa agama Islam yang pada akhirnya akan
menjadi Agama yang dominan di Indonesia. Peninggalan keislaman yang
pertama-tama ditemukan tercatat dalam bentuk batu bertulis huruf arab di
Kota Gresik, Jawa Timur pada tahun 1082 (Sutrisno, 1983:32). Pengaruh
kebudayaan Islam mulai memasuki masyatrakat Indonesia sejak abad ke 13,
akan tetapi baru benar-benar mengalami proses penyebaran yang meluas
sepanjang abad ke 15. Pengaruh agama Islam terutama memperoleh tanah
tempat berpijak yang kokoh di daerah-daerah di mana pengaruh agama Hindu
dan Budha tidak cukup kuat.

9
Agama Islam dapat segera mempengaruhi pemikiran masyarakat
Indonesia, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai kerajaan Islam seperti
Demak yang segera mengambil alih kerajaan Majapahit. Mulai dari runtuhnya
kerajaan Majapahit ini pengaruh agama Hindu berangsur-angsur menipis
namun masih tetap ada. Seperti halnya budaya percaya terhadap hal gaib dan
pada prakteknya bisa dilihat dengan adanya Selamatan dan Kejawen.
Pengaruh Hindu tidak bisa sepenuhnya hilang karena agama Hindu selaras
dengan kepercayaan bangsa Indonesia primitif yaitu animisme dan dinamisme.
Islam juga memiliki toleransi terhadap sistem budaya yang ada dan juga
menggunakannya sebagai media penyebaran agama Islam.

Di daerah Jawa tengah dan Jawa Timur, dimana pengaruh agama Hindu
dan Budha telah tertanam dengan cukup kuat, suatu kepercayaan keagamaan
yang bersifat sincretic dianut oleh sejumlah besar penduduk di kedua daerah
tersebut, dimana kepercayaan animisme-dinamisme bercampur dengan
kepercayaan agama Hindu, Budha dan Islam. Pengaruh reformasi agama Islam
yang memasuki Indonesia pada permulaan abad ke 17 dan terutama pada
akhir abad ke 19 itupun tidak berhasil mengubah keadaaan tersebut, kecuali
memperkuat pengaruh agama Islam di daerah-daerah yang sebelumnya
memang telah merupakan daerah pengaruh agama Islam. Sementara itu Bali
masih tetap merupakan daerah pengaruh agama Hindu.

Harsoyo (1999) menyebutkan bahwa praktik penyebaran agama Islam


itu melalui dua proses, yaitu melalui mekanisme perniagaan yang dilakukan
oleh orang-orang India dari Gujarat dan orang-orang Persia, dan yang kedua
melalui penguasaan sentra-sentra kekuasaan di pulau Jawa oleh orang-orang
Pribumi yang telah memeluk agama Islam; dengan proses yang cukup rumit ini
tidak mengherankan kalau kemudian terdapat beberapa perbedaan proses
penyerapan agama Islam ini di Indonesia. Untuk orang-orang yang tinggal di
daerah pesisir agak berbeda dengan orang-orang yang tinggal di pedalaman;
untuk orang-orang yang telah kuat memeluk agama Hindu dan Budha agak
berbeda dengan orang-orang yang lebih longgar darinya; untuk yang
menerimanya dari orang-orang Gujarat agak berbeda dengan pengaruh Persia;
bahkan menurut seorang peneliti Amerika tentang kebudayaan-kebudayaan di
Indonesia,

10
Clifford Geertz (1982), keberadaan agama Islam pada suatu
masyarakat Jawa Tengah itu dilaksanakan menurut tiga lapisan masyarakat,
yaitu agama Islam yang hidup pada kelompok bangsawan yang disebutnya
sebagai Priyayi, Islam yang hidup pada kelompok rakyat kebanyakan yang
disebutnya sebagai Abangan, dan Islam yang hidup pada anggota-anggota
kelompok pesantren sebagai pusat pengkajian agama Islam yang disebut
Santri.

4. Pengaruh Kebudayaan Barat.


Bangsa Eropa yang menjelajah di Indonesia adalah Bangsa Portugis pada
abad ke-16. Orang-orang Portugis mendarat di Maluku untuk mengusahakan
rempah-rempah sebagai komoditi dagangan utama (Sutrisno, 1983:34).
Setelah itu baru mulailah datang Bangsa Belanda yang juga ingin berdagang di
Indonesia. Kedatangan Bangsa Eropa ini membuat Bangsa Indonesia sengsara
karena mereka melakukan penjajah. Mereka dapat menjajah Bangsa Indonesia
karena pada masa itu teknologi dan politik Bangsa eropa lebih maju sehingga
tekanan yang dilakukan bukan tekanan fisik saja melainkan juga mental.

Pengaruh kebudayaan Barat mulai memasuki masyarakat Indonesia


melalui kedatangan bangsa Portugis pada permulaan abad ke 16, kedatangan
mereka ke tanah Indonesia ini karena tertarik dengan kekayaan alam berupa
rempah-rempah di daerah kepulauan Maluku, rempah-rempah ini adalah
sebagai barang dagangan yang sedang laku keras di Eropa pada saat itu.
Kegiatan misionaris yang menyertai kegiatan perdagangan mereka, dengan
segera berhasil menanamkan pengaruh agama Katolik di daerah tersebut.
Ketika bangsa Belanda berhasil mendesak bangsa Portugis untuk
meninggalkan Indonesia pada sekitar tahun 1600 M, maka pengaruh agama
Katolik pun segera digantikan oleh pengaruh agama Protestan. Bangsa Eropa
ini membawa kebudayaan barat yang bercorak positivisme dan humanisme.
Pengaruh kebudayaan barat tersebut dimulai dari penjajahan fisik lalu menuju
penjajahan pikiran. Kebudayaan Indonesia yang bercorak mistisisme
mengalami stagnansi pada masa ini karena tertekan oleh kebudayaan barat
yang lebih mementingkan aspek materi, modern dan ilmu.

11
Dalam proses kontak antara unsur-unsur budaya yang satu dan budaya
yang lain, terjadilah saling mempengaruhi (interaksi) antara kebudayaan itu,
dalam proses interaksi itulah akan timbul permasalahan tentang perubahan
kebudayaan, yaitu makin melemahnya nilai-nilai budaya sendiri. Begitu juga
apabila interaksi dengan budaya asing sangat kuat padahal sebenarnya tidak
sesuai dengan kepribadian budaya bangsa kita. Dalam konteks modernisasi,
suatu keadaan yang sarat dengan peniruan gaya hidup asing, karena orang
ingin disebut modern maka mereka tidak segan-segan untuk meniru gaya
hidup masyarakat Barat, walau mungkin untuk sebagian besar masyarakat
nilai-nilainya dianggap bertentangan.

12
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa Kebudayaan Indonesia
sudah ada semenjak dulu yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu ketika terjadi
perpindahan bangsa primitif untuk mencari tempat tinggal. Bangsa primitif tersebut
adalah bangsa Austronesia dan Para sejarawan mengatakan bahwa bangsa
Austronesia tersebutlah yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia dan bisa
dikatakan kebudayaan-kebudayaan yang dibawa dan diciptakannya di negeri kita
adalah yang dapat disebut sebagai Kebudayaan Indonesia, yang menjadi dasar bagi
perkembangan selanjutnya sampai dewasa ini. Adaya pengaruh kebudayaan luar
disebabkan karena adanya akulturasi. Akulturasi adalah perubahan besar yang
terjadi dalam kebudayaan sebagai akibat adanya kontak antar kebudayaan
yangberlangsung lama. Hal itu terjadi apabila ada kelompok-kelompok yang
memiliki kebudayaan berbeda saling berhubungan secara langsung dan
intensif. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya perubahan-perubahan besar
pada pola kebudayaan pada salah satu kelompok atau keduanya. Kebudayaan
bangsa Indonesia telah mengalami akulturasi dari berbagai kebudayaan
bangsa lain diantaranya pengaruh dari kebudayan Vietnam, kebudayaan India,
kebudayan Arab, dan kebudayaan Eropa.

Kebudayaan Vietnam membawa pengaruh kemajuan teknologi pada


masa prasejarah di Indonesia, buktinya alat-alat dari Kebudayaan Vietnam
seperti gerabah, nekara, alat-alat serpih dan pemotong yang tersebar di
beberapa tempat di Indonesia.

Kebuadayaan india membawa pengaruh dari segi agama yaitu agama


Hindu. Bangsa India juga telah memiliki berbagai konsep yang lebih mapan dalam
bidang ilmu dan filsafat dibandingkan dengan Bangsa Indonesia saat itu sehingga
pengaruh yang diberikan sebegitu kuatnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan
berkembangnya sistem pemerintahan kerajaan. Contohnya kerajaan Kutai dan
terutama Majapahit yang menguasai hampir seantero raya Indonesia.

Kebudayaan Arab ini membawa agama Islam yang pada akhirnya menjadi
Agama yang dominan di Indonesia. Agama Islam dapat segera mempengaruhi
pemikiran masyarakat Indonesia, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai
kerajaan Islam seperti Demak yang segera mengambil alih kerajaan Majapahit.

13
Pengaruh kebudayaan Barat mulai memasuki masyarakat Indonesia
melalui kedatangan bangsa Portugis pada permulaan abad ke 16. Bangsa
barat juga membawa dan menyebarkan agama Kristen di Indonesia selain itu
kebudayaan barat yang lebih mementingkan aspek materi, modern dan ilmu.

Daftar Pustaka

Geertz, Clifford .1982. Abangan, Santri dan Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.
Jakarta:
Pustaka Jaya, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Harsojo .1999. Pengantar Antropologi. Bandung : CV Putra A Bardin.

Koentjaraningrat .2007. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta :


penerbit Djambatan.

Sutrisno, Slamet. 1983. Sedikit Tentang Strategi Kebudayaan Indonesia.


Yogyakarta:
Penerbit Liberty.

Situs Web
http://aprillins.com/2009/223/kebudayaan-indonesia-dan-pengaruh-bangsa-lain/

http://rinahistory.blog.friendster.com/2009/03/pengaruh-budaya-asing-bagi-budaya-
bangsa-indonesia/

14

You might also like