You are on page 1of 12

Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan

banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Salah
satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan metode
analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000).
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802 Wollaston
menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian diselidiki lebih lanjut
oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer
ini diakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian
mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai spektrum
dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari
absorpsi dan emisi
suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan panjang
gelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan melepas
suatu jumlah energi tertentu, (ε = hv = hc/λ). Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketika
publikasi yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini SSA
direkomendasikan sebagaimetode analisis yang dapat diaplikasikan secara umum (Weltz, 1976).
Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru dimulai sejak tahun 1955, yaitu
ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955) melaporkan hasil penelitiannya tentang
penggunaan “hollow cathode lamp” sebagai sumber radiasi yang dapat menghasilkan radiasi
panjang gelombang karakteristik yang sangat sesuai dengan AAS. Pada tahun yang sama
Alkemade dan Milatz (1955) melaporkan bahwa beberapa jenis nyala dapat digunakan sebagai
sarana untuk atomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para ilmuwan tersebut dapat dianggap
sebagai “Bapak AAS “.
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali dikembangkan oleh Walsh
Alkamede, dan Metals (1995). SSA ditujukan untuk mengetahui unsur logam renik di dalam
sampel yang dianalisis.
Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral
dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor / panas. Alat ini umumnya digunakan untuk
analisis logam sedangkan untuk non logam jarang sekali, mengingat unsure non logam dapat
terionisasi dengan adanya kalor, sehingga setelah dipanaskan akan sukar didapat unsur yang
terionisasi.
Pada metode ini larutan sampel diubah menjadi bentuk aerosol didalam bagian pengkabutan
(nebulizer) pada alat AAS selanjutnya diubah ke dalam bentuk atom-atomnya berupa garis
didalam nyala.
Spektrofotometer serapan atom (SSA) sebetulnya adalah metode umum untuk menentukan
kadar unsur logam konsentrasi renik. Keadaan bentuk contoh aslinya tidak penting asalkan
contoh larut dalam air atau dalam larutan bukan air.
Metode SSA spesifikasinya tinggi yaitu unsure-unsur dapat ditentukan meskipun dalam
campuran.Pemisahan, yang penting untuk hampir-hampir semua analisis basah, boleh dikatakan
tidak diperlukan, menjadikan SSA sederhana dan menarik. Kenyataan ini, ditambah dengan
kemudahan menangani SSA modern, menjadikan analisis rutin dapat dilakukan cepat dan
ekonomis oleh tenaga laboratorium yang belum terampil.
3.1.1. Hukum Dasar
Hukum dasar pada SSA ialah “Hukum Lambert-Beer”.
• Hukum Lambert
“ Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorpsi.”
Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju
berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas
cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang
secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan
menyatakan bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap
cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama.
• Hukum Beer
“ Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut “
Sejauh ini telah dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya monokromatik
sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam analisis kuantitatif orang terutama
berurusan dengan larutan. Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam
larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama antara
transmisi dan konsentrasi seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi dan ketebalan
lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
“Hukum Lambert-Beer”
Dimana : A = Absorbansi
I0= intensitas sinar mula-mula
It= Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absortivitas
b = Panjang jalan sinar
c = Konsentrasi atom yang mengabsorpsi sinar
Baik hukum Lambert maupun hukum Beer harus dilakukan pada sinar yang monokromatis. (Day
& Underwood, 1989)
3.1.2. Prinsip Dasar
Prinsip kerja SSA adalah Penyerapan sinar dari sumbernya oleh atom-atom yang di bebaskan
oleh nyala dengan panjang gelombang tertentu. Secara lebih rinci dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Sampel analisis berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner dengan bantuan gas bakar
yang digabungkan bersama oksidan ( bertujuan untuk menaikkan temperatur ) sehingga
dihasilkan kabut halus. Atom-atom keadaan dasar yang berbentuk dalam kabut dilewatkan pada
sinar dan panjang gelombang yang khas. Sinar sebagian diserap, yang disebut absorbansi dan
sinar yang diteruskan emisi. Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom
keadaan dasar yang berada dalam nyala.
Pada kurva absorpsi, terukur besarnya sinar yang diserap, sdangkan kurva emisi, terukur
intensitas sinar yang dipancarkan.
Sampel yang akan diselidiki ketika dihembus ke dalam nyala terjadi peristiwa berikut secara
berurutan dengan cepat :
1. Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat.
2. Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya, yang mula-mula
akan berada dalam keadaan dasar.
3. Atom-atom tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ketingkatan energi lebih tinggi.
3.1.3. Bagian – Bagian SSA
Bagian-bagian penting dari alat SSA adalah sumber radiasi resonansi, sumber atomisasi ,
monokromator dan detector.
3.1.3.1 Sumber Sinar (Sumber Radiasi Resonansi )
Dalam SSA, sebagai sumber radiasi resonansi digunakan lampu katoda berongga (hollow
cathode lamp = HCL) yang mengeluarkan radiasi resonansi dari
unsur yang dianalisis. Hollow Cathode Lamp akan memancarkan energi radiasi yang sesuai
dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.
Hollow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama
dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Dengan pemberian tegangan
pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan
dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang
gelombang tertentu (khopkar,1990). Dan secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Lampu katoda Cekung
Saat katode dan anode diberi tegangan, maka arus listrik yang terjadi menyebabkan katoda
melepaskan elektron-elektron berenergi dan berkecapatan tinggi. Elektron akan ditarik oleh
anoda, elektron-elektron tersebut akan bertumbukan dengan gas inert (misal He terionisasi
menjadi He+). He+ akan ditarik oleh katoda berongga dan akan mengalami tumbukan. Atom-
atom analit akan mengalami eksitasi, lalu akan melepas energi yang diserap yang berupa emisi
radiasi. Radiasi dilewatkan melalui populasi atom yang berada di dalam nyala. Isi gas inert tidak
banyak agar terjadi tumbukan ionisasi dan energi yang ke katoda berkurang yang memungkinkan
terjadinya eksitasi elektron analit oleh ion positif gas inert.
Berkas sinar yang dipancarkan oleh sumber radiasi resonansi harus dimodulasi oleh modulator
untuk menghilangkan gangguan yang datangnya dari nyala yang mengandung atom-atom unsur
sampel.
Sumber radiasi lain yang sering dipakai adalah “ Electrodless Discharge Lamp” Lampu ini
mempunyai prinsip kerja hampir sama seperti Hollow Cathode Lamp ( Lampu Katoda Cekung),
tetapi mempunyai output radiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur
As dan Se, karena lampu HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai sinyal lemah dan tidak stabil
yang bentuknya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Electrodless Discharge Lamp

3.1.3.2. Sumber Atomisasi


Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Kebanyakan
instrument sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel di introduksikan dalam bentuk larutan.
Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer
(pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot( chamber spray). Jenis nyala
yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida-
asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit
dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbasi dan juga flourosensi.
Dalam SSA ada beberapa metode atomisasi yang digunakan :
1. 1. Atomisasi dengan nyala (Flame SSA)
Teknik ini menggunakan nyala sebagai sel tempat cuplikan. Cuplikan dalam bentuk larutan
disemprotkan ke dalam nyala pembakar bercampur dengan gas bahan bakar dan gas
pengoksidasi. Dalam nyala cuplikan mengalami beberapa proses yaitu penguapan pelarut
meninggalkan butiran-butiran padatan yang kemudian langsung terurai menjadi atom-atomnya
atau berubah terlebih dahulu menjadi uap dan kemudian terurai, dan atom-atom energi cahaya
dari sumber cahaya dan tereksitasi ke tingkat energi lebih tinggi.

Pada SSA nyala keberhasilan proses pengatoman bergantung pada suhu nyala yang digunakan :

1. Nyala udara-asetilen (air-asetylena flame). Menghasilkan suhu maksimum 23000C


2. Nyala N2O-asetilen (N2O-asetylena flame). Menghasilkan suhu maksimum 30000C
,digunakan untuk senyawa refraktori yaitu senyawa yang sukar diuraikan.
3. Nyala udara-propana menghasilkan suhu maksimum 18000C.
Selain menggunakan campuran-campuran gas tersebut, ada juga jenis nyala yang disebutnyala
udara terbawa (entrained air flames). Jenis nyala ini hanya digunakan untuk keperluan khusus
seperti pada teknik generasi. Penguapan (vapor generation). Gas bahan bakar yang digunakan
adalah gas hydrogen yang diencerkan oleh gas inert seperti nitrogen atau argon.
1. 2. Generasi Hidrida (Hydride Generation Methode)
Beberapa logam dapat membentuk hidrida yang mudah menguap. Dengan cara pembentukan
hidrida proses penguapan dapat dilakukan pada suhu rendah atau suhu kamar. Teknik SSA
generasi hidrida dapat diterapkan untuk beberapa macam logam yaitu : As, Sb, Se, Sn, Te, Bi.
Hidrida dibentuk dengan cara mereaksikan cuplikan dengan natrium borohidrida (NaBH4) atau
dilakukan dengan memberikan reduktor dari KI dan SnCl2, ditambah Zn dan asam kuat.
Kemudian hidrida logam yang terbentuk dialirkan ke sel gas panas menggunakan aliran
argon/nitrogen dan dialirkan ke dalam sel gas di atas nyala Ar-H2 atau udara-
asitilena.Selanjutnya akan teratomisasi menjadi atom-atom bebas.
Untuk unsur Arsen (As), biasanya terdapat dalam tingkat oksidasi +3 dan +5. Kepekaan
As3+ lebih tinggi daripada As5+ jika menggunakan metode hidrida. Oleh karena itu sebelum
analisis, As5+ harus direduksi terlebih dahulu menjadi As3+ menggunakan reduktor seperti KI,
SnCl2 atau NaBH4. Berikut ini reaksi penentuan Arsen dengan metode Spektrofotometri Serapan
Atom :

As5+ + BH4- As3+


As3+ + BH4- AsH3 As

1. 3. SSA Tungku Grafit (Graphite Furnace)


SSA nyala memberikan kemudahan dalam pengoprasian alat dengan ketelitian dan kepekaan
yang cukup tinggi tetapi mempunyai kelemahan dalam penggunaan nyala yaitu efesiensi
pengatoman rendah, penggunaan gas mempertinggi biaya oprasional, kemungkinan bahaya
ledakan dan memerlukan cuplikan dalam jumlah cukup banyak. Untuk mengatasi hal-hal
tersebut, dikembangkan teknik tanpa nyala menggunakan tungku grafit sebagai pengganti nyala
yang mempunyai efesiensi atomisasi 90% dibanding nyala efesiensi atomisasi 10%.

Tungku grafit yang digunakan berupa tabung silinder tersebut dari grafit terkompresi dengan atau
tanpa pelapisan grafit pirolitik. Tungku dipanaskan dengan listrik yang dapat diatur suhunya
sesuai kebutuhan. Tungku ini dihubungkan dengan platform L’vov untuk memasukkan gas inert
ke dalam tabung yang berguna untuk mencegah oksidasi tabung grafit selama proses
pemanasan.
Tahapan proses yang terjadi dalam tungku adalah penguapan pelarut (1000C-2000C), pengabuan
bahan organic (6000C-10000C), setelah langkah ini gas inert dialirkan dan kemudian logam
diuapkan (15000C-30000C) dan absorbansinya diukur. Suatu modifier dapat ditambahkan untuk
mencegah hilangnya analit.
4. Atomisasi dengan Metode Penguapan (Vapour Generation methode)
Metode atomisasi ini memberikan sensitivitas yang lebih tinggi dari pada metode atomisasi di
atas, metode meliputi :

• o Metode Penguapan Merkuri ( Mercuri Generation Methode )


Khusus untuk atomisasi merkuri (Hg), atom – atom Hg yang ada di dalam sampel sebagai ion
positif, direduksi menjadi netral dan akan menguap sebagai atom-atom bebas pada suhu normal.
Sebagai reduktor dapat digunakan SnCl2 20% atau NaHB4 dalam HCl 10%. Reaksi penentuan Hg
dengan metode ini adalah:
Hg+ + BH4- HgH Hg0
Kemudian uap (gas) atom – atom Hg bersama – sama gas inert (N2 atau Ar) dialirkan melalui sel
gas.
• Ada 4 metode dalam menguapkan Hg yaitu :
1. Reduksi – Aerasi : Hg dalam larutan air direduksi dan kemudian dikeluarkan dari
larutan dengan cara mengalirkan gelembung gas.

1. Pemanasan : Cuplikan dipirolisis atau dibakar.

2. Amalgamasi Elektrolitik : Hg dilapiskan pada katode Cu selama elektrolisis.


Katoda kemudian dipanaskan untuk membebaskan Hg.

3. Amalgasi Langsung : Hg dikumpulkan pada kawat Ag atau Cu yang


kemudian dibebaskan dengan pemanasan. Metode ini dapat digabung dengan 1 dan 2
sebagai metode konsentrasi.

3.1.3.3. sistem Pengabut


Sistem Pengabut terdiri dari 3 komponen yaitu : pengabut (nebulizer), ruang semprot (spray
chamber), dan pembakar (burner).
1. Pengabut (nebulizer)
Sistem berfungsi mengubah larutan menjadi butir-butir kabur. Pengabut yang digunakan adalah
tipe pneumatic dimana gas dialirkan melalui lubang mulut (orifice) dan menyebabkan udara
menjadi vakum dan menarik larutan melalui kapiler.
2. Ruang Semprot (spray chamber)
Ruang semprot berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel besar dan kecil. Partikel kecil ini
kemudian dikirim ke pembakar. Jika partikel besar yang masuk ke pembakar maka temperatur
nyala akan berkurang, karena partikel besar tidak dapat diuapkan dengan cepat. Untuk
mendapat kepekaan optimal, ukuran partikel yang masuk kepembakar harus < 10µm.

3. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai
tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar
pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang
pematik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.

Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke
dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada
aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap
atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian
selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan
selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa
larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat.
Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi
tinggi.

Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan
berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah,
maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna
api yang paling baik, dan paling panas.

4. Sistem Monokromator dan Detektor


Sistem monokromator berfungsi untuk memilih-milih atau memisahkan fraksi radiasi yang
diteruskan dari radiasi lainnya setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga. Intensitas
radiasi yang diteruskan kemudian diubah menjadi energi listrik oleh “photo multiplier” atau PMT
dan selanjutnya diukur oleh detektor dan dicatat oleh alat pencatat berupa rekorder, printer.
Gambar 4. Skema Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Bagian-bagian alat yang terpisah dengan main unit SSA diantarnya:

1. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas
asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang
berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan
yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila
terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang
keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian
atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung
gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak,
karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat
keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat
membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.

1. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada
AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar
asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan
dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang
dihasilkan tidak berbahaya.

Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar bagian
atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat
masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam
ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.

Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila lurus
secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap hasil
pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang
terhubung dengan ducting

1. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom.
Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan
ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara
setelah usai penggunaan AAS.

Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi
terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik
kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada
saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi
basah dan uap air akan terserap ke lap.

1. Buangan pada AAS


Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan
sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi
dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api
pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian
nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak
tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi
disisakan sedikit, agar tidak kering.

3.1.4 Teknik-teknik analisis


Dalam analisis secara spektrofotometri teknik yang biasa dipergunakan antara lain

1.Metode Standar Tunggal


Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel
(Asmp) diukur dengan spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:

Astd=ɛ. B. Cstd Asmp=ɛ. B.Csmp


ɛ.B = Astd/Cstd ɛ.B = Asmp/Csmp
sehingga :

Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd


Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan sampeldapat
dihitung.
1. Metode kurva kalibrasi
Dalam metoda kurva kalibrasi ini, dibuat seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan
absorbansi dari larutan tersebut di ukur dengan masih SSA. Selanjutnyamembuat grafik antara
konsentrasi (C) dengan absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol
dengan slope= ɛ. B atau slope =a.b, konsentrasi larutan sampel diukur dan di intropolasi ke
dalam kurva kalibrasi atau dimasukan ke dalam persamaan regresi linear pada kurva kalibrasi
seperti yang ditunjukan pada gambar

2. Metode adisi standar


Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh
perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih
sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan
sampai volume tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah
terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan diencerkan seperti pada larutan
yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:

Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana:

Cx = konsentrasi zat sampel

Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel

Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)

AT = absorbansi zat sampel + zat standar


Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan
spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat grafik antara AT
lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:

Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
Salah satu penggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah untuk metode
pengambilan sampel dan analisis kandungan logam Pb di udara. Secara umum pertikulat yang
terdapat diudara adalah sebuah sistem fase multi kompleks padatan dan partikel-partikel cair
dengan tekanan uap rendah dengan ukuran partikel antara 0,01 – 100 μm.

3.1.5. Gangguan – gangguan (Interference)


Gangguan-gangguan diklasifikasi sebagai suatu proses yang menyebabkan kesalahan
pengukuran. Terdapat dua macam gangguan yaitu :

1. a. Gangguan Spektrum (Spectral Interference)


Gangguan sinar emisi. Di dalam bagian atomizer selain terbentuk atom yang stabil terjadi juga
atom yang tereksitasi dan dapat menghasilkan sinar emisi dengan panjang gelombang yang
sama dengan sinar katoda, sehingga tidak dapat dipisahkan oleh monokromator. Hal ini dapat
menambah sinar yang ditransmisikan dan akan memperkecil kadar. Gangguan ini dapat diatasi
dengan modulator. Ada 2 sistem modulasi yaitu : Chopper (mechanicaly modulation) dan
Voltage (electric modulation).
Meskipun gangguan ini sangat sederhana, tetapi gangguan ini dapat mengakibatkan tumpangsuh
panjang gelombang (Line Overlap), misalnya seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Gangguan Spektrum terhadap Panjang Gelombang.

Unsur Panjang Gelombang Unsur Pengganggu Panjang


Gelombang
Al 308,33 V 308,21
Cu 324,75 Eu 324,76
Fe 271,90 Pt 271,9
Ga 403,30 Mn 403,31
Hg 253,65 Co 253,65
Mn 403,31 Ga 403,30
Sr 250,69 V 250,69
Bentuk lain dari gangguan spektrum :

1. Berkas sinar yang dipancarkan oleh lampu katode berongga tidak diserap atau absorban
menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.

2. Berkas sinar katode menyimpang.

3. Terjadinya penyerapan bukan atom, misalnya penyerapan molekul.

1. b. Gangguan Kimiawi (Chemical Interference) terdiri dari :


1. 1. Pengaruh matrik (Matriks Effect)
Gangguan-gangguan kimiawi dapat mempengaruhi jumlah atom bebas yang mencapai sinar
(optical path) untuk diserap. Fakto-faktor seperti adanya cuplikan yang mengendap akan
mempengaruhi proses masuknya cuplikan kedalam nebulizer, dan juga sifat fisik larutan seperti
kekentalan, tegangan permukaan, pH, tekanan uap pelarut dan berat jenis.
1. 2. Pembentukan senyawa yang stabil
Pembentukan senyawa yang stabil mengakibatkan banyak gangguan dalam SSA. Hal tersebut
terjadi karena unsur membentuk senyawa yang stabil dengan unsur-unsur yang terdapat di
dalam matriksnya, misalnya : posfat, aluminat, silikat, atau dengan unsur lain yang terdaoat
dalam nyala seperti : Alumunium, Vanadium, Boron yng membentuk oksida-oksida refaraktori
yang tidak pecah pada nyala udara N2O-asetilen. Oksida-oksida refraktori ini akan pecah jika
menggunakan nyala N2O-asetilen, dengan menambahkan Lanthanum atau Stronsium yang dapat
mencegah terbentuknya senyawa refraktori, dimana Lanthanum tersebut bertindak sebagai
Releasing Agent.

1. 3. Terjadinya ionisasi
Nyala udara-asetilen atau N2O-asetilen dapat menyebabkan analit terionisasi, untuk mencegah
hal ini dapat ditambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi seperti K, Na, dan Ce sekitar 4000
ppm yang akan menghasilkan elektron berlebih pada nyala, sehingga mencegah terjadinya
ionisasi analit.
1. 4. Pengaruh adanya anion
2. 5. Terjadinya penyerapan bukan atom (non- atomic absorption).

3.1.5. Pengaturan alat


1. a. Pemilihan Panjang Gelombang
Sebagian unsur dapat dianalisi pada lebih dari satu panjang gelombang. Oleh karena itu, pada
saat analisis harus dipilih panjang gelombang dengan absorban yang maksimum.

Pemilihan panjang gelombang didasarkan pada unsur yang akan di analisis dalam sampel,
misalnya pada penentuan kadar Kalium yang panjang gelombangnya ada tiga jenis, maka
pemilihan panjang gelombang tersebut didasarkan pada perkiraan kadar Kalium yang terdapat
dalam sampel. Table di bawah menunjukan panjang gelombang yang dapat digunakan dalam
penetuan Kalium.
Tabel Daerah Optimal Kerja Unsur Kalium

Panjang Gelombang (nm) Daerah Optimal Kerja (µg/mL)


766.5 0.4 – 1.5
769.5 1.1 – 4.4
404.4 145 – 580
b. Pengaturan Arus Lampu
Pada umumnya, spesifikasi tiap lampu dicantumkan dalam sertifikat.

c. Pengaturan Slite
Pengaturan slite berdasarkan analisis yang dicantumkan dalam sertifikat. Pada sebagian alat
yang menggunakan program computer, biasanya pengaturan alat telah ditentukan.

d. Pengaturan Pengabut (Nebulizer) dan Pembakar (Burner)


Tujuan dari pengaturan kembali pembakar yaitu untuk menempatkan posisi optimal nyala dalam
sumber sinar.

3.1.6 Keunggulan dan Kekurangan SSA :


A. Keunggulan :
1. Selektivitas dan kepekaan tinggi, karena dapat menentukan unsur dengan kadar ppm
hingga ppb.

2. Cepat dan pengerjaannya relatif sederhana.

3. Tidak diperlukan pemisahan unsur logam.

B. Kekurangan :
1. Analisis tidak simultan.

2. Larutan cuplikan harus berbentuk larutan siap ukur dan cukup encer.

3. Keterbatasan jenis lampu katoda karena harganya yang sangat mahal.

You might also like