You are on page 1of 31

Hukum Kirchhoff

Di dalam rangkaian listrik (terdiri dari sumber tegangan dan komponen-komponen), maka akan
berlaku Hukum-hukum kirchhoff. Hukum ini terdiri dari hukum kirchhoff tegangan (Kirchhoff voltage
law atau KVL) dan hukum Kirchhoff arus (Kirchhoff Current Law atau KCL).

Hukum Kirchhoff Tegangan

Hukum ini menyebutkan bahwa di dalam suatu lup tertutup maka jumlah sumber tegangan serta
tegangan jatuh adalah nol.

Gambar 1. Contoh suatu ikal tertutup dari rangkaian listrik

Seperti diperlihatkan dalam Gambar 1 di atas, rangkaian ini terdiri dari sumber tegangan dan empat
buah komponen. Jika sumber tegangan dijumlah dengan tegangan jatuh pada keempat komponen,
maka hasilnya adalah nol, seperti ditunjukan oleh persamaan berikut.

Hukum Kirchhoff Arus

Hukum Kirchhoff arus menyebutkan bahwa dalam suatu simpul percabangan, maka jumlah arus listrik
yang menuju simpul percabangan dan yang meninggalkan percabangan adalah nol.
Gambar 2. Percabangan arus listrik dalam suatu simpul

Gambar 2 adalah contoh percabangan arus listrik dalam suatu simpul. Dalam Gambar 2, terdapat tiga
komponen arus yang menuju simpul dan tiga komponen arus yang meninggalkan simpul. Jika
keenam komponen arus ini dijumlahkan maka hasilnya adalah nol, seperti diperlihatkan dalam
persamaan berikut.

Hukum Kirchhoff
4. Hukum Kirchhoff

4.1. Hukum Kirchhoff pertama (hukum titik simpul)


Pada rangkaian parallel selalu menghasilkan apa yang disebut dengan titik
percabangan, yang juga dikenal sebagai titik simpul.
Pada titik tersebut arusnya bercabang. Dalam hal ini sesuai dengan aturan tertentu.
Contoh:
Gambar 2.18 Percabangan arus
Kita amati misalnya pada titik A beberapa arus sebagaimana diperlihatkan, maka
ditemukan bahwa arus I1 dan I2 mengalir masuk menuju titik simpul A, sedangkan arus
I3, I4 dan I5 mengalir keluar (meninggalkannya). Disini terbukti bahwa nilai arus yang
masuk besarnya sama dengan nilai arus yang keluar.
Hukum Kirchhoff pertama (titik simpul):
Disetiap titik simpul (cabang), jumlah arus yang masuk besarnya sama dengan jumlah
arus yang keluar.
+ I4 + I5
Dengan bantuan rumus ini, maka arus yang belum diketahui pada suatu titik
percabangan arus, dapat ditentukan besarnya.

Contoh:
Berapa besarnya arus I2 pada rangkaian dibawah ini ?
Gambar 2.19 Rangkaian parallel

Jawab: I = I1 + I2 + I3 dijabarkan ke I2 menjadi;


I2 = I - I1 - I3 ; I2 = 12 A - 5 A - 4 A = 3 A

4.2. Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala)


Pada suatu rangkaian arus tertutup (jala-jala) terdapat suatu pembagian tegangan yang sangat
tertentu. Pembagian tegangan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sesuai.
Contoh:
Gambar 2.20 Rangkaian arus dengan dua sumber tegangan
Kedua sumber tegangan dengan tegangan sumber US1 dan US2 elektron-elektronnya
menggabungkan diri dalam memberikan pengaruhnya secara keseluruhan. Disini
sumber tegangan tersebut bereaksi dalam arah yang sama. Mereka mengendalikan
arus I sesuai dengan tahanan yang ada.

Arus I merupakan penyebab terjadinya tegangan jatuh pada tahanan R1, R2 , R3

Pada suatu persamaan antara tegangan sumber dengan tegangan jatuh diketahui,
bahwa hal tersebut sama besarnya, artinya yaitu tegangan sumber terbagi kedalam
rangkaian arus secara keseluruhan.
Dari situ dapat disimpulkan hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala):
Disetiap rangkaian arus tertutup, jumlah tegangan sumber besarnya sama dengan
jumlah semua tegangan jatuh.
= I . R1 + I . R2 + I . R3
Dalam praktiknya suatu rangkaian arus biasanya hanya terdiri atas sebuah tegangan
sumber dan satu atau beberapa beban.
Gambar 2.21 Rangkaian arus dengan sebuah sumber tegangan

Disini berlaku:
US = I . R1 + I . R2
Kita hubungkan lampu seperti yang tersebut diatas pada suatu kotak kontak, dengan
demikian maka tegangan klem U kotak kontak dalam hal ini berfungsi sebagai tegangan
sumber US.
Gambar 2.22 Rangkaian arus dengan suatu tegangan klem
Maka berlaku:

U = I . R1 + I . R2; disederhanakan menjadi: U = I (R1 + R2)


Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala) dapat digunakan untuk bermacam-macam.
Dia memungkinkan untuk menentukan suatu tegangan sumber yang belum diketahui,
arus atau suatu tahanan.

Contoh:
Berapa besarnya nilai arus yang ditunjukkan amperemeter pada rangkaian dibawah
ini ?

Gambar 2.23 Rangkaian arus dengan amperemeter

US1 + US2 + US3 = I . R1 + I . R2


US1 + US2 + US3 = I . (R1 + R2)
Jawaban:
Tegangan sumber semuanya berpengaruh dengan arah yang sama, pengaruhnya
saling menggabungkan diri. Maka berlaku hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala) :

Related Posts by Categories


Hukum Listrik
Hukum Kirchhoff sirkuit
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

sirkuit hukum's Kirchhoff adalah dua kesamaan-kesamaan yang berhubungan dengan


konservasi biaya dan energi dalam sirkuit listrik , dan pertama kali dijelaskan pada 1845 oleh
Gustav Kirchhoff . Banyak digunakan di teknik elektro , mereka juga disebut's aturan Kirchhoff
atau hanya's hukum Kirchhoff (lihat juga Teman-hukum Kirchhoff untuk arti lain dari istilah itu).
Kedua aturan sirkuit dapat langsung diturunkan dari persamaan Maxwell's , tapi Kirchhoff
didahului Maxwell dan bukannya bekerja umum oleh Georg Ohm .

Isi
[hide]
• 1 Kirchhoff hukum saat ini (KCL)
○ 1.1 Mengubah densitas muatan
○ 1.2 Menggunakan
• 2 Kirchhoff tegangan hukum (KVL)
○ 2.1 Listrik lapangan dan potensial listrik
○ 2.2 Keterbatasan
• 3 Lihat juga
• 4 Referensi
• 5 Pranala luar

[ sunting ] saat ini undang-undang Kirchhoff (KCL)

Arus masuk persimpangan manapun adalah sama dengan arus yang meninggalkan
persimpangan. I 1 + i 4 = i 2 + i 3

Hukum ini juga disebut pertama undang-undang Kirchhoff, titik aturan Kirchhoff,
persimpangan aturan's Kirchhoff (atau aturan nodal), dan pertama kali aturan itu
Kirchhoff.
Prinsip kekekalan muatan listrik menyiratkan bahwa:
Pada setiap node (penyambung) dalam sebuah sirkuit listrik , jumlah arus
yang mengalir ke node yang sama dengan jumlah arus yang mengalir keluar
dari simpul tersebut.

atau

Jumlah aljabar dari arus di jaringan konduktor pertemuan di sebuah titik nol.

Mengingat bahwa saat ini adalah (positif atau negatif) yang ditandatangani kuantitas
mencerminkan arah menuju atau jauh dari simpul, prinsip ini dapat dinyatakan sebagai:

n adalah jumlah cabang dengan arus yang mengalir menuju atau menjauh dari node.
Formula ini berlaku untuk kompleks arus:

Hukum didasarkan pada konservasi biaya dimana muatan (diukur dalam coulomb) adalah produk
dari arus (dalam ampere) dan waktu (dalam detik).
[ sunting ] Mengubah densitas muatan
Ada rincian hukum Kirchoff saat ketika kita menganggap arus masuk piring tunggal dari
kapasitor. Jika satu membayangkan permukaan tertutup sekitar yang piring tunggal, arus masuk
melalui permukaan, tetapi tidak keluar, sehingga melanggar KCL. Tentu saja, arus melalui suatu
permukaan tertutup di sekitar seluruh kapasitor akan memenuhi KCL sejak memasuki saat satu
piring diimbangi oleh keluar saat piring lain, dan yang biasanya semua yang penting dalam
analisis rangkaian, tetapi ada masalah ketika mempertimbangkan hanya satu piring. Ini adalah
contoh dari aturan umum lagi yang KCL hanya berlaku jika densitas muatan tetap konstan pada
titik yang itu diterapkan. Contoh lainnya adalah arus dalam sebuah antena di mana saat ini
memasuki antena dari penyulang pemancar tetapi tidak keluar arus dari ujung yang lain.
Maxwell memperkenalkan konsep arus perpindahan untuk menggambarkan situasi ini. Arus
yang mengalir ke piring kapasitor adalah sama dengan tingkat akumulasi biaya dan karenanya
juga sama dengan laju perubahan fluks listrik karena yang mengenakan (fluks listrik diukur
dalam satuan yang sama, coulomb , muatan listrik seperti di Sistem SI unit). Hal ini laju

perubahan fluks, , Adalah apa yang disebut Maxwell arus pergeseran aku D;

Ketika arus perpindahan dimasukkan, hukum Kirchhoff saat ini sekali lagi berlaku. Pemindahan
arus tidak arus nyata dalam bahwa mereka tidak bergerak terdiri dari biaya, mereka harus lebih
dipandang sebagai faktor koreksi untuk membuat KCL benar. Dalam kasus pelat kapasitor, arus
masuk riil pelat adalah persis dibatalkan oleh arus pergeseran meninggalkan piring dan menuju
pelat berlawanan.
Hal ini juga dapat dinyatakan dalam jumlah medan vektor dengan mengambil perbedaan dari itu
hukum Ampere dengan's koreksi Maxwell dan menggabungkan dengan hukum Gauss's ,
menghasilkan:

Ini hanyalah biaya konservasi persamaan (dalam bentuk integral, ia mengatakan bahwa saat ini
mengalir keluar dari permukaan tertutup sama dengan laju kehilangan muatan dalam volume
tertutup ( Divergence teorema )). saat undang-undang Kirchhoff setara dengan pernyataan bahwa
perbedaan arus adalah nol, benar untuk-invarian ρ waktu, atau selalu benar jika arus pergeseran
disertakan dengan J.
[ sunting ] Penggunaan
Sebuah matriks versi saat ini undang-undang Kirchhoff adalah dasar dari kebanyakan software
simulasi sirkuit , seperti SPICE .

[ sunting ] tegangan Kirchhoff undang-undang (KVL)

Jumlah semua tegangan sekitar loop adalah sama dengan nol. v 1 +v 2 +v 3 -v 4 =


0

Hukum ini juga disebut kedua undang-undang Kirchhoff,'s loop Kirchhoff (atau mesh)
aturan, dan kedua aturan itu Kirchhoff.
Prinsip kekekalan energi menyiratkan bahwa
Jumlah diarahkan dari listrik beda potensial (tegangan) sekitar setiap sirkuit
tertutup adalah nol.

atau

Lebih sederhana, jumlah dari emfs dalam loop tertutup adalah setara dengan
jumlah dari tetes potensial dalam loop itu.
atau

Jumlah aljabar dari produk-produk dari resistensi konduktor dan arus di


dalamnya dalam sebuah loop tertutup adalah sama dengan jumlah ggl
tersedia di loop.

Demikian pula untuk KCL, dapat dinyatakan sebagai:

Di sini, n adalah jumlah tegangan yang diukur. Tegangan juga mungkin rumit:

Hukum ini didasarkan pada konservasi "energi yang diberikan / diambil oleh medan potensial"
(tidak termasuk energi yang diambil oleh disipasi). Mengingat potensi tegangan, biaya yang telah
menyelesaikan sebuah loop tertutup tidak mendapatkan atau kehilangan energi seperti yang telah
kembali ke tingkat potensial awal.
Hukum ini berlaku bahkan ketika perlawanan (yang menyebabkan disipasi energi) hadir dalam
rangkaian. Validitas undang-undang ini dalam hal ini bisa dipahami jika menyadari bahwa biaya
sebenarnya tidak kembali ke titik awal, karena disipasi energi. charge hanya akan berakhir pada
terminal negatif, bukannya terminal positif. Ini berarti semua energi yang diberikan oleh beda
potensial telah sepenuhnya dikonsumsi oleh resistensi yang pada gilirannya kehilangan disipasi
energi sebagai panas.
Untuk meringkas, hukum tegangan Kirchhoff tidak ada hubungannya dengan keuntungan atau
kerugian energi oleh komponen elektronik (resistor, kapasitor, dll). Ini adalah hukum mengacu
ke kolom potensial yang dihasilkan oleh sumber tegangan. Dalam bidang ini potensial, terlepas
dari apa komponen elektronik ini, keuntungan atau kerugian pada "energi yang diberikan oleh
bidang potensial" harus nol ketika membebankan menyelesaikan loop tertutup.
[ sunting ] medan listrik dan potensial listrik
tegangan Kirchhoff undang-undang bisa dilihat sebagai konsekuensi dari prinsip konservasi
energi . Jika tidak, akan ada kemungkinan untuk membangun sebuah mesin gerak abadi yang
melewati arus dalam lingkaran di sekitar sirkuit.
Menimbang bahwa potensial listrik didefinisikan sebagai garis integral melalui medan listrik ,
tegangan Kirchhoff hukum itu dapat dinyatakan dipersamakan sebagai

yang menyatakan bahwa integral garis dari medan listrik di sekitar C loop tertutup adalah nol.
Dalam rangka untuk kembali ke bentuk yang lebih khusus, integral ini dapat "dipotong" untuk
mendapatkan tegangan pada komponen tertentu.
[ sunting ] Keterbatasan
Ini adalah penyederhanaan dari hukum Faraday's induksi untuk kasus khusus dimana tidak ada
fluktuasi medan magnet yang menghubungkan loop tertutup. Oleh karena itu, praktis sudah
cukup untuk menjelaskan sirkuit yang mengandung hanya resistor dan kapasitor.
Dengan keberadaan medan magnet mengubah medan listrik tidak konservatif dan tidak bisa
sehingga menentukan skalar murni potensi -the line integral dari medan listrik di sekitar sirkuit
tidak nol. Ini karena energi yang ditransfer dari medan magnet dengan arus (atau sebaliknya).
Dalam rangka "memperbaiki" tegangan undang-undang Kirchhoff untuk rangkaian yang
mengandung induktor, penurunan potensi efektif, atau gaya gerak listrik (ggl), terkait dengan
setiap induktansi rangkaian, persis sama dengan jumlah yang garis terpisahkan dari medan listrik
tidak nol oleh Teman-hukum induksi Faraday .

[ sunting ] Lihat pula


Elektronik
portal

• Hukum Kirchhoff
• Faraday hukum induksi

Hukum Tegangan Kirchhoff


Jika kita melakukan pengukuran menggunakan pengukur tegangan antara titik ‘1’ dan titik ‘4’,
dimana probe merah berada pada titik ‘1’ dan probe hitam berada pada titik ‘4’, pengukur
tegangan menunjukkan tegangan sebesar 12V yang berarti bahwa tegangan ini bernilai positif
(+). Ingat polaritas pada hukum Kirchhoff sangat penting dan sangat mempengaruhi hasil akhir
analisa pada suatu rangkaian elektronika.
Tegangan yang diukur di atas selanjutnya disebut sebagai V1-4, dimana tegangan yang diukur
adalah titik ‘1’ dan sebagai referensi-nya adalah titik ‘4’. Kemudian kita lakukan lagi
pengukuran terhadap tegangan yang melewati masing-masing resistor pada rangkaian
menggunakan pengukur tegangan yang sama, searah jarum jam dimulai dari R1 (V2-1), R2 (V3-2)
dan R3 (V4-3).
Kita dapat dengan mudah menghitung tegangan pada resistor seri menggunakan hukum Ohm,
tetapi pada hukum Kirchhoff yang dibutuhkan adalah selain tegangan kita juga membutuhkan
polaritas tegangan-nya. Dari hasil pengukuran di atas didapatkan hasil.
V1-4 = 12V
V2-1 = -10,6V
V3-2 = - 0,13V
V4-3 = - 1,27V

Hasil di atas kemudian kita jumlahkan secara aljabar sehingga didapatkan


12 + (-10,6) + (-0,13) + (-1,27) = 0V

Dari hasil pengukuran dan penjumlahan aljabar di atas, dapat tarik kesimpulan bahwa:
“Penjumlahan Aljabar Pada Semua Tegangan Dalam Suatu Loop Akan Sama Dengan Nol (0)”
atau lebih dikenal sebagai "Hukum Tegangan Kirchhoff".

Hukum Arus Kirchhoff


Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana hukum arus Kirchhoff berlaku pada suatu
rangkaian perhatikan gambar rangkaian resistor paralel berikut ini.

dari rangkaian resistor paralel di atas lakukan pengukuran dan perhitungan untuk arus yang
melewati masing-masing resistor dan arus total yang mengalir pada rangkaian. Hasilnya
diperoleh sebagai berikut.
Kemudian ukur pula arus yang mengalir pada titik-titik percabangan I1-2, I2-3, dan I3-4 , hasilnya
adalah sebagai berikut.
Gambar ulang rangkaian dengan memasukkan hasil masing-masing pengukuran arus di atas
untuk mempermudah analisa.
Perhatikan pada titik percabangan ‘2’ dan titik percabangan ‘3’. Pada titik percabangan ‘2’, I1-2
merupakan hasil penjumlahan I2-3 dan IR1 yakni 1,112A = 1,1A + 0,012A. Begitu juga pada titik
percabangan ‘3’, I2-3 merupakan hasil penjumlahan I3-4 dan IR2 yakni 1,1A = 0,1A + 1A. Jika
penjumlahan pada titik percabangan di tuliskan dalam bentuk aljabar akan seperti berikut.
Untuk titik percabangan ‘2’
• I1-2 = I2-3 + IR1
• 1,112A = 1,1A + 0,012A
• 1,112A -1,1A - 0,012A = 0
Untuk titik percabangan ‘3’
• I2-3 = I3-4 + IR2
• 1,1A = 0,1A + 1A
• 1,1A - 0,1A - 1A = 0
Dari hasil pengukuran dan perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
“Penjumlahan aljabar antara jumlah arus yang masuk titik percabangan dengan jumlah arus
yang meninggalkan titik percabangan harus sama dengan Nol (0)”
atau dengan kata lain
“Jumlah arus yang masuk titik percabangan sama dengan jumlah arus yang meninggalkan titik
percabangan”
dan ini lebih dikenal sebagai "Hukum Arus Kirchhoff".
Sumber referensi
• Electrical and Electronic Principles and Technology, Third Edition, John Bird, Elsevier Ltd, 2007
• Lesson In Electric Circuits, Volume I - DC, Tony R. Kuphaldt, Fifth Edition, 2007.
• Kirchhoff's circuit laws, wikipedia

PEMBERITAHUAN HAK CIPTA. Artikel ini, termasuk di dalamnya


tulisan, diagram, gambar dan kode, adalah kekayaan intelektual dari Bayu Kuncoro Mukti dan
Ilmu Elektronika, dengan hak cipta © 2010. Reproduksi, duplikasi, mencetak atau
mempublikasikan kembali dengan berbagai cara untuk keperluan komersial adalah dilarang.
Penulis (Bayu Kuncoro Mukti) mengijinkan artikel ini untuk di simpan, dicetak, reproduksi
atau dipublikasikan kembali hanya untuk keperluan pribadi, pendidikan, dan non-komersial
dengan catatan tidak menghapus, memodifikasi, baik itu tulisan, diagram, gambar, atau kode
pada artikel termasuk pemberitahuan hak cipta ini serta memberikan tautan (link) kembali ke
situs Ilmu Elektronika.

Blognya Kasimbar Ingin berbuat meski hanya sejengkal


Top of Form

Cari Blog in

Bottom of Form

• Beranda
• Download Gratis
• Pengembangan Profesi Guru
• Pesan
• Ruang Usaha
• Seputar PARIMO
• Link
« Tantangan-Tantangan Pendidikan Guru Sains dan Teknologi
dalam Menghadapi Abad Baru
Metode Penelitian, Jenis Penelitian, Macam-Macam Data Penelitian »

21 Agu

Hukum Kirchoff
Posted 21 Agustus 2010 by adikasimbar in Perangkat. Ditandai:Bahan ajar. 1 Komentar
KETERKAITAN ANTARA KERJA ALAT LISTRIK (W) DENGAN
MUATAN LISTRIK (Q) YANG DIPINDAHKAN
Jika kita perhatikan, kerja (usaha=work) yang dilakukan banyak peralatan dalam
kehidupan sehari-hari memanfaatkan perpindahan “sesuatu”.
1. Layang-layang dan kincir angin bekerja dengan memanfaatkan perpindahan angin dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah.
2. Kerja yang dilakukan turbin PLTU, mesin uap, serta piston kendaraan bermotor
dilakukan dengan memanfaatkan aliran udara panas dari tempat yang mempunyai
panas tinggi ke tempat yang mempunyai panas yang rendah.
3. Kerja yang dilakukan kincir air dengan memanfaatkan perpindahan air yang bertekanan
tinggi ke air yang bertekanan rendah.
Maka sebenarnya alat-alat listrik juga melakukan hal yang serupa. Alat listrik melakukan
kerja dengan cara mindahkan sejumlah “sesuatu” (yang kemudian diberi nama
“muatan listrik”=charge) dari tempat yang mempunyai “tegangan listrik” tinggi ke
tempat yang tegangan listrik rendah.
Jika direnungkan lebih dalam lagi, konsep listrik yang bersifat abstrak (tidak kasat mata)
sebenarnya “direkayasa” dari konsep-konsep yang sudah ada sebelumnya. Perhatikan
kesesuaian-kesesuaian antara konsep aliran air dan aliran listrik di bawah ini!
1. Air mengalir karena adanya “tekanan“; maka muatan listrik mengalir juga karena
adanya “tegangan“. Bukankah tekanan adalah tegangan itu mempunyai kemiripan
makna?
2. Tekanan air dapat dihasilkan oleh kedalaman permukaan air (tekanan hidrostatik) dan
dapat pula dihasilkan oleh pompa air. Sedangkan tegangan dapat dihasilkan oleh
sumber tegangan, misalnya batu baterai dan generator listrik.
3. Kincir air bekerja (work) dengan memanfaatkan aliran air; sedangkan lampu, setrika,
pemanas serta peralatan listrik lainnya bekerja dengan memanfaatkan arus listrik.
4. Sifat kincir air menghambat aliran air, sifat alat-alat listrik menghambat arus listrik.
5. Setelah melewati kincir air maka tekanan air menjadi berkurang, setelah melewati alat-
alat listrik tegangan listrik turun.
Perhatikan gambar di bawah ini!

Kincir bekerja dengan memanfaatkan aliran air dari tekanan tinggi ke tekanan rendah,
sedangkan lampu bekerja dengan memanfaatkan aliran muatan listrik dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah.
Lalu, bagaimana konsep usaha yang dilakukan oleh alat-alat listrik itu
“direkayasa” oleh para ilmuwan?
Pada gambar di atas terlihat dengan jelas keterkaitan antara : kerja yang dilakukan
kincir air, tekanan, serta jumlah air yang mengalir. Dapat dikaitkan pula kerja yang
dilakukan lampu, tegangan, serta jumlah muatan listrik yang mengalir.
1. Kerja yang dilakukan pada kincir air
Kerja dilakukan apabila ada gaya yang menghasilkan perpindahan.
W = F x s ……. (1)
Di dalam konteks zat cair dan gas, yang lebih berperan adalah tekanan (P).
Maka kita perlu menganti gaya pada rumus 1 dengan tekanan.
P = F/A
F = P x A …. (2)
Jika kita substitusikan rumus 2 ke dalam rumus 1 diperoleh rumus :
W=PxAxs
Sedangkan A x s adalah volume zat cair yang dipindahkan (Vol = A x s).
Sehingga kerja kincir air dapat diperhitungkan dengan rumus :
W = P x Vol
Rumus di atas mempunyai makna secara fisis : kerja (W) yang dilakukan kincir
air bergantung pada besarnya tekanan (P) dan volume (Vol) air yang dialirkan
melewati kincir.
2. Kerja yang dilakukan pada lampu
Dengan memperhatikan konsep kerja pada kincir air, kita dapat “merekayasa”
kerja yang dilakukan pada lampu, sebagai berikut : “Kerja (W) yang dilakukan
lampu sangat bergantung pada besarnya tegangan (V) dan jumlah muatan
(Q)yang dialirkan melewati lampu.”
Secara matematis, kita dapat “merekayasa” rumus :
W=VxQ
Bukankah kedua rumus di atas merupakan rumus yang serupa? Tekanan (P)
identik dengan tegangan (V), sedangkan volume air (Vol) identik dengan jumlah
muatan (Q). Tegangan kemudian diberikan satuan volt, kemudian jumlah muatan
satuannya coulomb.
Untuk lebih jelaskan, bandingkan dua contoh soal di bawah ini!
Contoh 1 :
Sebuah turbin pembangkit terpasang pada pipa air bertekanan 220.000 pascal. Setelah
beberapa lama bekerja, turbin pembangkit tersebut menghasilkan kerja sebesar
440.000.000 joule. Tentukan jumlah air yang dialirkan melewati turbin tersebut!
Diketahui : P = 220.000 pascal; W = 440.000.000 joule
Ditanyakan : Vol = …. ?
Jawaban :
Vol = W/P
Vol = 440.000.000 / 220.000
Vol = 2000 m3
Contoh 2 :
Sebuah setrika terpasang pada tegangan 220 volt. Setelah beberapa lama menyala
menghasilkan panas sebesar 440.000 joule. Tentukan jumlah muatan yang dialirkan
melewati setrika tersebut!
Diketahui : V = 220 volt; W = 440.000 joule
Ditanyakan : Q = …. ?
Jawaban :
Q = W/V
Q = 440.000 / 220
Q = 2000 coulomb

KONSEP KUAT ARUS LISTRIK versus KONSEP DEBIT AIR


Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ternyata konsep-konsep yang terdapat pada
listrik “direkayasa” dari konsep-konsep yang sudah ada sebelumnya. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa kerja yang dilakukan turbin atau kincir air identik dengan kerja yang
dilakukan oleh alat-alat listrik.
Demikian pula untuk menggambarkan seberapa besar arus listrik mengalir, dapat kita
“direkayasa” setelah kita memahami konsep debit air dalam kehidupan sehari-hari.
1. Konsep debit air
Di dalam bidang pertanian, debit air dapat diartikan volume air yang mengalir
tiap satuan waktu. Secara matematis debit air dapat dituliskan :
Debit = Vol / t
Dalam keseharian, satuan debit air menyesuaikan kebutuhan. Besarnya debit air
sungai dapat dituliskan dengan satuan M3/s. Tetapi debit air pada alat penjernih
air mungkin dapat dituliskan dengan satuan liter/menit.
1. Konsep kuat arus listrik
Besar kecilnya aliran listrik atau kuat arus listrik (I)menyatakan jumlah muatan
listrik (Q) yang mengalir tiap satuan waktu. Secara matematis kuat arus listrik
dapat dituliskan dengan rumus :
I=Q/t
Bukankah konsep debit air dan kuat arus listrik merupakan konsep yang serupa?
Di dalam sistem internasional, satuan muatan listrik adalah coulomb (C).
Sedangkan satuan waktu adalah sekon (s). Maka satuan kuat arus listrik adalah
coulomb/sekon. Satuan coulomb per sekon disingkat ampere (A).
Untuk lebih jelasnya, bandingkan dua contoh soal berikut :
Contoh 3 :
Pada sebuah pipa mengalir air dengan debit 2 liter/detik. Pipa tersebut digunakan untuk
mengisi bak. Tentukan berapa liter air yang terisi di dalam bak setelah 60 detik.
Diketahui : Debit = 2 liter/detik; t = 60 detik.
Ditanyakan : Vol =… ?
Jawaban : Vol = Debit x t
Vol = 2 liter/detik x 60 detik
Vol = 120 liter.
Contoh 4 :
Pada sebuah kawat mengalir arus sebesar debit 2 coulomb/detik atau 2 A. Tentukan
berapa muatan listrik yang dipindahkan setelah 60 detik.
Diketahui : I = 2 coulomb/detik; t = 60 detik.
Ditanyakan : Q =… ?
Jawaban : Q=Ixt
Q = 2 coulomb/detik x 60 detik
Q = 120 coulomb.

PENGENDALIAN ARUS LISTRIK versus PENGENDALIAN ARUS AIR


(Di dalam buku-buku IPA, pengendalian arus listrik dijelaskan dalam bahasan Hukum
Ohm)
Bagaimana arus listrik dikendalikan? Untuk bisa memahami bagaimana arus listrik itu
dikendalikan, maka terlebih dahulu kita harus paham bagaimana arus air dikendalikan.
Apa perlunya arus listrik dikendalikan? Tentu saja arus listrik perlu dikendalikan. Sebab
dengan mengendalikan arus listrik berarti mengendalikan jumlah muatan listrik yang
dipindahkan oleh alat-alat listrik (ingat Q = I x t). Berarti pula mengendalikan kerja yang
dilakukan oleh alat-alat listrik (ingat W = V x Q).
1. Bagaimana kuat arus air dikendalikan?
Besarnya aliran air yang mengalir di dalam suatu pipa bergantung pada dua hal.
Yaitu :
Pertama, tekanan yang menjadikan air mengalir. Tekanan pada air dilakukan
dengan cara meninggikan permukaan air (tekanan hidrostatik) atau dengan
memasang pompa air yang lebih besar. Semakin besar tekanan air, maka
semakin besar pula arus air.
Arus dapat diperbesar dengan menambah tekanan air.
Kedua, aliran air dikendalikan dengan memasang hambatan berupa kran. Jika
hambatan kran diperbesar, maka arus air menjadi mengecil. Sebailknya bila
hambatan kran diperkecil maka aliran air menjadi membesar. Perhatikan gambar
di bawah ini!

Arus dapat dikendalikan dengan mengatur hambatan kran.


Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya arus air hanyalah
merupakan akibat dari dua hal, yaitu besarnya tekanan dan besarnya hambatan.
Besarnya tekanan itu sendiri “by design” ditentukan oleh sumber tekanan, yaitu
ketinggian permukaan. Besarnya hambatan itu sendiri “by design” ditentukan
oleh besar kecilnya kran dibuka.
2. Bagaimana arus listrik dikendalikan.
Serupa dengan bagaimana arus air dikendalikan; kuat arus listrik ditentukan oleh
dua hal. Yaitu :
Pertama, tegangan yang dihasilkan oleh sumber tegangan. Besarnya tegangan
yang dimana alat-alat listrik tersebut dipasang. Jika suatu alat listrik dipasang
pada dua titik yang mempunyai perbedaan tegangan yang sangat besar, maka
akan mengalir arus listrik yang besar pula.
Perhatikan gambar di bawah ini! Lampu yang dipasang pada dua titik yang
mempunyai perbedaan tegangan yang besar (yaitu di ujung-ujung batu baterai)
akan menghasilkan arus yang besar pula. Ditandai dengan nyala lampu yang
lebih terang.
Kuat arus listrik dipengaruhi oleh tegangan listrik
Kedua, aliran listrik dikendalikan oleh hambatan alat listrik yang terpasang.
Hambatan alat listrik ditentukan “rancangan” alat listrik itu sendiri. Misalnya :
pada lampu yang mempunyai filamen yang tipis mempunyai hambatan yang
besar; maka arus yang mengalir menjadi kecil dan lampunya lebih redup.
Sedangkan pada lampu yang mempunyai filamen yang tebal mempunyai
hambatan yang kecil; maka arus yang mengalir menjadi besar dan lampunya
lebih terang.

Kuat arus listrik dipengaruhi oleh hambatan alat listrik


Dengan demikian kuat arus yang mengalir hanyalah merupakan akibat dari tegangan di
mana alat tersebut terpasang serta hambatan alat listrik itu sendiri.
Tegangan dimana alat listrik terpasang biasanya nilainya selalu tetap dan tidak mudah
diotak-atik. Dua titik lobang stop kontak listrik PLN mempunyai tegangan 220 volt. Dua
titik (ujung atas dan bawah batu baterai) mempunyai tegangan 1,5 volt. Dua ujung
elektroda pada aki mempunyai tegangan 12 volt. Kita dapat memperoleh tegangan
yang kita inginkan dengan memasang sumber-sumber tegangan secara seri/deret. Tiga
buah baterai 1,5 volt dapat diseri untuk memperoleh tegangan 4,5 volt. Dua aki 12 volt
diseri akan menghasilkan tegangan 24 volt.
Meski kita dapat mengatur arus listrik dengan cara mengubah-ubah tegangan, namun
akan lebih mudah dengan cara mengubah nilai hambatan alat listrik.
1. Pada lampu, hambatan lampu dirancang dengan menentukan ketebalan dan panjang
filamen.
2. Radio dapat dikeraskan dengan mengatur volume radio. Volume radio pada dasarnya
adalah hambatan yang nilainya dapat diatur.
3. Kecepatan putar kipas angin di plafon dapat diatur dengan memutar tombol yang
terdapat di dinding. Tombol putar di dinding pada dasarnya adalah hambatan yang
nilainya dapat diatur.
Pengaruh tegangan dan nilai hambatan alat listrik terhadap kuat arus yang mengalir
dapat dituliskan dengan rumus :

Hambatan listrik mempunyai satuan ohm.


Contoh 5 :
Sebuah lampu yang mempunyai 500 ohm dipasang pada tegangan 10 volt. Tentukan
kuat arus yang mengalir pada lampu tersebut!
Diketahui : R = 500 ohm; V = 10 volt;
Ditanyakan : I = … ?

Jawaban :
Contoh 6 :
Sebuah lampu rumah mempunyai hambatan 4400 ohm dipasang pada lubang stop
kontak dengan tegangan 220 volt. Tentukan :
1. Kuat arus yang mengalir.
2. Tegangan bila lampu diganti dengan yang hambatannya 8800 ohm.
Jawaban :
1. Diketahui : R = 4400 ohm; V = 220 volt;
Ditanyakan : I = .. ?

Jawaban :
2. Diketahui : R = 8800 ohm; I = 0,05 ampere
Ditanyakan : V = … ?
Jawaban :
Contoh 7 :
Dua buah lampu masing-masing mempunyai hambatan 100 ohm dan 200 ohm. Kedua
lampu tersebut kemudian dipasang pada tegangan yang sama, yaitu 10 volt. Manakah
di antara kedua lampu tersebut yang nyalanya lebih terang?
Jawaban :
Terang tidaknya lampu (besar kecilnya usaha lampu) ditentukan oleh 2 hal, yaitu
jumlah muatan yang dipindahkan dan tegangan dimana lampu tersebut dipasang.
Karena kedua lampu tersebut dipasang pada tegangan yang sama, maka lampu yang
lebih terang adalah yang memindahkan muatan lebih banyak, atau yang mengalirkan
arus listrik lebih besar.
Lampu I : V = 10 volt; R = 100 ohm;

Lampu II : V = 10 volt; R = 200 ohm;

Jadi lampu I menyala lebih terang karena mengalirkan arus lebih besar.
PENYEBARAN ARUS LISTRIK PADA SISTEM RANGKAIAN
(Di dalam buku-buku IPA, sistem rangkaian dijelaskan dalam bahasan Hukum Kirchhoff
I dan II)
Pada hambatan tunggal yang terpasang langsung pada sumber tegangan, tegangan
(V) yang diterima hambatan hampir pasti sama dengan tegngan dari sumber tegangan
(E) itu sendiri. Perhatikan contoh di bawah ini :
Pada hambatan tunggal (satu lampu), tegangan hambatan mengikuti tegangan dari sumbernya (aki dan
stop kontak).
Namun bagaimana bila suatu hambatan terpasang pada suatu sistem rangkaian yang
melibatkan beberapa hambatan sekaligus? Ternyata, pada sistem rangkaian, nilai
hambatan satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi tegangan yang diterima
masing-masing hambatan. Dalam sistem rangkaian berlaku hukum Kirchhoff I dan II.
Sebelum lebih jauh mempelajari hukum Kirchhoff I dan II, terlebih dahulu kita harus
memahami pengaruh nilai hambatan terhadap tegangan di dalam suatu sistem
rangkaian. (dapat dibaca : pengaruh kran terhadap tekanan di dalam suatu pipa).
Perhatikan gambar berikut :

Tekanan di titik A > tekanan di titik B > tekanan di titik C > tekanan di titik D,
bila dibandingkan dengan tekanan udara luar.
Hambatan kran mengakibatkan penurunan tekanan air.
Pada gambar di atas, air mengalir di dalam pipa dari kiri ke kanan. Apa buktinya A
mempunyai tekanan yang paling besar? Mudah saja. Beri saja lubang di titik A, B, C
dan D. Maka pastilah air di titik A akan menyembur lebih tinggi.
Dari gambar di atas maka jelaslah bahwa sifat hambatan akan mengakibatkan
penurunan tekanan air.
Hal serupa juga terjadi pada hambatan listrik. Perhatikan gambar berikut!

Tegangan di titik A bila dibandingkan dengan negatif sumber tegangan adalah paling tinggi. Kemudian
yang lebih rendah berturut-turut tegangan B, tegangan C dan tegangan D.
Hambatan lampu mengakibatkan penurunan tegangan listrik.
Bagaimana kita menaikkan tegangan di dalam suatu rangkaian? Di dalam suatu
rangkaian listrik, tegangan dapat dinaikkan dengan menambahkan sumber tegangan,
misalnya batu baterai. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :
Pompa air menaikkan tekanan, serta baterai menaikkan tegangan.
Hukum Kirchhoff II
Secara sederhana, hukum Kirchhoff II dapat dirumuskan sebagai berikut : ” Di dalam
suatu loop/lintasan tertutup, jumlah kenaikan tegangan baterai (E) harus sama dengan
jumlah penurunan tegangan oleh hambatan (V↓). Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut :
total E = total V ↓
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal serupa hukum Kirchhoff II.
Di dalam suatu lintasan balap mobil dimana garis start sekaligus sebagai garis finish,
apabila ada lintasan yang naik pasti ada lintasan yang turun. Jumlah kenaikan lintasan
pasti sama dengan jumlah penurunan lintasan. Perhatikan ilustrasi berikut !

A→B naik 5 m, B→C naik 4 m. Total kenaikan 9 m.


C→D turun 6 m, D→A turun 3 m. Total penurunan 9 m.
Dalam lintasan tertutup total kenaikan = total penurunan.
Hal serupa juga terjadi pada lintasan air, sebagai berikut :
A→B tekanan naik 10 pascal karena pompa. B→C tekanan turun 5 pascal oleh hambatan kran, C→D
tekanan turun 3 pascal oleh hambatan kran, D→A tekanan turun 2 pascal oleh hambatan kran.
Total tekanan naik (10 pascal) = total tekanan turun (10 pascal).
Secara sederhana, hukum Kirchhoff II dapat digambarkan sebagai berikut :

Kenaikan tegangan yang dihasilkan oleh baterai sebesar 9V akan dibagi-bagi ke semua lampu, sehingga
total penurunan tegangan lampu juga sebesar 9 volt.
Dari ilustrasi di atas tergambar jelas bahwa : apabila beberapa lampu (hambatan)
disusun secara seri kemudian dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka
kenaikan tegangan yang dihasilkan sumber tegangan tersebut akan dibagi-bagi habis
pada semua lampu tersebut. Dalam hal ini, susunan seri bersifat membagi tegangan.
Contoh 8 :
Dua buah lampu dipasang secara seri kemudian dihubungkan dengan aki bertegangan
12 volt. Setelah diukur dengan voltmeter, tegangan salah satu lampu adalah 5 volt.
Tentukan tegangan lampu yang lain!
Jawaban :
total E = total V ↓
12 = 5 + V2
V2 = 12 – 5
V2 = 7 V
Hukum Kirchhoff I (pada rangkaian tak
bercabang)
Pada rangkaian listrik yang tidak
bercabang (misalnya pada lampu yang
disusun secara seri) kuat arus di mana-
mana adalah sama. Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi berikut!

Dari ilustrasi di atas jelas bahwa pada susunan seri kran debit air di semua kran adalah
sama, meski masing-masing kran mempunyai hambatan yang berbeda-beda.
Menambah hambatan pada salah satu kran akan berakibat debit air pada semua kran
akan berkurang secara keseluruhan.
Hal serupa juga terjadi pada susunan seri hambatan listrik. Kuat arus pada semua
hambatan (lampu) apabila beberapa hambatan disusun secara seri adalah sama. Tidak
perduli hambatan pada masing-masing lampu berbeda-beda.
Contoh 9 :
Dua buah lampu dipasang secara seri
kemudian dihubungkan dengan aki
bertegangan 12 volt. Lampu pertama
yang mempunyai hambatan 500 ohm
ternyata mempunyai tegangan 5 volt.
Tentukan :
1. Tegangan lampu ke dua!
2. Kuat arus pada lampu pertama dan ke
dua!
3. Nilai hambatan lampu ke dua!
Jawaban :
1. Tegangan lampu ke dua tentu saja adalah 7 volt. Karena tegangan naik 12 volt sudah
digunakan oleh lampu pertama 5 volt. (Hukum Kirchhoff II)
2. Kuat arus pada lampu pertama dapat dihitung dengan hukum Ohm.
Kuat arus pada lampu ke dua juga 0,01 A, sebab selama rangkaian belum
bercabang kuat arus di mana-mana adalah sama. I2 = 0,01 A
3. Nilai hambatan pada lampu ke dua dapat dihitung dengan rumus hukum Ohm.

Dari contoh 9 dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :


1. Rumus hukum Ohm hanya berlaku pada suatu hambatan saja.
2. Di dalam suatu sistem rangkaian, penyebaran arus listriknya menggunakan hukum
Kirchhoff.
3. Pada beberapa hambatan yang disusun secara seri :
1. Tegangan baterai (E) akan dibagi-bagi habis pada semua hambatan.
2. Kuat arus pada semua hambatan adalah sama.
4. Kuat arus pada masing-masing hambatan sama dengan kuat arus sistem. Kuat arus
sistem sebesar 0,01 ampere juga.

5. Pada susunan seri hambatan, nilai hambatan total adalah jumlah dari semua hambatan.
Rseri = R1 + R2 + R3 + …
Hukum Kirchhoff I (pada rangkaian bercabang)
Pada suatu rangkaian listrik yang mengalami percabangan, kuat arus yang menuju
percabangan sama dengan yang meninggalkan percabangan. Perhatikan gambar
berikut!
Baterai harus mengeluarkan arus sebesar 2 A, sebab lampu I membutuhkan arus 1,5 A dan lampu 2
membutuhkan arus 0,5 A. Kemudian arus sebesar 1,5 A dan 0,5 A tersebut bergabung kembali masuk ke
dalam baterai..
Dari gambar di atas dapat dilihat :
1. Susunan paralel hambatan (lampu) akan mengakibatkan arus terbagi. Arus sebesar 2
A terbagi menjadi dua, masing-masing menuju lampu 1 (1,5 A) dan menuju lampu 2 (0,5
A).
2. Pada susunan paralel hambatan, masing-masing hambatan akan mendapat tegangan
yang sama, yaitu 12 volt. Karena masing-masing hambatan kawatnya sama-sama
terhubung langsung dengan sumber tegangan.
Contoh 10:
Dua buah lampu terpasang langsung pada stop kontak bertegangan 220 volt.
Hambatan lampu I = 4400 ohm dan lampu II = 8800 ohm. Tentukan :
1. kuat arus yang melalui masing-masing lampu!
2. kuat arus yang keluar dari stop kontak!
3. manakah yang menyala lebih terang?

Jawaban :
1. Karena keduanya terhubung langsung dengan sumber tegangan, maka tegangan lampu
I dan lampu II adalah sama, yaitu 220 volt.
2. kuat arus yang keluar dari stop kontak adalah 0,05 A + 0,025 A = 0,075 A.
3. Nyala lampu ditentukan oleh jumlah muatan yang dipindahkan (berarti ditentukan oleh
kuat arus) dan tegangan. Karena kedua lampu terpasang pada tegangan yang sama,
maka nyala lampu ditentukan oleh besarnya kuat arus. Dengan demikian lampu I akan
menyala lebih terang.
Dari contoh 10 dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pada beberapa hambatan yang disusun secara paralel :
1. tegangan pada masing-masing hambatan (V) sama dengan tegangan batería.
2. rangkaian paralel hambatan berfungsi membagi arus listrik sesuai dengan
kebutuhan masing-masing hambatan. Besar kuat arus yang masuk ke dalam
suatu hambatan tidak mempengaruhi besar kuat arus yang masuk ke hambatan
lain. Maka susunan paralel hambatan digunakan pada instalasi listrik PLN.
2. Pada susunan seri hambatan berlaku rumus :
Itotal = I1 + I2 + I3 + …
3. Rumus di atas dapat dikembangkan menjadi :
Itotal = I1 + I2 + I3 + …

Karena Vtotal = V1 = V2 = V3 (semua hambatan terpasang pada sumber yang


sama), maka :

4. Sumber : Blog sahabat

You might also like