Professional Documents
Culture Documents
pedagogia (paedagogik) yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri
dari dua kata yaitu ‘Paedos’ (anak, pen) dan ‘Agoge’ yang berarti saya membimbing, memimpin anak.
Sedangkan paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang (pemuda, pen) pada zaman Yunani Kuno yang
pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak (siswa, pen) ke dan dari sekolah. Perkataan
paedagogos yang semula berkonotasi rendah (pelayan, pembantu) ini, kemudian sekarang dipakai untuk
nama pekerjaan yang mulia yakni paedagoog (pendidik atau ahli didik atau guru). Dari sudut pandang ini
pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia mulai
perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada
perkembangan Iman. Perkembangan ini mengacu kepada membuat manusia menjadi lebih sempurna,
membuat manusia meningkatkan hidupnya dan kehidupan alamiah menjadi berbudaya dan bermoral.
Sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir, Rupert C. Lodge dalam bukunya Philosophy of Education (New
York : Harer & Brothers. 1974 : 23) menyatakan bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan itu
menyangkut seluruh pengalaman. Namun faktanya bahwa tidak semua pengalaman dapat dikatakan
pendidikan. Mencuri, mencopet, korupsi dan membolos misalnya, bagi orang yang pernah melakukannya
tentunya memiliki sejumlah pengalaman, tetapi pengalaman itu tidak dapat dikatakan pendidikan. Karena
pendidikan itu memiliki tujuan yang mulia, baik dihadapan manusia maupun dihadapan Tuhan.
a. John Dewey : pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kecakapan mendasar secara
intelektual dan emosional sesama manusia.
b. JJ. Rouseau : Pendidikan merupakan pemberian bekal kepada kita apa yang tidak kita butuhkan pada
masa kanak-kanak, akan tetapi kita butuhkan pada saat dewasa.
c. M. J. Langeveld : Pendidikan merupkan setiap usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi dan
membimbing anak ke arah kedewasaan, agar anak cekatan melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Menurut Langeveld pendidikan hanya berlangsung dalam suasana pergaulan antara orang yang sudah
dewasa (atau yang diciptakan orang dewasa seperti : sekolah, buku model dan sebagainya) dengan orang
yang belum dewasa yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
d. John S. Brubacher : Pendidikan merupakan proses timbal balik dari tiap individu manusia dalam rangka
penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan dengan alam semesta.
e. Kingsley Price mengemukakan: Education is the process by which the nonphysical possessions of
culture are preserved or increased in the rearing of the young or in the instruction of adults. (Pendidikan
adalah proses yang berbentuk non pisik dari unsur-unsur budaya yang dipelihara atau dikembangkan
dalam mengasuh anak-anak muda atau dalam pembelajaran orang dewasa).
f. Mortimer J. Adler : pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan
kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-
kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu
orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.
Definisi di atas dapat dibuktikan kebenarannya oleh filsafat pendidikan, terutama yang menyangkut
permasalahan hidup manusia, dengan kemampuan-kemampuan asli dan yang diperoleh atau tentang
bagaimana proses mempengaruhi perkembangannya harus dilakukan. Suatu pandangan atau pengertian
tentang hal-hal yang berkaitan dengan objek pembahasan menjadi pola dasar yang memberi corak berpikir
ahli pikir yang bersangkutan. Bahkan arahnya pun dapat dikenali juga.
Dari berbagai pandangan di atas dapat dilihat bahwa dikalangan pakar pendidikan sendiri masih terdapat
perbedaan-perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan ahli pendidikan itu dan
kondisi pendidikan yang diperbincangkan saat itu, yang semuanya memiliki perbedaan karakter dan
permasalahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan
dengan penuh kesadaran dan terencana (bertahap) dalam meningkatkan potensi diri peserta didik dalam
segala aspeknya menuju terbentuknva kepribadian dan aólaq mulia dengan menggunakan media dan
metode pembelajaran yang tepat guna melaksanakan tugas hidupnya sehingga dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2043347-pengertian-pendidikan/#ixzz1M59uezR8
Pada hakekatnya fungsi pendidikan adalah
untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia. (Undang–Undang Nomor 20 Tahun
2003). Siswa sebagai subjek belajar, memiliki
potensi dan karakteristik unik, sangat
menentukan keberhasilan pendidikan.
Kemampuan dan kesungguhan siswa merespon
pengetahuan, nilai dan ketrampilan mempunyai
andil yang besar dalam keberhasilan belajar.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi
oleh banyak hal yang sangat kompleks, yaitu
siswa, sekolah, keluarga dan lingkungan
masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang
berkualitas dan berprestasi, perlu adanya
optimalisasi seluruh unsur tersebut.
Tugas guru membantu siswa mencapai
tujuannya, maksudnya guru lebih banyak
berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi, tetapi justru siswa yang aktif mencari
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota
kelas (siswa). Guru juga dapat mengembangkan
iklim komunikasi di kelas selama pembelajaran
berlangsung. Iklim komunikasi yang dimaksud
adalah adanya umpan balik interaktif antara
guru dan peserta didik. Dengan demikian, siswa
akan mampu memberikan respon balik 2
terhadap materi pembelajaran secara aktif, tidak
harus menunggu informasi dari guru.
PERUMUSAN MASALAH
Apakah motivasi dan iklim komunikasi kelas
berdampak terhadap hasil belajar kimia pada
siswa SMA Negeri 1 Jogonalan Klaten?
TUJUAN
Tujuan umum penelitian ini ingin mendeskripsikan
motivasi, iklim komunikasi dalam kelas, dan hasil
belajar peserta didik. Sedangkan tujuan khusus
yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini
adalah ingin mendeskripsikan kontribusi motivasi
dan iklim komuniksi kelas terhadap mutu hasil
belajar kimia pada peserta didik SMA Negeri 1
Jogonalan Klaten
KERANGKA BERPIKIR
Gambar 1. Kerangka berpikir kontribusi motivasi belajar
dan iklim komunikasi kelas terhadap hasil
belajar kimia
PERUMUSAN HIPOTESIS
Motivasi
belajar (X1)
Hasil belajar
Kimia (Y)
Iklim
komunikasi
(X2) 3
Hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan bahwa motivasi belajar dan iklim
komunikasi dalam kelas berdampak positif
(kontribusi yang signifikan) terhadap hasil
belajar pada siswa SMA Negeri 1 Jogonalan
Kabupaten Klaten.
JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
diskriptitf kuantitatif. Sesuai permasalahan yang
diangkat yang diangkat pada penelitian ini
adalah permasalahan asosiatif, yaitu suatu
pertanyaan peneliti yang bersifat
menghubungkan dua variabel atau lebih.
Hubungan variabel dalam penelitian adalah
hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat
sebab akibat. Ada variabel independent (variabel
yang mempengaruhi) dan variabel dependent
(dipengaruhi). Variabel independent dalam
penelitian ini motivasi (X1) dan iklim komunikasi
kelas (X2) dan variabel dependent adalah hasil
belajar kimia (Y1).
ndidikan dalam islam Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat baik sosial maupun kultural,
secara makro persoalan yang dihadapi pendidikan Islam adalah bagaimana pendidikan Islam mampu
menghadirkan disain atau konstruksi wacana pendidikan Islam yang relevan dengan perubahan
masyarakat. Kemudian disain wacana pendidikan Islam tersebut dapat dan mampu ditranspormasikan atau
diproses secara sistematis dalam masyarakat. Persoalan pertama ini lebih bersifat filosofis, yang kedua
lebih bersifat metodologis. Pendidikan Islam perlu menghadirkan suatu konstruksi wacana pada dataran
filosofis, wacana metodologis, dan juga cara menyampaikan atau mengkomunikasikannya.
Pertama, Persolan dikotomik pendidikan Islam, yang merupakan persoalan lama yang belum terselesaikan
sampai sekarang. Pendidikan Islam harus menuju pada integritas antara ilmu agama dan ilmu umum untuk
tidak melahirkan jurang pemisah antara ilmu agama dan ilmu bukan agama. Karena, dalam pandangan
seorang Muslim, ilmu pengetahuan adalah satu yaitu yang berasal dari Allah SWT (Suroyo, 1991 : 45).
Mengenai persoalam dikotomi, tawaran Fazlur Rahman, salah satu pendekatannya adalah dengan
menerima pendidikan sekuler modern sebagaimana telah berkembang secara umumnya di dunia Barat dan
mencoba untuk “mengislamkan”nya – yakni mengisinya dengan konsep-konsep kunci tertentu dari Islam.
Lebih lanjut Fazlur Rahman, mengatakan persoalannya adalah bagaimana melakukan modernisasi
pendidikan Islam, yakni membuatnya mampu untuk produktivitas intelektual Islam yang kreatif dalam
semua bidang usaha intelektual bersama-sama dengan keterkaiatan yang serius kepada Islam (Fazlur
Rahman, 1982 : 155, 160). A.Syafi’i Ma’arif (1991 : 150), mengatakan bila konsep dualisme dikotomik
berhasil ditumbangkan, maka dalam jangka panjang sistem pendidikan Islam juga akan berubah secara
keseluruhan, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi. Untuk kasus Indonesia, IAIN misalnya
akan lebur secara integratif dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi negeri lainnya. Peleburan bukan
dalam bentuk satu atap saja, tetapi lebur berdasarkan rumusan filosofis.
Kedua, perlu pemikiran kembali tujuan dan fungsi lembaga-lembaga pendidikan Islam (Anwar Jasin, 1985 :
15) yang ada. Memang diakui bahwa penyesuaian lembaga-lembaga pendidikan akhir-akhir ini cukup
mengemberikan, artinya lembaga-lembaga pendidikan memenuhi keinginan untuk menjadikan lembaga-
lembaga tersebut sebagai tempat untuk mempelajari ilmu umum dan ilmu agama serta keterampilan. Tetapi
pada kenyataannya penyesuaian tersebut lebih merupakan peniruan dengan pola tambal sulam atau
dengan kata lain mengadopsi model yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan umum, artinya ada
perasaan harga diri bahwa apa yang bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan umum dapat juga
dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan agama, sehingga akibatnya beban kurikulum yang terlalu
banyak dan cukup berat dan terjadi tumpang tindih. Sebenarnya lembaga-lembaga pendidikan Islam harus
memilih satu di antara dua fungsi, apakah mendisain model pendidikan umum Islami yang handal dan
mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain, atau mengkhususkan pada disain
pendidikan keagamaan yang berkualitas, mampu bersaing, dan mampu mempersiapkan mujtahid-mujtahid
yang berkualitas.
Ketiga, persoalan kurikulum atau materi Pendidikan Islam, meteri pendidikan Islam “terlalu dominasi
masalah-maslah yang bersifat normatif, ritual dan eskatologis. Materi disampaikan dengan semangat
ortodoksi kegamaan, suatu cara dimana peserta didik dipaksa tunduk pada suatu “meta narasi” yang ada,
tanpa diberi peluang untuk melakukan telaah secara kritis. Pendidikan Islam tidak fungsional dalam
kehidupan sehari-hari, kecuali hanya sedikit aktivitas verbal dan formal untuk menghabiskan materi atau
kurikulum yang telah diprogramkan dengan batas waktu yang telah ditentukan
Mencermati persoalan yang dikemukakan di atas, maka perlu menyelesaikan persoalan internal yang
dihadapi pendidikan Islam secara mendasar dan tuntas. Sebab pendidikan sekarang ini juga dihadapkan
pada persoalan-persoalan yang cukup kompleks, yakni bagaimana pendidikan mampu mempersiapkan
manusia yang berkualitas, bermoral tinggi dalam menghadapi perubahan masyarakat yang begitu cepat,
sehingga produk pendidikan Islam tidak hanya melayani dunia modern, tetapi mempunyai pasar baru atau
mampu bersaing secara kompettif dan proaktif dalam dunia masyarakat modern. Pertanyaannya, disain
pendidikan Islami yang bagaimana? yang mampu menjawab tantangan perubahan ini, antara lain:
1. Kedua disain “pendidikan harus diarahkan pada dua dimensi, yakni : (1) dimensi dialektika
(horisontal), pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan alam atau lingkungan sosialnya. Manusia harus mampu
mengatasi tantangan dan kendala dunia sekitarnya melalui pengembangan Iptek, dan (2) dimensi
ketunduhan vertikal, pendidikan selain menjadi alat untuk memantapkan, memelihara sumber
daya alami, juga menjembatani dalam memahamai fenomena dan misteri kehidupan yang abadi
dengan maha pencipta. Berati pendidikan harus disertai dengan pendekatan hati (M.Irsyad Sudiro,
1995 : 2).
1. Ketiga, sepuluh paradigma yang ditawarkan oleh Prof. Djohar, dapat digunakan untuk
membangun paradiga baru pendidikan Islam, sebagai berikut : Satu, pendidikan
adalah proses pembebasan. Dua, pendidikan sebagai proses pencerdasan. Tiga, pendidikan
menjunjung tinggi hak-hak anak. Empat, pendidikan menghasilkan tindakan perdamaian. Lima,
pendidikan adalah proses pemberdayaan potensi manusia. Enam, pendidikan menjadikan anak
berwawasan integratif. Tujuh, pendidikan wahana membangun watak persatuan. Delapan,
pendidikan menghasilkan manusia demokratik. Sembilan, pendidikan menghasilkan manusia yang
peduli terhadap lingkungan. Sepuluh, sekolah bukan satu-satunyainstrumen pendidikan (Djohar,
1999 : 12).
Tiga hal yang dikemukakan di atas merupakan tawaran desain pendidikan Islam yang perlu diupayakan
untuk membangun paradigma pendidikan Islam dalam menghadapi perkembangan perubahan zaman
modern dan memasuki era milenium ketiga. Karena, “kecenderungan perkembangan semacam dalam
mengantisipasi perubahan zaman merupakan hal yang wajar-wajar saja. Sebab kondisi masyarakat
sekarang ini lebih bersifat praktis-pragmatis dalam hal aspirasi dan harapan terhadap
pendidikan” (S.R.Parker, 1990), sehingga tidak statis atau hanya berjalan di tempat dalam menatap
persoalan-persoalan yang dihadapi pada era masyarakat modern dan post masyarakat modern. Untuk itu,
Pendidikan dalam masyarakat modern, pada dasarnya berfungsi untuk memberikan kaitan antara anak
didik dengan lingkungan sosiokulturalnya yang terus berubah dengan cepat, dan pada saat yang sama,
pendidikan secara sadar juga digunakan sebagai instrumen untuk perubahan dalam sistem politik, ekonomi
secara keseluruhan. Pendidikan sekarang ini seperti dikatakan oleh Ace Suryadi dan H.A.R. Tilar (1993),
tidak lagi dipandang sebagai bentuk perubahan kebutuhan yang bersifat konsumtif dalam pengertian
pemuasan secara langsung atas kebutuhan dan keinginan yang bersifat sementara. Tapi, merupakan suatu
bentuk investasi sumber daya manusia (human investment) yang merupakan tujuan utama ; pertama,
pendidikan dapat membantu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan untuk bekerja lebih produktif
sehingga dapat meningkatkan penghasilan kerja lulusan pendidikan di masa mendatang. Kedua,
pendidikan diharapkan memberikan pengaruh terhadap pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
(equality of education opportunity) (A.Malik Fadjar, 1995 : 1).
Selain itu dalam menghadapi era milenium ketiga ini nampaknya pendidikan Islam harus menyiapkan
sumber daya manusia yang lebih handal yang memiliki kompotensi untuk hidup bersama dalam era global.
Menurut Djamaluddin Ancok (1998 : 5), “salah satu pergeseran paradigma adalah paradigma di dalam
melihat apakah kondisi kehidupan di masa depan relatif stabil dan bisa diramalkan (predictability). Pada
milenium kedua orang selalu berpikir bahwa segala sesuatu bersifat stabil dan bisa diprediksi. Tetapi, pada
milenium ketiga semakin sulit untuk melihat adanya stabilitas tersebut. Apa yang terjadi di depan semakin
sulit untuk diprediksi karena perubahan menjadi tidak terpolakan dan tidak lagi bersifat linier”. Maka,
pendidikan Islam sekarang ini disainnya tidak lagi bersifat linier tetapi harus didisan bersifat lateral dalam
menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat dan tidak terpolakan. Untuk itu, lebih lanjut Djamaluddin
Ancok yang mengutip Hartanto : 1997: Hartanto, Raka & Hendroyuwono, 1998, mengatakan bahwa
pendidikan (termasuk pendidikan Islam) harus mempersiapkan ada empat kapital yang diperlukan untuk
memasuki milenium ketiga, yakni kapital intelektual, kapital sosial, kapital lembut, dan kapital spritual.
Tantangan ini tidak muda untuk penyelesaiannya, tidak seperti membalik telapak tangan. Untuk itu,
pendidikan Islam sangat perlu mengadakan perubahan atau mendesain ulang konsep, kurikulum dan
materi, fungsi dan tujuan lembaga-lembaga, proses, agar dapat meneuhi tuntatan perubahan yang semakin
cepat.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa : (1) Dalam menghadapi perubahan masyarakat
modern, secara internal pendidikan Islam harus menyelesaikan persoalan dikotomi, tujuan dan fungsi
lembaga pendidikan Islam, dan persolalan kurikulum atau materi yang sampai sekarang ini belum
terselesaikan. (2) Lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu mendisain ulang fungsi pendidikan, dengan
memilih model pendidikan yang relevan dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. (3)
Pendidikan Islam didisain untuk dapat membantu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan untuk
bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatan kerja lulusan pendidikan di masa datang. Selain itu
perlu disain pendidikan Islam yang tidak hanya bersifat linier saja, tetapi harus bersifat lateral dalam
menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat. (4) Pendidikan Islam harus mengembangkan kualitas
pendidikannya agar memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang selalu berubah-berubah. Lembaga-
lembaga pendidikan Islami harus dapat menyiapkan sumber insani yang lebih handal dan memiliki
kompotensi untuk hidup bersama dalam ikatan masyarakat modern.
Keluarga merupakan benih akal penyusunan kematangan individu dan struktur kepribadian.
Anak-anak mengikuti orang tua dan berbagai kebiasaan dan perilaku dengan demikian
keluarga adalah elemen pendidikan lain yang paling nyata, tepat dan amat besar. Keluarga
adalah salah satu elemen pokok pembangunan entitas-entitas pendidikan, menciptakan
proses naturalisasi social, membentuk kepribadian-kepribadian serta memberi berbagai
kebiasaan baik pada anak-anak yang akan terus bertahan lama.
Keluarga memiliki damapak yang besar dalam pembentukan perilaku individu serta
pembentukan vitalitas dan ketenangan dalam benak anak-anak karena melalui keluarga
anak-anak mendapatkan bahasa, nilai-nilai, serta kecenderungan mereka.
Keluarga bertanggungjawab mendidik anak-anak dengan benar dalam kriteria yang benar,
jauh dari penyimpangan. Untuk itu dalam keluarga memiliki sejumlah tugas dan
tanggungjawab. Tugas dan kewajiban keluarga adalah bertanggungjawab menyelamatkan
faktor-faktor cinta kasih serta kedamaian dalam rumah, menghilangkan kekerasan, keluarga
harus mengawasi proses-proses pendidikan, orang tua harus menerapkan langkah-langkah
sebagai tugas mereka.
Menurut Fuad Ihsan fungsi lembaga pendidikan keluarga, yaitu keluarga merupakan
pengalaman pertama bagi anak-anak, pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin
kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga akan
tumbuh sikap tolong menolong, tenggang rasa sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga
yang damai dan sejahtera, keluarga berperan dalam meletakkan dasar pendidikan agama
dan sosial. (Fuad Ihsan, 2001 : 18)
Orang tua harus bisa menciptakan suasana keluarga yang damai dan tentram dan
mencurahkan kasih sayang yang penuh terhadap anak-anaknya, meluangkan waktunya
untuk sering berkumpul dengan keluarga, mengawasi proses-proses pendidikan anak dan
melakukan tugas masing-masing ayah dan ibu.
Agar keluarga itu bisa dikatakan sehat dan bahagia, harus memiliki enam skriteria yang
amat penting bagi pertumbuhan seorang anak, yaitu Kehidupan beragama dalam keluarga,
mempunyai waktu untuk bersama, mempunyai pola konsumsi yang baik bagi sesama
anggota keluarga, saling menghargai satu dengan yang lainnya, masing-masing anggota
merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai kelompok bila terjadi sesuatu permasalahan
dalam keluarga mampu menyelesaikan secara positif konstruktif. (Dadang Hawari, 1997 :
215)
Dari beberapa paparan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam
keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak karena pertama kalinya mereka mengenal
dunia terlahir dalam lingkungan keluarga dan dididik oleh orang tua. Sehingga pengalaman
masa anak-anak merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan selanjutnya,
keteladanan orang tua dalam tindakan sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral
bagi anak, membentuk anak sebagai makhluk sosial, religius, untuk menciptakan kondisi
yang dapat menumbuh kembangkan inisiatif dan kreativitas a
engertian Pendidikan
Kata pendidikan menurut etimologi berasal darikata dasar didik.Apabila diberi awalan me,menjadi
mendidik makaakan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan(ajaran).
Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikanyang memiliki arti proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorangatau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
Istilah pendidikan dalam konteks Islam telahbanyak dikenal dengan menggunakan term yang
beragam, sepertiat-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap term tersebutmempunyai makna dan
kesamaan pengertian.
Pemakaian ketiga istilah tersebut, apalagi pengakajiannya dirujukberdasarkan sumber pokok ajaran
Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah).Selain akan memberikan pemahaman yang luas tentang
akan memberi makna filosofis tentang bagaimanasebenarnya hakikat dari pendidikan Islam
tersebut?
dan menjinakkan. Hanya saja dalam konteks al-Isra maknaat-Tarbiyah sedikit lebih luas mencakup
aspek jasmani dan rohani,sedangkan dalam surat asy-Syura hanya menyangkut aspek jasmani
saja.
2.
Pengertian Keluarga
Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagaiunit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu
untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukanikatan yang sifatnya statis dan
membelenggu dengan saling menjagakeharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau
dari kata al-asruyang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Al- Razi mengatakanal-asru
maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segalasesuatu yang diikat baik dengan
Dari beberapa pengertian di atas dapatdisimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah
prosestransformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosialterkecil dalam masyarakat.
Sebab keluarga merupakan lingkungan budayayang pertama dan utama dalam menanamkan
norma dan mengembangkanberbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan
3.
Bentuk-Bentuk Keluarga
Dalam norma ajaran sosial, asal-usul keluargaterbentuk dari perkawinan (laki-laki dan perempuan
dan kelahiranmanusia seperti yang ditegaskan Allah dalm surat an-Nisa ayat satuyang berbunyi:
Artinya: Dan Ia ciptakan dari padaNyapasanganny dan Ia tebarkan dari keduanya laki-laki dan
Asal-usul ini erat kaitannya dengan aturanIslam bahwa dalam upaya pengembang-biakan
dalam beberapabentuk:
1.
Keluarga nuklir (nuclear family) sekelompok keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
2.
Keluarga luas (extentended family) yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang
berketurunan dari kakek, nenek yang sama termasuk dari keturunan masing-masing istri dan
suami.
3.
Keluarga pangkal (sistem family) yaitu jenis keluaarga yang menggunakan sistem pewarisan
kekayaan pada satu anak yang paling tua, seperti banyak terdapat di Eropa pada zaman Feodal,
para imigran Amerika Serikat, zaman Tokugawa di Jepang, seorang anak yang paling tua
4.
Keluarga gabungan (joint family) yaitu keluarga yang terdiri dari orang-orang yang berhak atas
hasil milik keluarga, mereka antara lain saudara laki-laki pada setiap generasi, dan sebagai
tekanannya pada saudara laki-laki, sebab menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak lahirnya
Sementara itu dalam hubungan keluarga,Jalaluddin Rahmat mengungkapkan dalam bukunya yang
berjudul KeluargaMuslim dalam Masyarakat Modernbahwa biasanya sepasang suami istri memiliki
tiga struktur. Pertama,sruktur komplementer atau dengan kata lain dikenal dengan
keluargatradisional. Kedua, struktur simetris atau yang sering disebut dengankeluarga modern.
Ketiga, struktur pararel yang merupakan hubunganantara struktur simetris dan struktur
komplementer yang kedu belahpihak tersebut saling melengkapi dan saling bergantung, tetapi
dalamwaktu yang sama mereka memiliki beberapa bagian dari perilakukekeluargaan mereka yang
mandiri.
4.
Pendidikan Keluarga
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalammasyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan
Dalam buku TheNational Studi on Family Strength,Nick dan De Frain mengemukakan beberapa hal
1.
2.
3.
5.
Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan diatas, sujana memberikan beberapa fungsi pada
pendidikan keluarga yangterdiri dari fungsi biologis, edukatif, religius, protektif,sosialisasi dan
ekonomis.
Dari beberapa fungsi tersebut, fungsi religius dianggap fungsi palingpenting karena sangat erat
kaitannya dengan edukatif, sosialisasi danprotektif. Jika fungsi keagamaan dapat dijalankan, maka
keluargatersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan pada suatu sistemdan ketentuan
Penanaman akidah sejak dini telah dijelaskandalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 132 yang
berbunyi:
ووصىبها إبراهيم ببنيه ويعقوب‘ يا بني إنال إصطفى لكم الدين فل تموتن إل وأنتممسلمون.
Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapankepada anak-anaknya, demikian juga Ya’kub.
Ibrahim berkata: haianak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,
Secara garis besar pendidikan dalam keluargadapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1.
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominanadalah seorang anak dengan dasar-dasar
keimanan, ke-Islaman, sejakmulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali
memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahamandiawali dengan hafalan terlebih
dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi).Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan
tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini.
Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah merekaatau anak-anak kita adalah
tanggungjawab kita sebagaimana yang telahAllah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi:
Artinya: jagalah diri kalian dan keluargakalian dari panasnya api neraka
Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasardalam bukunya. Pertama, senantiasa
membacakan kalimat Tauhid padaanaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah dan
perjuangan.
Akhlak adalah implementasi dari iman dalamsegala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan
akhlak anak.Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua.Perilaku sopan
santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antaraibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini
Benjamin Spock menyatakanbahwa setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat
2.
Pembinaan Intelektual
kualitas manusia, baikintelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitasakan
mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimanafirman-Nya dalam surat al-Mujadalah yang
berbunyi:
Artinya: Allah akan mengangkat derajatorang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu
diantarakalian.
Nabi Muhammad juga mewajibkan kepadapengikutnya untuk selalu mencari ilmu sampai kapanpun
3.
Pembentukan kepribadian terjadi melalui prosesyang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini
akan menjadi lebihbaik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksinalar tabiat
jiwa dan pengaruh yang melatarbelakanginya. Mengingathal ini sangat berkaitan dengan
pengetahuan yang bersifat menjagaemosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini
adanyaKewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi supportkepribadian yang baik
bagi anak didik yang relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat
baik, hal ini cocokdilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santundalam
bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisadengan mengajarkan agar dapat
berbakti kepada orang tua agar kelak sianak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian dari pendidikan keluarga adalahproses transformasi prilaku dan sikap di dalam
kelompok atau unitsosial terkecil dalam masyarakat. Sebabkeluarga merupakan lingkungan budaya
yang pertama dan utama dalammenanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan
Kunci keberhasilan pendidikan dalam keluargasebenarnya terletak pada pendidikan rohani dengan
artian keagamaanseseorang. Beberapa hal yang memegang peranan penting dalam
Sedangkan pendidikan dalam keluarga itu sendirisecara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
1.
2.
Pembinaan intelektual
3.
DAFTAR PUSTAKA
1996.
1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hlm. 702.
2 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya,
3 William J. Goode, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hlm. 33.
4 Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandatama, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern,
5 Djuju Sujana, Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Karena Ayah biasanya pergi bekerja dan kurang ada di rumah, maka hubungan Ibu dan anak
lebih menonjol. Meskipun peran Ayah juga amat penting, terutama sebagai tauladan dan
pemberi pedoman. Kalau anak sudah mendekat dewasa peran Ayah sebagai penasehat juga
penting, karena dapat memberikan aspek berbeda dari yang diberikan Ibu. Oleh karena
hubungan Ayah dan anak terbatas waktunya, terutama di hari kerja, maka Ayah harus
mengusahakan agar pada hari libur memberikan waktu lebih banyak untuk bersama dengan
anak.
Jika penghasilan keluarga tergantung pada penghasilan Ayah yang kurang memadai untuk
kehidupan keluarga dapat menimbulkan persoalan pendidikan yang tidak sedikit. Ada
pendapat berbeda tentang pendidikan dalam keluarga, yaitu tentang pemberian kebebasan
kepada anak. Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya sejak permulaan diberikan kebebasan
maksimal kepada anak. Dalam hal ini faktor pendidikan kepada anak sudah berakhir sebelum
anak itu dewasa. Dalam kenyataan terbukti bahwa keluarga yang menerapkan pendidikan
keluarga dapat menghasilkan pribadi-pribadi anak yang menjadi baik. Pendidikan dalam
Keluarga dapat memberikan pengaruh besar terhadap karakter anak. Sebab itu kunci utama
untuk menjadikan pribadi anak menjadi baik yang terutama terletak dalam pendidikan dalam
keluarga.
Dan karakter yang ditumbuhkan adalah faktor yang amat penting dalam kepribadian anak,
karena banyak mempengaruhi prestasi dalam berbagai bidang. Ilmu pengetahuan dan
kemampuan teknik adalah penting untuk pencapaian keberhasilan, tetapi tidak akan mampu
mencapai hasil maksimal kalau tidak disertai karakter. Hal itu terutama karena pada waktu ini
faktor karakter kurang menjadi perhatian dalam penyelenggaraan pendidikan. Ini semua
harus menjadi salah satu hasil penting usaha pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga,
pendidikan sekolah maupun pendidikan dalam masyarakat. Akan tetapi karena pendidikan
pada anak paling dulu dilmulai dalam pendidikan dalam keluarga, maka pendidikan dalam
keluarga yang seharusnya memberikan dasar yang kemudian diperkuat dan dilengkapi dalam
Akhirnya memang tergantung pada para orang tua sendiri apakah pedoman itu dilaksanakan
atau tidak. Akan tetapi karena secara alamiah orang tua ingin anaknya menjadi baik dan
sukses, maka banyak kemungkinan orang tua akan berusaha menerapkan pedoman itu dalam
hidup mereka.
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur
hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang
dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia
akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal.
Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan
saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih
mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara
tidak resmi.
[sunting]Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa
sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
[sunting]Pendidikan menengah
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program sarjana, magister, doktor, dan spesialisyang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
[sunting]Jalur pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri
dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
[sunting]Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
[sunting]Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah
TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di semua gereja.
[sunting]Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
[sunting]Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu
satuan pendidikan.
[sunting]Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan
pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dansekolah
menengah atas (SMA).
[sunting]Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah
menengah kejuruan (SMK).
[sunting]Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang
diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
[sunting]Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memasuki suatu profesiatau menjadi seorang profesional.
[sunting]Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara
dengan program sarjana (strata 1).
[sunting]Pendidikan jasmani
[sunting]Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan
secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).
Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.
Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang
diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatuprofesi atau menjadi seorang profesional.
Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4
setara dengan program sarjana (strata 1).
Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan
secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentukSekolah Luar Biasa/SLB).
SALINAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)
A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN
PENDIDIKAN (SKL-SP)
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) meliputi:
1. SD/MI/SDLB/Paket A;
2. SMP/MTs./SMPLB/Paket B;
3. SMA/MA/SMALB/Paket C;
4. SMK/MAK.
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan
berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni:
1. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan
SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
2. Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C
bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut
3. Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan:
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya
Adapun Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP)
selengkapnya adalah:
SD/MI/SDLB*/Paket A
1. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan anak
2. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
4. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi di lingkungan sekitarnya
5. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis,
dan kreatif
6. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan
bimbingan guru/pendidik
7. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya 2
8. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
9. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan
sekitar
10. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
11. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan
tanah air Indonesia
12. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya
lokal
13. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang
14. Berkomunikasi secara jelas dan santun
15. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri
dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya
16. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
17. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung
SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja
2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3. Menunjukkan sikap percaya diri
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional
6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumbersumber lain
secara logis, kritis, dan kreatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
10. Mendeskripsi gejala alam dan sosial
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia
13. Menghargai karya seni dan budaya nasional
14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya 3
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu
luang
16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
18. Menghargai adanya perbedaan pendapat
19. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana
20. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana
21. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah
SMA/MA/SMALB*/Paket C
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri
serta memperbaiki kekurangannya
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku,
perbuatan, dan pekerjaannya
4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup global
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis,
kritis, kreatif, dan inovatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
dalam pengambilan keputusan
8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang
terbaik
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
kompleks
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
15. Mengapresiasi karya seni dan budaya
16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta
kebersihan lingkungan 4
18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara
sistematis dan estetis
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara
dalam bahasa Indonesia dan Inggris
23. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
tinggi
SMK/MAK
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri
serta memperbaiki kekurangannya
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku,
perbuatan, dan pekerjaannya
4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup global
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis,
kritis, kreatif, dan inovatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
dalam pengambilan keputusan
8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang
terbaik
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
kompleks
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
15. Mengapresiasi karya seni dan budaya
16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta
kebersihan lingkungan
18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun 5
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara
sistematis dan estetis
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara
dalam bahasa Indonesia dan Inggris
23. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk
memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi
sesuai dengan kejuruannya
Catatan: * Berlaku untuk A,B,D,E
Sedangkan untuk C, C1, D1, dan G ditetapkan tersendiri
B. STANDAR KOMPETENSI KELOMPOK MATA
PELAJARAN (SK-KMP)
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas
kelompok-kelompok mata pelajaran:
1. Agama dan Akhlak Mulia;
2. Kewarganegaraan dan Kepribadian;
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
4. Estetika;
5. Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) dikembangkan
berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/ atau kegiatan setiap kelompok
mata pelajaran, yakni:
1. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan:
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut
dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan,
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga,
dan kesehatan.
2. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan:
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan
agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan
pendidikan jasmani.
3. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan:
mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.
Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, tujuan ini dicapai melalui
muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang
relevan, 6
Pada satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B, tujuan ini dicapai
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi
informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan
Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini dicapai
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi
dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan
Pada satuan pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan
dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan
komunikasi, serta muatan lokal yang relevan
4. Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan: membentuk karakter peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya.
Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan
budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.
5. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan bertujuan:
membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan
menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau
kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu
pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.
Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) untuk masingmasing
satuan pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Agama dan Akhlak Mulia
SD/MI/SDLB*/Paket A
1. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan anak
2. Menunjukkan sikap jujur dan adil
3. Mengenal keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi di lingkungan sekitarnya
4. Berkomunikasi secara santun yang mencerminkan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan
5. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang sesuai dengan tuntunan agamanya
6. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap sesama manusia dan
lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan
SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja
2. Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan
3. Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi 7
4. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun yang
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
5. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu
luang sesuai dengan tuntunan agamanya
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara
bertanggung jawab
7. Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama
SMA/MA/SMALB*/Paket C
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja
2. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial
ekonomi, dan budaya dalam tatanan global
3. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
4. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
5. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
6. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai
cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
7. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam
kehidupan sesuai dengan tuntunan agama
8. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara
bertanggung jawab
SMK/MAK
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja
2. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial
ekonomi, dan budaya dalam tatanan global
3. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
4. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
5. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
6. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai
cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
7. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam
kehidupan sesuai dengan tuntunan agama
8. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara
bertanggung jawab 8
2. Kewarganegaraan dan Kepribadian
SD/MI/SDLB*/Paket A
1. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan
tanah air Indonesia
2. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
3. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi di lingkungan sekitarnya
4. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
5. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
6. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
7. Berkomunikasi secara santun
8. Menunjukkan kegemaran membaca
9. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang
10. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri
dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya
11. Menunjukkan kemampuan mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan
budaya lokal
SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
1. Menerapkan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia
2. Mematuhi aturan-aturan sosial, hukum dan perundangan
3. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional
4. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
5. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri
6. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun
7. Menunjukkan sikap percaya diri
8. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
9. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
10. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya
11. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, dan aman dalam
kehidupan sehari-hari
12. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
13. Menghargai adanya perbedaan pendapat
14. Menghargai karya seni dan budaya nasional Indonesia 9
SMA/MA/SMALB*/Paket C
1. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial, hukum dan
perundangan
3. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial
ekonomi, dan budaya dalam tatanan global
4. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
5. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri
serta memperbaiki kekurangannya
6. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai
cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi
7. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku,
perbuatan, dan pekerjaannya
8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri
9. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
10. Berkarya secara kreatif, baik individual maupun kelompok
11. Menjaga kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
12. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk meningkatkan ketaqwaan
dan memperkuat kepribadian
13. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
14. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
15. Menunjukkan apresiasi terhadap karya estetika
SMK/MAK
1. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial, hukum dan
perundangan
3. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial
ekonomi, dan budaya dalam tatanan global
4. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
5. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri
serta memperbaiki kekurangannya
6. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai
cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi
7. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku,
perbuatan, dan pekerjaannya
8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri 10
9. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
10. Berkarya secara kreatif, baik individual maupun kelompok
11. Menjaga kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
12. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk meningkatkan ketaqwaan
dan memperkuat kepribadian
13. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
14. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
15. Menunjukkan apresiasi terhadap karya estetika
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
SD/MI/SDLB*/Paket A
1. Mengenal dan menggunakan berbagai informasi tentang lingkungan
sekitar secara logis, kritis, dan kreatif
2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dengan
bimbingan guru/pendidik
3. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi
4. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
5. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan
sekitar
6. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung
7. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang
SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
1. Mencari dan menerapkan informasi secara logis, kritis, dan kreatif
2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif
3. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
4. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
5. Mendeskripsi gejala alam dan sosial
6. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
7. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya
8. Menerapkan hidup bersih, sehat bugar, aman, dan memanfaatkan waktu
luang
9. Memiliki keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan Inggris sederhana 11
10. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah
SMA/MA/SMALB*/Paket C
1. Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi
secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif
2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
secara mandiri
3. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri
4. Menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan
hasil yang terbaik dalam bidang iptek
5. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
kompleks
6. Menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai
dengan kekhasan daerah masing-masing
7. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
8. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai
cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi
9. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
10. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara
dalam bahasa Indonesia dan Inggris
11. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
tinggi
SMK/MAK
1. Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi
secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif
2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
secara mandiri
3. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri
4. Menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan
hasil yang terbaik dalam bidang iptek
5. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
kompleks
6. Menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai
dengan kekhasan daerah masing-masing
7. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
8. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai
cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi
9. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
10. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara
dalam bahasa Indonesia dan Inggris 12
11. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk
memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi
sesuai dengan kejuruannya
4. Estetika
SD/MI/SDLB*/Paket A
1. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya
lokal
SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
1. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi seni
2. Menghargai karya seni, budaya, dan keterampilan sesuai dengan kekhasan
lokal
3. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni
SMA/MA/SMALB*/Paket C
1. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi dan kreasi seni
2. Menunjukkan apresiasi terhadap karya seni
3. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni
4. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
SMK/MAK
1. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi dan kreasi seni
2. Menunjukkan apresiasi terhadap karya seni
3. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni
4. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
5. Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
SD/MI/SDLB*/Paket A
1. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan
memanfaatkan waktu luang
2. Mengenal berbagai informasi tentang potensi sumber daya lokal untuk
menunjang hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan waktu
luang
SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
1. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan
memanfaatkan waktu luang dengan memanfaatkan lingkungan secara
bertanggung jawab
2. Mencari dan menerapkan berbagai informasi tentang potensi sumber daya
lokal untuk menunjang hidup bersih, sehat, bugar, aman dan
memanfaatkan waktu luang 13
SMA/MA/SMALB*/Paket C
1. Menjaga kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
2. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan potensi lokal
untuk menunjang kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
3. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang
terbaik dalam bidang pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan
SMK/MAK
1. Menjaga kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
2. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan potensi lokal
untuk menunjang kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
3. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang
terbaik dalam bidang pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehat
SKL dan SI
Skl merupakan pedoman penilian peserta didik.Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa:
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Dalam Pasal 1 ayat 2: Standar
Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan
pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran,
dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
Permen No.22 tahun 2006 pasal 1 ayat 1 menyatakan: Standar Isi untuk satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal
dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.
Standar dapat diartikan sebagai patokan atau bisa juga dikatakan sebagai kriteria minimal.
Sebuah standar seringkali mengacu pada pencapaian minimal.begitu juga dengan standar isi,
standar isi menurut UUSP no.20 tahun 2003 merupakan criteria minimal, batas, patokan, syarat
yang harus dicapai dalam peningkatan mutu. Standar isi harus ditetapkan sebagai kriteria
minimal saat menyusun perencanaan.
Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara
umum harus dikuasai lulusan. Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976: 29) adalah
“pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang
merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur”.
Kompetensi (kemampuan) lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat global,
karena persaingan yang terjadi adalah pada kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena.
itu, penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang
mampu berkompetisi di tingkat global. Implikasi pendidikan berbasis kompetensi adalah
pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasiskan kompetensi.
Kompetensi dasar, merupakan jabaran dari standar kompetensi, adalah pengetahuan,
keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat diperagakan oleh siswa pada
masing-masing standar kompetensi. Materi pokok atau materi pembelajaran, yaitu pokok suatu
bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilam, serta konteks keilmuan
suatu mata pelajaran. Sedangkan indikator pencapaian dimaksudkan adalah kemampuan-
kemampuan yang lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai ketuntasan
belajar.
minimal harus dikuasai siswa untuk menunjukan bahwa siswa tersebut telah
hirarkis digunakan jika hubungan antara kompetensi dasar yang satu dengan
kompetensi dasar yang lain bersifat prasyarat, dalam arti suatu kompetensi
diberikan pada beberapa kelas (kelas X, kelas XI, dan kelas XII). Topik
semakin mendalam dan luas cakupan materi yang diajarkan. Jika digambarkan
Sumber: http://id.shvoong.com/how-to/2109455-kompetensi-dasar/#ixzz1M5Laoae7