Professional Documents
Culture Documents
Pengarang : Mira W.
Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema cerita dalam novel ini adalah pengorbanan cinta seorang wanita
karena novel ini menceritakan tentang seorang wanita yang menikah
tanpa ada rasa cinta kepada calon suaminya itu yang dimana calon
suaminya itu adalah adik kandung dari lelaki yang dicintainya itu. Wanita
itu terpaksa menikahinya karena keadaan lelaki itu sangat lemah.
2. Penokohan/Perwatakan
Tokoh dalam cerita ini mempunyai perwatakan dan sifat yang berbeda
dari tokoh utamanya maupun tokoh-tokoh lain :
(Penyelesaian)
Unsur Ekstrinsik
1. Biografi Pengarang
Awal karir Mira W sebagai penulis dimulai pada tahun 1975, ketika
cerpennya yang berjudul Benteng Kasih. Pada tahun 1977 Novel pertama
Dokter Nona Friska. Selain menulis Mira W juga menekuni profesi lain
sebagai dokter dan staf pengajar di Perguruan Tinggi di Jakarta. Buku-
buku karya Mira W diantaranya :
a. Sepolos Cinta Dini (Gramedia, 1978)
b. Cinta TaK Pernah Berhutang (1978)
c. Permainan Bulan Desember (1979, Gramedia 1999)
2. Nilai-nilai Sastra
Nilai-nilai sastra yang tersirat dalam novel ini adalah nilai-nilai yang
mendorong seseorang untuk menghargai karya orang lain.
3. Nilai Moral
Hendaknya kita harus mengalah kepada orang yang lebih lemah dari kita
seperti yang dilakukan Haris dan Riri yang rela mengorbankan cintanya
hanya untuk menyelematkan nyawa Bandi.
4. Nilai Agama
Kita harus bersyukur atas apa yang telh diberikan oleh Tuhan seperti
yang dilakukan oleh Bandi yang mensyukuri keadaan tubuhnya itu.
5. Nilai Sosial
Rasa kebersamaan yang terjalin dapat merupakan suatu alasan untu
memaafkan orang lain seperti dalam cerita ini dimana Bandi memaafkan
kesalahan yang telah dilakukan Haris dan Riri.
Judul Novel : Laskar Pelangi
Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema yang diangkat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang
bedasarkan pada kisah nyata ini adalah untuk berjuang “belajar” dalam
segala keterbatasan. Di buku tersebut Andrea mengangkat cerita
bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu berjuang dengan
gigihnya agar dapat belajar walaupun dalam keadaan yang serba
terbatas. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap
sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga
terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.
2. Penokohan/Perwatakan
Perwatakan yang ada dalam cerita Laskar Pelangi ini ada bermacam-
macam, diantara tokoh utamanya:
a. Lintang adalah seseorang yang jenius, pekerja keras, pantang
menyerah dalam memuaskan nafsunya akan ilmu pengetahuan,
seringkali ia menjadi guru pengganti Ibu Mus untuk teman-
temannya.
Aku terpaku memandang Lintang, betapa aku menyayangi
dan kagum setengah mati pada sahabatku ini. Dialah
idolaku. Pikiranku melayang ke suatu hari bertahun-tahun
yang lalu ketika sang bunga pilea ini membawa pensil dan
buku yang keliru, ketika ia beringsut-ingsut naik sepeda
besar 80 kilometer setiap hari untuk sekolah, ketika suatu
hari ia menempuh jarak sejauh itu hanya untuk
menyanyikan lagu Padamu Negeri. Dan hari itu ia meraja di
sini, di majelis kecerdasan yang amat terhormat ini.
b. Mahar adalah seorang pesuruh tukang parut dan seniman
dadakan. Ia memiliki bakat seni. Seorang pelantun gurindam,
sutradara teater, penulis yang berbakat, pelukis natural,
koreografer, penyanyi, pendongeng yang ulung, dan pemain sitar
yang fenomenal. Ia kadang mengemukakan pikiran yang tidak
logis dan sering sekali diremehkan oleh teman-temannya.
c. Sahara, satu-satunya perempuan dalam anggota Laskar Pelangi, ia
digambarkan memiliki watak yang keras kepala berpendirian
kuat yang sangat patuh kepada agama. Ia adalah gadis yang ramah
dan pandai, ia baik kepada siapa saja kecuali pada A Kiong yang
semenjak mereka masuk sekolah sudah ia basahi dengan air
dalam termosnya.
d. A Kiong, Anak Hokian. Keturunan Tionghoa ini adalah pengikut
sejati Mahar sejak kelas satu. Baginya Mahar adalah suhunya yang
agung. Kendatipun pria kecil ini berwajah buruk rupa, ia memiliki
rasa persahabatan yang tinggi dan baik hati, serta suka menolong
pada siapapun kecuali Sahara. Namun, meski mereka selalu
bertengkar, ternyata mereka berdua saling mencintai satu sama
lain.
e. Syahdan, Anak nelayan yang ceria ini tak pernah menonjol. Kalau
ada apa-apa dia pasti yang paling tidak diperhatikan. Misalnya
ketika bermain sandiwara, Syahdan hanya kedapatan jadi tukang
kipas putri dan itupun masih banyak kesalahannya. Syahdan
adalah saksi cinta pertama Ikal, ia dan Ikal bertugas membeli
kapur di Toko Sinar Harapan semenjak Ikal jatuh cinta pada A
Ling. Syahdan ternyata memiliki cita-cita yang tidak pernah
terbayang oleh Laskar Pelangi lainnya yaitu menjadi aktor.
Dengan bekerja keras pada akhirnya dia menjadi aktor sungguhan
meski hanya mendapatkan peran kecil seperti tuyul atau jin.
Setelah bosan, ia pergi dan kursus komputer. Setelah itu ia
berhasil menjadi network designer.
f. Kucai, ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar Pelangi. Ia
menderita rabun jauh karena kurang gizi dan penglihatannya
melenceng 20 derajat, sehingga jika ia menatap marah ke arah
Borek, maka akan terlihat ia sedang memperhatikan Trapani.
Laki-laki ini sejak kecil terlihat bisa menjadi politikus dan
akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di
DPRD Belitong.
g. Borek, pria besar maniak otot. Borek selalu menjaga citranya
sebagai laki-laki macho. Ketika dewasa ia menjadi kuli di toko
milik A Kiong dan Sahara.
h. Trapani, pria tampan yang pandai dan baik hati ini sangat
mencintai ibunya. Apapun yang ia lakukan harus selalu
didampingi ibunya, seperti misalnya ketika mereka akan tampil
sebagai band yang dikomando oleh Mahar, ia tidak mau tampil
jika tak ditonton ibunya. Cowok yang bercita-cita menjadi guru ini
akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa karena ketergantungannya
terhadap ibunya.
i. Harun, Pria yang memiliki keterbelakangan mental ini memulai
sekolah dasar ketika ia berumur 15 tahun. Laki-laki jenaka ini
senantiasa bercerita tentang kucingnya yang berbelang tiga dan
melahirkan tiga anak yang masing-masing berbelang tiga pada
tanggal tiga kepada Sahara dan senang sekali menanyakan kapan
libur lebaran pada Bu Muslimah. Ia menyetor 3 buah botol kecap
ketika disuruh mengumpulkan karya seni kelas enam.
j. Bu Musliman, dia adalah Ibunda Guru bagi Laskar Pelangi. Wanita
lembut ini adalah pengajar pertama Laskar Pelangi dan
merupakan guru yang paling berharga bagi mereka.
k. Pak Harfan, kepala sekolah dari sekolah Muhammadiyah. Ia
adalah orang yang sangat baik hati dan penyabar meski murid-
murid awalnya takut melihatnya.
3. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel Laskar Pelangi adalah sudut pandang orang
pertama, karena penulis (dalam novel ini bernama Ikal) ikut dalam cerita
novel serta menjelaskan jalan cerita novel ini.
4. Alur
Novel Laskar Pelangi memiliki alur cerita campuran, namun lebih
dominan ke alur maju, mulai dari awal perkenalan tokoh-tokoh serta
latar belakangnya, permasalahan-permasalahan, serta penyelesaiannya
secara urut yang merupakan ciri dari tipe alur maju serta adanya
reorientasi masalah-masalah dan tokoh baru yang merupakan ciri dari
alur campuran. Uraian singkat alur novel Laskar Pelangi:
Pada saat itu sang penulis akan diterima pada Sekolah
Dasar Swasta dan mulai menjalani kehidupan bersekolah saat
menduduki awal bangku SD sampai dengan tamat bangku SMP
bersama dengan teman-teman sekelasnya yang hanya berjumlah 9
orang di Sekolah yang bernama SD Muhammadiyah. Karena jumlah
siswanya yang terlalu sedikit, hampir-hampir sekolah ini ditutup
lantaran jumlah muridnya dalam 1 kelas tidak memenuhi kuota
yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan saat itu yaitu minimal
10 murid siswa per kelasnya. Di saat yang mendebar-debarkan
akhirnya ada seorang calon murid terakhir yang akhirnya diterima
sehingga mengenapi angka ganjil menjadi 10 murid siswa.
Perkenalanpun dimulai diantara mereka dengan menyebutkan
nama masing-masing di depan ruang kelas. Lambat laun mereka
menjadi sebuah “tim” yang solid dan kompak, mereka saling tolong
menolong apabila diantara mereka mendapatkan kesulitan.
Mereka, Sang Penulis beserta teman-teman sekelasnya yang
berjumlah 10 orang menyebut diri mereka Laskar Pelangi.
Sekolah Muhammadiyah berada di pedalaman yang jauh
dari pusat kota yang terletak di Pulau Belitong. Pulau Belitong
bukanlah suatu pulau yang daratannya cocok untuk bertani dan
bercocok tanam. Namun Pulau Belitong adalah pulau yang kaya
akan kandungan timah. Sekolah dimana tempat mereka belajar,
bukanlah sekolah elite dan mewah yang memiliki segala fasilitas
pendukung pembelajaran seperti sekolah lainnya yang
dideskripsikan di buku ini sebagai sekolah PN (Perusahaan
Negara). Sekolah mereka hanya sebuah bangunan tua yang rapuh,
reyot dan terbengkalai sehingga apabila kita melihatnya, maka
sedikitpun tidak akan menumbuhkan minat untuk belajar pada
sekolah ini, dengan kata lain sekolah ini biasa disebut dengan
sekolah Kampung. Strata ekonomi orang tua mereka adalah berasal
dari golongan tidak mampu. Rata-rata mata pencaharian orang tua
mereka berasal dari profesi buruh tambang dan nelayan.
Di Akhir penghujung cerita ini akan ada pendatang baru
yang membuat kelompok mereka bertambah jumlahnya menjadi 11
orang. Seorang gadis tomboy dari keluarga kaya raya. Ayahnya
adalah seorang berpendidikan tinggi dan memiliki pengaruh pada
suatu perusahaan milik BUMN di Pulau Belitong. Sangat kontras
bila membandingkannya dengan murid-murid Laskar Pelangi
lainnya. Dengan kedatangan pendatangan baru yang bernama Flo
pada akhir cerita ini, alur cerita semakin menarik dan petualangan
kehidupan para Laskar Pelangi lebih banyak melewati cobaan,
rintangan, tantangan, dan pertentangan yang pada saat
membacanya akan membuat kita selalu penasaran seperti apa
ujung dari akhir cerita ini.
5. Amanat
Banyak sekali amanat yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi ini,
diantaranya adalah
a. Selalu giat belajar untuk meraih masa depan yang cemerlang,
b. Bekerja sama dalam menghadapi ujian dan kesulitan,
c. Menjalin persahabatan dan menjaganya dengan baik, dan
d. Bekerja keras untuk mencapat suatu hasil.
Unsur Ekstrinsik
1. Biografi Pengarang
Andrea Hirata Seman Said Harun (lahir 24 Oktober) adalah seorang
penulis Indonesia yang berasal dari pulau Belitong, propinsi Bangka
Belitung. Novel pertamanya adalah novel Laskar Pelangi yang
merupakan buku pertama dari tetralogi novelnya, yaitu :
a. Laskar Pelangi,
b. Sang Pemimpi,
c. Edensor, dan
d. Maryamah Karpov
Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk
tahun 2006 - 2007.
Selain Tetralogi laskar pelangi, Andrea juga menghasilkan karya lain,
yaitu Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas yang terbit tahun 2010.
Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat
menggemari sains--fisika, kimia, biologi, astronomi--dan tentu saja
sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi
dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di
Kye Gompa, desa di Himalaya.
Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan
beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris,
Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.
Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan
dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah
diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori
ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia.
Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah. Saat ini Andrea tinggal di
Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom.
2. Nilai-nilai Sastra
Nilai sastra yang terkandung dalam novel ini adalah mengajak seseorang
atau memotivasi seseorang untuk bekerja keras dalam meraih mimpi-
mimpinya.
3. Nilai Agama
Novel ini memiliki nilai agama yang kuat, dimana sang penulis novel
seringkali menuliskan suatu ritual agama dalam ceritanya. Novel ini
memiliki nilai agama dalam hal untuk berserah diri kepada Tuhan dalam
menghadapi masalah yang besar, dan selalu ingat kepada-Nya
4. Nilai Moral
Sudah seharusnya manusia menjalin hubungan sosial dan memiliki suatu
komunitas positif untuk dapat mendukung kebutuhan hidup akan sosial.
Novel ini mengajarkan untuk selalu mengingat teman dan tidak
melupakan mereka walau sudah lama tidak bertemu.
5. Nilai Sosial
Nilai-nilai sosial sangat kental dalam novel karya Andrea Hirata ini,
seperti yang telah disebutkan novel ini mengangkat tema tentang
persahabatan.