You are on page 1of 151

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000

Tentang
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG BPHTB

Disampaikan oleh :
Drs Endarto Judowinarso MSc.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 1
1
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN (BPHTB)
Pada masa lalu diberlakukan pungutan dengan nama
Bea Balik Nama (BBN) berdasarkan Ordonansi 1924
Nomor 291, dikenakan terhadap:

1. setiap perjanjian pemindahan hak atas harta tetap yang ada di wilayah
Indonesia; termasuk

2. peralihan harta karena hibah wasiat dan Waris yang ditinggalkan oleh
orang-orang yang bertempat tinggal terakhir di Indonesia

Pada tahun 1960 diberlakukan UU Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan


Dasar Pokok-pokok Agraria, yang tidak lagi mengakui hak-hak kebendaan
sebagaimana diatur dalam Ordonansi Balik Nama Staatsblad 1834 Nomor 27.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 2


1
Sejalan dengan diberlakukannya UU
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Bea
Balik Nama atas harta tetap berupa hak atas
tanah tidak dipungut lagi.

Terjadinya ketidak-adilan mengingat


peralihan harta gerak seperti
kendaraan bermotor dikenakan
bea balik nama.

Sebagai pengganti Bea Balik Nama


atas harta tetap berupa hak atas tanah,
diberlakukan lagi pungutan pajak atas
pihak yang memperoleh hak atas tanah
dan bangunan dengan nama BPHTB
berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 1997.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 3


1
Ordonansi UUPA
1924 / 291 UU No. 5/1960
(Objek pajaknya terbatas ( tidak mengenal hak-hak
pada hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dengan titel hukum barat) dalam Ordonansi 1924 /
291)
?
?
Tidak dapat dipungut sejak tahun 1961 s/d 1997

Perlu UU Pengganti BBN


( BPHTB)
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 4
1
Prinsip-prinsip dasar yang dianut
UU BPHTB:
1. Self assessment, yaitu Wajib Pajak menghitung dan
menyetorkan pajak terutang dan melaporkannya ke Kantor
Pelayanan Pratama ;

2. Tarif ditetapkan sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak


kena pajak (NPOPKP);

3. Dikenakan sanksi kepada Wajib Pajak maupun kepada pejabat-


pejabat umum yang melakukan pelanggaran ketentuan atau
tidak melaksanakan kewajiban;

4. Hasil penerimaan BPHTB sebagian besar diserahkan kepada


Daerah dengan komposisi 80% untuk Daerah dan 20% untuk
Pusat;

5. Tidak diperkenankannya ada pungutan lain atas pihak yang


memperoleh hak atas tanah dan bangunan sejak Undang-
Undang BPHTB berlaku.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 5
1
Perubahan UU BPHTB
Sasaran yang ingin dicapai dalam perubahan UU
BPHTB adalah:
1. Lebih memberikan kepastian hukum dan
memenuhi rasa keadilan dalam pemungutan
pajak bagi Wajib Pajak dalam kaitannya
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya;

2. Meningkatkan penerimaan negara dari


sektor pajak sebagai sumber utama
pembiayaan negara.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 6


1
POKOK-POKOK PIKIRAN PERUBAHAN
UU BPHTB
• Memperluas cakupan objek pajak untuk mengakomodir
adanya perolehan hak atas tanah dan bangunan yang belum
diatur
• Lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan dalam
pengenaan pajak
• Lebih memberikan kepastian hukum mengenai ketentuan dan
sanksi bagi pejabat
• Menyesuaikan dengan ketentuan baku dan istilah dalam
Undang-undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
(UU KUP)
• Menyesuaikan dengan ketentuan yang berkaitan dengan
Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 7


1
Memperluas cakupan objek pajak untuk mengakomodir
adanya perolehan hak atas tanah dan bangunan yang
belum diatur
• Mempertegas dasar hukum jenis hak atas tanah dan atau
bangunan yang diatur diluar UUPA [Pasal 1 angka 3]

• Hak atas satuan rumah susun sesuai dengan Undang-undang


Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun

UU No.21 Th.1997 UU No.20 Th.2000


Hak atas tanah dan atau bangunan adalah
Hak atas tanah adalah hak atas
hak atas tanah, termasuk hak
tanah sebagaimana dimaksud pengelolaan, beserta bangunan di
dalam Undang-undang Nomor 5 atasnya, sebagaimana dimaksud dalam
Tahun 1960 tentang Peraturan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
Dasar Pokok Pokok Agraria dan tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
peraturan perundang-undangan Agraria, Undang-undang Nomor 16 Tahun
yang berlaku. 1985 tentang Rumah Susun, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan
December 9, 202 EndsTranspBPHTB
lainnya. 8
1
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun
1997 tentang BPHTB (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara nomor
3688) yang diberlakukan dengan Undang-undang Nomor 1
Tahun 1997 tentang penangguhan mulai berlakunya Undang
– undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang BPHTB menjadi
Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1998 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3739) diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga keseluruhan berbunyi


sebagai berikut :

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 9


1
Pasal 1 :
1. BPHTB adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan Perolehan
hak atas tanah dan atau Hak
bangunan, yang selanjut
nya disebut pajak .

2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan


atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan
atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

3. Hak atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah , termasuk hak
pengelolaan , beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam
U U No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria ,
U U No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.

4. Surat tagihan BPHTB adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan
atau sanksi administrasi EndsTranspBPHTB
December 9, 202
berupa bunga dan atau denda. 10
1
5. Surat Ketetapan BPHTB Kurang Bayar (SKBKB)
adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jum
lah pajak yang terutang, jumlah kekurangan pembayar
an pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah yang masih harus dibayar.

6. Surat Ketetapan BPHTB Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT) adalah


surat Ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.

7. Surat Ketetapan BPHTB Lebih Bayar (SKBLB adalah surat ketetapan yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah pajak yang telah
dibayar lebih besar daripada pajak yang seharusnya terutang.

8. Surat Ketetapan BPHTB Nihil (SKBN) adalah surat ketetapan yang


menetukan
jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang dibayar.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 11


1
• Menambah objek pajak baru [Pasal 2 ayat (2)
• Perolehan hak karena waris
• Mengakomodir bentuk transaksi
ekonomi akibat perkembangan
dunia usaha [Pasal 2 ayat (2)]
- Penggabungan usaha
- Peleburan usaha
- Pemekaran usaha
• Menyesuaikan pasal-pasal yang terkait dengan penambahan
objek pajak baru karena waris, penggabungan usaha, peleburan
usaha, dan pemekaran usaha
* Pengenaan objek pajak waris diatur dengan PP [Pasal ayat (2)]
* Dasar pengenaan pajak [Pasal 6 ayat (2)]
* Saat terutang pajak [Pasal 9 ayat (1)]

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 12


1
Lebih memberikan kepastian hukum dan
keadilan dalam pengenaan pajak

• Perolehan hak karena waris [Pasal 2 ayat (2)]


• Perolehan hak karena waris akan memberikan peningkatan
kemampuan ekonomi yang diperoleh tanpa melalui
pengorbanan/usaha.
• Untuk memotivasi ahli waris agar tidak tergantung pada
kekayaan pewaris (orang tua).

• Perolehan hak karena lelang


[ Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) ]
• Nilai Perolehan Objek Pajak berdasar
kan harga transaksi dalam Risalah Le
lang, tidak perlu dibandingkan dengan
NJOP PBB
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 13
1
Pasal 2
(1) Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas
tanah dan atau .bangunan

(2). Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. Pemindahan hak karena :


1). Jual Beli ;
2). Tukar Menukar ;
3). Hibah ;
4). Hibah Wasiat ;
5). Waris ;
6). Pemasukan dalam Perseroan atau Badan hukum lainnya ;
7). Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan ;
8). Penunjukan Pembeli dalam lelang ;
9). Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap ;
10). Penggabungan Usaha ;
11). Peleburan Usaha
12). Pemekaran Usaha ;
13). Hadiah .
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 14
1
b. Pemberian hak baru karena :

1). Kelanjutan pelepasan hak ;

2). Di Luar Pelepasan Hak.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 15


1
(3). Hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah :

a). Hak Milik ;


b). Hak Guna Usaha ;
c). Hak Guna Bangunan ;
          d). Hak Guna Pakai (Hak Pakai) ;
e). Hak Milik atas satuan rumah susun ;
f). Hak Pengelolaan .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 16


1
Jenis hak-hak atas tanah
 hak milik
 hak guna usaha
Diatur dlm UUPA
 hak guna bangunan (UU No. 5 / 1960)
 hak pakai

Diatur dalam
 hak milik atas satuan UU Rumah Susun
rumah susun (UU No. 16 / 1985)

Diatur dlm PP
 hak pengelolaan No. 48 Tahun 1983
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 17
1
Beberapa Pengertian :
Tanah Negara :

Tanah yang tak dipunyai oleh perseorangan


atau Badan Hukum dengan sesuatu hak atas tanah
sesuai dengan Ketentuan yang berlaku .

Pemberian Hak atas Tanah :

adalah pemberian Hak atas Tanah yang dikuasai


langsung oleh Negara kepada seseorang ataupun
beberapa orang bersama-sama atau sesuatu Badan
Hukum.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 18


1
Hak atas Tanah :

Hak-hak atas tanah sebagaimana


ditetapkan Pasal 16 UUPA, Khususnya hak atas
Tanah Primer (Originair) yaitu Hak Atas Tanah
yang langsung diberikan oleh Negara kepada Subjek Hak.

Hak atas Tanah Sekundair :

Hak untuk menggunakan Tanah Milik Pihak Lain,


misalnya :
- Hak Guna Bangunan ;
- Hak Pakai ;
- Hak Usaha Bagi Hasil ;
- Hak Menumpang
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 19
1
Hak Milik :
Hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai atas tanah dengan mengingat fungsi sosial
yang dapat beralih dan dialihkan kepada fihak lain.

Hak Guna Usaha :


Hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
dalam jangka waktu 25 atau 30 tahun dan dapat diperpanjang 25 tahun guna
perusahaan Pertanian perikanan atau peternakan yang luasnya paling sedikit 5 Ha
dengan ketentuan bila luasnya 25 Ha atau lebih, harus memakai investasi modal
dan teknik Perusahaan yang baik, dapat beralih dan dialihkan pada fihak lain serta
dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan.

Hak Guna Bangunan :


Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah
yang bukan miliknya sendiri, dalam jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat
diperpanjang dengan waktu 20 tahun lagi, dapat beralih dan dialihkan kepada fihak
lain, dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 20


1
Hak Guna Pakai (Hak Pakai) :

Hak untuk menggunakan dan atau memungut


hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
atau tanah milik orang lain yang memberi wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemeberiannya
oleh Pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa
dan ketentuan-ketentuan UU ini.

Hak Pengelolaan :

Hak Penguasaan atas tanah negara, denganmaksud disamping untuk


dipergunakan sendiri oleh sipemegang hak, juga oleh pihak Pemegang memberikan
sesuatu Hak kepada fihak ke tiga, kepada si Pemegang Hak diberikan wewenang
untuk :
1. merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut ;
2. menggunakan untuk keperluan pelaksanaan tugas ;
3. menyerahkan bagian-bagian tanah kepada fihak ke tiga dengan hak
milik, Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai.
4. Menerima uang pemasukan/ganti rugi dan atau wajib tahunan.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 21
1
Sifat-sifat Hak Pengelolaan :

1. Hak Penguasaan atas tanah Negara ;


2. Untuk dipergunakan sendiri oleh pemegang dan sebagian
atas tanah tersebut diberikan kepada pihak ke tiga sesuatu
hak ;
3. Kepada si Pemegang Hak diberikan beberapa wewenang
termasuk dapat menerima uang pemasukan dan / atau
wajib tahunan ;
4. Setelah jangka waktu Hak atas tanah yang diberikan
kepada fihak ke tiga itu berakhir maka tanah dimaksud
kembali ke dalam penguasaan sepenuhnya dari pemegang
hak Pengelolaan yang bebas dari Hak Tanggungan ;
5. Bila sebagian dari Hak Pengelolaan itu diberikan
dengan Hak Milik kepada Fihak Ke Tiga, maka dengan
sendirinya Hak Milik tersebut menjadi lepas dari Hak
Pengelolaan dan/atau hapus, sejak hak milik tersebut
didaftarkan pada Kantor Agraria Kabupaten / Kota
setempat.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 22
1
Pemasukan dalam perseroan atau badan
hukum lainnya :

Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dari orang


pribadi atau badan kepada Perseroan Terbatas atau badan
hukum lainnya sebagai penyertaan modal pada Perseroan
Terbatas atau badan hukum lainnya tersebut .

Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan :

Pemindahan sebagian hak bersama atas tanah dan atau


bangunan oleh orang pribadi atau badan kepada sesama
pemegang hak bersama .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 23


1
Penggabungan usaha :

Penggabungan dari dua badan usaha atau


lebih dengan cara tetap mempertahankan
berdirinya salah satu badan usaha dan
melikuidasi badan usaha lainnya yang menggabung.

Peleburan Usaha :
Penggabungan dari dua atau lebih badan usaha dengan cara
mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan
usaha yang bergabung tersebut.

Pemekaran Usaha :
Pemisahan suatu badan usaha menjadi dua badan usaha
atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan
mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan
usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa melikuidasi
badan usaha yang lama .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 24


1
Pasal 3 :
(1) Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah
Objek Pajak yang diperoleh :

a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik ;

b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan


pembangunan guna kepentingan umum ;

c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan Keputusan


Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut ;

d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama ;

e. Orang pribadi atau badan karena wakaf ;

f. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.


December 9, 202 EndsTranspBPHTB 25
1
Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
630/KMK.04/1997 tgl. 22 Desember 1997
tentang Badan atau Organisasi Internasional
yang tidak dikenakan BPHTB, yaitu :

1. Badan-Badan Internasional dari PBB;


2. Kerjasama Bilateral ;
3. Colombo Plan ;
4. Kerjasama Kebudayaan ;
5. Organisasi Asing lainnya;
6. Organisasi Swasta International .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 26


1
2). Objek pajak yang diperoleh karena

• waris,
• hibah wasiat, dan
• pemberian hak pengelolaan

pengenaan pajaknya diatur dengan


Peraturan Pemerintah.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 27


1
P P No. 111 Tahun 2000
Tentang
Pengenaan BPHTB Karena Waris dan
Hibah Wasiat

PP No. 112 Tahun 2000


Tentang
Pengenaan BPHTB karena
Pemberian Hak Pengelolaan

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 28


1
Pasal 4 :

Subjek Pajak.
(1) . Yang men jadi SP adalah
- Orang Pribadi ;
- Badan ;
yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.

(2). SP dikenakan kewajiban membayar pajak disebut


Wajib Pajak.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 29


1
Pasal 5 :
• Untuk kesederhanaan dan
Kemudahan penghitungan
Pajak;

• Maka ditetapkanlah :
Tarif tunggal sebesar
5 %.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 30


1
(1). Dasar pengenaan pajak adalah -

Nilai Perolehan Objek Pajak .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 31


1
(2) NPOP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam hal :

a. Jual -beli Transaksi

b. Tukar-menukar;
c. Hibah ;
d. Hibah Wasiat;
e. Waris ;
f. Pemasukan dalam perseroan / badan hukum lainnya;
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan ;
h. Peralihan hak krn putusan Hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap; Nilai Pasar
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan
dari pelepasan hak;
j. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak;
k. Penggabungan usaha;
l. Peleburan usaha ;
m. Pemekaran Usaha ;
n. Hadiah ;
Harga transaksi
December 9, 202 EndsTranspBPHTB
o. Penunjukan pembeli dalam lelang 32
1 dalam risalah lelang
Pasal 6 :
DASAR PENGENAAN PAJAK

Nilai Perolehan Objek


Pajak (NPOP)

Apabila NPOP tidak


diketahui atau lebih
Harga rendah dari NJOP
Transaksi Nilai Pasar PBB

NJOP PBB
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 33
1
Pasal 6 ayat (3) :

Apabila NPOP sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)


huruf a sampai dengan n tidak diketahui atau lebih
rendah daripada NJOP yang digunakan dalam
pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan ,
dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah NJOP PBB.

NPOP = Rp 70.000.000,00
NJOP = Rp 75.000.000,00 Mana yang dipakai
Sebagai dasar
pengenaan ?

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 34


1
Contoh :
Wajib Pajak “A” membeli tanah dan
bangunan dengan NPOP (Harga Transaksi)
Rp 70.000.000,00. NJOP PBB berdasarkan
ketetapan Ka.KanWil DJP sebesar
Rp75.000.000,00 maka yang dipakai
sebagai dasar pengenaan BPHTB adalah :
- Rp 75.000.000,00 dan
- bukan Rp 70.000.000,00.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 35


1
Pasal 6 ayat (4) :
Apabila NJOP PBB sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
belum ditetapkan, besarnya NJOP PBB ditetapkan oleh
Menteri.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 36


1
Pasal 7 :
(1). NPOP Tidak Kena Pajak ditetapkan secara
regional paling banyak Rp 60.000.000,00 ,
kecuali dalam hak perolehan hak karena
waris , atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi
yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke
bawah dengan pemberi hibah wasiat , termasuk suami / isteri,
NPOP TKP ditetapkan secara regional paling banyak
Rp 300.000.000,00.
NPOP TKP
Rp 60 juta ,-
Rp 300 juta ,-
karena Waris

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 37


1
Penjelasan Pasal 7 :
Ayat (1) Yang dimaksud dengan NPOP TKP ditetapkan
secara Regional adalah :

PENETAPAN NPOP TKP untuk masing-masing


KABUPATEN / KOTA.

NPOP TKP

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 38


1
PerMenKeu No: 86/PMK.03/2006
Tanggal : 4 Oktober 2006:
a. NPOPTKP maksimum : Rp300 juta diperlakukan untuk :
1. Waris
2. Hibah Wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam
hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat ke atas / ke bawah termasuk suami / istri.

b. NPOPTKP sebanyak : Rp42 juta diberlakukan untuk :


1. Rumah Sederhana Sehat
2. RSS melalui KPR Bersubsidi

c. NPOPTKP maksimum : Rp60 juta untuk selain


a dan b diatas

d. Apabila c > b, maka b = c

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 39


1
Contoh :

1. Pada tgl 1 Februari 2001, WP “A” membeli tanah


yang terletak di Kabupaten “AA” dengan NPOP
Rp 50.000.000,00. NPOPTKP utk perolehan hak
selain karena waris, hibah wasiat yang diterima
orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat
ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami / isteri,
untuk kabupaten “AA” ditetapkan sebesar Rp 60.000.000,00
Mengingat NPOP lebih kecil dibandingkan dengan NPOP TKP , maka
perolehan hak tersebut tidak terutang BPHTB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 40


1
Contoh :

2. Pada tgl 1 Februari 2005 , WP “B”membeli tanah dan


bangunan yang terletak di Kabupaten “AA” dengan

NPOP Rp 100 juta ,-


NPOP TKP Rp 60 juta ,-
NPOP KP Rp 40 Juta ,-

maka perolehan hak tersebut terutang BPHTB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 41


1
3. Pada tgl 2 Maret 2005, WP “C “
mendaftarkan warisan berupa tanah
dan bangunan yang terletak di Kota “ BB ”
dengan NPOP – Rp 400.000.000,00.
NPOP TKP untuk perolehan
karena waris untuk Kota BB
adalah - Rp 300.000.000,00
Besarnya NPOP KP adalah Rp 100.000.000,00

Maka perolehan hak tersebut terutang BPHTB .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 42


1
4. Pada tgl 2 Februari 2005, WP D mendaftarkan hibah
wasiat dari orang tua kandung , sebidang tanah
yang terletak di Kota “BB” dengan –
NPOP = Rp 250.000.000,00.
NPOPTKP untuk perolehan hak karena hibah
wasiat yang diterima orang pribadi yang masih
dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas
atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah
wasiat , termasuk suami / isteri, utk Kota “BB”
ditetapkan sebesar Rp 300.000.000,00 .
Mengingat NPOP lebih kecil dibandingkan NPOP
TKP, maka perolehan hak tersebut tidak terutang BPHTB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 43


1
5. Contoh untuk RSS yang dibangun
melalui KPR dengan NPOP < Rp 42 jt ,
pengenaan BPHTB adalah sbb :

a. Sebuah Rumah yang dibangun memalui KPR


dengan nilai Rp 40 Jt, maka BPHTB menjadi Nihil.

b. Sebuah Rumah Sederhana sehat dibangun dengan


Nilai Rp 55 jt, melalui KPR (BTN) maka BPHTB adalah

NPOP = Rp 55.000.000,00
NPOP TKP = Rp 42.000.000,00
NPOP KP = Rp 13.000.000,00
BPHTB = 5 % X Rp 13.000.000,00 =
= Rp 650.000,00
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 44
1
Cara Penghitungan Pajak

BPHTB = ( NPOP - NPOPTKP ) x Tarif

atau
bila NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan :

BPHTB = ( NJOP - NPOPTKP ) x Tarif


Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
(5%) dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP).
Besarnya NPOPKP adalah NPOP – NPOPTKP. Apabila NPOP lebih
rendah dari NJOP PBB tahun terjadinya transaksi, atau bila NPOP
tidak diketahui, maka dasar pengenaan pajaknya adalah NJOP PBB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 45


1
Peraturan Pemerintah R I No. 111 Tahun 2000
tentang
Pengenaan BPHTB karena Waris dan Hibah Wasiat

Pasal 2 :
BPHTB yang terutang atas perolehan
hak karena Waris dan Hibah Wasiat
adalah sebesar 50 % dari BPHTB
50 %
yang seharusnya terutang.

Pasal 3 :
Saat terutang pajak, sejak yang
bersangkutan mendaftarkan
peralihan haknya ke Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 46
1
Contoh 1 :
Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan dengan nilai pasar
Rp 200.000.000,00. SPPT PBB tahun yang bersangkutan mendaftar ke Kant.Pertanahan setempat
Dengan NJOP Rp 250.000.000,00.Apabila Ka.Kanwil DJP menetapkan NJOPTKP (waris) sebesar
Rp 300.000.000,00, BPHTB adalah sbb.:

NPOP Rp 250.000.000,00
NPOP TKP Rp 300.000.000,00
NPOP KP Nihil
BPHTB terutang Nihil. Nihil

Contoh 2 :
Seorang anak memperoleh warisan dengan nilai pasar Rp 500.000.000,00, NJOP yang tercantum dalam
SPPT Rp 800.000.000,00. NPOP TKP Rp 300.000.000,00, BPHTB adalah :

NPOP Rp 800.000.000,00
NPOP TKP Rp 300.000.000,00
NPOP KP Rp 500.000.000,00
BPHTB yg seharusnya terutang = 5 % X Rp 500.000.000,00 = Rp 25.000.000,00
BPHTB terutang = 50 % X Rp 25.000.000,00 = Rp 12.500.000,00
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 47
1
Contoh 3 :
Seorang anak memperoleh hibah wasiat dari ayah kandungnya sebidang tanah dan
bangunan dengan nilai pasar Rp 500.000.000,00, SPPT NJOP-nya
Rp 450.000.000,00.
Apabila NPOP TKP ditetapkan Rp 300.000.000,00, maka BPHTBnya adalah :

NPOP Rp 500.000.000,00
NPOP TKP Rp 300.000.000,00
NPOPKP Rp 200.000.000,00

BPHTB yang seharusnya terutang = 5 % X Rp 200.000.000,00 = Rp 10.000.000,00


BPHTB yang terutang = 50 % X Rp 10.000.000,00 = Rp 5.000.000,00

Contoh 4 :
Suatu Yayasan Panti Asuhan Anak Yatim memperoleh hibah wasiat sebidang tanah
dan Bangunan dengan nilai pasar Rp 1.000.000.000,00, SPPT dengan NJOP
Rp 900.000.000,00.
Apabila NPOP TKP Rp 300.000.000,00, maka BPHTB adalah :
NPOP Rp 1.000.000.000,00
NPOP TKP Rp 300.000.000,00
NPOP KP Rp 700.000.000,00
BPHTB seharusnya terutang = 5 % X Rp 700.000.000,00 = Rp 35.000.000,00
BPHTB yang terutang = 50 % X Rp 35.000.000,00 = Rp 17.500.000,00
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 48
1
Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun 2000 ttg.
Pengenaan BPHTB karena Pemberian
Hak Pengelolaan
Hak Pengelolaan

Hak menguasai dari Negara atas tanah yang kewenangan


pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang
haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan
tanah, menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan
tugasnya, menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut ke-
a.Departemen, pada Pihak ke tiga dan atau bekerjasama dengan Pihak ketiga.
Lemb.Departemen,
Lemb.Pem.Non Dep,
Pem.Da. Propinsi, 0%
Pem.Da. Kab/Kota,
Lemb. Pem. Lainnya,
Perum Perumnas. b. Hak Pengelolaan
Selain dimaksud 50 %
pada huruf a.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 49
1
Contoh a : Perum Perumnas,
Nihil !
Perum Perumnas memperoleh hak pengelolaan atas
tanah seluas 10 ha dengan NPOP Rp 1 m,-
BPHTB adalah :
NPOP Rp 1.000.000.000,00
NPOP TKP Rp 60.000.000,00
NPOP KP Rp 940.000.000,00

BPHTB terutang = 5 % X Rp 940.000.000,00 =


Rp 47.000.000,00
Sesuai dengan PP No.112 Tahun 2000 =
= 0% X Rp 47.000.000,00 = Rp 0,00.
BPHTB yang harus dibayar = Nihil.

Contoh b :
Suatu BUMN memperoleh hak pengelolaan seperti tersebut di atas, maka BPHTB =

BPHTB yang harus dibayar = 50 % X Rp 47.000.000,00 = Rp 23.500.000,00

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 50


1
Peraturan Pemerintah No.113
Tahun 2000 tentang
Penentuan Besarnya NPOP TKP BPHTB
Pasal 1 :
NPOP TKP ditetapkan secara regional paling banyak
Rp 60.000.000,00 kecuali dalam hal perolehan hak
karena waris, atau hibah wasiat yang diterima Orang
pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami isteri,ditetap
kan secara regional paling banyak Rp 300.000.000,00.

Pasal 2 :
(1) Besarnya NPOP TKP ditetapkan oleh Menteri Keuangan utk setiap Kabupaten / Kota
dengan memperhatikan usulan Pemerintah Daerah.

(2) NPOP TKP sbgmn dimaksud dalam ayat (1) dapat diubah dengan mempertimbangkan
perkembangan perekonomian regional.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 51
1
Pasal 9 :
(1). Saat terutangnya Pajak atas BPHTB untuk :
a. Jual beli sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
b. Tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
c. Hibah sejak dibuat dan ditandatanganinya akta;
d. Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan
haknya ke Kantor Pertanahan ;
e. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak
tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
f. Pemisahan yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat
dan ditandatanganinya akta;
g. Lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang;
h. Putusan Hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum yang tetap;
i. Hibah Wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan
peralihan haknya ke Kantor Pemerintah;
j. Pemberian Hak Baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak
adalah sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan
pemberian hak;
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 52
1
k. Pemberian Hak Baru di luar pelepasan hak adalah sejak
tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat
keputusan pemberian hak ;

l. Penggabungan Usaha adalah sejak tanggal dibuat dan


ditandatangani akta;

m. Peleburan Usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya


akta;

n. Pemekaran Usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

o. Hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 53


1
Pasal 9 ayat (2) :
Pajak yang terutang HARUS dilunasi
pada saat terjadinya perolehan hak se
bagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Saat ditandatanganinya akta

Saat terutang pajak

Artinya -
paling lambat harus dibayar pada
saat ditandatanganinya akta ,
maka tatacaranya yaaa…bayar dulu….

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 54


1
Pasal 9 ayat (3) :

Tempat terutang pajak adalah di wilayah

Kabupaten, Kota,
atau Propinsi yang meliputi letak
tanah dan atau bangunan .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 55


1
Menyesuaikan dengan ketentuan
baku dan istilah dalam Undang-undang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan (UU KUP)

• Penyesuaian terminologi [Pasal 10 ayat (2)


• Pembayaran di Bank Persepsi dan Kantor Pos dan Giro
diubah menjadi ke kas negara melalui Kantor Pos dan atau
Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha
Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk

• Menegaskan keterkaitan antara Undang-undang BPHTB


dengan Undang-undang KUP [Pasal 27A]
• Untuk hal-hal yang tidak diatur dalam Undang-undang
BPHTB berlaku ketentuan dalam Undang-undang KUP
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 56
1
Pasal 10 :
(1). Wajib Pajak wajib membayar pajak yang
terutang dengan tidak mendasarkan pada
adanya surat ketetapan pajak .

Penjelasan :

Sistem pemungutan BPHTB


adalah Self assessment dimana
Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk :

- menghitung ;
- menetapkan ; dan
- membayar sendiri

pajak yang terutang dengan menggunakan


SSB dan melaporkannya tanpa mendasarkan
diterbitkannya surat ketetapan pajak.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 57


1
Pasal 10 ayat (2) :

Pajak yang terutang dibayar ke kas negara


melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha
Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik
Daerah atau Tempat Pembayaran lain yang
ditunjuk oleh Menteri dengan Surat Setoran
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau
Bangunan (SSB).

SSB

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 58


1
Kep. Men Keu No. 517/KMK.04/2000
tentang Penunjukan Tempat dan
Tatacara Pembayaran BPHTB.

Pasal 1 :
1. Tempat Pembayaran BPHTB adalah Kantor POS dan atau
Bank BUMN dan BUMD atau TP lain yang ditunjuk oleh Men
Keu dan memindahbukukan saldo penerimaan BPHTB ke
B O V BPHTB ;

2. B O V ………

3. SSB adalah surat yang digunakan oleh WP untuk melakukan


pembayaran atau penyetoran BPHTB yang terutang ke Kas
Negara melalui TP BPHTB sekaligus untuk melaporkan data
perolehan hak atas tanah dan bangunan.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 59
1
Pasal 2 :

(1). BPHTB yang terutang dibayar di TP di Wilayah


Kabupaten / Kota yang meliputi letak tanah dan atau
Bangunan dengan menggunakan SSB .

(2). Bentuk SSB ditetapkan oleh Dir Jen Pajak.

Pasal 3 :

BPHTB Yang terutang dibayar pada saat :


a. akta pemindahan hak atas T & B ditandatangani PPAT;

b. Risalah Lelang untuk pembeli ditandatangani oleh Kepala


Kant. Lelang / Pejabat Lelang ;

c. dilakukan pendaftaran hak oleh Ka Kan Pertanahan Kab/Kota


dalam hal pemberian hak baru dan pemindahan hak karena
Pelaksanaan Keputusan Hakim atau Hibah Wasiat atau Waris.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 60


1
Pasal 4 :

(1). Wewenang penunjukan TP dan BO V BPHTB


dilimpahkan kepada Dirjen Anggaran .

(2). Penunujkan TP dan BO V diusulkan oleh DirJen Pajak.

Pasal 5 :

(1). Saldo Penerimaan BPHTB pada :


a. TP BPHTB dipindahbukukan pada BO V setiap hari Jumat atau hari
kerja berikutnya bila hari jumat libur ;
b. BO V BPHTB dibagi dan dipindahbukukan ke rekening Kas Negara
dan kas Daerah yang berhak setiap hari rabu atau hari kerja berikutnya
bila hari rabu libur.
(2). Pelaksanaan pembagian dan pemindahbukuan saldo penerimaan BPHTB
pada akhir tahun anggaran diatur secara khusus oleh DirJen Anggaran.
(3). TP atau BO V yang terlambat atau tidak membagi dan atau
memindahbukukan saldo penerimaan BPHTB, dikenakan sanksi berupa
denda sebesar 3 % dari saldo penerimaan yang terlambat atau tidak dibagi
dan atau tidak dipindahbukukan.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 61


1
Pasal 11 :
(1). Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat
terutangnya pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan SKBKB apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah
pajak yang terutang kurang bayar.

(2). Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKB


sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan,
dihitung mulai saat terutangnya pajak sampai dengan
diterbitkannya SKBKB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 62


1
Contoh jumlah kekurangan pajak
yang terutang kurang bayar
Pasal 11 Ayat (2) UU BPHTB
Wajib Pajak memperoleh tanah dan
bangunan pada tanggal 29 Maret 1998 ;

NPOP Rp 140.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00
NPOP kena Pajak Rp 80.000.000,00

Pajak yang terutang


= 5% X Rp 80.000.000,00 = Rp 4.000.000,00

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 63


1
Berdasarkan Pemeriksaan yang dilakukan pada tgl 30 Des 1998, ternyata
ditemukan data yang belum lengkap yang menunjukkan bahwa NPOP sebenarnya
adalah Rp 190.000.000,00, maka pajak yang seharusnya terutang adalah sebagai
berikut :

NPOP Rp 190.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00

NPOP kena pajak Rp 130.000.000,00

Pajak yg seharusnya terutang = 5% X Rp130.000.000,00 = Rp 6.500.000,00


Pajak yg telah dibayar Rp 4.000.000,00
Pajak yang kurang bayar Rp 2.500.000,00

Sanksi Administrasi berupa BUNGA dr 29 Mart 98 s/d 30 Des 98 =


= 10 X 2% X Rp 2.500.000,00 = Rp 500.000,00
Jumlah pajak yang hrs dibayar =
Rp 2.500.000,00 + Rp 500.000,00 = Rp 3.000.000,00

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 64


1
Contoh Perhitungan Pasal 12 Ayat (2)

Pada tahun 2003, dari hasil pemeriksaan atau keterangan lain diperoleh data baru
bahwa NPOP sbgmn tersebut dalam penjelasan Pasal 11 ayat (2) ternyata adalah
Rp 230.000.000,00, maka pajak yg seharusnya terutang :

NPOP Rp 230.000.000,00
NPOP TKP Rp 60.000.000,00
NPOP kena Pajak Rp 170.000.000,00

Pajak yg seharusnya terutang =


5% X Rp 170.000.000,00 = Rp 8.500.000,00
Pajak yg telah dibayar = Rp 6.500.000,00
Pajak yg kurang dibayar = Rp 2.000.000,00

Sanksi Admninistrasi berupa kenaikan =

100% X Rp 2. 000.000,00 = Rp 2.000.000,00

Jumlah yag harus dibayar = Rp 2.000.000,00 + Rp 2.000.000,00 = Rp 4.000.000,00


December 9, 202 EndsTranspBPHTB 65
1
Pasal 13 :

(1). DirJen Pajak dapat menerbitkan SKB apabila :

a. Pajak yang terutang tidak atau kurang bayar ;

b. dari hasil pemeriksaan SSB perolehan hak atas


tanah dan bangunan terdapat kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan
atau salah hitung ;

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa


denda dan atau bunga .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 66


1
Penjelasan Pasal 13 Ayat (2)

Ayat ini mengatur pengenaan SANKSI ADMINISTRASI BERUPA


BUNGA ATAS SURAT TAGIHAN BPHTB yang diterbitkan
karena

a. Pajak yang terutang tidak atau kurang


dibayar,

b. Pemeriksaan Surat setoran BPHTB yang


menghasilkan pajak kurang dibayar karena
terdapat salah tulis dan / atau
salah hitung.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 67


1
Contoh Pasal 13 Ayat (2) :

1. Pajak yang terutang tidak atau kurang


dibayar :

Dari perolehan tanah dan bangunan pada tanggal 21


Sept 98 , W P A terutang pajak sebesar Rp 5.000.000,00.
Pada saat terjadinya perolehan tersebut pajak dibayar
Rp 4.000,000,00 Atas kekurangan pajak tsb. diterbitkan surat
tagihan BPHTB tanggal 23 Des 98 dengan perhitungan sbb:
Kekurangan bayar Rp 1.000.000,00
Bunga = 4 X 2% X Rp 1.000.000,00 = Rp 80.000,00
Jumlah yang harus dibayar dalam Surat Tagihan BPHTB=
= Rp 1.080.000,00

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 68


1
2. Hasil pemeriksaan Surat Setoran BPHTB.

Wajib Pajak B memperoleh tanah dan bangunan pada tanggal 18 Juni 98 ,


berdasarkan pemeriksaan SSB yang disampaikan WP B, ternyata terdapat salah
hitung yang menyebabkan pajak kurang dibayar sebesar Rp 1.500.000,00 .
Atas kekurangan pajak tersebut diterbitkan Surat Tagihan BPHTB pada tanggal
23 Sept 1998 dengan perhitungan :

Kekurangan Bayar = Rp 1.500.000,00


Bunga = 4 X 2% X Rp 1.500.000,00 = Rp 120.000,00

Jumlah yang harus dibayar dalam Surat Tagihan BPHTB


= Rp 1.620.000,00

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 69


1
SKBKBT

SKBKB SKBLB
SKBN
Keputusan :
- Ditolak;
- diterima ;
Jangka Waktu atau
Dapat mengajukan - ditambah.
keberatan 12 bulan
(Pasal 17)

Wajib Pajak DirJen Pajak


* Keberatan diajukan secara tertulis dlm Bhs Indonesia
dng mengemukakan jumlah pajak yg terutang menurut
perhitungan WP dng disertai alasan yg jelas .
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 70
1
Keputusan DirJen Pajak
No. KEP-22/PJ.6/1997 tentang
Tatacara Pengajuan dan Penyelesaian
Keberatan BPHTB.

Pasal 2 ayat (2) :


Lampiran Pengajuan Surat Keberatan :
1. Copy SSB ;
2. Asli SKBKB / SKBKBT / SKBLB / SKBN ;
3. Copy akta / Risalah Lelang / SK Pemberian Hak Baru /
Putusan Hakim ;
4. Copy KTP / SIM / Paspor / Kartu Keluarga / Identity lain.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 71


1
Pasal 4 :

(1). KP PBB berwenang memberikan Keputusan pengajuan


keberatan BPHTB sepanjang pajak terutang tak lebih
besar dari Rp 2.500.000.000,00 .

(2). Ka. Kan.Wil. DJP atas nama Men.Keu. berwenang memberikan Keputusan
pengajuan keberatan BPHTB sepanjang pajak yang terutang lebih besar dari
Rp 2.500.000.000,00.

Pasal 6 :

(3). Keputusan atas pengajuan keberatan BPHTB


dapat berupa :
a. mengabulkan seluruhnya ;
b. mengabulkan sebagian ;
c. menolak , atau
d. menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 72


1
Pasal 18 :
Ayat (1) : Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
banding hanya kepada badan peradilan pajak
terhadap keputusan mengenai keberatannya yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Ayat (2) : Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas
dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak keputusan keberatan
diterima, dilampiri salinan surat keputusan tersebut.
Ayat (3) : Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar
pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 73


1
Keputusan Dir Jen Pajak
No. KEP- 635/PJ/2001
Tentang Prosedur
Penanganan Banding PBB
dan BPHTB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 74


1
Pasal 1 :

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Banding adalah sebagaimana yang


dimaksud dalam UU N0.16 Tahun 2000
tentang KUP.

2. Surat Uraian Banding atau disingkat


SUB adalah surat DJP kepada BPSP/PP
yang berisi jawaban atas alasan banding
yang diajukan oleh Pemohon Banding.

3. Pajak adalah PBB dan BPHTB.


December 9, 202 EndsTranspBPHTB 75
1
Pasal 2 :
(1). Atas permintaan BPSP / PP,
DJP membuat SUB atas banding
yang diajukan oleh WP.

(2). DirJen Pajak menyampaikan SUB kepada


BPSP/PP dalam jangka waktu 3 bulan
sejak tanggal permintaan.

(3). Dalam pembuatan SUB, DJP meminta konsep beserta data


pendukungnya kepada Ka KanWil DJPatau Ka KP Pratama.

(4). Ka KanWil DJP atau Ka KP Pratama menyampaikan konsep seba-


gaimana dimaksud dalam ayat (3) dalam jangka waktu 1 bulan
sejak tanggal permintaan.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 76


1
Pasal 3 :
(1). Atas panggilan Ketua Sidang,
DirJen Pajak menghadiri sidang
di BPSP untuk memberikan
keterangan baik lisan maupun
tertulis.

(2). DirJen Pajak dapat menunjuk


Petugas dari KanWil DJP atau
KP Pratama untuk menghadiri sidang.

(3). Petugas DJP yang menghadiri


sidang dilengkapi dengan surat
tugas.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 77


1
Pasal 4 :

(1). Ka KP Pratama melaksanakan putusan


banding yang diterima dari PP
dan membuat buku penjagaannya.

(2). Ka KanWil DJP memantau pelaksanaan


putusan banding dan membuat laporannya
ke Kantor Pusat DJP.

Kantor Pusat DJP

Ka.KanWil DJP
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 78
1
Pasal 19 :
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan
banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya,
kelebihan pembayaran pajak dikembalikan
dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua
persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama
24 bulan dihitung sejak tanggal pembayaran
yang menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Keputusan Keberatan
atau Putusan Banding.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 79


1
• Saat dihitungnya imbalan bunga akibat kelebihan
pembayaran pajak [Pasal 19]
• Imbalan bunga dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya keputusan keberatan atau putusan banding

• Ketentuan tentang pengurangan [Pasal 20 ayat (1)]


- Kondisi tertentu WP yang ada hubungannya dengan OP
- Kondisi WP yang ada hubungannya dengan sebab-sebab tertentu
- Penggunaan untuk kepentingan sosial atau pendidikan

• Kepastian tetap berlakunya peraturan pelaksanaan


yang sudah ada [Pasal 27B]
• Tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur
dengan peraturan pelaksanaan yang baru

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 80


1
Peraturan Menteri Keuangan RI No.30/PMK.03/2005
Tanggal 23 Mei 2005, tentang Tata cara Pembayaran
Kembali Kelebihan Pembayaran BPHTB.
Pasal 1 :
(1). Kelebihan pembayaran BPHTB terjadi apabila :
a. BPHTB yang dibayar ternyata lebih besar dari yang
seharusnya terutang ;
b. dilakukan pembayaran BPHTB yang tidak seharusnya
terutang.

(2). Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar


termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau
kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak
atau surat keputusan lain berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 81
1
Pasal 2 :

(1). Untuk memperoleh pengembalian kelebihan


pembayaran BPHTB , Wajib Pajak mengajukan
permohonan secara tertulis dalam bhs. Indonesia
yang jelas kepada DirJen Pajak up
KP PBB / Ka KPP Pratama yang wilayah kerjanya
meliputi letak tanah dan atau bangunan ;

(2). Tanda penerimaan surat permohonan yang diberikan


oleh pejabat KP PBB/ KPP Pratama yang ditunjuk untuk
itu atau tanda pengiriman surat permohonan melalui pos
tercatat menjadi tanda bukti penerimaan surat permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 82


1
Pasal 3 :

(1) Kelebihan pembayaran BPHTB diperhitungkan


terlebih dulu dengan utang pajak , baik di
Pusat maupun cabang-cabangnya :

(2) Atas persetujuan Wajib Pajak yang berhak atas kelebihan


pembayaran BPHTB, kelebihan tersebut dapat
diperhitungkan dengan pajak yang akan terutang atau
dengan utang pajak atas nama Wajib Pajak lain ;

(3) Perhitungan sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) dan


ayat (2) dilakukan dengan pemindahanbukuan.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 83


1
Pasal 4 :
(1). Kelebihan Pembayaran BPHTB yang masih tersisa
dikembalikan dalam jangka waktu 2 bulan
sejak :
a. diterbitkannya SKBLB hasil pemeriksaan
Kepala KP PBB / KP Pratama atas nama
DirJen Pajak; atau

b. Diterimanya permohonan pengembalian kelebihan


pembayaran BPHTB sehubungan dengan Surat Keputusan
Lain yang menyebabkan timbulnya kelebihan pembayaran
BPHTB.

(2). Kelebihan Pembayaran BPHTB yang masih tersisa sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dikembalikan oleh Ka KP PBB/ KP Pratama
atas nama DirJen Pajak dengan menerbitkan SKPKPB, berdasarkan
SKBLB atau surat keputusan lain yang menyebabkan timbulnya
kelebihan pembayaran BPHTB.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 84
1
(3). Pengembalian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dilakukan dengan menerbitkan
SPMK BPHTBsebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran PerMen Keu ini.

(4). SPMK BPHTB dibebankan pada mata anggaran pengemba-


lian pendapatan pajak tahun anggaran berjalan, yaitu pada
mata anggaran yang sama atau sejenis dengan mata
anggaran penerimaan semula.

(5). Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepad WP, SKPKPB


beserta SPMK BPHTB wajib disampaikan secara langsung
oleh petugas yang ditunjuk oleh KP PBB / KP Pratama atau
melalui Pos tercatat ke KPPN paling lambat 2 hari kerja
sebelum jangka waktu 2 bulan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) terlampaui.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 85
1
Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
PMK-122/PMK.06/2005 tgl,5 Desember 2005
Tentang :
TATACARA PEMBERIAN IMBALAN
BUNGA BPHTB KEPADA WAJIB PAJAK.

Pasal 1 :
1. UU tentang BPHTB, yg selanjutnya disebut UU BPHTB adalah UU
No.21 tahun 1997 ttg BPHTB sebgmn tlh diubah dng UU No20
Tahun 2000.
2. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga BPHTB (SKPIB
BPHTB), adalah SK yang menentukan besarnya jumlah
pemberian imbalan bunga BPHTB yang diberikan kepada WP.

3. Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga BPHTB (SPMIB


BPHTB), adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KP PBB /
KP Pratama untuk membayar imbalan bunag BPHTB kepada
WP
December 9, .202 EndsTranspBPHTB 86
1
Bab II Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga

Pasal 2 :

Imbalan Bunga diberikan kepada WP dalam hal terdapat :


a. Kelebihan pembayaran BPHTB karena pengajuan
Keberatan atau Permohonan Banding dikabulkan
sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 UU BPHTB ; atau

b. Keterlambatan pengembalian Kelebihan pembayaran


BPHTB, sebagaiman dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(4) UU BPHTB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 87


1
Pasal 3 :
(1). Imabalan Bunga atas kelebihan pembayaran
BPHTB sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a,
dihitung sebesar 2 % sebulan untuk paling lama 24
bulan sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan
kelebihan pembayaran BPHTB sampai dengan diterbitkannya
Keputusan Keberatan atau Putusan Banding, dengan dasar
perhitungan imbalan bunganya adalah jumlah kelebihan pembayaran
BPHTB sebagian atau seluruhnya sebagaimana hasil Keputusan
Keberatan atau Putusan Banding.

(2). Imbalan Bunga atas keterlambatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 huruf b, dihitung sebesar 2 % sebulan dengan masa imbalan
bunga mulai dari berakhirnya jangka waktu 2 bulan sejak
diterbitkannya SKBLB sampai dengan diterbitkannya SPMK BPHTB
dengan dasar perhtiungan imbalan bunganya adalah jumlah kelebihan
pembayaran BPHTB.

(3). Masa Imbalan bunga dihitung berdasarkan satuan bulan dan kurang
dari satu bulan dihitung 1 bulan penuh.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 88


1
Pasal 4 :

(1). Imbalan Bunga sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
dan ayat (2) diperhitungkan dengan
utang pajak.

(2). Dalam hal dapat diberikan imbalan bunga sebagai-


mana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1), dan ayat (2)
Ka KP PBB / KP Pratama menerbitkan Nota Penghi-
tungan Pemberian Imbalan Bunga BPHTB sebagai-
mana ditetapkan dalam Lampiran I PMK ini.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 89


1
Pasal 5 :
(1). Imbalan Bunga diberikan kepada WP
oleh KP PBB/KP Pratama atas nama DirJen Pajak
dng menerbitkan SKPIB BPHTB.

(2). BentukSKPIB BPHTB sebgmn ditetapkan dalam


Lampiran II PMK ini.

(3). SKPIB BPHTB dibuat dlm rangkap 3 :


a. Lembar ke-1 utk WP ;
b. Lembar ke-2 utk KP Perbendaharaan Negara
(KPPN) dlm wil.kerja KP PBB/KP Pratama yg
menerbitkan SKPIB BPHTB ; dan
c. Lembar ke-3 utk KP PBB/ KP Pratama yg
menerbitkan SKPIB BPHTB.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 90
1
Pasal 6 :

(1). Atas Dasar SKPIB BPHTB Ka KP PBB/ KP Pratama


menerbitkan SPMIB BPHTB ;
(2). Bentuk SPMIB BPHTB adalah sebgmn ditetapkan dlm
Lampiran III PMK ini ;
(3). SPMIB BPHTB dibuat dlm rangkap 4 :
a. Lbr ke-1 dan Lbr ke-2 utk KPPN dlm Wil Kerja
KP PBB / KP Pratama yg menerbitkan SPMIB.
b. Lbr ke-3 utk WP
c. lbr ke-4 utk KP PBB/ KP Pratama yg menerbitkan
SPMIB.
(4). SPMIB dan SKPIB disampaikan secara langsug oleh
petugas yg ditunjuk oleh Ka KP PBB/KP Pratama atau
melalui Pos tercatat.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 91


1
Pasal 7 :

Imbalan Bunga dibayarkan


dengan cara pemindah bukuan
ke rekening Wajib Pajak yang
berhak menerima imbalan bunga.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 92


1
Pasal 8 :

SKPIB dan SPMIB sbgmn dimaksud dalam


Pasal 5 dan Pasal 6 yg berhubungan dengan :

a. Imbalan Bunga sebgmn dimaksud dlm Pasal 3 ayat


(1) diterbitkan paling lama 2 hari kerja sebelum
jangka waktu 1 bulan sejak Keputusan
Keberatan diterbitkan atau Putusan Banding
diterima terlampaui ;

b. Imbalan Bunga sebgmn dimaksud dlm Pasal 3 ayat


(2) diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SPMK
BPHTB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 93


1
Pasal 9 :
Ka KP PBB/KP Pratama menyampaikan
spesimen tanda tangan pejabat yg diberi
wewenang utk menandatangani SKPIB
dan SPMIB kepada KPPN.

Pasal 10 :
(1). Berdasarkan SPMIB sbgmn dimaksud Pasal 6,
KPPN menerbitkan SPPencairan Dana (SP2D).
(2). KPPN harus menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari
kerja sejak SPMIB diterima dan mengembalikan
lembar ke-2 SPMIB yg tlh dibubuhi cap tgl dan No
penerbitan SP2D disertai SP2D kpd penerbit SPMIB.
(3). SP2d imbalan Bunga dibebankan pada BO 1 Non
Gaji .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 94


1
Pasal 11 :

Atas pengeluaran imbalan bunga BPHTB,


diterbitkan DIPA atau dokumen yang
dpersamakan pada akhir tahun anggaran.

Pasal 12 :

Pejabat DJP dan DJ Perbendaharaan


yang melakukan keterlambatan dalam penerbitan
SP2D dikenakan sanksi kepegawaian sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 95


1
Ketentuan Peralihan .

Pasal 13 :
(1). SPMIB yg tlh diterbitkan sebelum
berlakunya PMK ini dan lembar ke-1 dan lembar
ke-2 tlh disampaikan ke BO I namun belum ditunai-
kan, agar ditarik dari BO I oleh KPPN utk selanjutnya
diterbitkan SP2D .
(2). SPMIKB yg tlh diterbitkan sebelum berlakunya PMK
ini, namun lembar ke-1 dan lembar ke-2 belum
disampaikan ke BO I, agar segera disampaikan oleh
KP PBB/KP Pratama ke KPPN utk diterbitkan SP2D.
(3) Formulir yg berkaitan dgn pelaksanaanimbalan bunga
BPHTB tetap dipergunakan sampai dng tgl 31 Des 05
tapi peruntukannya disesuaikan dng PMK ini.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 96
1
Pasal 20 :
(1) Atas permohonan Wajib Pajak, pengurangan pajak
yang terutang dapat diberikan oleh Menteri karena :

a. Kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan Objek


Pajak,
atau

b. Kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab tertentu,


atau

c. Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial atau


pendidikan yang semata-mata tidak untuk mencari keuntungan.

(2) Ketentuan mengenai pemberian pengurangan pajak yang terutang sebagaimana


yang dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 97


1
Penjelasan Pasal 20 ayat (1) huruf a :
KONDISI TERTENTU Wajib Pajak yang
ada hubungannya dengan objek pajak, huruf a.
contoh :

1.Wajib Pajak tidak mampu secara


ekonomis yang memperoleh hak
baru melalui program pemerintah
di bidang pertanahan ;

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 98


1
2. Wajib Pajak Pribadi menerima
hibah dari orang pribadi yang
mempunyai hubungan keluarga
sedarah dalam, garis keturunan
lurus satu derajat ke atas atau
satu derajat ke bawah .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 99


1
Penjelasan Pasal 20 ayat (1) huruf b :

Kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan


sebab-sebab tertentu,

Contoh :

Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui


pembelian dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai
gantiruginya dibawah NJOP;

Ganti rugi NJOP


December 9, 202 EndsTranspBPHTB 100
1
2. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai
pengganti atas tanah yang dibebaskan oleh Pemerintah
untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan
khusus;

3. Wajib Pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan


moneter yang berdampak luas pada perekonomian
nasional sehingga Wajib Pajak harus melakukan
restrukturisasi usaha dan atau utang usaha sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 101


1
Pasal 20 ayat (1) huruf c :
Contoh :

Tanah dan atau bangunan yang digunakan antara


lain untuk –
Panti asuhan,
Panti jompo,
Rumah yatim piatu,
Pesantren,
Sekolah yang tidak ditujukan mencari keuntungan,
Rumah sakit swasta institusi pelayanan sosial masyarakat.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 102


1
KMK.No.561/KMK.03/2004 Tentang
Pemberian Pengurangan BPHTB
Pasal 1 :
Atas permohonan Wajib Pajak, dapat diberikan pengurangan BPHTB dalam
hal :

A. KONDISI TERTENTU Wajib Pajak yang ada


hubungan tertentu dengan Objek Pajak , yaitu :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yg memperoleh hak baru


melalui program Pemerintah di bidang pertanahan
dan tidak mempunyai kemampuan secara ekonomis;

2. Wajib Pajak Badan yang memperoleh hak baru


selain hak pengelolaan dan telah menguasai tanah
dan atau bangunan secara fisik lebih dari 20 tahun yang dibuktikan dengan
surat pernyataan WP dan keterangan lain dari Pejabat Pemerintah Didaerah
setempat9,; 202
December EndsTranspBPHTB 103
1
3. Wajib Pajak Orang Pribadi
yang memperoleh hak atas tanah
dan atau bangunan Rumah Seder-
hana (RS) dan Rumah Susun Sederhana serta
Rumah susun sangat sederhana(RSS) yang diperoleh
langsung dari pengembang dan dibayar secara
angsuran ;

4. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menerima hibah dari


Orang Pribadi yang mempunyai hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
ke atas atau satu derajat ke bawah .
 

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 104


1
b. KONDISI Wajib Pajak yang ADA HUBUNGANNYA
DENGAN SEBAB-SEBAB TERTENTU yaitu :

1. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah


melalui Pembelian dari hasil GANTI RUGI
PEMERINTAH yang NILAI GANTI
RUGINYA DIBAWAH NJOP;

2. Wajib Pajak yang memperoleh HAK ATAS


TANAH sebagai pengganti atas tanah yang
dibebaskan oleh Pemerintah untuk kepentingan
umum ;

3. Wajib Pajak Badan yang terkena dampak


krisis ekonomi dan moneter yang berdampak
luas pada kehidupan perekonomian nasional
sehingga WP harus melakukan restrukturisasi
usaha dan atau utang usaha sesuai kebijaksanaan pemerintah ;
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 105
1
4. Wajib Pajak Bank Mandiri yang
memperoleh hak atas tanah yang berasal dari
Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara,
Bank Pembangunan Indonesia, dan Bank
Ekspor Impor dalam rangkaian proses
penggabungan usaha (merger);

5. Wajib Pajak Badan yang melakukan


Penggabungan Usaha (merger ) atau
Peleburan Usaha (Konsolidasi)
dengan atau tanpa terlebih dulu mengadakan
likuidasi dan telah memperoleh keputusan
persetujuan penggunaan nilai buku dalam
rangka penggabungan atau peleburan usaha
dari DirJen Pajak;

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 106


1
6. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas
tanah dan atau bangunan yang tidak
berfungsi lagi seperti semula disebabkan
bencana alam atau sebab-sebab lainnya
seperti kebakaran, banjir, tanah longsor,
gempa bumi, gunung meletus,
huru-hara yang terjadi dalam waktu
paling lama 3 bulan sejak penandatanganan
akta ;

7. Wajib Pajak Orang Pribadi Veteran,


PNS, TNI, POLRI, Pensiunan PNS,
Purnawirawan TNI, Purnawirawan
POLRI atau Janda/dudanya yang
memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan rumah dinas Pemerintah .
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 107
1
8. WP Badan Korps Pegawai Republik
Indonesia (KORPRI) yang memperoleh
hak atas tanah dan atau bangunan dalam
rangka pengadaan perumahan bagi
anggota KORPRI / PNS ;

9. WP Badan anak Perusahaan dari perusahaan


dan reasuransi yang memperoleh hak atas tanah dan atau
bangunan yang berasal dari Perusahaan induknya selaku
pemegang saham tunggal sebagai kelanjutan dari keputusan

Men Keu tentang kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi


dan Perusahaan Reasuransi .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 108


1
KMK No. 561/KMK.03/2004 tsb di atas
Telah dubah dengan :

PMK.No.104/PMK.03/2005.

Kemudian karena dalam PMK tsb belum menampung WP


yang terkena bencana alam di Provinsi DI Yogyakarta dan
Jawa Tengah dan tsunami di pesisir pantai selatan p.Jawa ;
Maka KMK dan PMK tersebut diubah dengan :

PMK No. 91/PMK.03/2006 Tentang Perubahan


Ke-2 Atas Keputusan MK No.561/KMK.03/2004
Tentang Pemberian Pengurangan BPHTB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 109


1
Pemberian Pengurangan BPHTB,
Pasal 1 huruf b Sebagai berikut :
1 s/d 9 isinya sama ;

10. WP yang domisilinya termasuk dalam wilayah program rehabilitasi


dan rekonstruksi yang memperoleh hak atas tanah dan atau
bangunan melalui program pemerintah di bidang pertanahan atau WP
yang OP-nya terkena bencana alam gempa bumi dan gelombang
tsunami di Provinsi NAD dan Kep.Nias, Sumatera Utara.

11. WP yang OP-nya terkena bencana alam gempa bumi di Provinsi DI.
Yogyakarta dan sebagian Provinsi Jawa Tengah yang perolehan
haknya atau saat terutangnya terjadi 3 bulan sebelum terjadinya
bencana.

12. WP yang OP-nya terkena bencana alam gempa bumi dan tsunami di
Pesisir patai selatan p.Jawa yang perolehan haknya atau saat
terutangnya terjadi 3 bulan sebelum terjadinya bencana.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 110
1
c. Tanah dan atau bangunan yang digunakan
untuk kepentingan sosial atau
pendidikan yang semata - mata tidak
untuk mencari keuntungan antara
lain untuk :

§ Panti Asuhan;
§ Panti Jompo;
§ Rumah Yatim Piatu;
§ Sekolah yg tak ditujukan
mencari keuntungan ;
§ Rumah Sakit Swasta milik Institusi
Pelayanan sosial masyarakat.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 111


1
d. Tanah dan atau bangunan di NAD yang
selama masa rehabilitasi berlangsung
yang digunakan utk kepentingan sosial
atau pendidikan yang semata-mata tidak
utk mencari keuntungan antara lain untuk :

- Panti Asuhan ;
- Panti Jompo ;
- Rumah Yatim-piatu ;
- Sekolah yang ditujukan tidak utk mencari keuntungan ;
- Rumah sakit swasta milik institusi pelayanan sosial
masyarakat.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 112


1
Pasal 2 huruf d (diubah ) menjadi sbb :
Besarnya pengurangan BPHTB ditetapkan sbb :

a. sebesar 25 % dari pajak terutang untuk WP


sebagaimana dimaksud Pasal 1 huruf a angka 3 ;

b. sebesar 50 % dari pajak terutang untuk WP sebagaimana


dimaksud Pasal 1 huruf a angka 2 dan angka 4, huruf b angka 1, 2,
5, 6, dan angka 9 serta huruf c;

c. sebesar 75 % dari pajak terutang untuk WP sebagaimana


dimaksud Pasal 1 huruf a angka 1, dan huruf b angka 3, dan
angka 7;

d. sebesar 100 % dari pajak terutang untuk WP sebagaimana


dimaksud Pasal 1 huruf b angka 4, dan angka 8, angka 10 dan
angka 11, angka 12 dan Pasal 1 huruf d .
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 113
1
Pasal 3 :

(1). WP dapat menghitung sendiri besarnya


pengurangan BPHTB sebelum melakukan
pembayaran dan membayar BPHTB terutang
sebesar perhitungan setelah pengurangan.

(2). WP sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas wajib


mengajukan permohonan pengurangan BPHTB
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pasal 5 ayat (4) dan ayat (5) .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 114


1
Pasal 4 :

(1). KP PBB atas nama MK berwenang memberikan pengurangan BPHTB


sebagaimana dimaksud pasal 1 huruf a, dan huruf b angka 1, angka 2,
angka 6, angka 7, angka 8, dan angka 9, angka 10, angka 11, angka 12,
serta huruf c, dlm hal pajak yg terutang paling banyak
Rp 2.500.000.000,00 ;

(2). Ka KanWil DJP atas nama MK berwenang memberikan pengurangan


BPHTB sebagaimana dimaksud pasal 1 huruf a, dan huruf b angka 1,
angka 2, angka 6, angka 7, angka 8, dan angka 9, angka 10, angka 11,
angka 12, serta huruf c, dlm hal pajak yg terutang > Rp 2.500.000.000,00
s/d Rp 5 m ;

(3). DirJen Pajak atas nama MK berwenang memberikan Kepts. Pemberian


pengurangan BPHTB selain dimaksud ayat (1) dan ayat (2).

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 115


1
Pasal 5 :

(4a). Permohonan pengurangan BPHTB


sbgmn dimaksud dlm Pasal 1 huruf b angka 6,
angka 10, angka 11, dan angka 12 diajukan
secara tertulis dlm bhs Indonesia dengan disertai
alasan yg jelas dalam jangka waktu paling lama
hingga tgl 31 Desember 2007 .

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 116


1
Pasal 6 : ( diubah ayat 1- nya )

(1). Ka. KP PBB atau Ka KanWil DJP


sesuai dengan kewenangannya
sbgmn dimaksud Pasal 4 ayat (1), dan (2), dalam
waktu paling lama 3 bulan sejak tgl. Diterimanya
surat permohonan harus memberikan keputusan
atas permohonan pengurangan BPHTB yang
diajukan WP.

(2). Ka KanWil DJP dlm waktu 6 bulan hrs. berikan kepts,


(3). Kepts. Berupa mengabulkan sebag. atau meolak.
(4). Jangka waktu lewat tanpa kepsts. , permohonan
pengurangan BPHTB dianggap dikabulkan dengan
mengacu kpd ketentuan sbgmn dimaksud dlm Pasal 2.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 117
1
Surat Edaran Dir Jen Pajak SE-15/ PJ.6/2005
Tentang PENJELASAN PERATURAN PEMBERIAN
PENGURANGAN BPHTB.
Untuk kelancaran pelaksanaan diberikan penjelasan sbb :

1. bahwa permohonan pengurangan BPHTB terutang


diajukan oleh WP kepada Ka KP Pratama diantaranya
meliputi :

a. WP orang pribadi yang memperoleh hak baru


melalui program pemerintah di bidang
pertanahan dan tidak mempunyai kemampuan
secara ekoomis (Pasal 1 huruf a angka 1) ;

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 118


1
b. Wajib Pajak Badan yang memperoleh
hak baru selain hak pengelolaan (HPL)
dan telah mnguasai tanah dan atau
bangunan secara pisik lebih dari 20 tahun
yang dibuktikan dengan surat pernyataaan Wajib pajak dan
keterangan dari pejabat pemerintah Daerah setempat
(Pasal 1 huruf a angka 2).

c. Wajib orang pribadi yang memperoleh hak atas tanah dan


atau bangunan rumah sederhana (RS), dan rumah susun
sederhana (RSS) yang diperoleh langsung dari pengembang
dan dibayar secara angsuran (Pasal 1 huruf a angka 3)

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 119


1
d. Wajib Pajak Orang pribadi yang menerima
hibah dari orang pribadi yang mempunyai
hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunanlurus satu derajat ke atas atau
satu derajat ke bawah (pasal 1huruf a angka 4) ;

e. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui


pembelian dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti
ruginya dibawah NJOP (Pasal 1huruf b angka 1) ;

f. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai


pengganti atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah
untuk kepentingan umum (Pasal 1 huruf b angka 2) ;

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 120


1
g. Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah
dan atau bangunanyang tidak berfungsi lagi
seperti semula disebabkan bencana alam
atau sebab-sebab lainnya seperti kebakaran
banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus,
dan huru-hara yang terjadi dalam jangka waktu paling lama
3 bulan sejak penandatanganan akta
(Pasal 1 huruf b angka 6 ) ;

h. Wajib Pajak orang pribadi Veteran, PNS, TNI, POLRI,


Pensiunan PNS, Purnawirawan TNI / POLRI, atau Janda/
Dudanya yang memperoleh hakatas tanah dan atau
bangunan rumah dinas Pemerintah
(Pasal 1 huruf b angka 7) ;

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 121


1
Wajib Pajak Badan KORPRI yang memperoleh hak
atas tanah dan atau bangunan dalam rangka
pengadaan perumahan bagi anggota
KORPRI /PNS (Pasal 1 huruf b angka 8) ;

Wajib Pajak anak Perusahaan dari Perusahaan Asuransi


dan reasuransi yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan
yang berasal dari perusahaan induknya selaku pemegang saham
tunggal sebagai kelanjutan dari pelaksanaan kep[utusan Menteri
Keuangan No.: 481/KMK.017/1999 tgl 7 Oktober 1999 tentang kesehatan
Keu.Perusahaan Asuransi dan perusahaan reasuransi
(Pasal 1 huruf b angka 9) ;

Tanah dan atau bangunan digunakan utk kepntingan sosial atau pendidikan
yang semata-mata tidak untuk mencari keuntungan antara lain untuk
panti asuhan, panti jompo, rumah yatim piatu, sekolah yang tidak ditujukan
mencari keuntungan, rumah sakit swasta milik institusi pelayanan sosial
masyarakat (Pasal 1 huruf c).

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 122


1
2. Pengurangan diajukan kepada DirJen Pajak :
a. WP Badan yang terkena dampak
krisis ekonomi dan moneter yang
berdampak luas pada kehidupan
perekonomian nasional sehingga WP harus melakukan
restrukturisasi usaha dan atau utang usaha sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah
(Pasal 1 huruf b angka 3) ;

b. WP Bank Mandiri yang memperoleh hak atas tanah yang


berasal dari BBD, BDN, BAPINDO, Bank EKSIM dalam
rangkaian proses penggabungan usaha (Merger)
(Pasal 1 huruf b angka 4) ;

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 123


1
c. WP Badan yang melakukan
penggabungan usaha (merger)
atau peleburan usaha (konsolidasi)
dengan atau tanpa terlebih dulu
mengadakan likuidasi dan telah
memperoleh keputusan persetujuan
Penggunaan Nilai Buku dalam rangka
penggabungan atau peleburan usaha dari
Dir Jen Pajak (Pasal 1 huruf b angka 5).

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 124


1
3. Dalam Butir 1 yang dimaksud dengan :

a. Program Pemerintah di bidang pertanahan


adalah program Pemerintah dalam proses
pendaftaran tanah untuk pertama kali
(ajudikasi) yang meliputi pendaftaran tanah secara sistematik
dan pendaftaran tanah secara sporadik dengan dengan luas
tidak lebih dari 5.000 m2 untuk tanah pertanian dan tidak lebih dari
200 m2 untuk tanah pemukiman dimana terhadap biaya
pendaftaran yang timbul seluruhnya atau sebagian dibebaskan
oleh pemerintah sebagaiman dimaksud dalam PP No.24 thn1997
tentang pendaftaran tanah yang dibuktikan dengan surat
Keterangan dari Badan Pertanahan Nasional bahwa WP orang
pribadi memperoleh hak baru melalui Program Pemerintah.
Ketidak mampuan secara ekonomis ditunjukkan dengan
adanya Surat Keterangan tidak mampu dari Desa/Kelurahan
setempat dan Dinas Sosial.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 125


1
b. Orang pribadi usaha kecil dan mikro yang
memperoleh hak baru dapat dikatagorikan
dalam pengertian WP orang pribadi yang
memperoleh hak baru melalui program
pemerintah dengan syarat-syarat usaha dengan aset kurang
dari Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan, omset tahunan
kurang dari Rp 1 milyar, dimiliki orang Indonesia, independen
dan tidak terafiliasi dengan usaha menengah dan besar sesuai
dengan UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Untuk ketidak mampuan secara ekonomis ditunjukan
dengan Suarat Keterangan dari Departemen Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah bahwa WP orang pribadi tersebut
termasuk usaha kecil / mikro dan tidak mampu secara
ekonomis disertai data kondisi objek dan subjek pajak terbaru
pada waktu terjadinya perolehan hak.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 126


1
c. Keterangan dari Pejabat PemerintahDaerah
setempat adalah keterangan yang dibuat
oleh Gubernur/ Bupati/ Walikota atau Perangkat
Daerah Otonom lainnya dan atau Badan Pertanahan
Nasional (BPN) sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
keterangan dan dokumen resmi.

d. Rumah Sederhana (RS) Rumah Sangat Sederhana (RSS)


adalah rumah dengan tipe T-21, T-27, T-36, yang perolehan
nya dibiayai disubsidi sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah
No.139/KPTS/M/2000 tentang Pengadaan Perumahan dan
Pemukiman dengan Dukungan Fasilitas Kredit Pemilikan
Rumah Bersubsidi (KPR bersubsidi).

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 127


1
e. Rumah Susun Sederhana adalah bangunan
rumah tinggal bertingkat yang dibangun
dalam satu lingkungan yang dipergunakan
sebagai tempat hunian dengan luas
maksimum 21 m2 setiap unit hunian,
dilengkapi dengan kamar mandi / WC
serta dapur, yang dapat bersatu
dengan unit hunian tersebut ataupun
terpisah dengan penggunaan secara
komunal, dan diperuntukkan bagi
golongan masyarakat berpenghasilan
rendah yang pembangunannya mengacu
pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 60/PRT/1992 tentang
Persyaratan Teknis Pembangunan
Rumah Susun.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 128
1
f. Pembayaran secara angsuran adalah
pembayaran setiap bulan melalui kredit
pemilikan rumah (KPR), bukan pembayaran
tunai/cicilan bertahap.

g. Pembelian tanah dan atau bangunan dari hasil ganti rugi


pemerintah yang nilai ganti ruginya dibawah NJOP tahun yang
bersangkutan diberikan pengurangan BPHTB hanya terhadap
BPHTB terutang atas pembelian tanah dan atau bangunan
yang besar nilai Perolehan paling banyak sebesar hasil ganti
rugi, dan apabila Nilai Perolehan pembelian tanah dan atau
bangunan lebih besar dari hasil ganti rugi, maka pengurangan
sebesar 50 % dihitung dari hasil ganti rugi, sedangkan sisa nilai
Perolehan dari hasil Ganti rugi tetap dikenakan BPHTB tanpa
pengurangan.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 129


1
h. WP yang memperoleh hak atas tanah sebagai
Penggantiatas tanah yang dibebaskan oleh
Pemerintah untuk kepentingan umum yang
memerlukan persyaratan khusus adalah
kepentingan seluruh lapisan masyarakat
yang pengadaannya harus berdasarkan Keppres No.55
Tahun 1993 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan
pembangunan yang dibiayai APBN / APBD dan selanjutnya
dimiliki oleh Pemerintah dan tidak ada lokasi alternatif yang
lebih baik.
Kepentingan umum yang dimaksud meliputi :
1. Jalan Umum, saluran pembuangan air ;
2. Waduk, bendungan dan bangunan paengairan lainnya
termasuk saluran air ;

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 130


1
Kepentingan umum yang dimaksud meliputi :
1. Jalan Umum, saluran pembuangan air ;
2. Waduk, bendungan dan bangunan
pengairan lainnya termasuk saluran air ;
3. Rumah Sakit Umum dan Pusat Keshatan Masyarakat ;
4. Pelabuhan, Bandar Udara, atau Terminal ;
5. Pasar Umum atau Pasar InPres ;
6. Fasilitas Pemakaman Umum ;
7. Fasilitas Ketahanan Umum seperti
tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar ;
8. Instalasi Air Minum, Listrik dan Telekomunkasi milik
Pemerintah ;
9. Stasion penyiaran Radio, televisi beserta sarana
pendukung milik Pemerintah ;
10. Kantor Pemerintah ;
11. Fasilitas TNI dan Kepolisian .
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 131
1
. Pensiunan PNS adalah pensiunan pegawai
yang pengaturannya didasarkan UU dan
peraturan kepegawaian negara.

. Sekolah yang tidak ditujukan mencari keuntungan


( sesuaidengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
yayasan) adalah sekolah bukan milik pemerintah yang dapat
berupa Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA), dan Pergurua Tinggi atau pendidikan yang setingkat/
sederajat yang mempunyai ijin dari instansi pemnerintah yang
berwenang.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 132


1
k. Tanah dan atau Bangunan digunakan
untuk kepentingan sosial dan pendidikan
yang semata-mata tidak mencari keuntungan
adalah perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan oleh WP Badan yang tujuan
perolehannya digunakan untuk kepentingan
sosial atau pendidikan yang semata-mata
tidak mencari keuntungan artinya
penggunaan tanah dan atau bangunan
dimaksud diketahui dan dibuktikan
dengan dokumen resmi pada saat
terutang.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 133


1
4. Pengertian Restrukturisasi atau utang usaha
sesuai dengan kebijaksanaan pemerintgah
sebagaimana dinyatakan dalam butir 2
huruf a di atas adalah program restrukturisasi
yang melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) / Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) Prakarsa Jakarta
( Jkarta Inisiative Task Force) .

5. Penertian Restrukturisasi Utang Usaha merupakan rangkaian program


penyelesaian utang melalui perjanjian restrukturisasi melalui BPPN /
KKSK, Prakarsa Jakarta sehingga jangka waktu berlakunya restrukturisasi
tersebut adalah selama jangka waktu pedjadwalan utang yang tercantum
dalam perjanjian tersebut. Terhadap segala perolehan hak atas tanah dan
bangunan yang terjadi selama jangka waktu penjadwalan termasuk dalam
pengertian restrukturisasi karena proses peralihan hak tersebut digunakan
sebagai jaminan terhadap utang yang direstrukturisasi.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 134


1
6. Yang termasuk dalam pengertian restrukturisasi
usaha adalah peralihan hak atas tanah dan atau
banguanan yang dilakukan melaui mekanisme
penggabungan usaha (Merger), peleburan atau
mekanisme lain yang dilakukan melalui Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) / Komite Kebijaksanaan Sektor
Keuangan (KKSK), Prakarsa Jakarta (Jakarta Initiative Task
Force) .

7. Keadaan diluar kekuasaan WP adalah suatu keadaan di mana


WP tidak mempunyai kemampuan untuk menggunakan hak
dan kewajiban di bidang perpajakan dalam jangka waktu yang
diberikan UU / Peraturan lain karena ada peristiwa atau keada
an luar biasa yang tak dapat ditanggulangi oleh WP misalnya
bencana alam, sakit atau peristiwa lain yang bukan kesalahan
WP yang dapat dibuktikan secara meyakinkan .
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 135
1
Bukti yang dapat digunakan oleh WP
Dalam pengajuan pengurangan bahwa
Telah terjadi peristiwa diluar kekuasaan
WP adalah :
a. Surat Pernyataan tertulis yang ditandatangani WP
dan disetujui Camat yang menyatakan terjadinya bencana alam
sehingga WP tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan
hak dan kewajibanbya dalam waktu 3 bulan ;

b. Surat Keterangan Dokter yang menyatakan bahwa WP mengalami


sakit berat sehingga tidak mempunyai kemampuan memberi
kuasa un tuk mengajukan pengurangan pada waktu yang telah
ditentukan ;

c. Dokumen resmi yang menyatakan adanya peristiwa lain selain butir


a dan b yang bukan kesalahan WP.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 136


1
Pasal 21
Ayat (1) : WP dapat mengajukan permohonan
pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak kepada DirJen Pajak.

Ayat (2) : DirJen Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan
sejak diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 137


1
Pasal 22 :
Ayat (1) : DirJen Pajak setelah melakukan
Pemeriksaan menerbitkan :

a. SKBLB apabila jumlah pajak yang


dibayar ternyata lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang atau dilakukan
pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang ;

b. SKBN apabila jumlah pajak yang dibayar


sama dengan jumlah pajak yang terutang
Terbit
SKBLB / SKBN

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 138


1
Pasal 23 :

1). Penerimaan negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan


20 % untuk Pemerintah Pusat dan 80 % untuk
Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah


20 % 80 %

1a). Bagian Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


dibagikan kepada seluruh Pemerintah Kabupaten / Kota
secara merata.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 139


1
2). Bagian Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dibagi dengan imbangan 20 % untuk Pemerintah
Propinsi yang bersangkutan dan 80 % untuk Pemerintah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Pemerintah Pemerintah
Propinsi Kabupaten/Kota
20 % 80 %

(3). Tatacara pembagian sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1), ayat (1a), dan ayat (2) diatur dengan Keputusan
Menteri.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 140


1
Penjelasan Pasal 23 ayat (2) :

Bagian Daerah yang dibagi dengan perincian sbb.:

a. Bagian Propinsi yang bersangkutan sebesar


16 % , atau 20 % dari 80 % ;

b. bagian Kabupaten / Kota yang bersangkutan sebesar 64 % ,


atau 80 % dari 80 %.
1. Pemerintah Pusat 20 %
2. Pemerintah Propinsi
16 %
3. Pemerintah
64 %
Kabupaten / Kota

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 141


1
Pembagian Hasil Penerimaan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah

Pemerintah Pusat Dibagikan kepada seluruh


20 % Kabupaten/Kota *)
Hasil penerimaan
BPHTB
Daerah Propinsi
16 %

PemerintahDaerah
80 %

DaerahKabupaten/Kota
*) Didasarkan atas realisasi penerimaan BPHTB Tahun 64 %
Anggaran berjalan setelah dikurangi pengeluaran pada
tahun anggaran sebelumnya untuk :
• pengembalian kelebihan pembayaran BPHTB
December
• pemberian 9, 202
imbalan bunga EndsTranspBPHTB 142
1
Menyesuaikan dengan ketentuan yang berkaitan dengan
Undang-undang Pemerintahan Daerah dan Undang-
undang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

• Penyesuaian terminologi [Pasal 9 ayat (3),


Pasal 23, dan Pasal 24]
• Semula Pemerintah Dati I dan Dati II
disesuaikan menjadi Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota

• Pengaturan imbangan bagi hasil penerimaan


BPHTB [Pasal 23]
• Disesuaikan dengan Undang-undang Perimbang
an Keuangan Pusat dan Daerah pengaturannya
langsung dalam batang tubuh Undang-undang
BPHTB tanpa melalui Peraturan Pemerintah.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 143
1
Pasal 24 :

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah / Notaris hanya


dapat menandatangani akta pemindahan
hak atas tanah dan atau bangunan pada saat
Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran
pajak berupa SSB.

(2) Pejabat Lelang Negara hanya dapat menandatangani Risalah


Lelang perolehan hak atas tanah dan atau bangunan pada saat
Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa SSB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 144


1
(2a) Pejabat yang berwenang menandatangani
dan menerbitkan surat keputusan pemberian
hak atas tanah hanya dapat menandatangani
dan menerbitkan surat keputusan dimaksud
pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti
pembayaran pajak berupa SSB.

(3) Terhadap pendaftaran hak atas tanah karena waris atau


hibah wasiat hanya dapat dilakukan oleh Pejabat
Pertanahan Kabupaten / Kota pada saat Wajib Pajak
menyerahkan bukti pebayaran berupa SSB.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 145


1
Pasal 25 :
Kewajiban Melapor Bagi Pejabat
PPAT/Notaris/
Kepala KLN

Batas waktu Pelaporan


Pembuatan Akta / Kpd. DirJen Pajak
Risalah Lelang
Bulan ini Tgl 10 bulan berikutnya

Lewat waktu, Sanksi Administrasi dan denda sebesar


December 9, 202 Rp 250.000,00 untuk setiap laporan .
EndsTranspBPHTB 146
1
Pasal 26 :

(1). Pejabat Pembuat Akta Tanah / Notaris dan Pejabat


Lelang Negara yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan
ayat (2), dikenakan sanksi administrasi dan denda
sebesar Rp 7.500.000,00 untuk setiap pelanggaran.

(2). Pejabat Pembuat Akte / Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), dikenakan sanksi administrasi dan
denda sebesar Rp 250.000,00 untuk setiap laporan.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 147


1
(2a) Pejabat yang berwenang
menandatangani dan
menerbitkan surat keputusan
pemberian hak atas tanah
yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (2a), dikenakan
sanksi menurut ketentuan
peraturan perundang - undangan
yang berlaku.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 148


1
Pasal 26 :

(3) Pejabat Pertanahan Kabupaten / Kota yg


melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (3), dikenakan sanksi
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

(3a). Kepala Kantor Lelang Negara, yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), dikenakan
sanksi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

December 9, 202 EndsTranspBPHTB 149


1
Sanksi bagi Pejabat (Pasal 26) :
-PPAT/Notaris dan Pejabat Lelang yang melanggar
Pasal 24 ayat (1) dan (2), dikenakan sanksi Rp 7.500.000,00

-PPAT / Notaris yang melanggar Pasal 25 ayat (1), dikenakan


sanksi Rp 250.000,00 untuk setiap laporan
-Pejabat yang berwenang menandatangani dan menerbitkan
SK pemberian hak yang melanggar Pasal 24 ayat (2a), dike
nakan sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku

-Pejabat Pertanahan yang melanggar Pasal 24 ayat (3), dike


nakan sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku

-Kepala Kantor Lelang Negara yang membuat laporan Risa


lah Lelang yang melanggar Pasal 25 ayat (1), dikenakan
sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 150
1
Pasal II
Undang-undang ini dapat disebut “Undang-un
dang Perubahan atas Undang-undang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan”.

Pasal III
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal
1 Januari 2001.

Undang-undang Nomor 20
Tahun 2000 Tentang Perubahan
Undang-undang No.21 Tahun1997

Lembaran Negara R I Tahun 2000


Nomor 130.
December 9, 202 EndsTranspBPHTB 151
1

You might also like