You are on page 1of 6

FENOMENA GEOSFER

1.Atmosfer

Pembagian awan menurut para pakar tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Awan tinggi, berada pada ketinggian antara 6 km–12 km, terdiri dari kristalkristal es karena
ketinggiannya. Kelompok awan tinggi, antara lain sebagai berikut.

(a) Cirrus (Ci): Awan ini halus dengan struktur seperti serat, berbentuk menyerupai bulu
burung dan tersusun seperti pita yang melengkung di langit sehingga tampak bertemu di satu
atau dua titik pada horizon, dan sering terdapat kristal es. Awan ini tidak menimbulkan hujan.

(b) Cirro Stratus (Ci-St):

Awan ini berbentuk menyerupai kelambu putih yang halus dan rata menutup seluruh langit
sehingga tampak cerah, atau terlihat seperti anyaman yang bentuknya tidak beraturan. Awan
ini sering menimbulkan terjadinya hallo, yaitu lingkaran yang bulat dan mengelilingi matahari
atau bulan, dan biasa terjadi pada musim kering.

(c) Cirro Cumulus (Ci-Cu): Awan ini berpola terputus-putus dan penuh dengan kristal-
kristal es sering kali berbentuk seperti segerombolan domba dan sering dapat menimbulkan
bayangan di permukaan bumi.

(2) Awan menengah, berada pada ketinggian antara 3–6 km. Kelompok awan menengah, antara
lain sebagai berikut.

(a) Alto Cumulus (A-Cu): Awan ini berukuran kecil-kecil, tetapi berjumlah banyak dan
berbentuk seperti bola yang agak tebal berwarna putih sampai pucat dan ada bagian yang
kelabu. Awan ini bergerombol dan sering berdekatan sehingga tampak saling bergandengan.
(b) Alto Stratus (A-St): Awan ini bersifat luas dan tebal dengan warna awan adalah
kelabu.

(3) Awan rendah, berada pada ketinggian kurang dari 3 km. Kelompok awan rendah, antara lain
sebagai berikut.

(a) Strato Cumulus (St-Cu): Awan ini berbentuk bola-bola yang sering menutupi seluruh
langit sehingga tampak menyerupai gelombang di lautan. Jenis awan ini relatif tipis dan tidak
menimbulkan hujan.

(b) Stratus (St): Awan ini berada pada posisi yang rendah dan agihan yang sangat luas
dengan ketinggian <2000 m. Jenis awan ini  menyebar seperti kabut dan tampak berlapis-lapis.
Antara kabut dan awan stratus pada dasarnya tidak berbeda. Awan ini tidak menimbulkan
hujan.

(c) Nimbo Stratus (Ni-St): Awan ini berbentuk tidak menentu dengan tepi compang-
camping tak beraturan. Awan ini hanya menimbulkan hujan gerimis, berwarna putih
kegelapan, dan penyebarannya di langit cukup luas.

(4) Awan yang terjadi karena udara naik, berada pada ketinggian antara 500 m–1.500 m.
Kelompok awan ini, antara lain sebagai berikut.

(a) Cumulus (Cu): Awan tebal dengan puncak-puncak yang agak tinggi, terbentuk pada
siang hari karena udara yang naik, dan akan tampak terang jika mendapat sinar langsung dari
matahari dan terlihat bayangan berwarna kelabu jika mendapat sinar matahari dari samping
atau sebagian saja.

(b) Cumulus Nimbus (Cu-Ni): Awan inilah yang dapat menimbulkan hujan dengan kilat
dan guntur, bervolume besar dengan ketebalanyang tinggi, posisi rendah dan puncak yang
tinggi sebagai menara atau gunung dengan puncaknya yang melebar.

Terjadinya hujan tidak tergantung pada tebal tipisnya awan, tetapi lebih tergantung pada
musim. Pada waktu musim kering, meskipun ketebalan awan tinggi belum tentu mendatangkan
hujan disebabkan oleh faktor angin yang dominan, begitu sebaliknya pada musim hujan. Awan
yang rendah pada permukaan bumi disebut kabut.

f) Curah Hujan
Hujan atau presipitasi ialah peristiwa jatuhnya butir-butir air atau es dari lapisan-lapisan
troposfer ke permukaan bumi. Banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat di bumi dapat
diketahui dengan mengukur besarnya curah hujan tersebut menggunakan alat penakar hujan.
Ada pula beberapa sebutan untuk alat penakar hujan yaitu sering disebut fluviometer ataupun
ombrometer. Curah hujan atau presipitasi adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh
hingga permukaan bumi. Alat pengukur curah hujan berfungsi untuk mengukur jumlah hujan
yang jatuh selama sehari di dalam suatu gelas ukur. Alat pencatat hujan otomatik berfungsi
mencatat secara otomatis jumlah curah hujan pada kertas pencatat yang setiap hari atau
minggu diganti dengan yang baru. Cara menghitung curah hujan dalam sebulan adalah dengan
menjumlah curah hujan di tiap hari dalam satu bulan.

Besarnya curah hujan tidak merata di setiap wilayah Indonesia. Jumlah curah hujan tidak sama
sepanjang tahun, paling banyak ialah selama bertiup angin musim barat. Ada bermacam-
macam jenis hujan yang dapat dijelaskan berikut ini.

(1) Hujan zenithal, adalah hujan yang terjadi di daerah tropis, disebut juga hujan naik
ekuatorial, biasa terjadi pada waktu sore hari setelah terjadi pemanasan maksimal antara pukul
14.00–15.00. Di daerah tropis selama setahun mengalami dua kali hujan zenithal, sedangkan
daerah lintang 23½° LU/LS mengalami satu kali hujan zenithal. Di daerah tropis, daerah lintang
10° LU–10° LS, hujan ini terjadi bersamaan waktunya dengan kedudukan matahari pada titik
zenitnya, atau beberapa waktu sesudahnya.

(2) Hujan muson, adalah hujan yang terjadi di daerah-daerah muson. Hujan zenithal di daerah
muson mengalami perubahan karena daerahdaerah ini dipengaruhi oleh angin muson.

(3) Hujan siklonal, adalah hujan yang terjadi karena udara panas naik disertai angin berputar
atau cyclon. Karena kondisi di atas dingin, udara menjadi jenuh, dan setelah itu terjadilah
prosesi kondensasi yang menimbulkan awan dan akhirnya hujan siklonal terjadi.

(4) Hujan musim dingin, adalah hujan yang terjadi di daerah-daerah subtropis. Daerah subtropis
di pesisir barat kontinen-kontinen pada waktu musim dingin mengalami hujan, ketika matahari
berada pada posisi nadir. Daerah hujan musim dingin, antara lain: Portugal, Spanyol, Afrika
Utara, Palestina, Mesopotamia, dan California Barat Daya.

(5) Hujan musim panas, adalah hujan yang terjadi di daerah subtropis, di sekitar pesisir timur
kontinen-kontinen. Daerahnya terletak antara 30°– 40° LU/LS, yaitu sebelah tenggara Amerika
Serikat, Argentina Utara, Uruguay, Cina Timur, Jepang, dan lain-lain.

(6) Hujan frontal, adalah hujan yang terjadi jika massa udara yang dingin dengan kekuatan
besar memecah massa udara yang panas dan kemudian massa yang lebih ringan terangkat ke
atas. Pergolakan udara dengan pusaran-pusaran bergerak ke atas sehingga bertemulah massa
udara panas dan dingin yang dibatasi oleh garis yang disebut garis front. Di sekitar garis inilah
terbentuk awan yang bergumpal dan bergerak ke atas dengan cepat sehingga terjadilah hujan
lebat atau hujan frontal.

(7) Hujan pegunungan atau hujan orografis, adalah hujan yang terjadi di daerah pegunungan, di
mana udara yang mengandung uap air bergerak naik ke atas pegunungan. Gerakan itu
menurunkan suhu udara tersebut sehingga terjadi kondensasi dan turunlah hujan pada lereng
yang berhadapan dengan arah datangnyaangin.

Beberapa daerah yang jarang turun hujan adalah di daerah pedalaman benua. Misalnya, Gurun
Sahara, Gurun Gobi, Daerah Tibet, Semenanjung Arabia, pedalaman Persia, Turkistan, bagian
barat Afrika Selatan, dan di sebagian daerah subtropis. Sebutan daerah basah dan kering sangat
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya curah hujan yang turun di daerah tersebut. Daerah basah
mempunyai curah hujan tinggi, di atas 3.000 mm/tahun. Contohnya adalah Dataran Tinggi
Sumatra Barat, Sibolga, Ambon, Bogor, Batu Raden, dan Dataran Tinggi Irian Jaya (Papua).
Daerah kering mempunyai curah hujan rendah, kurang dari 1.000 mm/tahun. Contohnya adalah
daerah padang rumput di Nusa Tenggara dan sekitar Palu dan Luwuk di Sulawesi Tengah.

Daerah di sekitar garis ekuator 0°–10° LU/LS secara umum merupakan daerah panas dan
daerah dingin terletak antara 66 ½°–90° LU/LS. Di samping itu, letak lintang dan tinggi tempat
menentukan panas dinginnya suatu daerah di muka bumi. Misalnya:

(1) Zona panas, terletak di ketinggian 0–700 meter dpl.

(2) Zona sedang terletak di ketinggian antara 700–1.500 meter dpl.

(3) Zona sejuk terletak di ketinggian antara 1500–2.500 meter dpl.

(4) Zona dingin terletak di ketinggian antara 2.500–3.300 meter dpl.

2.Hidrosfer

1.BANJIRRR

:# merehabilitasi hutan

#membuat konstruksi sumur resapan & biopori

#Membangun rumah-rumah panggung

#Normalisasi sungai,mengeruk endapan lumpur

# Membangun waduk di hulu,kolam penampungan banjir


#Tidak membuang sampah&limbah di sungai

#membangun sistem peringatan dini bencana banjir&pembuatan peta banjir

2.TSUNAMI

Gempa bumi terjadi karena gesekan antar


lempeng-lempeng tektonik di bawah permukaan
bumi. Pergesekan ini mengeluarkan energi yang
luar biasa besar dan menimbulkan goncangan di
permukaan. Indonesia sangat rawan gempa karena
secara geografis berada dekat dengan lempenglempeng
yang aktif dan saling berhubungan satu
sama lain, serta karena adanya gunung-gunung berapi
yang aktif.
Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan sarana seperti bangunan,
jembatan dan jalan-jalan yang besar dan luas. Gempa juga dapat diikuti
bencana alam berbahaya seperti tanah longsor dan tsunami (silakan baca
bagian tanah longsor dan tsunami pada buku ini). Korban jiwa biasanya terjadi
karena tertimpa bagian-bagian bangunan roboh atau obyek berat lain seperti
pohon dan tiang listrik. Orang sering terperangkap dalam bangunan runtuh.
Gempa bumi sering diikuti oleh gempa susulan dalam beberapa menit, jam,
hari atau bahkan minggu setelah gempa yang pertama, walaupun sering tidak
sekuat yang pertama. Ancaman gempa susulan adalah runtuhnya bangunan
yang telah goyah dan rusak akibat gempa pertama.

You might also like