You are on page 1of 8

KONSEP DIRI, PERKEMBANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENCAPAIAN

AKADEMIK SISWA, SERTA UPAYA PEMBENTUKAN KONSEP DIRI BERBASIS AKTIVITAS


PEMBELAJARAN Mar 21, '08 12:54 AM

for everyone

Hampir setiap orang menggantungkan harapan kepada pendidikan untuk


melahirkan generasi-generasi muda yang menguasai beragam ilmu dan
pengetahuan, yang mampu memanfaatkan poensi diri dan setiap peluang dan pada
akhirnya menjadi manusia-manusia yang sukses dalam setiap hal. Pendidikan
seakan-akan menjadi syarat mutlak sebuah kesuksesan. Namun pada
kenyataannya, terkadang seseorang berhasil mencapai jenjang pendidikan yang
tinggi tetapi kurang berhasil dalam kehidupan, atau sebaliknya, tak jarang
seseorang suskes dalam kehidupan, tetapi pencapaian akademiknya biasa-biasa
saja.

Fenomena ketidakkonsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan


tersebut memunculkan pertanyaan bagiamana system pendidikan yang sangat
kompetitif ternyata dapat melahirkan generasi yang tangguh secara keilmuan
tetapi rapuh atau gagal dalam kehidupan. Salah satu kemungkinan penyebabnya
adalah ketika anak didik dihadapkan kepada beban pendidikan yang terlalu banyak
dan ekspetasi yang terlalu tinggi dikarenakan lingkungan yang sangat kompetitif,
sistem pendidikan dan lingkungan tidak memberikan ruang yang cukup untuk
mengembangkan konsep diri anak didik secara matang dan positif. Tulisan ini
menjelaskan apa dan bagaimana konsep diri berkembang dalam kehidupan
seseorang, faktor apakah yang mempengaruhinya, kaitan konsep diri seseorang
dengan pencapaian akademik, dan bagaimana peran guru serta aktivitas belajar
dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri pada anak didik.

KONSEP DIRI , PERKEMBANGAN DAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Perkins (1958) menyatakan bahwa konspe diri adalah semua persepsi,


kepercayaan, perilaku dan nilai-nilai yang digunakan diri seseorang untuk
mendeskripsikan dirinya sendiri, dan konsep diri seorang anak berubah seiring
dengan cara pandang dirinya pada suatu periode waktu. Sementara itu, Smith dkk
(1977) mengungkapkan bahwa konsep diri adalah suatu cara pandang yang
kompleks dan dinamis dalam diri seseorang terhadap dirinya sendiri dan konsep diri
adalah sesuatu yang terukur. Konsep diri diukur dalam dua area yaitu akademik
dan non akademik. Gunawan (2005) menyebutkan bahwa konsep diri akademik
terkait dengan kemampuan verbal/bahasa dan matematika. Sedangkan untuk non
akademik, menurut Marsh dalam Yan dan Haihui (2005), konsep diri diukur melalui
delapan parameter yang mencakup: penampilan fisik, kemampuan fisik, hubungan
sesama jenis, hubungan lain jenis, hubungan dengan orang tua, kestabilan emosi,
kepercayaan dan kejujuran, serta konsep diri secara umum.

Terkait dengan pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi
dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri.
Konsep diri individu terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang
diberikan oleh orang lain. Dalam proses tersebut, konsep diri dipengaruhi oleh
beberapa factor. Puspasari (2007) menyatakan bahwa perkembangan dari proses
pengenalan diri sendiri dipengaruhi oleh factor yang mengikuti perkembangan
seorang anak seperti pengaruh keterbatasan ekonomi, isolasi lingkungan, ataupun
pengaruh usia individu tersebut.

KONSEP DIRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENCAPAPAIAN AKADEMIK SISWA

Konsep diri merupakan seperangkat instrument pengendali mental dan


karenanya mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Gunawan (2005)
menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan menjadi
invidu yang mampu memandang dirinya secara positif, berani mencoba dan
mengambil resiko, selalu optimis, percaya diri, dan antusias menetapkan arah dan
tujuan hidup. Terkait dengan pencapaian akademik, hasil-hasil penelitian yang
dilakukan oleh Shupe dan Yager (2005) dan Yeung dan Marsh dalam O’Mara dkk
(2006) menunjukkan bahwa konsep diri dan pencapaian akademik siswa adalah dua
hal yang saling memperngaruhi. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa dalam berbagai tingkatan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguran
tinggi, seseorang dengan konsep diri yang positif cenderung memiliki pencapapaian
akademik yang lebih baik.

Bagaimakah sebenarnya konsep diri dapat mempengaruhi pencapaian


akademik seseorang? Atau sebaliknya, bagaimanakan pencapaian akademik
mempengaruhi konsep diri seseorang? Tripp Jr (2003), Shupe dan Yager (2005)
mengemukakan bahwa seseorang dengan konsep diri positif akan mempunyai
kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang baik pula, yang memungkinkan
untuk melakukan evaluasi secara obyektif terhadap dirinya sendiri. Sementara itu
menurut Germer (2004), konsep diri merupakan kunci untuk membangun
komunikasi terbuka antara guru dan murid sehingga mnciptakan partisipasi aktif
antara keduanya dalam kegiatan belajar mengajar. Baik Germer dan Yager,
menyimpulkan bahwa dengan konsep diri positif akan meminimalisasi munculnya
kesulitan belajar dalam diri siswa. Berkurangnya kesulitan belajar inilah yang pada
akhirnya memungkinkan siswa untuk mendapatkan penguasaan akademik yang
lebih baik. Dari sini, nampak bahwa konsep diri positif menjadi pemacu
keberhasilan akademik. Meskipun demikian, menarik untuk mencermati penemuan
Yan dan Haibui (2005) yang mengungkapkan bahwa anehnya pada anak-anak yang
berbakat atau mempunyai kemampuan akademik yang mengagumkan, didapatkan
konsep diri negatif meski tidak signifikan. Menurut Syah (2007), siswa yang sangat
cerdas dapat mempunyai konsep diri yang negatif yang ditandai dengan munculnya
kesulitan belajar dikarenakan tuntutan keingintahuannya dirasakan tidak
diperlakukan secara adil.

KONSEP DIRI DAN PEMBENTUKANNYA DALAM AKTIVITAS BELAJAR

Melihat besarnya pengaruh konsep diri terhadap keberhasilan seseorang, tak heran
jika sekolah-sekolah berrupaya untuk mengintegrasikan pembentukan konsep diri
ke dalam aktivitas belajar mengajar di dalam dan di luar kelas. Aktivitas sekolah
terkait dengan pembentukan konsep diri dilakukan sepanjang masa belajar dari
tingkat dasar sampai jenjang pendidikan tinggi, sebagaimana yang diungkapkan
Cotton (1993), meskipun, O’Mara dkk (2006) menyebutkan bahwa intervensi guru
dalam aktivtas kelas untuk pembentukan konsep diri memberikan respon paling
nyata ketika siswa berada pada masa sekolah menengah dimana siswa pada usia
ini memiliki keterlibatan paling tinggi dalam aktivias kelas dibandingkan dengan
rekannya yang lebih muda di sekolah dasar ataupun yang lebih tua di perguruan
tinggi. Germer (1974), Cotton (1993), dan O’Mara dkk (2006) menyatakan bahwa
guru memegang peranan kunci dalam aktivitas kelas, dan karenanya kesadaran
guru terhadap pentingnya pembentukan konsep diri akan menentukan seberapa
jauh pembentukan konsep diri dapat diintegrasikan ke dalam aktivitas belajar
mengajar. Bagaimanakah aktivitas belajar mengajar dapat menjadi media
pembentukan konsep diri? Germer (1974) menyatakan bahwa aktivitas kelas yang
memungkinkan komunikasi dan partisipasi guru – siswa dan siswa – siswa secara
lebih aktif, akan membantu siswa menjadi individu yang terbuka dan menerima diri
sendiri dengan lebih baik sehingga memacu pembentukan konsep diri positif,
menjadi individu yang lebih mampu “mendengar”, merasakan, menghormati, dan
menciptakan komunikasi yang lebih terbuka dengan yang lain.

Secara lebih spesifik, Cotton (1993) menguraikan program pengembangan konsep


diri anak dilakukan pada basis yang berbeda, dari mulai kelas, sekolah sampai
wilayah. Cotton menyatakan bahwa pembentukan konsep diri di dalam kelas
dilakukan dengan memberikan tugas berbasis kelompok dan berorientasi kepada
pengembangan kemampuan afektif siswa, serta penggunaan umpan balik terhadap
kemajuan pembelajaran siswa, dan mengupayakan partisipasi aktif dan komunikasi
yang terbuka antara guru – murid – walimurid. Ke semua hal tersebut dilakukan
melaui berbagai kegiatan kelas seperti rotasi teman sebangku, pembuatan papan
apresiasi siswa terhadap siswa yang lain sekaligus pengisian papan pernyataan
penyesalan atas kesalahan yang diperbuat siswa terhadap siswa yang lain,
pendampingan siswa korban narkoba, pengajaran ketrampilan hidup, penunjukan
relawan sebaya sebagai tutor dalam belajar, serta penguatan kemampuan
matematika dan bahasa siswa. Program yang dilakukan secara kontinyu tersebut,
menghasilkan perubahan positif dalam diri siswa seperti penurunan angka drop out,
peningkatan kehadiran siswa, penurunan kegagalan siswa dalam mata pelajaran,
dan meningkatnya rasa kepedulian siswa terhadap lainnya.

SEBUAH REFLEKSI MENUJU PENDIDIKAN YANG LEBIH BAIKSiapa saya? Mungkin ini
menjadi salah satu pertanyaan penting yang harus dijawab sesorang jika ingin maju
dan berkembang. Konsep diri merupakan cuatu cara untuk menjawab pertanyaan
ini. Kini, di saat pendidikan menjadi tulang punggung untuk menciptakan individu
yang berkualitas, pembentukan konsep diri positif pada anak didik adalah suatu hal
yang tak dapat ditinggalkan, yang harus dilakukan secara kontinyu dan menyeluruh
pada setiap tahapan perkembangan anak didik. Di luar rumah, aktivitas kelas dan
lingkungan sekolah memberikan warna terhadap pembentukan imdividu anak didik,
yang dalam prosesnya peran guru adalah sangat vital. Keberhasilannya sangat
ditentukan oleh ada atau tidaknya kesadaran, kemauan dan kreativitas guru untuk
mengintegrasikan pembentukan konsep diri yang positif ke dalam kegiatan
pembelajaran.

Konsep Diri

Posted on Desember 5th, 2008 in Psikologi Kepribadian by Admin Blog

Ismail (2001), menjelaskan bahwa konsep diri merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam hubungan interpersonal, karena setiap orang akan bertingkah
laku sesuai dengan konsep dirinya. Artinya bahwa bila konsep diri seseorang positif,
maka individu akan cenderung mengembangkan sikap-sikap postitif mengenai
dirinya sendiri, seperti rasa percaya diri yang baik serta kemampuan untuk melihat
dan menilai diri sendiri secara positif. Inividu dengan konsep diri positif cenderung
akan dapat menimbulkan tingkah laku penyesuaian yang baik dengan lingkungan
sosial.

Sebaliknya bila seseorang memiliki konsep diri yang negatif, maka individu tersebut
cenderung akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri, merasa
ragu, dan kurang percaya diri. Individu dengan konsep diri yang negatif akan
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosial.

Brooks dan Emmert (dalam Rahmat, 1996), mengungkapkan bahwa terdapat


perbedaan karakteristik seseorang dengan konsep diri positif dan seseorang
dengan konsep diri negatif. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan melalui beberapa
indikator dari:

a. Orang dengan konsep diri positif, dapat dilihat jika mereka : (1) Yakin akan
kemampuan dalam mengatasi masalah; (2) Merasa setara atau sederajat dengan
orang lain; (3) Menerima pujian tanpa rasa malu; (4) Menyadari bahwa setiap orang
memilki berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya dapat
diterima oleh masyarakat; (5) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri;
(6) Memiliki kesanggupan dalam mengungkapkan aspek yang tidak disenangi dan
berusaha untuk merubahnya.

b. Orang dengan konsep diri negatif, dapat dilihat jika mereka : (1) Peka terhadap
kritik, namun di persepsi sebagai upaya orang lain untuk menjatuhkan harga
dirinya; (2) Cenderung menghindari dialog yang terbuka; (3) Selalu
mempertahankan pendapat dengan berbagai logika yang keliru; (4) Sangat respek
terhadap berbagai pujian yang ditujukan pada dirinya dan segala atribut atau
embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya; (5)
Memiliki kecenderungan bersikap hiperkritis terhadap orang lain; (6) Jarang bahkan
tidak pernah mengungkapkan penghargaan atau pengakuan terhadap kelebihan
orang lain; (7) Memiliki perasaan mudah marah, cenderung mengeluh dan
meremehkan orang lain; (8) Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan oleh
orang banyak, karena itulah cenderung bereaksi untuk menciptakan permusuhan;
(9) Tidak mau menyalahkan diri sendiri namun selalu memandang dirinya sebagai
korban dari sistem sosial yang tidak benar; (10) Pesimis terhadap segala yang
bersifat kompetitif, enggan bersaing dan berprestasi, serta tidak berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya.

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa individu dengan konsep


diri positif, cenderung mengembangkan sikap-sikap postitif mengenai dirinya
sendiri, dan sebaliknya inividu dengan konsep diri negatif, maka individu tersebut
cenderung akan mengembangkan nilai-nilai atau pandangan yang negatif tentang
segala kondisi atau sistem sosial yang ada.

Konsep diri yang dimiliki oleh seseorang, baik poistif maupun negatif akan
mempengaruhi cara penilaian individu tersebut mengenai dirinya dan lingkungan
karena itu akan sangat mempengaruhi perilakunya. Individu akan cenderung
bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya.

Ide pokok dari teori - teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah - masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri.

Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku. Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi
yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai
karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif
namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Konsep-diri memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Pengetahuan tentang diri anda

Adalah informasi yang anda miliki tentang diri anda. Misalkan jenis kelamin,
penampilan, dan sebagainya.

2. Pengharapan bagi anda

Adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa kelak.

3. Penilaian terhadap diri anda

Adalah pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan dengan apa


yang menurut anda dapat dan seharusnya terjadi pada diri anda. Hasil
pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.

Konsep-diri memiliki dua kecondongan, yaitu:

1. Konsep-diri NEGATIF

2. Konsep-diri POSITIF

Termasuk konsep-diri yang manakah ANDA???

Konsep-diri NEGATIF

Anda memiliki penilaian NEGATIF pada diri Anda sendiri. Anda tidak merasa cukup
baik dengan apapun yang Anda miliki dan merasa tidak mampu mencapai suatu
apapun yang berharga. Jika hal ini terus berlanjut, maka Anda akan menuntun diri
Anda sendiri ke arah kelemahan emosional. Anda mungkin akan mengalami depresi
atau kecemasan secara ajeg, kekecewaan emosional yang lebih parah dan
kualitasnya mungkin mengarah ke keangkuhan dan ke keegoisan. Anda telah
menciptakan suatu penghancuran-diri.

Mulai sekarang....

Ubahlah dan kembangkan konsep-diri Anda, langkah-langkah yang perlu diambil


untuk memiliki konsep diri yang positif :

1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri


Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang
pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan
kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda
dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.

“You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the
best you could in every way.

2. Hargailah diri sendiri Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain
diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat
kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan
positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal
baik yang ada dalam diri orang lain secara positif. Jika kita tidak bisa menghargai
orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ??

3. Jangan memusuhi diri sendiri Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah
peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara
berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara
harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul
kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif
konsep dirinya

4. Berpikir positif dan rasional “We are what we think. All that we are arises with our
thoughts. With our thoughts, we make the world” (The Buddha). Jadi, semua itu
banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan
maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai
menyesatkan jiwa dan raga.

Konsep-diri SEDANG Anda berada di persimpangan antara kepemilikan konsep-diri


positif dan konsep-diri negatif. Ada kalanya anda bisa dan tidak bisa menerima
keadaan diri sendiri. Jika konsep-diri negatif semakin berkembang daripada konsep-
diri positif, maka Anda akan menuntun diri Anda sendiri ke arah kelemahan
emosional. Anda mungkin akan mengalami depresi atau kecemasan secara ajeg,
kekecewaan emosional yang lebih parah, dan kualitasnya mungkin mengarah ke
keangkuhan dan ke keegoisan. Mulai sekarang.... Ubahlah dan kembangkan
konsep-diri Anda, langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri
yang positif :

1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri

Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang
pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan
kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda
dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.
“You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the
best you could in every way....”

2. Hargailah diri sendiri Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain
diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat
kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan
positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal
baik yang ada dalam diri orang lain secara positif. Jika kita tidak bisa menghargai
orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ???

3. Jangan memusuhi diri sendiri Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah
peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara
berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara
harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul
kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif
konsep dirinya.

4. Berpikir positif dan rasional We are what we think. All that we are arises with our
thoughts. With our thoughts, we make the world” (The Buddha). Jadi, semua itu
banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan
maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai
menyesatkan jiwa dan raga.

Konsep-diri POSIT Anda memiliki penilaian POSITIF pada diri Anda sendiri. Anda
mengenal diri Anda secara baik. Anda memiliki penerimaan diri yang kualitasnya
lebih mungkin mengarah ke kerendahan hati dan ke kedermawanan. Anda dapat
menyimpan informasi tentang diri sendiri – informasi negatif maupun positif. Anda
seorang yang optimis, penuh percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap
segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Anda menganggap
hidup adalah suatu proses penemuan. Anda berharap kehidupan dapat membuat
diri Anda senang, dapat memberikan kejutan, dan memberikan imbalan. Dengan
menerima semua keadaan diri Anda maka Anda juga dapat menerima semua
keadaan orang lain.

You might also like