You are on page 1of 11

c 


   c


 

Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2002 menjadi
sebesar 11,34% (BPS,1992). Data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan
mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu
sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber,1993).

Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun
atau lebih diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar
pada tahun 2050, saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi
penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2050-2010 jumlah
lansia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh
jumlah penduduk.

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya.
Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000.

Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian
khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993).

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan,
sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat
individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana
pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier)
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.

  

Masalah kehidupan sexual

Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau
kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang
sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada
saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan
diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan
kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim
dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam
selama masih mampu melaksanakan.

Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat menurun,
pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan
karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional
seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.

Pembatasan fisik

Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang
kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan ± peranan sosialnya. Hal
ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.

Palliative care

Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan
masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal
jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu
mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang
sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping
inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.

Pengunaan obat

Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang sering
kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah
terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping
obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa
obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap
bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati
sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam
pengobatan adalah :

r Bingung
r „emah ingatan
r Penglihatan berkurang
r Tidak bias memegang
r Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan dijalankan

Kesehatan mental

Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin lanjut
seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya
intregrasi dengan lingkungannya.

1. ! !  



Vpaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan
kesehatan yang diterima.

1. Azas

Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan
prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan
diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).

Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to
„ife, and Add Years to „ife, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan
kesehatan, dan memperpanjang usia.

1. Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalag sebagai berikut :

r Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)


r Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
r „ansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
r „ansia turut memilih kebijakan (choice)
r Memberikan perawatan di rumah (home care)
r Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
r Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
r Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
r Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
r „ansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)

1. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan, yaitu

Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.

r Promotif

Vpaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien,
tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma-
norma sosial.

Vpaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :

r Mengurangi cedera
r Meningkatkan keamanan di tempat kerja

Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk


r Menibgkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
r Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
r Preventif
— Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer :
program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan
sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.
— Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan
pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi,
mulut.
— Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis
pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
bnerfungsi
r Rehabilitatif

Prinsip

r Pertahankan lingkungan aman


r Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
r Pertahankan kecukupan gizi
r Pertahankan fungsi pernafasan
r Pertahankan aliran darah
r Pertahankan kulit
r Pertahankan fungsi pencernaan
r Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
r Meningkatkan fungsi psikososial
r Pertahankan komunikasi
r Mendorong pelaksanaan tugas

   "#"!"c "




r VV No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.


r VV No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
r VV No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
r VV No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
r VV No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
r VV No. 2 tahun 1992 tentang Vsaha Perasuransian
r VV No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
r VV No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera
r VV No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
r VV No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
r PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
r PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
r VV No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan „ansia (tambahan lembaran negara Nomor
3796) sebagai pengganti VV No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang
Jompo.

VV No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :

r Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaan.

r Vpaya pemberdayaan
r Vpaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
r Pelayanan terhadap lansia
r Perlindungan sosial
r Bantuan sosial
r Koordinasi
r Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
r Ketentuan peralihan

Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :

r VV tentang Pelayanan „ansia Berkelanjutan (Continum of Care)


r VV tentang Tunjangan Perawatan „ansia
r VV tentang Penghuni Panti (Charter of Resident¶s Right)
r VV tentang Pelayanan „ansia di Masyarakat (Community Option Program)

    $

Berkaitan dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :

r Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan suku, ras, gol,
pangkat, jabatan, status social, maslah kesehatan.
r Menjaga rahasia klien
r Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis, praktek
illegal.
r Perawat berhak mnerima jasa dari hasil konsultasi danpekerjaannya
r Perawat menjaga kompetesi keperawatan
r Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetei individu serta kualifikasi
daalm memberikan konsultasi
r Berpartisipasi aktif dalam kelanjutanyaperkembangannya body of knowledge
r Berpartipitasi aktif dalam meningkatan standar professional
r Berpatisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang salah dan
misinterpretasi dan menjaga integritas perawat

Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau ahli dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat termasuk pada lansia.
Ë "   " !  !



Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan masyarakatnya,


diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah program asuransi social federal
yang dirancang untu menyediakan perawatan kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan
keamanan social. Medicare dibagi 2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis.
Semua pasien berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah
sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak
terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan penambhan sedikit premi
perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan dokter.
„ayanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan
tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca
mata dan perawatan gigi. Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (V.S Senate
Committee on Aging, 1991).

Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan bantuan pemerintah
bersangkutan. Program ini beredaq antara satu Negara dengan lainya dan hanya diperuntukan
bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan sumber utama dana masyarakat yang memberikan
asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua
layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca mata dan perawatan gigi.

Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia yang diperuntukkan khusunya
bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan kesehatan
masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia.
Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang
berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional.
Tuntutan ini tentunya membangun ³ Indonesia Sehat 2010 ³ yang salah satu strateginya adalah
Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia
mendapatkan yang baik dan perhatian yang selayakn

 "c"


Firman Allah dalam Al-Qur¶an Surat Al-Isra : 23-24

Artinya :

Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah
berbuat baik ibu bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai usia
lanjut dalam pemeliharaan, maka jangan sekali-sekali engkau mengatakan kepada ke duanya
perkataan ³Ah´ dan janganlah engkau membentak mereka dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah ³ wahai
tuhanku sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil´.
Referensi

Maryam, R siti.Mengenal Vsia „anjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba medika

1. Situart dan Sundart. Keperawatan Medikal Bedah 1.2001. Jakarta: EGC


2. Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. 2006. Jakarta: Sagung Seto

O 
     O 

V  
    !""# 
!! #$ !%&  !'&#V  !( ) #$
 ** !"$+ !!! ""!!!
* *, ' '- !   


c%&''( !
  )
Written by j_Kafandi

Tuesday, 22 February 2011 19:02

r
r
r

Tahun 2011 semua posyandu lansia harus sudah terbentuk di 27 kelurahan se - kota Tegal. Tidak
hanya tempat tetapi juga program dan kegiatannyapun harus ada. Demikian disampaikan ketua
komisi daerah lanjut usia (Komda) lansia kota Tegal Habib Ali Zaenal Abidin saat meninjau
posyandu lansia bagi anggota persatuan wredatama republik indonesia (PWRI) kota Tegal di
kantor PWRI kota Tegal siang tadi. Habib Ali mengatakan Posyandu di kalangan masyarakat
hanya dikenal untuk anak - anak balita. Namun untuk kalangan lanjut usia juga ada Posyandu
untuk orang - orang lanjut usia.

Menurut Habib ali, demi suksesnya pemantapan program Tegal Sehat 2010 yang dicanangkan
Pemerintah kota Tegal, maka pada tahun 2011 ini seluruh Kelurahan di kota Tegal harus
memiliki Posyandu untuk lansia. Tidak hanya tempat Habib Ali menegaskan agenda program
kegiatan Posyandu lansia juga sudah terbentuk baik kegiatan rutin maupun untuk pelayanan
kesehatan lainnya.

Agar Posyandu lansia ini berjalan baik, Habib Ali berencana memanggil „urah dan Camat untuk
mengkoordinasikan hal tersebut , bahkan Komda „ansia kota Tegal juga akan berkeliling ke
masing - masing Posyandu lansia.

Sementara ketua PWRI kota Tegal H. Sumianto Hadi Subroto mengatakan Posyandu lansia
untuk anggota PWRI dilakukan rutin yakni senin ketiga tiap bulannya. PWRI kota Tegal juga
mendapatkan bantuan hibah dari kota Tegal sebesar 65 juta rupiah per tahun.

Tidak hanya itu, PWRI juga mendapatkan bantuan tak terduga atau u  u pada tahun 2010
lalu, bantuan tak terduga sebesar 14 juta rupiah. (fandy)

O 

      O         O   


O  O  !  O 




%&''(
c c*"  
Posted on 11 Februari 2010 by kebijakansosial

KESRA- 10 FEBRVARI: Ada kabar baik dari Departemen Sosial untuk para lanjut usia (lansia).
Mulai tahun 2011, lansia yang terlantar di tanah air bakal menerima tunjangan sebesar Rp 300
ribu per bulan. ³„ansia terlantar akan menerima tunjungan ini hingga akhir hayatnya,´ ujar
Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial, Makmur Sunusi, Rabu (10/2).

Program yang bernama Jaminan Sosial „anjut Vsia (JS„V) ini, sebenarnya telah masuki tahun
ke-5 sebagai proyek percontohan yang dilakukan di 28 provinsi dengan total lansia sebanyak 10
ribu jiwa.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2008 menyebutkan populasi lanjut usia di Indonesia sebanyak
19,5 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 1,6 juta jiwa atau 8,2 persen yang lanjut usia
telantar dan dalam kondisi miskin.

Makmur mengatakan, pada 2011, program ini akan dijadikan program nasional serupa dengan
bantuan langsung tunai (B„T). Hanya saja, kata Makmur, di program ini, para lansia tidak perlu
repot untuk mendatangi Kantor Pos.

³Petugas pos akan mengantarkan langsung bantuan ke rumah lansia yang tertera stiker khusus,´
ujar Makmur.

Saat ini, kata Makmur, yang perlu digalakkan adanya sharing budget antara pemerintah pusat
dan daerah untuk menunjang program ini. Pada 2010, ujarnya, Depsos mulai memantau provinsi
mana saja yang mulai menganggarkan pendampingan rogram J„SV dalam APBD-nya.

³Provinsi yang memasukkan J„SV dalam APBD-nya, akan diprioritaskan pada JS„V 2011.´

Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Departemen Sosial, pelaksanaan program ini masih menemui kendala dan hambatan di beberapa
daerah. Di Jawa Barat, misalnya, program masih ini terkendala urusan koordinasi, monitoring,
dan evaluasi.

Di Banten, kualitas fasilitator program yang belum sepenuhnya mengerti tugas pokok dan
fungsinya, menjadi masalah tersendiri. Sementara, di ibu kota Jakarta, permasalahan intinya
terletak pada pencairan dana JS„V. ³Kedepan akan kita benahi terus,´ ujar Makmur.
Di antaranya, dengan membenahi pola perekrutan lansia terlantar, sehingga lansia yang
menerima tunjangan seumur hidup ini betul-betul tepat sasaran. Hal yang perlu dibenahi juga,
kata Makmur, yakni proses pengiriman bantuan. ³Kita harus meminimalisir adanya
penyimpangan,´ jelasnya.

Makmur menambahkan, apabila ada kendala di lapangan, petugas PT Pos Indonesia yang
menyampaikan langsung ke rumah para penerima, agar diupayakan tidak sampai menimbulkan
penyimpangan pelaksanaan program. ³Harus dihindari juga para lansia yang datang ke kantor
kecamatan atau kantor pos untuk antri mengambil dana JS„V.´

Makmur juga meminta kepada masyarakat untuk sepenuhnya mengawasi bersama program ini.
Yang paling penting, kata Makmur, masyakarat juga tidak lagi menjadikan para lansia, terutama
mereka yang terlantar sebagai beban. ³Agar para lansia dapat menikmati taraf hidup wajar,´
tuturnya.

Kepala Kantor Sentra Giropos dan „ayanan Keuangan PT Pos Indonesia, Apip Supriatna,
menjamin petugas pos di lapangan tidak akan melakukan penyimpangan. Kalaupun ada, kata
Apip, PT Pos Indonesia akan memberikan sanksi tegas kepada karyawannya.

³Kami akan bertanggungjawab sepenuhnya, Jika yang melakukan kesalahan adalah petugas kami
di lapangan,´ ujar Apip. (orh)

http://kebijakansosial.wordpress.com/2010/02/11/2011-lansia-telantar-dapat-tunjangan-seumur-
hidup/

m  
m   merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri
khususnya pada penduduk usia lanjut. Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia
60 tahun keatas.

?


?asaran Posyandu Lansia adalah:


1. ?asaran langsung:

r Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun) 


r Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
r Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)


2. ?asan tidak langsung

r Keluarga tempat usia lanjut berada


r ürganisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut
r Masyarakat luas


c Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksitensinya dalam strata
kemasyarakatan
?edang bagi lansia sendiri, kesadaran akan pentingnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat
luas agar selama mungkin tetap mandiri dan berdaya guna.

  m 

Pelayanan kesehatan di posyandu lansia meliputi: kesehatan fisik dan mental emosional.
Dengan menggunakan KM?, mencatat dan memantau kondisi kesehatan, mengetahui lebih
awal penyakit atau ancaman/masalah kesehatan yang dihadapi dan perkembangannya.

r m 
  
 (activity of daily living), meliputi kegiatan dasar
dalam kehidupan, seperti makan-minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air kecil dan besar.
r m 
     Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KM? usia
lanjut)
r m 
    melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh
r P  
 
dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
r m 
     menggunakan Talquist, ?ahli, atau Cuprisulfat 
r m 

  sebagai deteksi awal adannya penyakit
gula.
r m 


  sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
r m  
   ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.
r m bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
r à 
 oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

You might also like