Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Gambar 1. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh alang-alang pada pertanaman karet
Gambar 2. Pada kondisi tertentu tanah yang terbuka tanpa vegetasi (alang-alang)
mudah tererosi oleh air.
II. BIOLOGI ALANG-ALANG
2.1. Deskripsi
Alang-alang tergolong jenis rumput tahunanyang memiliki akar dan rimpang,
tingginya berkisar antara 50-200 cm. Panjang daunnya dapat mencapai 150 cm dan lebar
antara 4-18 mm. Batangnya memiliki diameter hingga 8 mm, terdiri atas1-4 ruas yang
pada ujungnya membentuk bunga dengan panjang 3-20 cm dan jarang mencapai 60 cm.
Rimpang alang-alang berdiameter 2-4, 5 mm dan tumbuh menjalar pada kedalaman 15-
20 cm dari permukaan tanah, atau lebih dari 20 cm pada tanah berpasir atau gambut.
Pada setiap ruas rimpangnya terdapat tunas kecil yang suatu saat mampu berkembang
dan tumbuh menjadi individu alang-alang baru. Oleh sebab itu potongan rimpang alang-
alang mempunyai arti yang sangat penting dalam sistem perkembangbiakan atau
penyebaran gulma tersebut.
2.2. Perkembangbiakan
Alang-alang berkembang biak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif
dengan rimpang. Tumbuhan ini dapat menghasilkan 3000 biji per tanaman sehingga
memungkinkan untuk menyebar serta mendominasi daerah-daerah lain yang cukup jauh.
Pembungaan umumnya terjadi pada musim kering dan/atau setelah mengalami stres
seperti adanya kebakaran, penebasan atau kekeringan. Bijinya dapat berkecambah dalam
waktu 1 minggu dan mampu bertahan hidup selama 1 tahun. Perkecambahan biji
dirangsang oleh cahaya matahari dan pH < 5. Alang-alang yang tumbuh dari biji
umumnya belum membentuk atau mempunyai rimpang selama 4 minggu pertama.
Alang-alang umumnya menyebar dengan rimpang yang di dalam tanah membentuk
tajuk baru setiap panjang rimpang 25-50 cm. Potongan-potongan rimpang pada
pengolahan tanah secara cepat dapat merangsang pembentukan rimpang yang leih
banyak. Sebagai contoh, potongan rimpang sepanjang 15 cm dapat menghasilkan 350
alang-alang baru hanya dalam waktu 6 minggu. Jumlah rimpang yang terbentuk dalam
kondisi terbuka (banyak sinar matahari) dapat mencapai 2-3 kali lebih banyak
dibandingkan dengan alang-alang yang tumbuh dalam kondisi ternaung. Kemampuan
rimpang untuk membentuk alang-alang baru semakin berkurang dengan menungkatnya
ke dalam tanah dan semakin pendek potongan rimpang.
Bobot kering rimpang mulan-mula turun sewaktu pembentukan daun, tetapi kemudian
meningkta pada periode 3-4 minggu berikutnya. Informasi ini sangat bermanfaat sebagai
dasar dalam pengendalina alang-alang, yaitu pada saat pengolahan tanah, mula-mula akar
rimpang dipotong pendek-pendek untuk merangsang pertumbuhannya dan kemudian
dilakukan pengolahan tanah atau pembenaman kembali potongan-potongan rimpang
tersebut sewaktu cadangan makanannya sangat rendah.
Alang-alang bukan hanya sebagai pesaing bagi tanaman lain terutama tanaman pangan
dalam mendapatkan air, unsur hara dan cahaya tetapi juga menghasilkan zat alelopati yang
menyebabkan pengaruh negatif pada tanaman lain. Lahan alang-alang dikategorikan sebagai
lahan yang telah terdegradasi atau kondisi tanahnya tidak subur lagi sehingga perlu usaha
untuk merehabilitasi agar menjadi lahan yang lebih produktif. Dalam upaya pembukaan lahan
padang alang-alang, usaha-usaha untuk mereklamasi alang-alang telah banyak dilakukan oleh
petani baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil tergantung dari kemampuan petani.
Pada dasarnya ada dua cara yang digunakan oleh petani untuk membersihkan lahannya dari
alang-alang yaitu:
1. Tanpa pengolahan tanah.
Daya kerja herbisida kontak sangat cepat Daya kerja herbisida sistemik lambat sehingga
sehingga 2 hari setelah penyemprotan, daun 2 hari setelah penyemprotan, daun alang-alang
alang-alang telah mati masih hijau
Herbisida kontak tidak diserap oleh akar Herbisida sistemik diserap oleh alang-alang
rimpang alang-alang sampai ke rimpangnya
35 hari setelah disemprot, alang-alang mulai 35 hari setelah disemprot, alang-alang belum
tumbuh kembali karena rimpangnya tidak mati tumbuh kembali karena rimpangnya telahmati
Gambar 5. Perbandingan efektifitas dan cara kerja antara herbisida sistemik dan
kontak dalam pengendalian alang-alang. Dimana (A) herbisida kontak tidak efektif
untuk mengendalikan alang-alang.
2. Dengan pengolahan tanah.
A. Cara Manual
B. Cara Mekanis
Gambar 6. Pembukaan lahan padang alang-alang menggunakan cara (A) manual dan (B)
mekanis
Pembukaan lahan padang alang-alang yang dilakukan oleh petani umumnya didahului
dengan pembakaran atau penebasan, terutama pada lahan yang beralang-alang padat untuk
mempermudah pengolahan selanjutnya. Dalam penggunaan sistem pembakaran lahan alang-
alang ini dapat menimbulkan masalah baru yaitu terjadinya kebakaran. Secara skematis
pembukaan lahan alang-alang yang biasa dilakukan petani disajikan pada Gambar 7.
Tebas-
Pengumpulan
-Bakar-
Cangkul Maksimum 0.25-0.5
(tpbc) ha/kel/th, dikerjakan pada
Kecil Manual
Juli - Oktober
60-70%
Bakar-
Cangkul ( bc)
Masalah yang dihadapi pada lahan alang–alang adalah cara membuka dan mengelolanya
sehingga menjadi lahan pertanian produktif secara berkesinambungan. Lahan alang-alang
tidak produktif karena hanya memberikan manfaat minimal berupa biomassa penutup tanah
sebagai pencegah erosi. Namun dengan masukan teknologi dan perbaikan sosial ekonomi
masyarakat, potensi lahan ini dapat diperbaiki dan ditingkatkan menjadi lebih produktif.
IV. PENGENDALIAN ALANG-ALANG SECARA TERPADU
Didasarkan pada permasalahan modal bagi petani kecil dan demi terpeliharannya
kesuburan tanah serta untuk menghindari bahaya kebakaran yang mungkin timbul, maka
dilakukan berbagai usaha konservatif dengan tujuan untuk mengendalikan pertumbuhan
alang-alang. Pengendalian alang-alang secara total, meskipun lebih baik, tidak diperlukan
untuk mendapatkan produksi maksimum di berbagai jenis tanaman perkebunan. Pengendalian
setempat di barisan atau piringan tersebut cukup lebar. Sayangnya, areal alang-alang tetap
merupakan daerah rawan kebakaran yang dapat menghancurkan atau secara serius
mengakibatkan kerusakan tanaman. Oleh karena itu pengelolaan alang-alang di daerah
pertanaman tersebut perlu dilakukan secara baik.
Kathleen S. Friday, M. Elmo Drilling dan Dennis P. Garrity diterjemahkan oleh: Widianto,
Sunaryo, Didik Suprayogo dan Kurniatun Hairiah. 2000. Rehabilitasi Padang Alang-
alang menggunakan Agroforestri dan Pemeliharaan Permudaan Alam. Universitas
Brawijaya, Malang.
Van Noordwijk M and Rudjiman. 1997. Peltophorum dasyrhachis (Miquel) Kurz. In Faridah
Hanum I & van der Maesen LJG (Eds.): Plant Resources of South-East Asia No. 11.
Auxiliary Plants. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp. 207-209.
TUGAS MAKALAH
Disusun Oleh :
Edy Faisal ( )
Imania Saptarini ( )
Surya Dwi Kusuma D (11266)
Nurul Izzati Shifa (10928)