Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………..1
1.1LATAR BELAKANG ……………………………………………………………. 1
1.2RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH ……………………………………… 2
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………. 3
2.1.ANAK ANGKAT DALAM HUKUM WARIS ADAT …………………………3
2.2 KEWENANGAN YANG DIMILIKI ANAK ANGKAT DALAM MEWARIS .5
2.2ANAK ANGKAT MEWARIS …………………………………………………… 7
2.4ANAK ANGKAT TIDAK MEWARISI ………………………………………… 10
BAB 3 PENUTUP ……………………………………………………………………15
3.1KESIMPULAN …………………………………………………………………… 15
3.2 SARAN …………………………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Hukum waris adat merupakan salah satu hukum yang memiliki karakteristik
tersendiri,selain dari 2 sistem hukum waris lainnya yang dianut oleh Negara kita.yaitu sistem
hukum waris bw dan sistem hukum waris islam. Hukum waris adat memiliki aturan sendiri
dalam membagi warisan apalagi terhadap sesorang yang bukan anak kandung atau disebutjuga
anak angkat. Anak angkat sering dipermasalahkan keabsahannya dalam menerima warisan
dengan berbagai alas an Alasan yang sering dikemukakan seperti masalah besarnya harta waris
yang diberikan atau tidak pantasnya seorang anak angkat menerima harta waris karena bukan
Ada dua pernyataan yang menarik oleh supomoe dan ter haar mereka mengatakan bahwa
anak angkat tidak mewaris/bukan ahli waris,tapi ketika keluar keputusan landrad dan raad van
justitie .mereka mengatakan bahwa hal itu adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu
pembahasan mengenai anak angkat ini kami angkat dalam makalah ini agar kejelasan dan
ANGKATDALAM MEWARIS .ini akan mengupas secara tuntas apa saja hal –hal yang
berhubungan dengan masalah anak angkat dalam pewarisan berdasarkan ketentuan yang ada dan
1.apa yang dimaksud dengan anak angkat dalam hukum waris adat ?
Penulis akan membatasi Permasalahan yang akan dibahas yaituyang berhubungan dengan
kewenagan anak angkat dalam mewaris sesuai ketentuan hukum waris adat dan aspek hukum
BAB 2 PEMBAHASAN
anak angkat laki – laki dan goddaughter untuk anak angkat perempuan. Angkat dalam kamus
bahasa Indonesia berarti mengambil atau menjadikan (anak,saudara,dsb) dalam hal ini anak
angkat berarti seorang yang lain keturunan, yang diambil dan dijadikan sebagai anak. Menurut
Hukum islam anak angkat tidak diakui untuk dijadikan sebagai dasar dan sebab mewaris,karena
prinsip pokok dalam kewarisan adalah hubungan darah atau arhaam. Namun di beberapa daerah
yang masyarakat adatnya menganut islam masih ada berlaku dimana anak angkat dapat mewaris
harta orang tua angkatnya.bahkan karena sayangnya pada anak angkat telah pewarisan bagi anak
Dalam Hukum Waris adat pada hukum adat yang mewarisi system hukum kekeluargaan
yang bersifat patrilineal,(adat batak toba)anak angkat memiliki kedudukan yang sama dengan
anak kandung,anak angkat masuk dalam hubungan kekerabatan genealogis marga ayah
angkatnya.
Pada masyarakat yang mempunyai system hukum yang bersifat matrilineal(hukum adat
minangkabau)kedudukan anak angkat tidak sama dengan anak kandung,dan pada hukum adat
yang yang mempunyai sistem hukum kekeluargaan yang bersifat parental atau bilateral(adat
jawa,melayu,)yaitu pada adat jawa anak angkat disebut (ngangsu sumur loro) yaitu mempunyai
dua sumber warisan yang berasal dari warisan/sebagian peninggalan harta orang tua
angkat(hibah atau wasiat) dan sebagian dari harta orang tua kandung.Pada hukum adat
melayu,anak angkat tidak sama kedudukannya dengan anak kandung,sehingga anak angkat tidak
Sejauh mana anak angkat dapat mewarisi orang tua angkatnya dapat dilihat dari latar
belakang sebab terjadinya anak angkat itu.Pada umumnya pengangkatan anak dilakukan karena
Dikarenakan tidak memiliki keturunan anak dan tidak ada anak lelaki sebagai penerus
keturunan dilingkungan masyarakat patrilineal atau tidak ada anak perempuan penerus keturunan
Dikarenakan adat perkawinan setempat seperti berlaku di daerah lampung antar wanita
mengiyan),maka diangkatlah si menantu menjadi anak angkat dari salah satu kepala keluarga
anggota kerabat,sehingga si suami menjadi anak adat dalam hubungan bertali adat.
kemenakan,ahli family atau orang lain yang hidup susah,maka si anak diurus dipelihara
disekolahkan dan sebagainya,maka terjadilah anak angkat yang berlaku diluar upacara adat
hari antara orang yang satu dengan yang lain,atau juga dikarenakan kebutuhan tenaga kerja
dalam usaha pertanian rumah tangga dan lain sebagainya,maka terjadilah anak angkat bertali
emas.Di berbagai daerah ada pengangkatan anak yang dilaksanakan dengan upacara adat besar
yang disaksikan oleh tua – tua adat dan ada hanya diresmikan terbatas dalam keluarga atau
tetangga saja,dan ada pula yang hnya cukup dengan adanya pengakuan dari orang tua angkat dan
Di daerah lampung anak angkat yang mewarisi bapak angkat ialah anak angkat tegak tegi
penerus keturunan bapak angkatnya,ia bertanggung jawab penuh atas kedudukan dan harta
kekayaan bapak ngkatnya itu.Apakah si anak angkat tadi itu tadinya hanya merupakan anak
angkat adat atau hanya anak pengakuan seperti disebut anak panutan,anak pupon,anak
pungut,anak titip dan sebagainya.apabila ia telah diangkat dengan resmi dalam upacara adat
sebagai anak tegak tegi,maka ia berhak sebagai waris dari bapak angkatnya.
Pada dasarnya anak angkat tegak tegi,atau sebagaimana disebut anak angkat mutlak di
kalangan masyarakat Madura dan masyarakat using di Banyuwangi,maka mereka ini tidak lagi
sebagai waris dari bapak atau orang tua kandungnya ia hanya mewaris dari orang tua angkatnya
saja.
Di jawa anak angkat itu “ngansu sumur loro” artinya meiliki dua sumber warisan karena
ia mendapat warisan dari orang tua angkat dan mendapat juga warisan dari orang tua kandung.
Hal ini sesuai dengan hasil keputusan pengadilan Purworejo tanggal 6 januari 1937
bahwa anak angkatmasih mewarisi orang tua kandungnya dan kerabat sendiri.Hanya di dalam
pewarisan jika anak kandung masih ada maka anak angkat mendapat warisan yang tidak sama
atau tidak sebanyak dengan anak kandung ,dan jika orang tua angkat takut anak angkat tidak
mendapat bagian yang wajar atau mungkin tersisih sama sekali oleh anak kandung dengan
menggunakan dasar hukum islam maka sudah menjadi kebiasaan orang tua angkat itu memberi
bagian harta warisan kepada anak angkat sebelum ia wafat dengan hibah atau wasiat.Betapapun
anak angkat itu berhak mewaris dari orang tua angkatnya,namun ia tidak boleh melebihi anak
bahwa anak angkat hanya diperbolehkan mewaris harta gono gini(harta pencaharian) dari orang
tua angkatnya,sedang terhadap barang asal tidak berhak mewaris.Kecuali jika harta gono gini
tidak mencukupi sebagaimana dinyatakan dalam keputusan kamar ke III Raad van Justitie
tanggal 25 mei 1939 bahwa anak angkat dapat meminta bagian dari barang asal orang tua
Di kalangan masyarakat adat dayak kendayan atau dayak benawas di kalbar apabila
seseorang anak telah diangkat menjadi anak angkat maka kedudukannya sebagai waris tidak
berbeda dari anak kandung bapak angkatnya,kecuali ia tidak memenuhi kewajiban sebagai anak
terhadap orang tua,misal tidak menjaga nama baik orang tua angkatnya.
Di daerah Minahasa orang yang tidak punya anak tetapi ada anak angkat,maka yang
,mewarisi harta peninggalan ayah angkat adalah anak angkat.Begitu pula walaupun ada anak
tetapi juga ada anak angkat,maka si anak angkat sama hak mewarisinya dengan anak kandung
Jadi di Minahasa,pada dasarnya anak angkat berhak atas harta pencaharian orang tua
angkatnya,bahkan berhak pula atas harta bawaan walaupun disana sini masih terdapat juga yang
tidak mengizinkan.Disamping itu dalam hal pewarisan walaupun anak angkat telah dipecat
karena tidak baik perilakunya jika sebelumnya penuh pengabdian kepada orang tua
Keadaan yang demikian itu disebabkan di Minahasa sering terjadi sengketa waris antara
anak angkat dan anak kandung.Untuk tidak menimbulkan sengketa seperti itu maka masyarakat
keluarga di Minahasa berpandangan sebaiknya mengangkat anak sejak masih kecil dan diambil
Harapan agar pengangkatan anak itu dilakukan sejak masa kecil anak bahkan sejak bayi
juga merupakan alam pikiran orang jawa,sebagimana berlaku di kecamatan Salatiga ,Jateng,
anak yang diangkat sejak kecil atau masih bayi itu sama halnya dengan anak kandung sebagai
ambil lelaki(ngakuk ragah),maka si suami walaupun diangkat sebagai anak angkat tidak
mewarisi orang tua angkatnya.Keadaan yang sama terdapat pula di Nusak,rote,NTT,dalam
bentuk perkawinan masuk yang disebut sao uma lain,yang dilakukan tanpa pembayaran
jujur(belis)dalam hal ini si isteri berkedudukan sebagai jembatan(rote,lalete) dan berfungsi tidak
saja sebagai perempuan tapi juga sebagai laki – laki,sebagaimana dikatakan orang rote nene inak
.Jadi di sini walaupun si suami diambil mirip sebagai anak angkat ia tidak mewarisi orang
tua angkatnya atau mertuanya,oleh karena itu yang mewaris kelak dalah cucu laki laki keturunan
Di daerah lain pengangktan anak mungkin tidak bisa dilakukan dalam upacara adat besar
bagaimana seorang dari luar adat pepadun atau dari luar lampung telah diangkat mejadi anak
angkat adat ia tetap bukan waris dari orang tua angkat atau mertuanya jika ia tidak ditetapkan
sebagai anak tegak- tegi yang berkedudukan sebagai penerus keturunan menurut garis
patrilineal.Anak – anak angkat lainnya yang di daerah lain mungkin dapat menjadi waris dari
orang tua angkat dikarenakan orang tua angkat tidak memilki anak sama sekali,maka di daerah
lampung beradat padun tidak dapat menjadi waris disebabkan bukan nak tegak tegi bukan anak
angkat dari anggota kerabat sendiri,karena si anak dari perkawinan tidak sejajar,karena asal usul
11
-Anak akkenan(anak akuan),yaitu seseorang yang diaku anak karena belas kasihan dan atau
agar mendapt anak karena suami istri sudah lama kawin belum memiliki anak disebut
anak pupon
-Anak isikan(anak piara) yaitu anak yang dipelihara hidupnya karena susah dan adanya
kebutuhan tenaga kerja bagi si pengangkat anak disebut juga anak pungut.
-Anak titip,yaitu anak yang dititipkan karena orang tuannya(ibunya) tidak dapat mengurus
anak dengan baik,sehingga diserahkan kepada kakek nenek atau kerabat tetangga lain.
Kesemua anak – anak tersebut menurut hukum adat lampung pepadun tidak dapat
menjadi waris dari orang tua angkat tanpa melalui proses penyelesaian yang panjang dan sukar
dilaksanakan.Namun selama mereka berada di bawah asuhan orang tua angkatnya ia mendapat
12
Sebaliknya mereka mengabdi dan memberikan jasa –jasa baiknya melebihi anak
kandung.Latar belakang dari sebab anak angkat tidak boleh menjadi waris dari orang tua angkat
di kalangan masyarakat antara lain juga karena pengaruh ajaran agama islam.Menurut Hukum
waris Islam anak angkat bukan waris dari orang tua angkatnya,oleh karena hubungan antara anak
angkat dengan orang tua angkat,bukan hubungan anak sulbi yaitu bukan anak kandung yang
Soepomo dan terhaar mengemukakan hal yang menarik mengenai kedudukan anak
anak tidak memutuskan pertalian keluarga antara anak angkat dengan keluarga sendiri.
Tentang kedudukan anak angkat terhadap harta peninggalan orang tua angkatnya
soepomoe maupun terhaar sepakat mengatakan sebagai bukan ahli waris namun soepomo
menyebutkan bahwa menurut hukum adat Jabar,anak angkat sepatutnya mendapat bagian dari
Sehubungan dengan itu soepomo menilai putusan landraad Purworejo 25 agustus 1937
dan kamar III Raad Van Justitie 24 mei 1940 yang memutuskan bahwa harta gono gini jatuh
pada janda dan anak angkat,jikatidak terdapat anak kandung adalah keputusan yang tepat. Dalam
hal ini penulis menilai soepomo kurang konsisten terhadap pengertian harta peninggalan yaitu
disatu kesemapatn dia memandang harta peninggalan sebagai keseluruhan harta perkawinan tapi
BAB 3 PENUTUP
3.1KESIMPULAN
-Berbagai perubahan dalam peraturan adat masyarakat Indonesia merupakan bukti bahwa
adanya keragaman dalam hukum adat dan perkembangan aturan dalam hukum
adat.kejelasan status anak angkat dalam waris adat harus segera disikapi dengan adanya
peraturan hukum yang dikeluarkan oleh lembaga hukum tertinggi dengan menyikapi
-Kewenangan yang dimiliki anak angkat berbeda – beda dalam setiap suku dengan berbagai
macam sistem pewarisan,tapi itu merupakan salah satu ciri budaya yang meperkaya
pluralisme kebudayaan di Indonesia yang juga turut serta membangun Hukum Indonesia.
15
3.2 SARAN
-Harus ada payung hukum jelas yang mewakili keterlibatan anak angkat dalam pewarisan
agar tidak ada kekosongan hukum dan menghindari ketidak adilan baik itu bagi anak
-MA harus selalu mengawasi gejolak masyarakat yang melibatkan pewarisan berdasarkan
hukum waris adat sebab, kesalahan hukum dalam pemutusan perkara waris adat bisa saja
Di negara kita RI ini, hukum waris yang berlaku secara nasioal belum terbentuk, dan ...
Pelaksanaan Hukum Waris Islam di Indonesia. Sejak berdirinya kerajaan ...Memang hukum
waris dan wasiat menjadi hal yang sangat pelik di Indonesia terutama karena ... 2. Hukum
Waris Perdata (Pasal 830 s/d 873 KUH Perdata) Hukum waris perdata ...Hukum Waris
adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang ... Hukum Waris
yang berlaku di Indonesia ada tiga yakni: Hukum Waris Adat, Hukum ...Hukum waris adat
adalah serangkaian peraturan yang mengatur penerusan dan pengoperan ... hukum waris
adat masyarakat yang mendiami negara Republik Indonesia ...1975 Hukum adat
perkawinan Batak Karo, hukum waris adat di Tapanuli Selatan dan Tengah, ... Hukum adat
perkawinan Batak Karo, hukum waris adat di Tapanuli Selatan dan ...
Source: http://catalogue.nla.gov.au/Record/1541077