You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di antara masalah yang berkenaan dengan energi nasional antara lain adanya
kecenderungan konsumsi energi fosil yang semakin besar, energi mix yang masih
timpang, dan harga minyak dunia yang tidak menentu. Energi mix mencerminkan
proporsi berbagai jenis energi yang digunakan secara nasional. Oleh karena itu, adanya
ketimpangan energi mix berarti juga terjadinya penggunaan salah satu jenis energi yang
terlalu dominan. Contohnya penggunaan energi secara nasional pada tahun 2003 yang
berasal dari minyak bumi masih sekitar 54,4%, sedangkan porsi sisanya menggunakan
lebih dari empat jenis energy lainnya, yaitu gas bumi, batubara dan lainnya. Secara lebih
rinci, proporsi penggunaan gas bumi adalah 26,5%, batubara 14,1%, tenaga air 3,4%,
panas bumi 1,4%, sedangkan penggunaan energy lainnya termasuk bahan bakar nabati
atau biofuel hanya sekitar 0,2% (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, 2006).
Hal ini juga berarti bahwa Indonesia sangat tergantung terutama pada ketersediaan
minyak bumi. Selain itu, penggunaan energi nasional juga masih sangat boros. Hal ini
ditunjukkan dengan masih tingginya perbandingan antara tingkat pertumbuhan
konsumsi energi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional atau
biasa disebut elastisitas energi. Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Jepang
dan Amerika Serikat yang elastisitas energinya hanya 0,10 dan 0,26, elastisitas energy
nasional Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 1,84. Ketimpangan energi mix dan masih
tingginya elstisitas energi secara nasional ini mengakibatkan beban nasional semakin
berat, sehingga memerlukan langkah-langkah strategis untuk mengatasinya.

Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam


kehidupan. Bahan bakar yang digunakan selama ini berasal dari minyak mentah yang
diambil dari perut bumi, sedangkan minyak bumi merupakan bahan bakar yang tidak
dapat diperbaharui, sehingga untuk beberapa tahun ke depan diperkirakan masyarakat
akan mengalami kekurangan bahan bakar. Pada dasawarsa tujuh puluhan dan
sebelumnya, minyak dan gas bumi telah memainkan peranan penting dalam
menyumbang devisa bagi negara dan menjadi andalan ekspor Indonesia. Keadaan ini
tidak dapat lagi dipertahankan pada dasawarsa Sembilan puluhan. Bahkan pada abad 21

1
sekarang ini Indonesia diperkirakan akan menjadi net importer bahan bakar fosil
(Kartasamita, 1992). Melihat hal ini, sudah saatnya untuk mengembangkan berbagai
energi alternatif yang dapat diperbaharui. Sudah saatnya ketergantungan kebutuhan
energi fosil yang non-renewable digantikan dengan energi yang renewable, walaupun
hal ini memerlukan revolusi terbalik dari sistem industri energi sekarang. Selama ini
kita tinggal menggali kemudian memproses hasil tambangan menjadi berbagai
kebutuhan, sedangkan sekarang sudah saatnya mempersiapkan sumber energi yang
berkelanjutan dan dapat diperbaharui yang di olah menjadi energi yang dibutuhkan.
Berbagai macam pendekatan proses dapat digunakan baik secara fisik kimiawi dan
biologis. Salah satu pendekatan adalah menggunakan aplikasi bioteknologi yang dapat
menggabungkan aspek fisik dan kimiawi menggunakan agen biologi. Secara umum
bioteknologi adalah teknik pendayagunaan organisma hidup atau bagiannya untuk
membuat atau memodifikasi suatu produk dan meningkatkan atau memperbaiki sifat
organisma untuk penggunaan dan tujuan khusus seperti untuk pangan, farmasi dan
energi (Miyamoto, 1997).

Pendekatan yang memungkinkan dengan aplikasi bioteknologi adalah


pengolahan biomasa terbuang (tidak dimanfaatkan dengan maksimal) untuk menjadi
karier energi atau energi langsung. Disamping untuk mendapatkan sumber energi baru,
usaha yang terus menerus dilakukan dalam rangka mengurangi emisi CO2 guna
mencegah terjadinya pemanasan global telah mendorong penggunaan energi biomassa
sebagai pengganti energi bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Bahan
bakar biomassa merupakan energi paling awal yang dimanfaatkan manusia dan dewasa
ini menempati urutan keempat sebagai sumber energi yang menyediakan sekitar 14%
kebutuhan energi dunia. Biomassa mengkonsumsi CO2 selama proses pertumbuhan dan
dalam jumlah yang sama akan dilepas selama proses konversi energi, sehingga
biomassa dikenal sebagai energi bebas CO2. Pada sektor transportasi, produksi dan
penggunaan bio-etanol sebagai alternatif pengganti BBM menarik perhatian untuk
mengupayakannya dalam suatu proses yang berkelanjutan sekaligus juga mengurangi
cemaran CO2. Karena bio-etanol diproduksi dari sumber yang terbarukan, produksinya
akan terus sustain dan tidak akan terhenti seperti bahan bakar fosil. Lebih jauh lagi,
pemanfaatan biomassa dan produksi bio-etanol dikategorikan dalam siklus karbon
tertutup, sehingga tidak ada gas CO2 yang terbuang ke atmosfer.

2
Sekam padi (biomassa) yang selama ini dipandang sebagai limbah yang
dianggap sebagai polutan lingkungan sebenarnya adalah salah satu sumber energi
biomassa yang dipandang penting untuk menanggulangi krisis energi belakangan ini
khususnya di daerah pedesaan. Ketersediaan sekam padi di hampir 75 negara di dunia
diperkirakan sekitar 100 juta ton dengan energi potensial berkisar 1,2 x 10 9 GJ/tahun
dan mempunyai nilai kalor rata-rata 15 MJ/kg (Fang, 2004). Tidak seperti sumber
bahan bakar fosil, ketersedian energi sekam padi tidak hanya jumlahnya berlimpah
tetapi juga merupakan energi terbaharukan. Beberapa sumber energi biomassa
mempunyai kendala akan besarnya biaya investasi untuk pengumpulan, transportasi dan
penyimpanan. Akan tetapi untuk energi sekam padi, biaya-biaya diatas relatif lebih kecil
karena lokasinya sudah terkonsentrasi pada pabrik-pabrik penggilingan padi. Jika suatu
teknologi tersedia, bahan bakar sekam padi ini akan bisa dikonversi menjadi energi
thermal untuk kebutuhan tenaga listrik di daerah pedesaan. Energi terbaharukan yang
bersumber dari sekam padi telah lama dilirik penggunaannya dan bahkan telah
dikonversi menjadi listrik di beberapa negara seperti China dan India. Salah satu alasan
kenapa bahan bakar sekam padi masih jarang dipakai sebagai sumber energi yaitu
karena kurangnya informasi tentang karakteristik dan emisi yang dihasilkannya. Bahan
bakar minyak merupakan sumber energi terpenting untuk kehidupan manusia. Produksi
bahan bakar minyak yang berasal dari bahan bakar fosil semakin hari semakin menurun.
Untuk itu diperlukan suatu alternatif sumber energi yang dapat diperbaharui dalam
menggantikan bahan bakar fosil, salah satunya adalah mengkonversikan biomassa
menjadi bio-oil yaitu dengan cara pirolisis.

Departemen Energi Sumber Daya Mineral telah berhasil mengembangkan energi


alternative bio-oil yang diprioritaskan untuk meningkatkan perekonomian rakyat
bangsa Indonesia. Karena dengan berkembangnya bio-oil sebagai energi alternatif
sebagai penganti Bahan Bakar Minyak (BBM), maka diharapkan dapat menyerap
tenaga kerja 3,5 juta hingga tahun 2010 sekaligus mengurangi pengangguran. Selain itu,
keberadaan energi alternatif ini diharapkan dapat menghemat BBM, apalagi harga BBM
saat ini dinilainya sebagai luar biasa tingginya. Energi ini dinilainya merupakan satu
langkah ekonomi kerakyatan yang cukup besar dibanding menggunakan BBM dan gas,
yang investasinya cukup besar. Bio-oil sebagai energi alternatif renewable sangat baik
digunakan untuk bahan bakar transportasi, karena jika dilihat pemakaian energi yang

3
terbesar adalah transportasi, yaitu hampir 100%. Energi alternatif bio-oil tergolong
ramah lingkungan dan bio-oil ini dinilai dapat menambah devisa yang cukup besar jika
energi ini diekspor ke Eropa karena di kawasan tersebut mempunyai lahan terbatas dan
buruh yang mahal. Hal ini dicontohkan seperti negara India telah berhasil
mengembangkan bio-oil yang dapat dieksport.

1.2 UKM. Agro Makmur

UKM Agro Makmur didirikan oleh Bp. Soelaiman Budi Sunarto, SH, MM,
MBA pada tahun 1998. UKM Agro Makmur terletak di Jl. Jokosongo 33 Daplang –
Karangpandan, Karanganyar – Jawa Tengah. Awalnya UKM ini berdiri sebagai
Koperasi Serba Usaha Agro Makmur di desa Doplang yang hanya memproduksi
bioetanol dengan bahan baku singkong untuk di pasarkan sebagai bahan baku bensin.
Saat ini UKM Agro Makmur sedikitnya membuat 20 teknik rekayasa untuk berbagai
keperluan di Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasi yang
berada di daerah lereng Gunung Lawu ini bertujuan mengolah apa pun menjadi apa saja
yang bermanfaat untuk mengembangkan bangsa, khususnya di daerah Karanganyar.

UKM Agro Makmur ini menghasilkan BBN (Bahan Bakar Nabati) yang
diproyeksikan sebagai pengganti BBM (Bahan Bakar Minyak) produknya berupa
bioetanol, biodiesel, dan biogas. Produk utama dari UKM ini adalah bioetanol yang
disebut sebagai barang lama karena lebih dari 700 tahun silam sudah dikenalkan ketika
para prajurit Kubilai Khan menyerang Kerajaan Singosari di Jawa Timur. Masyarakat
Jawa kemudian mengenalnya sebagai ciu.

Bapak Soelaiman Budi Sunarto,SH, MM, MBA, selain sebagai pendiri dari
UKM Agro Makmur beliau juga di kenal sebagai bapak Bio Fuel jawa Tengah,
Pencetus Rekayasa Pertanian Organik dan Energi Alternatif, Dosen, Consultant
Managemen, dan Praktisi bisnis, beliau lahir pada tanggal 29 Mei 1963 di Semarang.
pada Tanggal 25 Nopember 2004 telah menerima Penganugrahan “Agrobisnis Award
2004” dari Pemerintah Indonesia yang disampaikan oleh bapak Anton Aprianto, selaku
Mentri Pertanian.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia sebagai negara agraris yang mayoritas penduduknya menjadikan beras


sebagai makanan pokoknya, serta produksi berasnya merata di seluruh tanah air.
Berdasarkan angka ramalan (Aram) III Badan Pusat Statistik (BPS) produksi gabah
nasional tahun ini diperkirakan mencapai 57,05 juta ton gabah kering giling (GKG).
Dengan produksi ini terjadi peningkatan 2,59 juta ton (4,76%) jika dibandingkan
dengan angka tetap (Atap) produksi 2006. Kenaikan produksi ini didorong perluasan
lahan panen seluas 379,18 ribu Ha (3,22%). Dengan pertumbuhan produksi sebesar 5%,
tahun depan target produksi padi nasional akan mencapai 59,9 juta ton. Angka ini
dicapai dengan peningkatan produksi sebesar 2,85 juta ton GKG (Affendi, 2008). Selain
itu, Indonesia mempunyai sekitar 60.000 mesin penggiling padi yang tersebar di seluruh
daerah yang menghasilkan limbah berupa sekam padi 15 juta ton per tahun. Untuk
kapasitas besar, beberapa mesin penggiling padi dapat menghasilkan limbah 10-20 ton
sekam padi per hari. Limbah sering diartikan sebagai bahan buangan/bahan sisa dari
proses pengolahan hasil pertanian.

Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat, sehingga limbah


tidak saja mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan
manusia. Pada setiap penggilingan padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan
gunungan sekam yang semakin lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam padi
tersebut masih sangat sedikit, sehingga sekam tetap menjadi bahan limbah yang
mengganggu lingkungan. Alternatif pengolahan sekam sangatlah terbatas karena massa
jenisnya yang rendah, dekomposisi secara alami sangat lambat, dapat menimbulkan
penyakit pada tanaman padi maupun tanaman lain, kandungan mineral yang tinggi.
Salah satu hal yang paling sering dilakukan petani terhadap sekam padi adalah dengan
pembakaran., akan tetapi aktivitas ini dapat meningkatkan jumlah polutan dalam udara
dan dapat mengganggu kesehatan masyarakat.

5
2.1 Pirolisis Biomassa

Biomassa (bahan organik) merupakan hasil produksi dari makhluk hidup.


Biomassa dapat berasal dari tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, peternakan atau
bahkan sampah. Karena kandungan hidrokarbon yang dimiliki senyawanya, biomassa
dapat digunakan untuk menyediakan panas, membuat bahan bakar, dan membangkitkan
listrik. Pemanfaatan biomasa sebagai sumber energy inilah yang dikenal sebagai
bioenergi. Pemanfaatan biomassa menjadi solusi yang sangat menjanjikan bagi
permasalahan sampah di kota-kota besar. Pemanfaatan sampah sebagai biomassa
menjadi tenaga listrik melalui proses pembakaran langsung (direct combustion) atau
melalui proses pembuatan gas metana (gasifikasi) atau pirolisis dapat menjadi solusi,
walaupun proyek ini lebih mahal dibandingkan proyek pembangkit listrik lain untuk
kapasitas yang setara.

Pirolisis berasal dari kata Pyro (Fire/Api) dan Lyo (Loosening/Pelepasan) untuk
dekomposisi termal dari suatu bahan organik. Jadi pirolisis adalah proses konversi dari
suatu bahan organik pada suhu tinggi dan terurai menjadi ikatan molekul yang lebih
kecil. Pirolisis merupakan suatu bentuk insinerasi yang menguraikan bahan organik
secara kimia melalui pemanasan dengan mengalirkan nitrogen sebagai gas inert. Proses
ini menghasilkan uap organik, gas pirolisis dan arang. Uap organik yang dihasilkan
mengandung karbon monoksida, metana, karbon dioksida, tar yang mudah menguap
dan air. Uap organik kemudian dikondensasikan menjadi cairan. Cairan hasil pirolisis
dikenal sebagai bio-oil (Awaluddin, 2007).

Pirolisasi adalah suatu proses dekomposisi kimia bahan organik melalui proses
pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah
akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. pirolisis menghasilkan
arang karbon, minyak dan gas yang dapat dibakar. Besarnya produk yang akan
dihasilkan dipengaruhi kondisi proses, terutama temperatur dan laju pemanasan.
Pirolisis adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis ekstrim, yang hanya meninggalkan
karbon sebagai residu, disebut karbonisasi. Perbedaan utama pirolisis, gasifikasi adalah
jumlah oksigen yang disuplai ke rekator thermal dapat dilihat dari gambar dibawah.

6
Gambar 1. Perbedaan pirolisis dan gasifikasi

Teknologi yang ditawarkan adalah pirolisis biomassa, yaitu pembakaran


biomassa pada kondisi tanpa oksigen. Tujuannya adalah melepaskan zat terbang
(volatile matter) yang terkandung pada biomassa. Secara umum kandungan zat terbang
dalam biomassa cukup tinggi. Produk proses pirolisis ini berbentuk cair, gas, dan padat.
Produk padat dari proses ini berupa arang (char) yang kemudian disebut karbonisasi.
Karbonisasi biomassa atau yang lebih dikenal dengan pengarangan adalah suatu proses
untuk menaikkan nilai kalor biomassa dan dihasilkan pembakaran yang bersih dengan
sedikit asap. Hasil karbonisasi adalah berupa arang yang tersusun atas karbon dan
berwarna hitam. Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya
kehadiran oksigen. Sehingga yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan
karbonnya tetap tinggal di dalamnya. Temperatur karbonisasi akan sangat berpengaruh
terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan temperatur yang tepat akan
menentukan kualitas arang.

Volatile matter
300-700 oC
Pendingin dan kondensat
Biomassa
Tanpa O2
Cairan (Bio-oil)

Arang

Gambar 2. Skema pengolahan biomassa

7
Sedikit banyaknya arang yang dihasilkan bergantung pada komposisi awal biomassa.
Semakin banyak kandungan volatile matter maka semakin sedikit arang yang dihasilkan
karena banyak bagian yang terlepas ke udara. Penentuan komposisi awal biomassa
dilakukan dengan uji analisis pendekatan (proximate analysis).

2.2 Sekam Padi

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari
dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau
limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau
bahan bakar. 

Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari
bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran
untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang
harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus
dikeluarkan setiap harinya.  Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% dari bobot awal
gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem
lingkungan. 

2.2.1 Komposisi Sekam Padi

Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia


penting seperti dapat dilihat di bawah. Komposisi kimia sekam padi menurut Suharno
(1979) : Dari Proses Penggilingan padi di peroleh sekam 20-30% dari bobot gabah,
dengan komponen utama :
a. Selulosa 31,4-36,3 %
b. Hemiselulosa 2,9-11,8 %
c. Lignin 9,5-18,4 %

8
Tabel 1. Komposisi kimiawi sekam padi
Komponen Presentase Kandungan (%)
  Menurut Soeharno (1979)  
1 Kadar air 9,02
2 Protein kasar 3,03
3 Lemak 1,18
4 Serat kasar 35,68
5 Abu 17,71
6 Karbohidrat kasar 33,71
  Menurut DTC-IPB  
1 Karbon (zat arang) 1,33
2 Hidrogen 1,54
3 Oksigen 33,64
4 Silika 16,98

2.2.2 Kegunaan Sekam Padi

Dengan komposisi kandungan kimia seperti di atas, sekam dapat dimanfaatkan


untuk berbagai keperluan di antaranya: 

a. Sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, 
b. Sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO 2)
yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan
isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah,
c. Sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang
cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil. 

Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk densil) 1125 kg/m3, dengan nilai kalori 1
kg sekam sebesar 3300 k. kalori. Menurut Houston (1972) sekam memiliki bulk density
0,100 g/ ml, nilai kalori antara 3300 -3600 k. kalori/kg sekam dengan konduktivitas
panas 0,271 BTU.  Untuk lebih memudahkan diversifikasi penggunaan sekam, maka
sekam perlu dipadatkan menjadi bentuk yang lebih sederhana, praktis dan tidak
voluminous. Bentuk tersebut adalah arang sekam maupun briket arang sekam. Arang
sekam dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang tidak berasap
dengan nilai kalori yang cukup tinggi. Briket arang sekam mempunyai manfaat yang

9
lebih luas lagi yaitu di samping sebagai bahan bakar ramah lingkungan, sebagai media
tumbuh tanaman hortikultura khususnya tanaman bunga

Dibanding bahan bakar fosil, sifat dan karakteristik bahan bakar biomasa lebih
kompleks serta memerlukan persiapan dan pemrosesan yang lebih kusus. Sifat dan
katrakteristik meliputi berat jenis yang kecil sekitar 122 kg/m 3 , jumlah abu hasil
pembakaran yang tinggi dengan temperatur titik lebur abu yang rendah. Abu hasil
pembakaran antara 16-23% dengan kandungan silica sebesar 95% (Natarajan,1998).
Titik lebur yang rendah disebabkan oleh kandungan alkali dan alkalin yang relatif
tinggi. Kandungan uap air (moisture) pada biomasa umumnya lebih tinggi dibandingkan
bahan bakar fosil, akan tetapi kandungan uap air pada sekam padi relatif sedikit karena
sekam padi merupakan kulit padi yang kering sisa proses penggilingan. Sekam padi
mempunyai panjang sekitar 8-10 mm dengan lebar 2-3 mm dan tebal 0,2
mm.Karakteristik lain yang dimiliki bahan bakar sekam padi adalah kandungan zat
volatil yang tinggi (high-volatile matter) yaitu zat yang mudah menguap. Kandungan
zat volatilnya berkisar antara 60-80% dimana bahan bakar fosil hanya mempunyai 20-
30% untuk jenis batu bara medium. Energi konversi yang dihasilkan lebih banyak
berasal dari zat volatil ini dibandingkan dengan bara api (solid residue) biomasa
(Ogada,1996).

2.3 Bio-oil

Bio-oil adalah cairan yang dapat larut dalam air, bahan bakar yang dapat
dioksigenasi, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Dengan kandungan nitrogen
dan sulfur yang sangat sedikit, bahkan kandungan sulfur didalamnya dapat diabaikan.
Kandungan asam organik dalam bio-oil memberikan sifat asam pada bio-oil.
Kandungan lainnya dalam bio-oil adalah air, tetapi air tidak bersifat kontaminan seperti
pada petroleum, karena air bercampur dengan bio-oil. Kandungan air dalam bio-oil 15-
30 wt% dan pH 2,8-3,8. Bio-oil berwarna gelap dengan penampilan yang mirip seperti
kopi dan beraroma asap (Ensyn Group INC, 2001). Bio oil diproduksi dari biomassa
seperti kayu, kulit kayu, kertas atau biomassa lainnya melalui teknologi pirolisa atau
pirolisa cepat. Bio oil adalah oxygenated molecule dan bersifat water soluble. Di
Indonesia sendiri pengembangan bio-oil sangat minim sekali. Hal ini dikerenakan

10
kebanyakan untuk bioenergi modern yang lebih dikenal dan sudah berkembang adalah
bioetanol, biodiesel dan biogas. Dengan kata lain bio-oil kalah populer dibandingkan
dengan ketiga bioenergi modern tersebut. Padahal jika ditinjau dari ketersediaan bahan
baku dan nilai jual bio-oil, bioenergi ini tidak kalah bagusnya dibanding dengan tiga
bioenergi alternatif yang telah disebutkan sebelumnya

Gambar 3. Rumus bangun Bio-oil

Salah satu cara pembuatan bio-oil adalah dengan menggunakan teknologi


bubbling fluidized bed dikombinasikan dengan sistem recovery bio-oil yang telah
dipatenkan oleh Resource Transforms International Ltd. Dengan proses ini akan
memberikan keuntungan yang kompetitif dengan menggunakan teknologi pirolisis
termasuk kecilnya modal dan biaya operasi, tingginya nilai produk, tingginya kuaitas
bio oil dan proses yang fleksibel untuk bermacam-macam variasi dari feedstock.
Feedstock untuk proses pirolisis dapat menggunakan berbagai macam limbah bahan
biomassa termasuk sekam padi dan sampah organik kering. (Power Engineering
International,2000).

Produksi bio-oil dapat menggantikan peran dari BBM atau bahan bakar
transportasi yang lain dengan melakukan konversi terhadap bio-oil itu sendiri terlebih
dahulu. Berdasarkan data produksi, konsumsi, ekspor dan impor BBM yang diperoleh
dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2001-2006 adalah
sebagai berikut

11
Tabel 2. Data Produksi Hasil Olahan Minyak Mentah
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2001 2002 2003 2004 2005
Uraian (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
Konsums
i 3518000 5953000 5753000 5428000 7961000
Eksport   - 465000   - 706000 465000
Import 1175000 1084000 1108000 1706000 4457000
Produksi 4693000 5334000 4645000 4428000 3969000

2.3.1 Komposisi Kimia Bio-oil


Berikut ini adalah komponen utama yang terkandung dalam bio-oil :
Table 3. kandungan utama bio-oil
Komposisi Utama bio-oil
%
Kandungan berat
Air 15-30%
Lignin 20-30%
Asam karboksilat 10-20%
Aldehid (Glikodehid, glyoxal,
hydroksipropinol) 14-25%
Gula (levoglukosan, fruktosa,
cellobiosan, glukosa) 5-15%
Keton (hidroksipropana,
siklopentanon, siklopentana, furanon) 4-10%
Alkohol (asetol, metanol, etilen glikol) 2-10%
Padatan 2-8%

Tabel 4. Karakteristik Bio-oil dan MInyak tanah


Karakteristik Bio-oil Minyak tanah
Tampilan cairan hitam pekat Jernih
Bau Berbau seperti asap Menyengat
pH ~2,5 ~6,4
Nilai kalor ~17 MJ/kg
Densitas ~1,1 kg/L ~0,80 kg/L

Viskositas 25-1000 cST, tergantung 160°-204°C

12
2.3.2 Performa Bio-oil terhadap kompor bio-oil

Kelebihan kompor ini adalah selain desainnya yang sederhana, gas hasil pirolisis
dapat didinginkkan dan dialirkan melalui pipa tanpa kehilangan kualitas api yang biru.
Akibatnya bermacam-macam konfigurasi dapat dilakukan. Yang paling sederhana
adalah menggabungkan burner dan gasifier. Konfigurasi lain dapat juga dengan
memisahkan gasifier dengan burner yang terhubung pipa besi. Jumlah burner pun bisa
lebih dari satu tergantung kapasitas gasifier. Kadar karbon dan kadar oksigen dalam
sekam padi juga hampir berimbang sekitar 35-38%. Ini menunjukkan bahwa dalam
minyak pirolisis nantinya akan mempunyai kadar oksigen dalam jumlah yang banyak.
Kandungan belerang dalam sekam padi adalah nol. Akibatnya hasil pembakaran dari
minyak pirolisis sekam padi akan lebih ramah lingkungan dibandingkan hasil
pembakaran minyak tanah.

Kelemahan kompor ini adalah pengoperasian tunggal, mengharuskan


penghentian api saat mengisi ulang sekam. Setelah sekam terbakar menjadi arang,
kerapatannya menjadi lebih tinggi, sehingga membutuhkan pasokan udara yang
bertekanan lebih tinggi. Juga setelah menjadi arang, sekam tidak menghasilkan gas lagi
sehingga harus diganti sekam yang baru. Walaupun demikian, kelemahan ini dapat
diatasi dengan menggunakan 2 buah gasifier yang dinyalakan bergantian.

2.3.3 Kegunaan Bio-oil


Bio-oil dapat digunakan pada aplikasi sebagai berikut (Goyal dkk, 2006):
1. Digunakan sebagai pembangkit generator
2. Produksi bahan-bahan kimia dan resin
3. Dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk transportasi dan sebagai pengganti
bahan bakar yang sangat baik
4. Digunakan sebagai bahan bakar pengikat untuk pelatisasi (membuat jadi pelat tipis)
dan menjadikan batu dari bahan sisa organik yang dapat dibakar
5. Dapat digunakan sebagai asap cair
6. Produksi gula anhidrous seperti levoglukosan
7. Bio-oil dapat digunakan sebagai bahan pengawet seperti pengawet kayu

13
8. Campuran yang sesuai pirolisis cair dengan minyak diesel dapat digunakan sebagai
bahan bakar mesin diesel
9. Digunakan sebagai bahan perek

14
BAB III
METODOLOGI

3.1 Proses Pembuatan

Pembuatan bahan bakar untuk kompor, bio-oil dan pembangkit tenaga listrik di UKM
Agro Makmur menggunakan bahan baku berupa sampah organik (sekam padi) dengan
menggunakan alat biogas pengolah sampah (Albakos) yang mengalami proses pirolisis.

3.1.1 Alat yang di gunakan

A. Satu set alat pirolisis pembuatan bahan bakar kompor dan penghasil listrik yang
terdiri dari:
a. Albakos
Berupa tungku pembakaran tertutup atau tidak sempurna (anaerob),memilki
tinggi 95 sentimeter, berdiameter 50 sentimeter, dan berbobot 60 kilogram.
b. Pipa
c. Alat pendingin

B. Gambar alat

Gambar 4. Rangkaian Alat pirolisis

15
3.1.2 Bahan yang di gunakan

Sampah organik kering atau biomassa yang kering,misalnya jerami, sekam padi, ranting
pohon, maupun limbah organik (sekam padi, kulit durian, kertas, potongan rambut).

3.1.3 Cara kerja

Kompor

biomassa (sekam padi)


PENDINGIN
albakos (terjadi proses pirolisis)

PEMBANGKIT Bio-oil
LISTRIK

genset plastik
penampung gas

Gambar 5. Skema proses pembuatan


biodiesel

Penjelasan:

Bahan yang akan di gunakan untuk menjadi biogas harus dalam kondisi kering,
kemudian dimasukkan pada tungku albakos. Di dalam tungku, biomassa kering di bakar
dan tungku di tutup rapat agar tidak ada udara yang masuk maupun keluar dari tangki.
Gas (asap) yang di hasilkan kemudian di alirkan ke pipa – pipa menuju tangki
purifikasi. Dalam tangki purifikasi terdapat batu bentonit atau zeolit yang sebelumnya di
panaskan terlebih dahulu sampai suhu 300oC. Gas yang melewati tangki kondensasi ini
mengandung gas metan mendekati kadar murni yang dapat di gunakan untuk bahan
bakar kompor atau untuk menggerakkan generator listrik. Daritangki pendingin, gas
yang dihasilkan disalurkan melalui pipa-pipa dan selanjutnya akan terkumpul dalam

16
kantong plastik besar. Dari kantung plastik ini kemudian gas metan disalurkan ke genset
yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik atau bisa langsung digunakan untuk
memasak. Selain itu dari tangki pendingin juga menghasilkan bio-oil yang memiliki
sifat yang sama seperti minyak tanah. Beberapa pemanfaatan dari bio oil antara lain
untuk pembakaran pada mesin diesel (gambar 6), konversi bio oil menjadi bio diesel
(gambar 7).

Gambar 6. Skema pembakaran bio-oil pada mesin diesel

*Bio-oil digunakan langsung sebagai pengganti bahan bakar diesel tanpa dikonversi

Gambar 7. Skema konversi bio oil menjadi bio diesel

*langsung mengkonversi biomassa menjadi minyak cair bio-(lignin, derivatif


karbohidrat, dan air) dan char. Katalis Bio-oil dikonversi menjadi bahan bakar
hidrokarbon (biodiesel)

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Proses Pirolisis melibatkan suatu rangaian reaksi endotermik yang disokong oleh
oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Produk yang dihasilkan pada proses
ini adalah gas bakar yang terkandung dalam volatile matter, seperti H2,CO,CO2 dan
CH4. Reaksi berikut ini merupakan empat reaksi yang umum terlibat pirolisis :

C + H2O → H2 + CO – 131.38 kJ/kg mol karbon

CO2 + C → 2CO – 172.58 kJ/mol

CO + H2O → CO2 + H2 – 41.98 kJ/mol

C + 2H2 → CH4 + 74.90 kJ/mol karbon.

Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis,yaitu gas


ringan(H2,CO,CO2,H2O dan CH4), tar, dan char. Semua produk dari pirolisis bisa
dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan seperti;

a. Gas ringan
Gas yang terdiri dari (H2,CO,CO2,H2O dan CH4) yang dihasilkan dari
pembakaran secara pirolisis kemudian akan melaui proses pendinginan sebelum bisa
langsung digunakan pada kompor ataupun . Dengan berbahan baku biomassa terutama
sekam padi dapat dipakai non stop 24jam sehari selama 30 hari hasilnya tetap baik.
sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan gas pada kompor yang digunakan untuk
memasak dalam kehidupan sehari-hari atau digunakan dalam industri rumah tangga
yang memerlukan pembakaran yang lama

Dari percobaan diatas menggunakan bahan baku sekam padi di dapatkan hasil sebagai
berikut:
a. Dari hasil uji coba untuk sampah kering organik kapasitas 3 kg mampu
menghasilkan nyala api 250 0 C, lama nyala api 1 jam untuk mendidihkan air 1 liter
perlu waktu 6 menit dan warna nyala api biru agak kemerahan.

18
b. Dari 3 kg sekam padi pada suhu 350 0 C, dihasilkan lama nyala api 2 jam untuk
mendidihkan air 1 liter selama 3 menit dan warna nyala api biru hampir tidak
kelihatan seperti nyala api spritus.
c. Dari 3 kg serbuk gergaji campur kayu pada suhu 300 derajat celcius lama nyala api 1
jam untuk mendidihkan air 1 liter 5 menit warna nyala api merah
paling bagus menggunakan sekam padi karena pada sekam padi mengandung
banyak lignin, komposisi produk yang tersususn merupakan fungsi temperature,
tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis berlangsung. Proses pirolisis dimulai pada
temperature sekitar 230 0C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal, seperti
lignin pada biomassa sekam padi akan pecah dan menguap bersamaan dengan
komponen lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH
(Polyaromatic Hydrocarbon).

b. Tar (berupa bio-oil)


Bio-Oil adalah bahan bakar cair berwarna gelap beraroma seperti asap dan
diproduksi dari biomassa seperti sampah organic,sekam padi dan biomassa lainnya
melalui teknologi pirolisa atau pirolisa. Bio-oil merupakan salah satu biofuel yang
dikembangkan untuk menggantikan kerosene (minyak tanah). Sifat-sifat minyak
pirolisis (bio-oil) dari biomasa sangat bergantung pada jenis biomasa dan parameter
operasi seperti temperature reaksi dan waktu tinggal biomasa dalam reaktor. Bio-oil
sangat menjanjikan dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan industri antara lain;
digunakan sebagai pembangkit generator, produksi bahan-bahan kimia dan resin, dapat
digunakan sebagai bahan bakar untuk transportasi dan sebagai pengganti bahan bakar
yang sangat baik, digunakan sebagai bahan bakar pengikat untuk pelatisasi (membuat
jadi pelat tipis) dan menjadikan batu dari bahan sisa organik yang dapat dibakar, dapat
digunakan sebagai asap cair, produksi gula anhidrous seperti levoglukosan, bio-oil dapat
digunakan sebagai bahan pengawet seperti pengawet kayu, campuran yang sesuai
pirolisis cair dengan minyak diesel dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel,
digunakan sebagai bahan perekat, sebagai combustion fuel dan power generation,
Pemanfaatan secara konvensional dari bio-oil adalah sebagai bahan bakar untuk kompor
minyak skala rumah tangga. Namun demikian, sebelum minyak tersebut dapat
digunakan perlu dilakukan penelitian mengenai sifat-sifatnya. Diantara sifat-sifat utama

19
dari bahan bakar adalah viskositas, nilai kalor, stabilitas, dan komposisi bahan
penyusunnya. Selain itu, unjuk kerja dari kompor minyak skala rumah tangga dengan
menggunakan minyak pirolisis juga perlu diteliti.

c. Char (arang)

Hasil lain dari proses pirolisis sekam padi adalah char atau biasa disebut arang,
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan
menghilangkan kandungan air dan komponen volatile pada biomassa yang digunakan.
Fungsi dari Arang ini misalnya dapat digunakan sebagai media adsorber pada proses
pengolahan limbah tekstil yang mengandung fenol.

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pirolisasi adalah suatu proses dekomposisi kimia bahan organik melalui proses
pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah
akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Bahan yang digunakan
adalah biomassa (bahan organik) yang merupakan hasil produksi dari makhluk hidup.
Biomassa dapat berasal dari tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, peternakan atau
bahkan sampah. Karena kandungan hidrokarbon yang dimiliki senyawanya, biomassa
dapat digunakan untuk menyediakan panas, membuat bahan bakar, dan membangkitkan
listrik. Pemanfaatan biomasa sebagai sumber energy inilah yang dikenal sebagai
bioenergi. Dari hasil uji coba untuk sampah kering organik kapasitas 3 kg mampu
menghasilkan nyala api 250 0 C, lama nyala api 1 jam untuk mendidihkan air 1 liter
0
perlu waktu 6 menit dan warna nyala api biru agak kemerahan. sekam padi 350 C,
lama nyala api 2 jam untuk mendidihkan air 1 liter selama 3 menit dan warna nyala
api biru hampir tidak kelihatan seperti nyala api spritus. sangat cocok untuk memenuhi
kebutuhan gas pada kompor yang digunakan untuk memasak dalam kehidupan sehari-
hari atau digunakan dalam industri rumah tangga yang memerlukan pembakaran yang
lama. Selain menghasilkan biogas proses pirolisis biomassa juga menghasilkan bio-oil
yang dapat langsung digunakan untuk berbagai keperluan misalnya sebagai bahan bakar
ppengganti kerosene dan dapat juga dikonversi menjadi biodiesel yang ramah
lingkungan.

5,2 Saran

Untuk menangani banyaknya sekam padi yang tidak termanfaatkan sebaiknya


digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioenergi melalui proses pirolisasi dengan
menggunakan tangki albakos karena alat tersebut dapat mengkonversi biomasssa
(sekam padi) menjadi bahan bakar kompor(sebagain pengganti LPG) yang sangat cocok
untuk memenuhi kebutuhan gas pada kompor yang digunakan untuk memasak dalam
kehidupan sehari-hari atau digunakan dalam industri rumah tangga yang memerlukan
pembakaran yang lama, selain itu dapat dimanfaatkan juga sebagai pembangkit listrik

21
skala kecil. Sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan
tentunya lebih ramah lingkungan. Bio-oil merupakan salah satu energi alternative
pengganti fosil yang perlu dikembangkan, tapi harus dilakukan treatmrnt dan penelitian
lebih lanjut karena bio-oil yang selama ini digunakan masih bersifat asam yang dapat
mengakibatkan korosi pada alat yang digunakan.

22

You might also like