Professional Documents
Culture Documents
I Made Setiawan*
Abstrak
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara
tropis dengan kelembaban yang tinggi. Penyakit ini dapat ditemukan di daerah pedesaan maupun
perkotaan. Walapun demikian, penyakit ini sangat jarang dilaporkan. Hal ini mungkin disebabkan penyakit
leptospirosis sulit dideteksi, karena mempunyai gejala klinis mirip dengan penyakit lain seperti influenza,
hepatitis, demam dengue, tuberkulosis, malaria, dll. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu alat diagnostik
canggih yang dapat mendeteksi penyakit secara dini, sehingga penatalaksanaan penderita dapat dilakukan
dengan tepat. Ada berbagai teknik laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit
leptospirosis diantaranya, (1) mendeteksi Leptospira secara langsung menggunakan mikroskop lapangan
gelap atau mendeteksi bakteri Leptospira dengan membiakkan; (2) mendeteksi gen spesifik Leptospira
menggunakan PCR; (3) mendeteksi antibodi terhadap Leptospira secara serologis menggunakan metode
MAT, ELISA, RIA, IHA, dll. Semua metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Informasi ini dapat
berguna untuk para klinisi, peneliti, dan ahli epidemiologi dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan
laboratorium.
L
bervariasi dari penyakit tanpa gejala sampai gejala
eptospirosis adalah penyakit zoonosis
yang sangat berat, seperti panas tinggi, nyeri otot
yang sangat penting, dan ditemukan
dan sendi yang sangat hebat, kelainan pernafasan,
hampir di seluruh dunia, terutama di
hepar, ginjal, sampai terjadi penurunan kesadar-
belahan bumi beriklim tropis dan subtropis.
an.1,2 Gejala penyakit leptospirosis sering
Penyakit ini dapat berkembang menjadi epidemi
menyerupai gejala penyakit lain, seperti malaria,
di daerah perkotaan maupun pedesaan.1,2
tuberkulosis, hepatitis, demam thypoid, dan
Leptospirosis disebabkan oleh spirochaeta ter-
infeksi parasit lainnya.5 Oleh karena itu, untuk
masuk genus Leptospira, terdiri lebih dari 250
menegakkan diagnosis pasti dengan hanya
serovars.2,3 Pada manusia biasanya terjadi setelah
berdasarkan gejala klinis adalah sangat sulit,
penderita kontak dengan air tergenang yang
sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium
terkontaminasi dengan kencing binatang yang
yang cepat, tepat, dengan sensitifitas dan
terinfeksi, atau mempunyai pekerjaan berhubung-
spesifisitas yang tinggi.
an dengan tanah basah yang terkontaminasi
dengan leptospira.4 Tulisan ini menguraikan metode labo-
ratorium yang digunakan dalam menegakkan
Epidemi penyakit leptospirosis pada
diagnosis penyakit leptospirosis sebagai masukan
manusia di daerah tropis, terutama terjadi pada
untuk klinisi, peneliti, dan epidemiologist.
Media
45 Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 1 Tahun 2008
brospinal, cairan mata, paru, ginjal, hati, pemeriksaan urine ditemukan proteinuria, pyuria,
jantung, dan darah yang berada di dalam dan sering ditemukan hamaturia mikroskopik.
jantung untuk pemeriksaan serologis. Sampel Juga ditemukan adanya hialin dan granular cast
postmortem harus diambil secepat mungkin pada minggu pertama sakit.3
secara aseptik. Sampel yang sudah diambil
harus segera diinokulasi ke dalam medium
biakan, dan harus disimpan dan diangkut pada 1.b. Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada
suhu +4oC. Terjadinya autolisis sel pada suhu Kasus yang Sangat Berat
+4oC dan penurunan pH harus dicegah, dan Pemeriksaan darah tepi tampak leukositosis
jangan ditaruh pada suhu yang rendah. dengan pergeseran ke arah kiri, dan trombosito-
5. Sampel cairan serebrospinal dan dialisat peni berat. Dari tes fungsi ginjal ditemukan
digunakan untuk biakan. gangguan fungsi ginjal ditandai dengan
peningkatan kadar kreatinin plasma. Tingkat
azotemia terjadi bervariasi tergantung beratnya
Pemeriksaan Laboratorium penyakit.9,10 Tes fungsi hati pada leptospirosis
berat umumnya memperlihatkan peningkatan
Pemeriksaan laboratorium sangat perlu
kadar bilirubin darah cukup bermakna dengan
untuk menegakkan diagnosis penyakit lepto-
sedikit peningkatan kadar alkalin phospatase.
spirosis secara dini dengan cepat dan tepat.
Peningkatan bilirubin umumnya tidak sesuai
Manfaat pemeriksaan laboratorium adalah:8
dengan nilai tes fungsi hati yang lain.11. Hasil
1. Memastikan diagnosis leptospirosis, karena pemeriksaan pungsi lumbal terutama ditemukan
penyakit ini secara klinis sangat sulit dibeda- sel limfosit, kadar protein normal atau sedikit
kan dengan penyakit lain. meningkat, sementara kadar glukose normal. Pada
penderita dengan ikterus berat, cairan sere-
2. Menentukan jenis serovar-serogrup penyebab
brospinal tampak xantochrom. Kelainan cairan
infeksi, yang dapat digunakan untuk
serebrospinal tampak jelas pada minggu ke-2
mengetahui sumber penularan.
sakit, dan pleositosis pada cairan serebrospinal
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dapat terjadi sampai berminggu-minggu.3
pada penderita leptospirosis dapat dibagi menjadi
Perubahan alami yang tidak spesifik ini
pemeriksaan laboratorium yang bersifat umum
hanya dapat dipakai untuk menduga adanya
dan pemeriksaan laboratorium spesifik.
infeksi leptospirosis. Untuk memastikan
diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan mikro-
1. Pemeriksaan Laboratorium Klinik Umum biologi spesifik.
Pemeriksaan laboratorium klinik umum
memberikan hasil berbeda antara leptospirosis 2. Pemeriksaan laboratorium spesifik
yang ringan dan berat. Hasil pemeriksaan
2.a. Pemeriksaan Bakteri
laboratorium penderita dengan gejala leptospirosis
berat memperlihatkan kelainan hasil laboratorium 2.a.1. Pemeriksaan bakteri secara langsung
yang sangat jelas. dengan mikroskop
Hasil pemeriksaan ini dapat digunakan
menegakkan diagnosis leptospirosis secara pasti.
1.a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada
Leptospira dari spesimen klinik dilihat secara
Kasus yang Ringan
langsung menggunakan mikroskop lapangan gelap
Hasil pemeriksaan darah tepi penderita atau menggunakan mikroskop cahaya setelah
leptospirosis ringan, ditemukan laju endap darah preparat dicat dengan pewarnaan yang sesuai.
meningkat, jumlah lekosit tidak jelas, kadang- Agar bakteri tampak pada mikroskop lapangan
kadang di bawah nilai normal, normal, atau gelap diperlukan 104 Leptospira/ml, dengan
sedikit meningkat. Hasil tes fungsi hati ditemukan harapan setiap lapangan pandang tampak satu sel.3
sedikit peningkatan aminotransferase, bilirubin,
Agar pemeriksaan mikroskopis berhasil,
dan alkalinphospatase, sedangkan secara klinis
sampel darah diambil dalam 6 hari sesudah timbul
ikterus tidak tampak dengan jelas.10 Hasil
gejala, jika lebih Leptospira sulit ditemukan. Juga
Media
47 Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 1 Tahun 2008
monoklonal, maka laboratorium yang mampu wilayah.3,8 Serovar yang sering digunakan adalah
melakukan tes aglutinasi mikroskopis, dapat Leptospira Interrogens yaitu, Australis,
mengidentifikasi isolat dalam waktu relatif lebih Autumnalis, Bataviae, Canicola, Copenhageni,
cepat. Metode molekuler seperti polymerase Grippotyphosa, Hebdomadis, dan Pomona.
chain reaction (PCR), restriction fragment length Leptospira biflexa adalah serovar Patoe.1 Maksud
polymorphisms (RFLP) juga dapat dipakai penggunaan banyak jenis antigen, agar dapat
mendeteksi Leptospira.3,8 Di samping itu, serovar mendeteksi infeksi serovar yang tidak umum,
atau serogup juga dapat ditentukan dari isolat yang sebelumnya tidak pernah terdeteksi.3,8
Leptospira yang diperoleh.8 Sampai saat ini, serovar Leptospira yang beredar
di Indonesia belum seluruhnya diketahui secara
pasti. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
2.b. Pemeriksaan Serologis mengetahui seluruh serovar yang beredar di
Sebagian besar kasus leptospirosis di- Indonesia, sehingga antigen yang digunakan
diagnosis dengan tes serologi. Antibodi dapat sesuai dengan serovar yang beredar, untuk
dideteksi di dalam darah 5-7 hari sesudah memperoleh hasil MAT yang lebih tepat dan
munculnya gejala. Ada banyak metode serologis menghindari hasil negatif palsu.
yang dapat digunakan, dan yang dianggap paling Untuk mengatasi kesulitan MAT dengan
baik sampai saat ini adalah microscopic antigen hidup, maka digunakan antigen mati.
agglutination test (MAT). Antigen mati umumnya menghasilkan titer
antibodi sedikit lebih rendah, dan reaksi silang
lebih sering terjadi. Aglutinasi antigen mati
2.b.1. Microscopic Aglutination Test (MAT) kualitasnya berbeda dengan antigen hidup. Akan
Microscopic aglutination test (MAT) tetapi, untuk laboratorium yang tidak memiliki
adalah tes untuk menentukan antibodi aglutinasi tenaga ahli, maka antigen ini merupakan alternatif
di dalam serum penderita. Cara melakukan tes yang cukup baik.3
adalah, serum penderita direaksikan dengan Pada tubuh penderita biasanya muncul
suspensi antigen serovar Leptospira hidup atau antibodi aglutinasi terhadap serovar yang
mati. Setelah diinkubasi, reaksi antigen-antibodi menginfeksi. Sering ditemukan antibodi yang
diperiksa di bawah mikroskop lapangan gelap bereaksi silang dengan serovar lain, terutama
untuk melihat aglutinasi. Yang dipakai batas akhir ditemukan pada fase dini penyakit. Pada minggu
(end point) pengenceran adalah pengenceran pertama, reaksi heterologous serovar lain terjadi
serum tertinggi yang memperlihatkan 50% lebih kuat dibanding reaksi homologous serovar
aglutinasi.8 Metode ini dipakai sebagai metode yang menginfeksi. Kadang-kadang ditemukan
referensi untuk mengembangkan teknik lain reaksi heterologous positif, sementara reaksi
dengan membandingkan sensitifitas, spesifisitas, homologous masih negatif. Fenomena ini disebut
dan akurasi. MAT sering mengalami beberapa reaksi paradoxical. Titer antibodi reaksi silang
kendala terutama di negara yang sedang cendrung menurun relatif lebih cepat sampai
berkembang, karena memerlukan banyak jenis beberapa bulan, sementara antibodi spesifik
serovar dan tenaga ahli yang berpengalaman.13 serogrup dan spesifik serovar tetap ada dalam
Metode MAT sangat rumit terutama saat waktu lama sampai bertahun-tahun.8 Hal ini
pengawasan, pelaksanaan, dan penilaian hasil. disebabkan karena penderita sudah mempunyai
Seluruh biakan serovar hidup harus dipelihara antibodi terhadap serogrup Leptospira lain
dengan baik. Perlakuan terhadap tes menggunakan sebelum terkena infeksi serogrup Leptospira yang
Leptospira hidup maupun mati harus sama. baru.3
Memelihara biakan Leptospira di dalam Untuk diagnosis, diperlukan sepasang
laboratorium cukup berbahaya bagi para petugas. serum. Adanya peningkatan titer empat kali lipat
Di samping itu, sering terjadi kontaminasi silang dari sepasang serum dapat memastikan diagnosis
antara serovar, sehingga perlu dilakukan verifikasi tanpa memperhatikan jarak waktu pengambilan di
serovar secara berkala.3,8 antara kedua sampel. Jarak pengambilan antara
Pemeriksaan MAT memerlukan antigen sampel pertama dan kedua sangat tergantung pada
serovar Leptospira yang banyak beredar di suatu waktu antara munculnya gejala dan penampilan
Media
49 Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 1 Tahun 2008
2.b.3. Tes serologis lain DNA Leptospira dapat dideteksi meng-
Tes macroscopic slide agglutination sudah gunakan metode dot-blotting dan hybridisasi.
pernah dilakukan pada binatang dan manusia. Probe rekombinan yang spesifik untuk serovar
Sering digunakan untuk penapisan serum manusia patogen sudah dibuat dari serovar lai. Probe
atau binatang, tetapi sering memberikan hasil spesifik untuk serovar hardjobovis juga sudah
positif palsu.19 dikembangkan dan digunakan untuk mendeteksi
Leptospira dari urine sapi. Agar dapat mendeteksi,
Juga dapat digunakan sel darah merah yang probe yang dilabel dengan 32P membutuhkan 103
disensitisasi, bila ditambahkan komplemen akan Leptospira, sedangkan jumlah Leptospira yang
mengalami hemolitik. Di samping itu, juga dapat dapat dideteksi oleh PCR jauh lebih rendah,
dilakukan pemeriksaan hemaglutinasi. Pemeriksa- sehingga sekarang teknik probe sudah tidak
an ini dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG.3 digunakan lagi.3
Pemeriksaan indirect hemagglutination
(IHA) dikembangkan oleh communicable disease
control (CDC), mempunyai sensitifitas 92%, 3.a. Teknologi PCR
Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 1 Tahun 2008
spesifisitas 95%, dan dengan nilai ramal negatif Polymerase chain reaction (PCR) adalah
92%, bila dibandingkan dengan MAT. Metode ini metode amplifikasi segmen DNA Leptospira yang
tersedia secara komersial. Sensitifitas IHA pada terdapat di dalam sampel klinik. Jadi, adanya
populasi yang endemi Leptospira memberikan Leptospira dipastikan dengan menemukan segmen
hasil yang sangat bervariasi.16,20,21 DNA Leptospira yang spesifik. Metode ini sangat
Tes aglutinasi mikrokapsul menggunakan berguna untuk mendiagnosis leptospirosis ter-
polimer sintetik sebagai pengganti sel darah utama pada fase permulaan penyakit. Alat ini
merah telah dievaluasi secara luas di Jepang dan dapat mendeteksi Leptospira beberapa hari setelah
China, ternyata lebih sensitif dibandingkan munculnya gejala penyakit. Akan tetapi, alat ini
dengan MAT atau ELISA-IgM untuk pemeriksaan belum tersedia secara luas terutama di negara
fase akut, tetapi gagal mendeteksi infeksi yang yang sedang berkembang.23
disebabkan oleh banyak serovar.3 Untuk mendeteksi DNA Leptospira,
Pemeriksaan aglutinasi latex sederhana teknologi PCR membutuhkan sepasang primer
(simple latex agglutination assay) mempunyai dengan sasaran gen spesifik, seperti gen rRNA
sensitifitas 82,3% dan spesifisitas 94,6%. 16S dan 23S, atau elemen pengulangan. Di
Pemeriksaan ini sangat mudah dilakukan dan samping itu, ada juga yang disusun dari pustaka
tidak memerlukan keahlian dan peralatan khusus. genom. Umumnya teknologi ini sangat jarang
Reagen mempunyai masa hidup lama, walaupun dipakai untuk memeriksa spesimen klinik.3
pada temperatur lingkungan daerah tropis.23 Dari hasil penelitian penderita yang sudah
Teknik lain adalah immunofluorescence, RIA, didiagnosis leptospirosis secara pasti, ternyata
counterimmunoelectroforesis dan immuno assay yang menunjukkan hasil biakan positif sekitar
tetes tebal, tetapi jarang digunakan. 48%, sementara PCR 62%, sedangkan pemeriksa-
an serologis 97%. Pada keadaan tertentu
pemeriksaan PCR lebih menguntungkan. Sebagai
3. Pemeriksaan Molekuler contoh, pemeriksaan ini dapat memberikan hasil
positif pada 2 penderita yang meninggal sebelum
terjadi serokonversi, dan juga memberi hasil
positif pada 18% penderita seronegatif pada
permulaan fase akut.3
Merien dkk. (1992) membuat sepasang
primer yang dapat mengamplifikasi fragmen yang
panjangnya 331 pasang basa dari gen rrs (rRNA
16S) Leptospira patogen dan non-patogen dengan
harapan agar dapat mendeteksi seluruh serovar
patogen.24 Gravekamp dkk. (1993) membuat
primer G1 dan G2.25 Primer ini mempunyai
50
kelemahan yaitu tidak dapat mengamplifikasi itu, maka para klinisi, ahli epidemiologi, dan
serovar L. kirschneri. Kedua pasang primer ini peneliti hendaknya memahami keunggulan dan
sudah digunakan secara luas untuk studi klinik. kelemahan dari masing-masing tes ini, sehingga
Keterbatasan PCR adalah tidak mampu dapat mengevalusi hasil tes yang diperoleh
untuk mendeteksi jenis serovar yang menginfeksi. dengan baik dan benar.
Walaupun demikian PCR bermanfaat untuk
epidemiologi dan kesehatan masyarakat. Agar Ucapan Terima Kasih
lebih bermanfaat, maka hasil yang diperoleh
dicerna dengan enzim endonuclease restriksi, Kami mengucapkan banyak terima kasih
kemudian amplicon yang diperoleh disikuens kepada seluruh dewan redaksi Media Penelitian
langsung, atau dianalisis dengan metode dan Pengembangan Kesehatan yang telah memuat
konformasi untai tunggal.26 tulisan ini.
Keuntungan pemeriksaan PCR adalah, bila Daftar Pustaka:
bakteri ada maka diagnosis dapat dipastikan 1. Bharadwaj R, Bal AM, Joshi SA, Kagal A,
dengan cepat terutama pada fase dini penyakit Pol SS,
Media Litbang Garad G,
Kesehatan et al.XVIII
Volume An Urban
Nomoroutbreak of
1 Tahun 2008
sebelum titer antibodi dapat dideteksi. Ke- leptospirosis in Mumbai, India. Jpn.J Infect
lemahannya, memerlukan peralatan dan tenaga Dis 2002; 55:194-196.
ahli yang khusus. Disamping itu, PCR dapat
memberikan hasil positif palsu, apabila ter- 2. Ko AI, Reis MG, Dourado CMR, Johnson
kontaminasi oleh DNA asing. Dia juga dapat WD, Roley LW, and the Salvador
memberi hasil negatif palsu, karena spesimen Leptospirosis Study Group. Urban epidemic
klinik yang diperiksa sering mengandung inhibitor of severe leptospirosis in Brazil. Lancet
seperti heparin dan saponin.8 1999; 354:820-825.
3. Levett PN, Branch SL, Whitington CU,
Edwards CN, and Paxton H. Two methods
3.b. Pemetaan molekuler for rapid diagnosis of acute leptospirosis.
Metode yang digunakan adalah mencerna Clin Diagn Lab Immunol 2001; 8: 349-351.
DNA kromosom menggunakan restriction 4. Romeo EC, Bernardo CCM, Yasuda PM.
endonuclease (REA), restriction fragment length Human leptospitosis: A twenty-nine year
polymorphism (RFLP), ribotyping, pulsed-field serological study in Saulo Paulon Brazil. Res
gel electrophoresis (PFGE) dari hasil PCR. Inst Med trop S Paulo 2003; 45(5):745-748
Metode-metode ini dapat digunakan untuk
mendeteksi berbagai serovar.3 5. Chu KM, Rathinam R, Namperumalsamy,
and Dean D. Identification of leptospira
spesies in the pathogenesis of uveitis and
Kesimpulan determination of clinical ocular
characteristics in South India. J Infect Dis
Ada berbagai metode tes laboratorium yang 1998; 177:1314-21.
dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit
leptospirosis pada manusia. Untuk mendeteksi 6. Plank R and Dean D. Overview of the
Leptospira dapat dilakukan dengan membiakkan epidemiology, microbiology, and
pada medium yang sudah tersedia, atau dengan pathogenesis of leptospira spp. In humans.
melihat bakteri secara langsung pada spesimen Microbes and Infect 2000; 2: 1265-1276.
klinik menggunakan mikroskop lapangan gelap. 7. Fontaine GA.: Canine leptospirosis---Do we
Saat ini pemakaian PCR untuk mendeteksi gen have a problem? J Vetmic 2006; 117: 19-24.
Leptospira menggunakan sepasang primer juga
sudah banyak berkembang. Diagnosis dapat juga 8. WHO. Leptospirosis: Guidance for diagnosis,
ditegakkan dengan cara pemeriksaan serologis surveillance and control. International
untuk mendeteksi antibodi yang timbul sebagai leptospirosis society. 2003.
akibat leptospirosis, misalnya dengan MAT, 9. Marutto PCF, Nascimento CMR, Neto JE,
ELISA, RIA, IHA dll. Masing-masing dari tes ini Marotto MS, Andrade L, Sztajnbok J, et al.
mempunyai keunggulan dan kelemahan. Untuk Acute lung injury in leptospirosis: Clinical
51
and laboratory featurer, outcome, and factors antibodies in acut leptospirosis. Am J Trop
associated with mortality. Clin Infec Dis Med Hyg 2002; 66: 745-748.
1999; 29: 1561-3. 19. Brandao AP, Camargo ED, da Silva ED,
10. Martin EM, Bestard BV, Marquez RL, and Silva MV and Abrao RV. Macroscopic
Gonzalez AA: Case report: Lung agglutination test for rapid diagnosis of
involvement in leptospirosis. Arch human leptospirosis. J Clin Microbiol 1998;
Bronconeumol 2006; 42(4):202-4 36: 3138-3142.
11. Trevejo RT, Rigau-Peres JG, Ashford DA, 20. Levett PN and Whittington CU. Evaluation
McClure EM, Gonzalez CJ, Amador JJ, et al. of the indirect hemagglutination assay for
Epidemic leptospirosis associated with diagnosis of acute leptospirosis. J Clin
pulmonary hemorrhage---Nicaragua, 1995. J Microbiol 1998; 36: 11-14.
Inf Dis 1998; 178:1457-63. 21. Effler PV, Domen HY, Bragg SL, Aye T, and
12. Vijayachari P.: Evaluation of darkground Sasaki DM. Evaluation of the indirect
microscopy as a rapid diagnosis procedure in hemagglutination assay for diagnosis of acute
leptospirosis. Indian J Med Res 2001; leptospirosis in Hawaii. J Clin Microbiol
114:54-58. 2000; 38: 1081-1084.
13. Saengjaruk P, Chaicumpa W, Watt G, 22. Smith Hl, van der Hoorn MAWG, Goris
Bunyaraksyotin G, Wuthiekanun V, MGA, Gussenhoven GC, Yersin C, Sasaki
Tapchaisri P, et al. Diagnosis of human DM, et al. Simple latex agglutination assay
leptospirosis by monoclonal antribodi-based for rapid serodiagnosis of human
antigen detection in urine. J Clin Microbiol leptospirosis. J Clin Microbiol 2000;
2002; 40:480-489. 38:1272-1275.
14. Palmer MF, Zochowski WJ. Survival of 23. Yersin C, Bovet P, Merien F, Wong T,
leptospires in commercial blood culture Panowsky J, and Perolat P. Human
systems revisited. J Clin Pathol 2000; 53: leptospirosis in the Seychelles (Indian
713-714. Ocean): a populatioan-based study. Am J
15. Levett PN.: Usefulness of serologic analysis Trop Med Hyg 1998; 59: 933-940.
as a predictor of the infecting serovar in 24. Merien F, Amouriaux P, Perolat P, and
patients with severe leptospirosis. Aclin infec Girons IS. Polymerase chain reaction for
Dis 2003; 36: 447-452. detection of leptospira spp. In clinical
16. Bajani MD, Ashford DA, Bragg SL, Wood samples. J Clin Microbiol 1992; 30: 2219-
CW, Aye T, Spiegel RA, et al. Evaluation of 2224.
four commercially available rapid serologic 25. Gravekamp C, van de Kemp H, Franzen M,
test for diagnosis of leptospirosis. J Clin Carrington DG, Schoone GL, Van Eys
Mecrobiol 2003; 41:803-809. GJJM, et al. Detection of seven species
17. Smith HL, Ananyina YV, Chershsky A, pathogenic leptospires by PCR using two sets
Dancel L, Lai-A-Fat, RFM, Chee HD, et al. of primers. J Gen Microbiol 1993; 139: 1691-
International multicenter evaluation of the 1700.
clinical utility of a dipstick assay for 26. Natarajaseenivasan K, Prabhu N,
detection of leptospira-spesific immuno- Selvanayaki K, Raja SSS, and Ratnam S.
globulin M antibodies in human. J Clin Human Leptospirosis in Erode, South India:
Microbiol 1999; 37:2904-2909. Serology, isolation, and characterization of
18. Levett PN and Branch SL. Evaluation of two the isolates by randomly amplified
enzyme linked immunosorbent assay polymorphic DNA (RAPD) fingerprinting.
methods for detection of immunoglobulin M Jpn J Infect Dis 2004; 57: 193-197.
52