You are on page 1of 2

Upacara Kelahiran pada Masyarakat Jambi

oleh Melayu Jambi pada 19 Januari 2010 jam 11:39


Upacara Kelahiran pada Masyarakat Jambi
Sumber:http://uun-halimah.blogspot.com/

Pengantar
Jambi adalah salah satu provinsi yang berada di Pulau Sumatera, Indonesia. Masyarakatnya,
sebagaimana masyarakat lainnya di Indonesia, mempercayai bahwa kehidupan manusia selalu
diiringi dengan masa-masa kritis, yaitu suatu masa yang penuh dengan ancaman dan bahaya
(lihat Koentjaraningrat, 1972 dan Keesing, 1981). Masa-masa itu adalah peralihan dari tingkat
kehidupan yang satu dengan lainnya (dari manusia masih berupa janin sampai meninggal dunia).
Oleh karena masa-masa tersebut dianggap sebagai masa yang penuh dengan ancaman dan
bahaya, maka diperlukan adanya suatu usaha untuk menetralkannya, sehingga masa-masa
tersebut dapat dilalui dengan selamat. Dan, usaha itu adalah upacara yang kemudian dikenal
sebagai upacara di lingkaran hidup individu yang meliputi: kehamilan, kelahiran, khitanan,
perkawinan, dan kematian. Jadi, upacara di lingkaran hidup individu ini sangat erat kaitannya
dengan sistem kepercayaan pada umumnya, termasuk masyarakat Jambi. Dalam kesempatan ini,
sesuai dengan judul, maka yang akan dibahas adalah upacara kelahiran.

Proses Upacara Kelahiran


1. Persiapan Kelahiran
Ketika masa kandungan seseorang telah mencapai usia 7 bulan, maka pihak keluarga yang
bersangkutan memberitahu kepada dukun beranak yang berada di desanya. Pemberitahuan ini
dimaksudkan agar pada saatnya (ketika melahirkan) dukun tersebut dapat membantunya.
Pemberitahuan ini oleh masyarakat Jambi disebut sebagai menuak atau nuak. Caranya, pihak
yang akan melahirkan memberi sejumlah makanan kepada dukun beranak yang berupa: nasi atau
ketan kuning (nasi kunyit) beserta lauk-pauknya, seperti ayam panggang (bagi yang mampu) dan
atau bumbuan kelapa goring (bagi yang tidak mampu). Dengan pengiriman atau pemberian
manuak ini berarti seorang dukun telah dipesan untuk membantu keluarga yang bersangkutan
dalam proses kelahiran.

2. Kelahiran
Menjelang kelahiran (biasanya usia kandungan telah mencapai 9 bulan1), sekali lagi pihak
keluarga dari perempuan yang akan melahirkan mengirim manuak kepada dukun beranak yang
membantu proses kelahiran. Maksudnya agar Sang dukun dapat bersiap-siap apabila sewaktu-
waktu tenaganya dibutuhkan. Ketika saat-saat kelahiran tiba, maka dukun yang dipesan segera
datang memberikan pertolongan. Biasanya dukun (perempuan) datang bersama pembantunya
atau dukun laki-laki. Mereka membawa benda-benda atau barang-barang barang yang dipercayai
mengandung magis, seperti: buah kundur, untaian jeringo bangle (sebagai jimat), dan pisau kecil.
Kesemuanya ditaruh dekat tempat pelahiran. Kedua dukun itu, satu dengan lainnya, mempunyai
tugas yang berbeda. Dukun perempuan bertugas melancarkan dan menyambut bayi dari rahim
ibunya. Sedangkan, dukun laki-laki mengucapkan mantera-mantera di balik tabir (di luar tempat
pelahiran), sehingga benda-benda yang mempunyai daya magis itu dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Dalam hal ini roh-roh dan setan-setan tidak dapat mengganggunya, sehingga yang
dilahirkan maupun yang melahirkan sama-sama selamat.
Sesuai dengan tugas dukun perempuan, maka ketika bayi telah keluar dari rahim ibunya, maka
bayi tersebut disambutnya kemudian dibersihkan (dimandikan). Setelah itu, dipotong tali
pusarnya dengan sembilu. Kemudian, ari-arinya ditempatkan pada suatu wadah yang terbuat dari
tembikar, lalu ditanam di samping atau depan rumah.

3. Sesudah Kelahiran
Ketika bayi telah berumur 7 hari, ada suatu upacara yang oleh masyarakat Jambi disebut “turun
mandi” yang bertempat di sebuah sungai. Upacara memandikan bayi ini dilakukan oleh dukun
yang pernah menolongnya diserta dengan iring-iringan (orang-orang) yang menyertainya.
Kemudian, pada malam harinya ada upacara pemberian nama. Dalam upacara ini juga ada
mantera-mantera atau doa-doa yang tujuannya agar yang diberi nama dan keluarganya selalu
dalam keadaan selamat dan sejahtera.

4. Nilai Budaya
Upacara kelahiran yang dilakukan oleh masyarakat Jambi yang berada di Provinsi Jambi, jika
dicermati secara saksama, maka di dalamnya mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan
sebagai acuan dalam kehidupan bersama, yaitu keselamatan dan kesesuaian dengan bidang
keahliannya.

Nilai keselamatan tercermin dari apa yang dilakukan oleh pihak keluarga yang anggotanya
sedang hamil kepada dukun beranak. Dalam hal ini, ketika kandungan telah mencapai usia 7
bulan dan 9 bulan, pihak keluarga yang bersangkutan memberitahu kepada dukun beranak yang
berada di desanya. Pemberitahuan ini dimaksudkan agar pada saatnya (ketika melahirkan) dukun
tersebut dapat membantunya, sehingga proses kelahiran diharapkan dapat berjalan lancar. Nilai
ini juga tercermin pada penaruhan benda-benda atau barang-barang yang dipercayai mengandung
magis, seperti: buah kundur, untaian jeringo bangle (sebagai jimat), dan pisau kecil.

Nilai kesesuaian dengan bidang keahliannya tercermin dari pembagian tugas dukun. Dalam hal
ini dukun perempuan bertugas melancarkan dan menyambut bayi dari rahim ibunya. Sedangkan,
dukun laki-laki mengucapkan mantera-mantera di balik tabir (di luar tempat pelahiran), sehingga
benda-benda yang mempunyai daya magis itu dapat berfungsi sebagaimana mestinya. (gufron)

Sumber:
Keesing, Roger. 1992. Antropologi Budaya Edisi ke dua. Jakarta: Erlangga.

Koentjaraningrat. 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Proyek penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Adat-Istiadat Daerah Jambi. 1978. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

You might also like