You are on page 1of 5

HIDUP DALAM KERENDAHAN HATI ADALAH AWAL DARI KEBERPIHAKAN TUHAN

KHOTBAH MINGGU 27 SEPTEMBER 2009

EV.: RUT 2 : 8 – 16

EP.: FILIPI 2 : 1 – 11

1. Percakapan pertama antara Boas dan Rut. Percakapan ini adalah percakapan yang memang sangat
dipengaruhi apa yang didengar oleh Boas mengenai Rut. Perilaku dan sikap Rut dalam hidupnya
membuat Boas kagum dan salut kepadanya. Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah Rut dan apa yang
dilakukannya sehingga Boas tertarik untuk memulai suatu percakapan bahkan menolongnya?

2. Rut adalah wanita yang berasal dari suku Moab. Suku Moab adalah suku yang lahir dari hubungan
seks antara Lot dengan kedua anak putrinya. Yang satu melahirkan suku Moab dan yang satu melahirkan
suku Amon. Berarti Rut berasal dari latar belakang orang berdosa, orang yang tidak ada apa-apanya, dan
terkutuk tetapi diubahkan Tuhan menjadi wanita yang terhormat, kaya, dan hidup berkelimpahan.

Rut ketemu dengan Naomi dan Elimelekh, kemudian menikah dengan anak laki-laki Naomi dan
Elimelekh, yaitu Mahlon. Dan menantu Naomi yang satunya lagi adalah Orpa. Orpa menikah dengan
Kilyon, anak tertua dari Naomi. Setelah sepuluh tahun, kedua anak Naomi mati. Suatu hari Naomi
berkata kepada Rut dan Orpa, “Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya
menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati
itu dan kepadaku.“ – Rut 1:8. Keduanya menangis dan tidak mau meninggalkan Naomi.

Setelah Naomi berkata untuk kedua kalinya, Orpa menerima perkataan Naomi dan meninggalkan Naomi
(Rut 1:11-14). Kemudian berkatalah kembali Naomi kepada Rut untuk yang ketiga kalinya, “Telah pulang
iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu.” (Rut 1:15). Tiga
kali Rut ditantang tapi dia tetap tidak mau meninggalkan Naomi.
Rut memilih Allah ketika dipersimpangan! Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau
dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan
di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah
Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya
TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari
engkau, selain dari pada maut!” (Rut 1:16-17)

Kenapa Rut tidak mau lepas dari Naomi? Sebab Rut cinta Naomi tanpa motivasi apapun terhadap Naomi.
Rut rela meninggalkan apa yang dia tahu dan masuk ke pengalaman yang dia belum pernah kenal karena
Rut mengasihi Naomi dan Allahnya Naomi. Begitu dia tinggalkan tradisinya, negaranya, tuhannya bangsa
Moab, kebudayaannya, kebiasaannya, kenyamanannya, dan memilih Allahnya Naomi, dia tempatkan
dirinya di bawah naungan yang Maha Kuasa.

Orpa memilih meninggalkan Naomi karena lebih suka pulang ke kampungnya, tradisinya, negaranya,
tuhannya, kebudayaannya, kebiasaannya, kenyamanannya.

Rut berani pertaruhkan hidupnya daripada kenyamanannya! Pilihan Rut untuk bersama dengan Naomi
adalah pilihan yang berani. Pilihan yang sebenarnya bagi dirinya sendiri, tidak berarti apa-apa. Tidak ada
sama sekali yang dapat diharapkannya dari seorang mertua, Naomi, yang miskin dan tidak punya apa-
apa. Bila Rut tetap bersama-sama dengan Naomi, itu berarti Rut memilih untuk menyusahkan diri
sendiri. Pilihan Rut jelas sekali adalah pilihan di luar akal manusia, pilihan yang mempertaruhkan hidup
dan pilihan yang meniadakan kenyamanan hidupnya. Ini kenyataan yang kita dapatkan dari
kehidupannya. Itu terbukti, bagaimana Rut harus bekerja setelah memilih hidup bersama dengan
Naomi, memungut bulir-bulir jelai di tempat orang kaya yang murah hati bernama Boas. Hidup yang
memberi diri susah karena orang lain.

Ruth berani untuk meninggalkan masa lalunya dan memulai sesuatu yang baru. Persoalan banyak orang
di zaman ini adalah ketidakmampuan kita meninggalkan kesedihan, persoalan kehidupan masa lalu yang
selalu membayangi diri. Ketidakmampuan itu membuat banyak orang lari dari kenyataan dan akibatnya,
persoalan demi persoalan melanda kehidupan, sementara persoalan yang satu belum selesai, persolan
lain telah datang. Rut berani untuk meninggalkan masa lalunya dan beranjak ke depan untuk memulai
sesuatu yang baru, yang walaupun belum diketahui bagaimana keadaannya nantinya.

Maka dapat kita simpulkan beberapa dari sikap Rut untuk kita renungkan bersama, yaitu:
1. Bersikeras mengikuti Tuhan dan jangan mendua hati di tempat persimpangan.

2. Meninggalkan masa lampau saudara dan hidup dengan iman.

3. Bersikeras memulai hidup baru dengan Allah dan memegang semua instruksiNya, peraturanNya.

4. Jangan malas untuk melakukan pekerjaan yang hina dan kecil. Ayub 8:7, “Maka kedudukanmu yang
dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia.” Yang
penting bukan bagaimana awalnya tapi bagaimana akhir saudara ikut Tuhan.

5. Jangan mencari kehormatan. Seperti Ruth berkata, “Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-
bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku.” (Rut 2:2).

6. Hidup berintegritas. Apa itu integritas? Karakteristik dari Ruth adalah seseorang yang loyal dan tidak
egois.

7. Hormati mertuamu, orangtua, otoritas, pemimpin Anda.

8. Hidup dengan iman.

Itu semua telah didengar oleh Boas walaupun belum pernah bertemu dengannya. Boas respek dengan
sikap dan perilaku Rut, dan hal ini memunculkan suatu sikap keramahtamahan Boas kepadanya. Maka
dengan itu, perlu sekali Boas menjaga nama baik Rut, karena dapat saja terjadi keadaannya dapat
mengancam wanita itu. Rut mendapatkan banyak dari Boas, baik jaminan keamanan, jaminan
pekerjaan, jaminan sandang dan pangan. Itulah buah dari keberpihakan Rut kepada mertuanya Naomi.

3. Saudara-saudara, itu jugalah panggilan bagi kita hari ini. Dalam nas Epistel Filipi 2:1-11, jelas
dinyatakan agar orang yang percaya, yang hidup di dalam Kristus (en Kristo) dapat hidup sehati sepikir,
dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan (ay. 2). Itulah wujud nyata kehidupan umat percaya dalam
Kristus. Ada banyak godaan yang dihadapi setiap umat percaya yang menghancurkan hidup dalam sehati
sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan tersebut. Ada banyak tanda-tanda/ gejala-gejala
perpecahan di antara kita. Di antaranya adalah:

a. Hidup yang mementingkan diri sendiri atau puji-pujian yang sia-sia (ay. 3a). Hidup yang mengarahkan
dan mengerjakan segala sesuatu untuk kepentingan diri sendiri. Hidup yang berpusat kepada diri
(egoisitas) menghambat kita untuk dapat membuka diri kepada orang lain. Pekerjaanku, uangku, diriku,
dan semua serba “ku” yang kita miliki menghambat kita mampu memahami saudara-saudara di sekitar
kita. Orang yang mementingkan diri akan berakibat kepada penghargaan diri. Maka setiap orang yang
egois sangat suka sekali dipuji-puji, walaupun puji-pujian itu sebenarnya adalah sia-sia. Puji-pujian yang
sia-sia dalam bahasa Yunani dapat diterjemahkan dengan gila hormat. Namanya saja “gila hormat” maka
dia akan “gila” bila tidak dihormati.

b. Hidup yang menganggap diri lebih utama daripada orang lain (bnd. Ay. 3b). Hidup yang menganggap
diri lebih utama daripada orang lain adalah hidup yang sombong. Menganggap orang lain lebih utama
daripada diri sendiri hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang rendah hati.

c. janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang
lain juga (ay. 4).

Saudara-saudara, apakah saudara ingin hidup sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan? Itu
hanya dapat dilakukan bila kita meneladani Kristus sendiri. Apa yang telah diperbuat oleh Kristus untuk
kita teladani?

a. Kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus
Yesus (lih. ay. 5). Hidup dengan mengarahkan diri kepada sikap dan perbuatan Kristus Yesus.

b. Mengosongkan diri (ay. 7). Mengosongkan diri atau dalam bahasa Yunani “kenosis”, bukan berarti
menghilangkan jati diri, menghilangkan identitas diri, tetapi tidak mempertahankan “jabatan”,
“kedudukan”, “status”. Kristus tidak menghilangkan ke-Allah-anNya, tetapi tidak mempertahankan,
namun rela mengambil rupa seorang hamba.

c. Merendahkan diri (ay. 8). Kerendahan hati dan ketaatan adalah ciri yang kita dapatkan dari Kristus. Itu
juga menjadi panggilan kita, mau merendahkan diri dan taat kepada tuntutan Tuhan.
Saudara-saudara, Firman Tuhan hari ini memanggil kita untuk peduli kepada sesama, jangan hanya diri
sendiri dipikirkan, pikirkan juga saudara-saudara, teman-teman, lingkungan kita. Kita dipanggil untuk
peduli dan menolong orang lain (baca Mat.25:40).

4. Maka marilah kita simpulkan:

Keuletan Rut dari pagi hingga sore hari menarik perhatian Boas, sehingga ia menanyakan “siapakah
perempuan itu?” Perhatian yang diberikan Boas meluas, mulai dari memberikan izin, menjanjikan
perlindungan khusus, sampai makan roti bersama karyawannya, bahkan ia pun diizinkan membawa roti
untuk Naomi. Boas sungguh mengagumi kebaikan hati Rut kepada Naomi. Begitu pula sebaliknya, Rut
segera memahami bahwa semua perlakuan Boas padanya adalah suatu kehormatan besar. Inilah
kesempatan bagi Rut untuk terus bekerja keras sebelum panen berakhir.

Jangan menyia-nyiakan kesempatan. Rut adalah wanita pintar. Ia peka memahami situasi, gesit
memanfaatkan kesempatan yang diberikan dengan pertimbangan matang. Kesempatan yang diberikan
Boas dimanfaatkannya untuk mengumpulkan gandum; dan Tuhan memberkati kerja keras Rut.
Perhatian dan kesempatan yang ada pada kita sering menjadikan kita manusia santai. Belajarlah dari Rut
yang menghargai perhatian dan meraih kesempatan dengan berjuang dan kerja keras! Amin.

You might also like