You are on page 1of 13

PENGGUNAAN SISTEM LAPIS PNDASI JALAN TANPA PENUTUP UNTUK

JALAN DI PEDESAAN

Ir.JONI HARIANTO

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Uraian Umum
Sistim pondasi jalan tanpa penutup adalah merupakan sistim konstruksi
perkerasan jalan yang tidak menggunakan lapisanan permukaan/lapis penutup
seperti Aspal Beton, Penetrasi Macadam dll, tetapi hanya menggunakan agregat
(kerikil/pasir) pada lapisan permukaanya, direncanakan sedemikian rupa dengan
memperhitungkan ketebalan dan sistim pengaliran airnya sehingga konstruksi ini
akan mampu memikul beban serta tahan terhadap pengaruh cuaca. Untuk
pelaksanaan pembuatan jenis konstruksi ini sangat mudah dan tidak
membutuhkan peralatan yang rumit maupun penggunaan alat-alat berat.
Penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini dianjurkan untuk kondisi
lalu lintas ringan, sehingga penggunaan sistim ini adalah merupakan suatu
altematif pilihan untuk pembanguanan jalan dengan biaya murah tetapi relatif
tahan terhadap cuaca sehingga sangat sesuai untuk pembuatan jaringan jalan di
pedesaan.

1.2. Latar Belakang


Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada,
semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas, baik arus
pergerakan barang maupun manusia. Khusus didaerah pedesaan masih banyak
yang belum menyadari akan pentingnya kondisi dari permukaan jalan ini terbukti
karena masih banyaknya jalan-jalan didaerah pedesaan yang kondisinya rusak
berat seperti adanya lobang-lobang dan amblas pada permukaan jalan tersebut
terutama diwaktu musim hujan. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena pada
umumnya permukaan jalan tersebut tidak diberi lapisan permukaan yang mampu
memperkecil pengaruh air terhadap badan jalan. Untuk membuat suatu lapis
permukaan/penutup seperti Aspal Beton atau yang lainnya akan membutuhkan
biaya yang relatif mahal sehingga hal ini tidak dapat dilaksanakan karena pada
umumnya dana untuk pembangunan jalan pedesaan terbatas.

1.3. Maksud danTujuan


Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengupas masalah
pemakaian sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup pada jalan dipedesaan
karena untuk pembangunan jalan dengan menggunakan jenis konstruksi ini tidak
membutuhkan biaya yang mahal karena bahan yang akan dipergunakan
umumnya dapat menggunakan bahan setempat seperti pasir dan kerikil.
Jenis konstruksi ini juga cukup mampu untuk memikul beban kenderaan
serta menghindarkan kerusakan badan jalan yang diakibatkan oleh pengaruh air
terutama diwaktu musim hujan.

1 .4. Permasalahan
Lapis pondasi tanpa penutup termasuk dalam sistim perkerasan lentur
sehingga untuk pembahasannya terdapat banyak masalah, permasalahan-
permasalahan tersebut antara lain:

© 2003 Digitized by USU digital library 1


- Perhitungan tebal lapis pondasi
- Proses pembuatan rencana campuran kerja (job mix formula ).
- Proses pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
- Proses pemadatan.
- Pengendalian mutu ( Quality control ).
- hal -hal yang berkaiatan dengan peralatan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
- Keadaan lokasi/medan yang akan dikerjakan.
- analisa biaya yang akan digunakan dalam perhitungan biaya bahan serta biaya
pelaksanaan pekerjaan.

1.5. Pembatasan Masalah


Dari beberapa permasalahan seperti yang telah diuraikan diatas maka
penulis akan menyederhanakannya yaitu dengan mengadakan pembatasan
masalah, jadi dalam hal ini penulis hanya akan membahas topik masalah
mengenai pemakaian sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup yang meliputi
keuntungan-keuntungan penggunaan sistim pondasi tersebut, macam-macam
lapis pondasi tanpa penutup yang ada, masalah persyaratan/spesifikasi bahan
dan metode pelaksanaan I cara kerja dilapangan.

1.6. Metodologi
Metode yang dipergunakan didalam penulisan ini adalah metode studi
literatur, yaitu mencari bahan-bahan masukan dari buku-buku yang berkaitan
dengan masalah sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup.

BAB II
LAPISAN-LAPISAN PADA SISTIM PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)

II .1. Uraian Umum


Perkerasan lentur (Flexible Pavement) adalah sistim perkerasan dimana
konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan. Tiap-tiap lapisan perkerasan pada
umumnya menggunakan bahan maupun persyaratan yang berbeda sesuai
dengan fungsinya yaitu, untuk menyebarkan beban roda kenderaan sedemikian
rupa sehingga dapat ditahan oleh tanah dasar dalam batas daya dukungnya.
Umumnya bagian-bagian lapisan perkerasan tersebut terdiri dari:
1. Tanah dasar (Subgrade)
2. Lapisan pondasi bawah ( Subbase Course)
3. Lapisan pondasi atas ( Base Course)
4. Lapisan permukaan ( Surface Course)
Adapun tiap-tiap lapisan tersebut diatas dapat digambarkan sbb:

Gambar 2.1. Lapisan-lapisan Pada Perkerasan lentur

© 2003 Digitized by USU digital library 2


II.2. Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Tanah dasar (subgrade) adalah merupakan permukaan dasar untuk
perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan maupun
tebal dari lapisan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat
dan daya dukung tanah dasar ini.
Tanah dasar ini dapat terbentuk dari tanah asli yang dipadatkan (pada daerah
galian) ataupun tanah timbun yang dipadatkan (pada daerah urugan). Mengenai
persyaratan teknik untuk material tanah sebagai pembentuk tanah dasar ini
adalah sebagai berikut:
! Bukan tanah Organis
! Sebaiknya tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi yang
diklafisikasikan sebagai A-7-6 dari persyaratan Klafisikasi MSHTO atau
sebagai CH dalam sitim klasifikasi unified.
! Bahan yang mempunyai plastisitas tinggi hanya boleh digunakan pada
daerah/lapisan dibawah 80 cm dari tanah dasar ataupun pada bagian dasar
dari urugan. Ataupun urugan kembali yang tidak memerlukan daya dukung
yang tinggi.
! Memiliki harga CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari dan
dipadatkan 100 % dari kepadatan kering maximum.
! Persyaratan kepadatan;
# Harus dipadatkan sampai dengan 95 % dari kepadatan kering maximum
pada lapisan 30 cm ke bawah dari subgrade (Proctor standard).
# 30 cm keatas harus dipadatkan 100 % dari kepadatan kering maximum
( Proctor standard ).
Penggunaan tanah sebagai bahan untuk pembuatan jalan umumnya hanya
terbatas pada penyiapan badan jalan yaitu untuk membentuk lapisan pendasar
(subgrade) pada daerah timbunan ataupun pada daerah yang kondisi tanah
aslinya tidak memenuhi spesifikasi sehingga memerlukan penggantian tanah.

II.3. Lapisan pondasi bawah


Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi
dan tanah dasar. Fungsi dari lapis pondasi bawah ini antara lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda.
2. Mencapai effisiensi penggunaan material yang relatip murah agar lapisan-
lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
3. Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapis pondasi.
4. Sebagai lapisan peresapan (drainage blanket sheet) agar air tanah tidak
mengumpul dipondasi maupun ditanah dasar.
5. Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Hal ini
sehubungan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda
alat berat atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera
menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Material yang umum digunakan untuk lapisan pondasi bawah sesuai
dengan jenis konstruksinya adalah:
- Batu belah dengan balas pasir (sistim telford)
- Tanah campur semen (soil cement base)
- Aggregat klas B (sistim podasi aggregate)

II.4. Lapisan pondasi atas


Lapis pondasi atas adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi bawah dan lapisan permukaan. Fungsi dari lapis pondasi atas ini antara
lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menahan gaya lintang dari
beban roda.
2. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah.
3. Memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan.

© 2003 Digitized by USU digital library 3


Bahan yang akan digunakan untuk lapisan pondasi atas adalah jenis bahan
yang cukup kuat. Untuk lapisan pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya
menggunakan material dengan nilai CBR > 50 % dan plastisitas Index ( PI ) < 4
%. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan
semen (soil cement base) dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas. Material
yang umum digunakan dilndonesia untuk lapisan pondasi atas sesuai dengan
jenis konstruksinya adalah:
- Tanah campur semen (soil cement base)
- Aggregat klas A (sistim podasi aggregate)
- kerikil (Pondasi Macadam)

Sifat Agregat Klas A Agregrat B


Abrasi Agregat kasar 0 – 40% 0 – 50%
(AASHTO T 96-74)
Index Plastisitas (PI) 0–6 4 – 10
(AASHTO T 90 -70)
Batas Cair 0 – 35 -
(AASHTO T 89-68)
Bagian yang lunak 0–5 -
(AASHTO T 112-78)
CBR (AASHTO T193) 80 min 35 min
Rongga dalam agregat 14 min 10 min
mineral pada kepadatan max
Tabel 2.1 : Persyaratan lapis pondasi agregat

Macam ayakan Persen berat lolos


(mm) Agregat klas A Agregat klas B
63,0 (2 ½ ‘) 100 100
37,5 (1 ½ ‘) 100 67 – 100
19,0 (½ ‘) 65 – 81 40 – 100
9,5 42 – 60 25 – 80
4,75 27 – 45 16 – 66
2,36 18 – 33 10 – 55
1,18 11 – 25 6 – 45
0,425 6 – 16 3 – 33
0,075 0–8 0 – 20
Tabel 2.2 : Persyaratan gradasi lapis pondasi agregat

II.5. Lapis resap pengikat / lapis perekat (prime coat/tackcoat)


Prime coat adalah laburan aspal pada permukaan yang belum beraspal
berfungsi untuk memberi ikatan antara permukaan tersebut dengan lapisan
perkerasan diatasnya. Sedangkan tackcoat adalah laburan aspal pada permukaan
yang sudah beraspal, berfungsi untuk memberi ikatan antara permukaan tsb
dengan lapisan perkerasan diatasnya .
! Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan untuk primecoat adalah :
- AC 10 ( penetrasi 80-100 ), AC 20 ( penetrasi 60-70 ) diencerkan dengan
minyak tanah 80 PPh ( 80 bagian minyak dengan 100 bagian aspal ) atau
disesuaikan kebutuhan dilapangan.
- MC 30 ( aspal cair / Cutback Asphalt)
- Aspal emulsi (1 bagian air: 1 bagian pengemulsi )
Bahan yang digunakan untuk Tackcoat adalah :
- AC 10 (penetrasi 80-100), AC 20 (penetrasi 60-70) diencerkan dengan
minyak tanah 25 sid 30 PPh (25/30 bagian minyak dengan 100 bagian
aspal) atau disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan
- Aspal emulsi (1 bagian air: 1 bagian pengemulsi )

© 2003 Digitized by USU digital library 4


! Takaran Pemakaian
a. Untuk prime coat
- Untuk lapisan pondasi agregat 0,4 -1,3 l/m2
- Untuk lapisan pondasi tanah semen 0,2 -1,0 l/m2
b. untuk tackcoat
Jenis bahan Permukaan baru, Permukaan tua/lapuk
permukaan tua/licin
Cut back 25 pph 0,15 l/m2 0,15 – 0,35 l/m2
Aspal emulsi 0, 41 l/m2 0,40 – 1,00 l/m2

! Suhu Penyemprotan
Jenis Bahan Pengikat Batas Suhu Penyemprotan
Cutback 25 pph 110 +/- 10 *C
Cutback 50 pph (MC 70) 75 +/- 10 *C
Cutback 75 pph (MC 30) 45 +/- 10 *C
Cutback 100 pph 30 +/- 10 *C
Tabel 2.4: Persyaratan Suhu Penyemprotan

II .6. Lapisan permukaan


Lapis permukaan adalah bagian perkerasan terletak paling atas. Lapis
permukaan ini berfungsi antara lain:
1. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan gaya lintang dari beban roda
kenderaan
2. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat
cuaca.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course)

Bahan yang umum digunakan untuk lapis permukaan (surface Course) ini al:
- Aspal campuran panas ( Hot Mix) dengan jenis A TB, A TS8, HRS, HRSS I
AC
- Aspal campuran dingin (Cold Mix) dengan jenis Slurry seal,DGEM, OGEM
dan Macadam emulsion
- Lapisan Penetrasi Macadam (Lapen)
- Labur Aspal satu lapis (Burtu)
- Labur aspal dua lapis (Burda)
- Laburan Aspal (Buras)
- Lapisan tipis as buton murni (Latasbum)
- Lapisan as buton agregat (Lasbutag)
- Lapisan tipis aspal pasir (Latasir)

BAB III
PEMADATAN
III.1. Uraian Umum
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah
dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas/memukul/mengolah).
Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar pada jalan,
tanggul/bendungan , tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk
memperoleh
! Menaikan kekuatannya.
! Memperkecil daya rembesan airnya.
! Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.

III .2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepadatan


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan adalah
sebagai
berikut :

© 2003 Digitized by USU digital library 5


a. Tebal lapisan yang dipadatkan.
Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin teballapisan yang akan
dipadatkan, maka diperlukan alat pemadat yang makin berat. Untuk mencapai
kepadatan tertentu maka pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis
bergantung dari jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk
tanah lempung tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm.
b. Kadar Air Tanah.
Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar air
dinaikkan dengan menambah air, air tersebut seolah-olah sebagai pelumas
antara butiran tanah sehingga mudah dipadatkan tetapi bila kadar air terlalu
tinggi kepadatannya akan menurun. Jadi untuk memperoleh kepadatan
maximum; diperlukan kadar air yang optimum. Untuk mengetahui kadar air
optimum dan kepadatan kering maximum diadakan percobaan pemadatan
dilaboratorium yang dikenal dengan :
! Standard Proctor Compaction Test; dan
! Modified Compaction Test
c. Alat Pemadat
Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai.
Pada pelaksanaan dilapangan; tenaga pemadat tersebut diukur dalam jumlah
lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri. Alat pemadat
maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macan jenisnya; untuk itu
pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan
dipadatkan agar tujuan Pemadatan dapat tercapai.

III.3. Peralatan Pemadat


Macam-macam peralatan yang dipergunakan sehubungan dengan
pekerjaan pemadatan lapis pondasi jalan umumnya ada dua jenis yaitu yang
dilaksanakan secara mekanik darl manual dimana keduanya diuraikan sbb:
1. Peralatan Mekanik
Jenis peralatan ini digerakkan oleh tenaga mesin sehingga pekerjaan
pemadatan dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik. Adapun jenis-jenis
peralatan yang umum digunakan antara lain:
a. Penggilas Getar ( Vibration Roller)
Alat pemadat ini mempunyai effesiensi pemadatan yang baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Effek yang diakibatkan oleh penggilas getar ini adalah gaya dinamis terhadap
tanah; butir-butir tanah cederung mengisi bagian-bagian kosong yang
terdapat diantara butiran-butirannya, sehingga akibat getaran ini tanah
menjadi padat dan dengan susunan yang lebih kompak.
b. Penggilas Besi Berpermukaan Halus (Smooth Steel Roller).
Roda pemadat ini adalah silinder baja yang berpermukaan rata (halus). Alat
ini cocok digunakan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada tanah
pasir/lempung. Penggilasan dengan memakai alat dari type ini tidak
dianjurkan untuk pekerjaan yang menginginkan tingkat pemadatan yang
tinggi pada lapisan yang tebal.

Adapun macam-macam/type dari alat ini adalah sebagai berikut :


1. Three Wheel Roller.
Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena jenis ini
sering dipergunakan dalam usaha-usaha pemadatan material berbutir kasar.
Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder baja, untuk menambah bobot dari
pemadat jenis ini maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air)
ataupun pasir. Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton.

© 2003 Digitized by USU digital library 6


sGambar 3.1. Three Wheeled Roller

2. Tandem Roller
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang
agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja dengan bobot 8 s/d 14
ton. Penambahan bobot dapat dilakukan dengan menambahkan zat cair.

Gambar 3.2. Tandem Roller

4. Pneumatik Tired Roller ( PTR ).


Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan dari roda
muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian dari roda yang tidak
tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas oleh roda bagian belakang. Tekanan
yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara
mengubah tekanan ban.
PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan penggilasan bahan yang
granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir.

© 2003 Digitized by USU digital library 7


Gambar 3.3. Pneumatic Tired Roller (PTR)

2. Peralatan Manual
Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia/hewan sehingga
pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih lambat dan hasil pemadatan kurang
memuaskan tetapi sangat berguna untuk pelaksanaan pemadatan didaerah
terpencil/pedesaan dimana sulit untuk mendatangkan peralatan pemadat
mekanik karena biaya yang mahal.
Adapun jenis-jenis peralatan yang umum digunakan antara lain:
a. Alat pemadat tangan

Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang


diberi tangkai untuk menumbukkan beban
tersebut ke tanah yang akan dipadatkan.

Gambar 3.4 Alat Pemadat Tangan

b. Alat pemadat silinder beton


Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor. Cara
melakukan pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti kerbau atau
lembu dan dapat juga mempergunakan kenderaan bermotor sebagai penariknya.

© 2003 Digitized by USU digital library 8


DITARIK OLEH HEWAN/KENDERAAN

Gambar 3.5 Alat Pemadat Silinder Beton

BAB IV
SISTIM LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP

IV.1. Uraian Umum


Seperti diketahui bahwa kondisi permukaan jalan adalah sangat rentan
terhadap pengaruh adanya air. Permukaan jalan tanah misalnya, akan sangat
keras bila musim panas dan sanggup menahan kenderaan berat seperti truck
dengan beban yang berat sekalipun tanpa terjadi amblas. Tetapi bila terjadi hujan
dan air hujan tersebut telah meresap kedalam tanah maka permukaan jalan yang
tadinya keras, akan berubah menjadi lunak sehingga tidak dapat lagi menahan
berat kenderaan, apabila kenderaan dipaksakan melewatinya maka roda
kenderaan akan amblas masuk kedalam tanah sehingga lambat laun jalan akan
rusak.
Dengan berkembangnya teknologi konstruksi jalan maka untuk
menghindarkan hal tersebut, permukaan jalan pada umumnya diberi lapis
penutup/lapis permukaan, dimana fungsinya selain untuk memberikan
kenyamanan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menghindari
pengaruh air terutama diwaktu musim hujan. Bahan konsrtuksi lapisan
penutup/lapisan permukaan tersebut dapat terdiri dari Aspal Beton campuran
dingin (Cold MIx) ataupun Aspal Beton campuran panas (hot mix) yang pada
umumnya telah kita kenai secara luas, selain itu ada juga Penetrasi Makadam,
lapisan tipis aspal pasir (latasir) dan As Buton. Biaya konstruksi untuk pembuatan
lapis penutup tersebut umumnya relatif mahal dan memerlukan peralatan-
peralatan mekanik seperti alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant), Asphalt
Finisher (alat penggelar aspal) dan alat-alat pemadat mekanik. Untuk
pembuatan jalan dipedesaan maka penggunaan lapisan penutup tersebut sulit
untuk dilaksanakan karena umumnya dana dan peralatannya terbatas.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penggunaan sistim lapis pondasi jalan
tanpa penutup adalah merupakan pilihan untuk pembangunan jalan dengan biaya
murah tetapi relatif tahan terhadap cuaca.
Sistim pondasi jalan tanpa penutup termasuk jenis perkerasan lentur
dimana konstruksi perkerasan jalan yang ada tidak menggunakan lapisan
penutup seperti yang telah diuraikan diatas tetapi hanya menggunakan agregat
(kerikil/pasir) pada lapisan permukaanya, direncanakan sedemikian rupa dengan
memperhitungkan ketebalan dan sistim pengaliran airnya sehingga konstruksi ini
akan mampu memikul beban serta tahan terhadap pengaruh cuaca. Untuk

© 2003 Digitized by USU digital library 9


pelaksanaan pembuatan jenis konstruksi ini sangat mudah dan tidak
membutuhkan peralatan yang rumit maupun penggunaan alat alat berat.
Penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini adalah untuk kondisi lalu
lintas ringan sehingga sangat sesuai untuk pembuatan jaringan jalan di
pedesaan. Ada dua jenis sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini yaitu lapis
pondasi jalan tanpa penutup Klas 'C' dan Waterbound Macadam.

IV. 2. Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Klas 'C'


a. Pengertian
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Klas C adalah jenis lapis pondasi yang
dipakai sebagai pondasi jalan dimana permukaannya tidak akan ditutup dengan
aspal untuk waktu yang relatip lama, jenis pondasi ini dipakai pada ruas-ruas
jalan yang volume lalu lintasnya masih rendah sehingga jenis ini sangat sesuai
digunakan pada jalan -jalan di pedesaan.

Gambar IV.1. Potongan Melintang dengan Lapis Pondasi Klas C

b. Fungsi
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Klas C ini berfungsi antara lain:
! untuk menghindari pengaruh air terhadap permukaan jalan
! memikul beban lalu lintas
! menyebarkan beban roda kelapisan dibawahnya
! sebagai lapis peresapan

c. Bahan
Bahan yang dipergunakan untuk membuat jenis lapis pondasi ini adalah
sbb:
! Kerikil pecah
! Padas pecah
! Kerikil alam bulat

d. Persyaratan Bahan
Persyaratan bahan yang harus dipenuhi supaya hasil pekerjaan
memuaskan adalah sbb:
! Bahan harus bebas dari gumpalan lempung (tanah liat)
! Bahan harus betas dari material organik (humus/ tumbuhan membusuk)
• Batas Cair Max 40 %
• Index Plastisitas ( pr ) 6 % sId 20 %
• Susunan Gradasi sbb:

© 2003 Digitized by USU digital library 10


No.Ayakan (mm) Persen Berat lolos
# 19,000 mm 100
# 4,750 mm 51 – 74
# 0,425 mm 18 – 36
# 0,075 mm 10 – 22
Tabel 4.1. Persyaratan Gradasi

e. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pembuatan lapis pondasi tanpa penutup klas C dapat
diuraikan sbb:
- Tanah dasar/badan jalan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan
membuang rumput-rumput dan jenis tanah humus yang ada dipermukaan
jalan, setelah itu permukaan jalan tersebut diratakan dengan cangkul dan
dibentuk dengan memperhatikan kemiringan sehubungan untuk pengaliran
air. Apabila permukaan tersebut sudah rata maka dapat dilanjutkan dengan
proses pemadatan .
- Bahan lapis pondasi (kerikil/padas) dapat digelarkan/dihamparkan pada tanah
dasar/badan jalan apabila permukaanya telah benar-benar padat, rata dan
telah terbentuk dengan baik. Tebal lapisan yang dihamparkan kira kira 18 cm.
Penghamparan dapat dilakukan dengan pengki sedangkan untuk perataannya
dapat dilakukan dengan plat papan perata.
- Apabila bahan lapis pondasi telah selesai dihampar den diratakan serta telah
mempunyai nilai ketebalan sesuai dengan yang ditentukan maka pekerjaan
pemadatan dapat dilakukan pada bahan tersebut. Yang perlu diperhatikan
sewaktu pemadatan adalah penambahan air pada permukaan pondasi
sehingga pemadatan dapat dilakukan dengan optimum sehingga hasilnya
akan memuaskan.

IV. 3. Water Bound Macadam (Makadam Ikat Basah )


a. Pengertian
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Waterbound Macadam adalah jenis
pondasi yang dipakai sebagai pondasi jalan dimana permukaan jalan tersebut
tidak akan ditutup dengan aspal untuk waktu yang relatip lama, jenis pondasi ini
dipakai pada ruas-ruas jalan yang volume lalu lintasnya masih rendah sehingga
jenis ini sangat sesuai digunakan pada jalan-jalan di pedesaan.

Gambar IV.2. Potongan Melintang Jalan dengan lapis Water Bound Macadam

© 2003 Digitized by USU digital library 11


b. Fungsi
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Waterbound Macadam ini berfungsi
antara lain:
! untuk menghindari pengaruh air terhadap permukaan jalan
! memikul beban lalu lintas
! menyebarkan beban roda kelapisan dibawahnya
! sebagai lapis peresapan

c. Bahan
Bahan yang dipergunakan untuk membuat jenis lapis pondasi ini adalah
sbb:
! Kerikil pecah
! Batu pecah
! pasir

d. Persyaratan Bahan
Persyaratan bahan yang harus dipenuhi supaya hasil pekerjaan
memuaskan adalah sbb:
# Bahan harus bebas dari gumpalan lempung (tanah liat)
# Bahan harus be bas dari material organik (humus/tumbuhan membusuk)
! Nilai Abrasi Maksimum 40 %
! Indek Plastis 4% sId 12 %
! Batas Cair Maksimum 35 %
! Susunan Gradasi
A. Agregat kasar

No.Ayakan (mm) Persen Berat Lolos


# 75 mm 100
# 63 mm 95 – 100
# 50 mm 35 – 70
# 35.5 mm 0 – 15
# 25 mm 0–5
Tabel 4.2. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar

B. Agregat Halus
No.Ayakan (mm) Persen Berat Lolos
# 9,5 mm 100
# 4,750 mm 70 – 95
# 2 mm 45 – 65
# 1 mm 33 – 60
# 0,425 mm 22 – 45
# 0,075 mm 10 - 28
Tabel 4.3. Persyaratan Gradasi Agregat Halus

e. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pembuatan lapis pondasi tanpa penutup Waterbound
Macadam dapat diuraikan sbb:
- Tanah dasar/badan jalan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan membuang
rumput-rumput dan jenis tanah humus yang ada dipermukaan jalan, setelah itu
permukaan jalan tersebut diratakan dengan cangkul dan dibentuk dengan
memperhatikan kemiringan sehubungan untuk pengaliran air. Apabila
permukaan tersebut sudah rata maka dapat dilanjutkan dengan proses
pemadatan .
- Bahan agregat kasar (kerikil pecah I batu pecah) dapat digelarkan/dihamparkan
pada tanah dasar/badan jalan apabila permukaanya telah benar-benar padat,
rata dan telah terbentuk dengan baik. Tebal lapisan yang dihamparkan kira kira

© 2003 Digitized by USU digital library 12


7 s/d 10 cm. Penghamparan dapat dilakukan dengan pengki. Apabila bahan
agregat kasar telah selesai dihampar dan diratakan serta telah mempunyai nilai
ketebalan sesuai dengan yang ditentukan maka pekerjaan pemadatan dapat
dilakukan.
- Bahan agregat halus (pasir) dapat digelarkan/dihamparkan diatas lapisan
agregat kasar yang telah selesai dipadatkan. Tebal lapisan yang dihamparkan
kira-kira 5 s/d 7 cm. Penghamparan dapat dilakukan dengan pengki. Apabila
bahan agregat halus telah selesai dihampar maka dilakukan penyiraman air
sehingga material agregat halus tersebut akan masuk ke celah-celah agregat
kasar kemudian sambil dipadatkan.

BAB V
KESIMPULAN
Dari uraian mengenai pemakaian Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup
tersebut diatas dapat disimpulkan sbb:
1. Bahan konsrtuksi untuk lapisan penutup/lapisan permukaan yang umum
dikenal adalah Aspal Beton campuran dingin (Cold Mix), Aspal Beton
campuran panas (hot mix), Penetrasi Makadam, lapisan tipis aspal pasir
(latasir) As Buton dll.
2. Sistim pondasi jalan tanpa penutup adalah merupakan sistim konstruksi
perkerasan jalan yang tidak menggunakan lapisan penutup seperti diatas
tetapi hanya menggunakan agregat (kerikil/pasir) pada lapisan permukaanya,
direncanakan sedemikian rupa dengan memperhitungkan ketebalan dan
sistim pengaliran airnya sehingga konstruksi ini akan mampu memikul beban
serta tahan terhadap pengaruh cuaca
3. Biaya untuk pembangunan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup cukup
murah bila dibandingkan bila menggunakan lapis penutup seperti aspal beton
dll hanya saja tidak dapat memikul lalu lintas berat sehingga sangat sesuai
untuk digunakan pada pembuatan jalan dipedesaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. " Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Jalan “, Ditjen Bina Marga.


2. "Mix Design Method For Asphalt Concrete and Other Hotmix Type",
Asphallnstitute College Park, Maryland.ss
3. " Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( LASTON )", Ditjen Bina Marga.
4. " Bitumenous Material in Road Construction" , Departement of scientific and
Industrial research, Road Research Laboratory, London, 1962
5. " Spesifikasi Umum", Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina
Marga
6. Yoder, E.J And Witczak, MW " Principles Of Pavement Design ", A Willey
Interscience Publication, Newyork-Chichester-brisbane- Toronto, 1975.
7. Soedarsono, D.U "Konstruksi Jalan Raya" , Badan Penerbit Pekerjaan Umum,
1979.s

© 2003 Digitized by USU digital library 13

You might also like