You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN
 
1.1 Latar Belakang Masalah
 Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada
ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan
pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami
oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya
suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara
berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon
yang baik bagi pengobatan sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang
salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh
Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi
syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan
olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula
yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan
tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet
senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu
permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan
yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami
beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon
terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana
mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan
meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para
mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu
melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam
olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun
setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah.

1
1.2 Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini bertujuan untuk pendalaman materi tentang pertolongan


pertama pada kecelakaan (p3k) dan dapat manambah wawasan penulis dalam menangani
cedera pada olahraga bulutangkis.

1.3 Manfaat Penulisan Makalah


Makalah ini bermanfaat baik bagi Penulis maupun pihak lain dalam hal
penanganan cedera pada olahraga bulutangkis dan memerlukan pertolongan yang
profesional dengan segera pada korban yang mengalami cedera. Makalah ini juga dapat
meningkatkan cara kerja cepat seorang olahragawan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cedera Engkel (Achiles Tendonitis) dalam Permainan Bulu Tangkis

Achilles tendonitis adalah peradangan pada tendo karena muskulus gastrok nemius
menarik dengan cara yang berlebihan sehingga terjadi strain 1. Cedera ini sering terjadi ketika
melakukan latihan bulutangkis khususnya ketika pemain bulutangkis sudah mengalami kelelahan
sehingga bagian kaki tidak dapat menahan bebannya, kemudian cedera engkel sering terjadi ketika
melakukan loncatan pada saat melakukan jumping smash dan pada saat mengambil
bola/shuttlecock dekat net (netting).

2.2 Pencegahan Cedera

1. Melakukan pemanasan guna menaikan suhu tubuh


Pemanasan sebelum berolahraga sangat penting karena ini membantu agar
badan kita menjadi tidak kaku/ menambah flexibilitas sehingga dapat terhindar dari cedera
selama olahraga. Selain itu pemanasan berfungsi memperpanjang otot sehingga otot
berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik.
2. Pemakaian sepatu dan kaos kaki yang tepat
Sepatu merupakan salah satu sarana penunjang dalam permainan yang sangat penting
kita perhatikan. Sepatu cocok untuk olahraga bulutangkis, biasanya permukan bawah sepatu terbuat
dari karet dengan ukuran yang tepat dan menggunakan sol yang tebal. Sedangkan pemilihan bahan
kaos kaki sangat perlu diperhatikan karena apabila salah salah memilih bahan biasanya kaki akan
luka ataupun lecet.

1
Strain adalah cedera yang terjadi karena kesatuan otot dan tendon karena pengaruh berlebih (over use) atau
karena peregangan berlebih (over stress). (Cedera Olahraga, hal. 14).

3
3. Perhatikan faktor prasarana sebelum berolahraga
Ketika melakukan olahraga atau latihan bulutangkis, kita biasanya sering
menghiraukan lapangan yang licin ataupun lapangan yang permukaannya tidak rata, padahal
faktor prasarana seperti lapangan akan sangat berpengaruh terhadap cedera dalam olahraga.

4. Metode latihan yang salah akan menimbulkan cedera


Metode latihan yang salah merupakan faktor yang sangat penting untuk di perhatikan,
tidak banyak orang yang mengabaikan ini. Dalam diktat ilmu kepelatihan dasar 2 disebutkan
apabila volume3 latihan tinggi maka intensitas 4 latihan harus rendah sampai medium dan
sebaliknya, atau kata lain volume latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Apabila
metode latian tidak diperhatikan seperti menyamakan porsi latihan volume latihan dengan
intensitas maka atlet akan mengalami kelelahan sehingga akan menyebabkan cedera.
Kemudian jangan lupa untuk memperhatikan interval (istirahat) pada saat melakukan latihan.

2.3 Penatalaksanaan Cedera

a. Fase Peradangan
Ketika terkena cedera langkah yang paling utama sebelum melakukan
penatalaksanaan cedera adalah menghentikan segala aktivitas fisik terutama pada daerah yang
terkena cedera. Pada dasarnya penatalaksanaan cedera menggunakan prinsip RICE (Rest, Ice,
Compression, Elevation) selalu diterapkan pada awal terjadinya cedera sebalum penanganan
selanjutnya.

Perawatan dengan menggunakan RICE sangat efektif untuk merawat cedera


yang ringan karena selain mudah, murah dan aman, cara perawatan ini bisa dilakukan oleh
siapa saja. Indikasi RICE dapat pula dilakukan pada cedera akut seperti hematoma
(memar), sprain, strain, patah tulang tertutup, dislokasi setelah dilakukan reposisi.
Penatalaksanaan cedera dengan penanganan RICE:
1. Rest
Setelah mengalami cedera sebaiknya segera lakukan istirahat pada bagian yang
mengalami cedera. Hal ini dimaksudkan supaya cedera tidak semakin parah
karena gerakan aktif akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang terjadi,
sehingga nyeri akan berlanjut.

2
Kusnadi Nanang dan Enur Nurdin, 2010, Ilmu Kepelatihan Dasar, Taikmalaya.
3
Volume latihan adalah banyaknya beban latihan dan materi latihan yang dilaksanakan secara aktif (Harsono,
2007:15).
4
Intensitas latihan adalah jumlah beban dalam latihan yang dilakukan dengan sungguh sungguh dan benar
pelaksanaannya (Noer,dkk,1996:96).

4
2. Ice
Perawatan pendinginan diberikan dengan cara menempelkan es pada bagian
daerah cedera. Hal ini bertujuan mengurangi pendarahan jaringan dalam dan mengurangi
terjadinya perdarahan, pembengkakan, mengurangi rasa nyeri, mengurangi  reaksi
inflamasi5 dan mengurangi rasa sakit pada bagian yang terkena cedera. Untuk cara
penempela es, bungkus dengan handuk atau kain, jangan terkena langsung dengan kulit
karena apabila es langsung terkena kulit ditakutkan akan terlalu terasa dingin sehingga
akan merusak jaringan disekitar kulit.
Kompres dingin digunakan sekitar 10-20 menit dan 20-30 menit tergantung
pada luas atau tidaknya daerah yang mengalami cedera. Hentikan penggunakan
pengompresan dengan es apabila daerah yang terkena cedera terasa panas.
3. Compression
Perawatan ini diberikan dengan melakukan penekanan pada daerah yang
mengalami cedera dengan cara membalut. Tujuan adalah mengurangi terjadinya
pembengkakan, peradangan, dan mengurangi pergerakan pada daerah yang terkena cedera.
Biasanya alat yang digunakan untuk membalut dengan menggunakan bandage/perban
yang elastic.
4. Elevation
Setelah melakukan perawatan dengan compression (balutan), yang terakhir adalah
proses peninggian, dengan cara menempatkan daerah yang terkena cedera lebih tinggi dari
jantung sehingg aliran darah ke bagian cedera berkurang.

b. Fase Perbaikan Jaringan

Pemulihan jaringan pada derah yang terkena cedera berbeda beda tergantung
berat ringannya cedera. Secara umum waktu rehabilitas berlangsung sekitar 1-3 minggu
untuk cedera ringan dan cedera terberat mencapai sekitar 5-7 bulan.
Perbaikan jaringan cedera engkel salah satunya dapat menggunakan fisioterapi.
Fisioterapi adalah terapi yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi seluruh jaringan dan
organ yang mengalami cedera. Fisioterapi dibantu oleh mesin olahraga dan dibantu oleh
seorang fisioterapis6.
5
Inflamasi adalah respon tubuh terhadap adanya cedera pada serabut otot yang disebabkan oleh karena
tahanan, pergerakan, pengulangan beban atau beban lebih dan trauma eksternal. (Cedera Olahraga,
Prof.DR.Dewi Lealatul Badriah, hal 18)
6
Cedera olahraga, Prof. Dr. Hj. Dewi laelatul Badrih hal. 85.

5
Selain itu, pemakaian obat obatan jenis analgesic dan anti inflamasi diberikan
selama cedera, tujuannya untuk membantu mempercepat pemulihan pada engkel yang
terkena cedera.
c. Fase Remodeling
Fase remodeling adalah proses mengembalikan kembali bagian tubuh yang
terkena cedera. Dalam bulutangkis untuk mengembalikan kembali cedera engkel bisa
melakukan latihan latihan ringan seperti berikut:
1. Jogging;
2. Melakukan lompat lompat ringan, seperti latihan jumping smash tanpa menggunakan
bola/shuttlecock;
3. Melakukan latihan shadow ringan.
4. Melakukan metode latihan isometric7.

BAB III
7
Metode latihan Isokinetic adalah latihan otot tetepi otot tersebut tidak mengadakan perubahan apa apa, jadi
otot tidak memanjng dan memendek, tetapi tetap statis.

6
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami
beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap
cedera tersebut. Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek
pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan
pertolongan yang profesional dengan segera.

3.2 Saran

Makalah ini selayaknya dapat digunakan sebagai referensi bagi pelaku


pertolongan pertama pada kecelakaan dalam olahraga bulutangkis atau pun olahraga lain.
Melaksanakan tugas dengan dasar-dasar kemampuan yang telah berikan serta menjadi
dapat bertindak secara cepat,tepat dan teratur.

DAFTAR PUSTAKA

7
Badriah, Dewi. L, 2006, Cedera Olahraga, Multazam, Bandung.

Dinata, Marta dn Herman Tarigan, 2004. Bulutangkis, Cerdas Jaya. Tanggerang.

Hidyat, Cucu dan Nanang Kusnadi, 2008. Bulutangkis. Tasikmalaya.

Kusnadi, Nanang dan Enur Nurdin. 2010. Ilmu Kepelatihan Dasar. Tasikmalaya

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1928876-faktor-faktor-yang-menyebabkan-cedera.

http://spiritfutsal.com/index.php?option=com_content&view=article&id=107:cedera-
2&catid=23:sehat-dan-bugar&Itemid=84

http://www.physioroom.comsportsbadminton3_achilles_tendonitis.php

You might also like