You are on page 1of 15

Makalah Biologi

Metabolisme

Oleh :

Kelompok VII
Ubaidillah
Iqbal Pradana
Fathuddin Nazid
Ahmad Projo S

SMA MTA SURAKARTA


2009 / 2010
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Hanya
berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami bisa menyelesaikan makalah biologi ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi daripada seuah nilai dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) mata pelajaran Biologi. Oleh karenanya tentulah makalah secara
keseluruhan tidak secara terperinci menjelaskan isi dari makalah ini.
Kritik dan saran kami butuhkan untuk menjadikan makalah ini lebih baik dari
sebelumnya. Dan untuk pembuatan makalah makalah lain.Karenanya sumbangan kritik, dan
saran sangat kami harapkan.

Surakarta, 7 Agustus 2009

Penulis
METABOLISME

Sel merupakan unit kehidupan yang terkecil, oleh karena itu sel dapat menjalankan
aktivitas hidup, di antaranya metabolisme.

Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel.
Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu
menggunakan katalisator enzim.

Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Anabolisme/AsimilasI/Sintesis,
yaitu proses pembentakan molekul yang kompleks dengan menggunakan energi tinggi.
Contoh : fotosintesis (asimilasi C)
energi cahaya

6 CO2 + 6 H2O ———————————> C6H1206 + 6 02


klorofil glukosa
(energi kimia)

Pada kloroplas terjadi transformasi energi, yaitu dari energi cahaya sebagai energi kinetik
berubah menjadi energi kimia sebagai energi potensial, berupa ikatan senyawa organik
pada glukosa. Dengan bantuan enzim-enzim, proses tersebut berlangsung cepat dan
efisien. Bila dalam suatu reaksi memerlukan energi dalam bentuk panas reaksinya disebut
reaksi endergonik. Reaksi semacam itu disebut reaksi endoterm.

2. Katabolisme (Dissimilasi),
yaitu proses penguraian zat untuk membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam
senyawa organik tersebut.
Contoh:
enzim

C6H12O6 + 6 O2 ———————————> 6 CO2 + 6 H2O + 686 KKal.


energi kimia

Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil terjadi pelepasan energi sehingga
terbentuk energi panas. Bila pada suatu reaksi dilepaskan energi, reaksinya disebut reaksi
eksergonik. Reaksi semacam itu disebut juga reaksi eksoterm.
ANABOLISME

adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks,


nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme
memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia untuk
kemosintesis.

Fotosintesis
Arti fotosintesis adalah proses penyusunan atau pembentukan dengan menggunakan energi
cahaya atau foton. Sumber energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki spektrum
cahaya infra merah (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu dan ultra
ungu (tidak kelihatan).

Yang digunakan dalam proses fetosintesis adalah spektrum cahaya tampak, dari ungu sampai
merah, infra merah dan ultra ungu tidak digunakan dalam fotosintesis.

Dalam fotosintesis, dihasilkan karbohidrat dan oksigen, oksigen sebagai hasil sampingan dari
fotosintesis, volumenya dapat diukur, oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat produksi
fotosintesis adalah dengan mengatur volume oksigen yang dikeluarkan dari tubuh tumbuhan.

Untuk membuktikan bahwa dalam fotosintesis diperlukan energi cahaya matahari, dapat
dilakukan percobaan Ingenhousz.

Tahapan-Tahapan Fotosintesis

Reaksi Terang

Tahap pertama dari sistem fotosintesis adalah reaksi terang, yang sangat bergantung kepada
ketersediaan sinar matahari. Reaksi terang merupakan penggerak bagi reaksi pengikatan CO2
dari udara. Reaksi ini melibatkan beberapa kompleks protein dari membran tilakoid yang
terdiri dari sistem cahaya (fotosistem I dan II), sistem pembawa elektron, dan komplek
protein pembentuk ATP (enzim ATP sintase). Reaksi terang mengubah energi cahaya
menjadi energi kimia, juga menghasilkan oksigen dan mengubah ADP dan NADP + menjadi
energi pembawa ATP dan NADPH.

Reaksi terang terjadi di tilakoid, yaitu struktur cakram yang terbentuk dari pelipatan
membran dalam kloroplas. Membran tilakoid menangkap energi cahaya dan mengubahnya
menjadi energi kimia. Jika ada bertumpuk-tumpuk tilakoid, maka disebut grana.
Secara ringkas, reaksi terang pada fotosintesis ini terbagi menjadi dua, yaitu fosforilasi siklik
dan fosforilasi nonsiklik. Fosforilasi adalah reaksi penambahan gugus fosfat kepada senyawa
organik untuk membentuk senyawa fosfat organik. Pada reaksi terang, karena dibantu oleh
cahaya, fosforilasi ini disebut juga fotofosforilasi.

Fotofosforilasi Siklik

Reaksi fotofosforilasi siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem, yaitu
fotosistem I. Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai dari

fotosistem I dan berakhir di fotosistem I.

Pertama, energi cahaya, yang dihasilkan oleh matahari,


membuat elektron-elektron di P700 tereksitasi (menjadi
aktif karena rangsangan dari luar), dan keluar menuju
akseptor elektron primer kemudian menuju rantai transpor
elektron. Karena P700 mentransfer elektronnya ke akseptor
elektron, P700 mengalami defisiensi elektron dan tidak
dapat melaksanakan fungsinya. Selama perpindahan
elektron dari akseptor satu ke akseptor lain, selalu terjadi
transformasi hidrogen bersama-sama elektron. Rantai transpor ini menghasilkan gaya
penggerak proton, yang memompa ion H+ melewati membran, yang kemudian menghasilkan
gradien konsentrasi yang dapat digunakan untuk menggerakkan sintase ATP selama
kemiosmosis, yang kemudian menghasilkan ATP. Dari rantai transpor, elektron kembali ke
fotosistem I. Dengan kembalinya elektron ke fotosistem I, maka fotosistem I dapat kembali
melaksanakan fungsinya. Fotofosforilasi siklik terjadi pada beberapa bakteri, dan juga terjadi
pada semua organisme fotoautotrof.
Fotofosforilasi Nonsiklik

Reaksi fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang melibatkan dua fotosistem
klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II. Dalam fotofosforilasi nonsiklik, pergerakan
elektron dimulai di fotosistem II, tetapi elektron tidak kembali lagi ke fotosistem II.

Mula-mula, molekul air diurai menjadi 2H+ + 1/2O2 + 2e-. Dua elektron dari molekul
air tersimpan di fotosistem II, sementara ion H+ akan digunakan pada reaksi yang lain dan O2
akan dilepaskan ke udara bebas. Karena tersinari oleh cahaya matahari, dua elektron yang ada
di P680 menjadi tereksitasi dan keluar menuju akseptor elektron primer. Setelah terjadi
transfer elektron, P680 menjadi defisiensi elektron, tetapi dapat cepat dipulihkan berkat
elektron dari hasil penguraian air tadi. Setelah itu mereka bergerak lagi ke rantai transpor
elektron, yang membawa mereka melewati pheophytin, plastoquinon, komplek sitokrom b6f,
plastosianin, dan akhirnya sampai di fotosistem I, tepatnya di P700. Perjalanan elektron diatas
disebut juga dengan “skema Z”. Sepanjang perjalanan di rantai transpor, dua elektron tersebut
mengeluarkan energi untuk reaksi sintesis kemiosmotik ATP, yang kemudian menghasilkan
ATP.

Sesampainya di fotosistem I, dua elektron tersebut mendapat pasokan tenaga yang


cukup besar dari cahaya matahari. Kemudian elektron itu bergerak ke molekul akseptor,
feredoksin, dan akhirnya sampai di ujung rantai transpor, dimana dua elektron tersebut telah
ditunggu oleh NADP+ dan H+, yang berasal dari penguraian air. Dengan bantuan suatu enzim
bernama Feredoksin-NADP reduktase, disingkat FNR, NADP+, H+, dan elektron tersebut
menjalani suatu reaksi:
>> NADP+ + H+ + 2e- —> NADPH
NADPH, sebagai hasil reaksi diatas, akan digunakan dalam reaksi Calvin-Benson, atau reaksi
gelap.

Fotofosforilasi siklik dan fotofosforilasi nonsiklik memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu
sebagai berikut

FOTOFOSFORILASI
FOTOFOSFORILASI NONSIKLIK
SIKLIK
Hanya melibatkan Melibatkan fotosistem I dan II
fotosistem I
Menghasilkan ATP Menghasilkan ATP dan NADPH
Tidak terjadi fotolisis air Terjadi fotolisis air untuk menutupi kekurangan elektron
pada fotosistem II

Reaksi Gelap

Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis. Reaksi
ini tidak membutuhkan cahaya. Reaksi gelap terjadi pada bagian kloroplas yang disebut
stroma. Bahan reaksi gelap adalah ATP dan NADPH, yang dihasilkan dari reaksi terang, dan
CO2, yang berasal dari udara bebas. Dari reaksi gelap ini, dihasilkan glukosa (C6H12O6), yang
sangat diperlukan bagi reaksi katabolisme. Reaksi ini ditemukan oleh Melvin Calvin dan
Andrew Benson, karena itu reaksi gelap disebut juga reaksi Calvin-Benson.

Salah satu substansi penting dalam proses ini ialah senyawa gula beratom karbon
lima yang terfosforilasi yaitu ribulosa fosfat. Jika diberikan gugus fosfat kedua dari ATP
maka dihasilkan ribulosa difosfat (RDP). Ribulosa difosfat ini yang nantinya akan mengikat
CO2 dalam reaksi gelap. Secara umum, reaksi gelap dapat dibagi menjadi tiga tahapan (fase),
yaitu fiksasi, reduksi, dan regenerasi.

Pada fase fiksasi, 6 molekul ribulosa difosfat mengikat 6 molekul CO2 dari udara dan
membentuk 6 molekul beratom C6 yang tidak stabil yang kemudian pecah menjadi 12
molekul beratom C3 yang dikenal dengan 3-asam fosfogliserat (APG/PGA). Selanjutnya, 3-
asam fosfogliserat ini mendapat tambahan 12 gugus fosfat, dan membentuk 1,3-
bifosfogliserat. Kemudian, 1,3-bifosfogliserat masuk ke dalam fase reduksi, dimana senyawa
ini direduksi oleh H+ dari NADPH, yang kemudian berubah menjadi NADP +, dan
terbentuklah 12 molekul fosfogliseraldehid (PGAL) yang beratom 3C. Selanjutnya, 2
molekul fosfogliseraldehid melepaskan diri dan menyatukan diri menjadi 1 molekul glukosa
yang beratom 6C (C6H12O6). 10 molekul fosfogliseraldehid yang tersisa kemudian masuk ke
dalam fase regenerasi, yaitu pembentukan kembali ribulosa difosfat. Pada fase ini, 10 molekul
fosfogliseraldehid berubah menjadi 6 molekul ribulosa fosfat. Jika mendapat tambahan
gugus fosfat, maka ribulosa fosfat akan berubah menjadi ribulosa difosfat (RDP), yang
kemudian kembali mengikat CO2 dan menjalani siklus reaksi gelap.

Reaksi gelap ini menghasilkan APG (asam fosfogliserat), ALPG


(fosfogliseraldehid), RDP (ribulosa difosfat), dan glukosa (C6H12O6).

KATABOLISME
Glikolisis

Glikolisis merupakan proses pengubahan molekul sumber energi, yaitu glukosa yang
mempunyai 6 atom C manjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu asam piruvat yang
mempunyai 3 atom C. Reaksi ini berlangsung di dalam sitosol (sitoplasma). Reaksi glikolisis
mempunyai sembilan tahapan reaksi yang dikatalisis oleh enzim tertentu, tetapi disini tidak
akan dibahas enzim-enzim yang berperan dalam proses glikolisis ini. Dari sembilan tahapan
reaksi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yaitu fase investasi energi, yaitu dari
tahap 1 sampai tahap 4, dan fase pembelanjaan energi, yaitu dari tahap 5 sampai tahap 9.

Pertama-tama, glukosa mendapat tambahan satu gugus fosfat dari satu molekul ATP, yang
kemudian berubah menjadi ADP,
membentuk glukosa 6-fosfat. Setelah itu,
glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim
menjadi isomernya, yaitu fruktosa 6-
fosfat. Satu molekul ATP yang lain
memberikan satu gugus fosfatnya kepada
fruktosa 6-fosfat, yang membuat ATP
tersebut menjadi ADP dan fruktosa 6-
fosfat menjadi fruktosa 1,6-difosfat.
Kemudian, fruktosa 1,6-difosfat dipecah
menjadi dua senyawa yang saling isomer
satu sama lain, yaitu dihidroksi aseton
fosfat dan PGAL (fosfogliseraldehid atau
gliseraldehid 3-fosfat). Tahapan-tahapan
reaksi diatas itulah yang disebut dengan
fase investasi energi.

Selanjutnya, dihidroksi aseton fosfat dan PGAL masing-masing mengalami oksidasi dan
mereduksi NAD+, sehingga terbentuk NADH, dan mengalami penambahan molekul fosfat
anorganik (Pi) sehingga terbentuk 1,3-difosfogliserat. Kemudian masing-masing 1,3-
difosfogliserat melepaskan satu gugus fosfatnya dan berubah menjadi 3-fosfogliserat, dimana
gugus fosfat yang dilepas oleh masing-masing 1,3-difosfogliserat dipindahkan ke dua
molekul ADP dan membentuk dua molekul ATP. Setelah itu, 3-fosfogliserat mengalami
isomerisasi menjadi 2-fosfogliserat. Setelah menjadi 2-fosfogliserat, sebuah molekul air dari
masing-masing 2-fosfogliserat dipisahkan, menghasilkan fosfoenolpiruvat. Terakhir,
masing-masing fosfoenolpiruvat melepaskan gugus fosfat terakhirnya, yang kemudian
diterima oleh dua molekul ADP untuk membentuk ATP, dan berubah menjadi asam piruvat.

Setiap pemecahan 1 molekul glukosa pada reaksi glikolisis akan menghasilkan produk kotor
berupa 2 molekul asam piruvat, 2 molekul NADH, 4 molekul ATP, dan 2 molekul air. Akan
tetapi, pada awal reaksi ini telah digunakan 2 molekul ATP, sehingga hasil bersih reaksi ini
adalah 2 molekul asam piruvat (C3H4O3), 2 molekul NADH, 2 molekul ATP, dan 2
molekul air. Perlu dicatat, pencantuman air sebagai hasil glikolisis bersifat opsional, karena
ada sumber lain yang tidak mencantumkan air sebagai hasil glikolisis.

Dekarboksilasi Oksidatif

Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam
piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di
matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan
menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mandapat molekul oksigen yang
cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus
Krebs, karena asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan
molekul yang dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua
atom C (2 C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif.

Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C
menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi
dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap persiapan untuk
masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil tempat di intermembran mitokondria.

Pertama-tama, molekul asam cuka yang dihasilkan reaksi glikolisis


akan melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi
sempurna dan mengandung sedikit energi, yaitu dalam bentuk
molekul CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa dari piruvat
akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat).
Selanjutnya, asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD + yang
tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim A (suatu senyawa
yang mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh asetat dengan ikatan yang
tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil koenzim-A, yang
siap memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut.
Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul asam piruvat
lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH.

2.

Daur Krebs (daur trikarbekdlat):


Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan pembongkaran asam
piravat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia

Siklus Krebs

Siklus Krebs adalah tahapan selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah reaksi
antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk asam sitrat. Siklus
Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat,
karena menggambarkan langkah pertama dari
siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A
dengan asam oksaloasetat untuk membentuk
asam sitrat.

Pertama-tama, asetil ko-A hasil dari reaksi


antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke
dalam siklus dan bergabung dengan asam
oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah
"mengantar" asetil masuk ke dalam siklus
Krebs, ko-A memisahkan diri dari asetil dan
keluar dari siklus. Kemudian, asam sitrat
mengalami pengurangan dan penambahan satu
molekul air sehingga terbentuk asam isositrat. Lalu, asam isositrat mengalami oksidasi
dengan melepas ion H+, yang kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan
satu molekul CO2 dan membentuk asam a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat).
Setelah itu, asam a-ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul CO 2, dan teroksidasi
dengan melepaskan satu ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu,
asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu ko-A dan membentuk suksinil ko-A. Setelah
terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga terbentuk
asam suksinat. Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A menjadi asam suksinat
menghasilkan cukup energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat
anorganik menjadi satu molekul ATP. Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan
melepaskan dua ion H+, yang kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH2, dan
terbentuklah asam fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan
menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat, karena itu asam
fumarat berubah menjadi asam malat. Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali
melepaskan satu ion H+, yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan
asam oksaloasetat kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali
mengikat asetil ko-A dan kembali menjalani siklus Krebs.

Dari siklus Krebs ini, dari setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2
FADH2, dan 4 CO2. Selanjutnya, molekul NADH dan FADH2 yang terbentuk akan menjalani
rangkaian terakhir respirasi aerob, yaitu rantai transpor elektron.

Transpor Elektron

Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi


respirasi aerob. Transpor elektron sering disebut juga
sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal.
Transpor elektron berlangsung pada krista (membran
dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan penting
dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang
dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif,
dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga
berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q
(Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.

Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi,


dan elektron berenergi tinggi yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q.
Energi yang dihasilkan ketika NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk
menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh
sitokrom b. Selain melepaskan elektron, koenzim Q juga melepaskan 2 ion H +. Setelah itu
sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b
oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat
anorganik menjadi ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan
akhir dari rantai transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom
oksigen, yang merupakan zat yang paling elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan
akseptor terakhir elektron. Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian
bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b
membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup
besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi ATP. Jadi, secara
keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang menghasilkan ATP.

Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2 sebanyak 10
dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan kedua molekul
FADH2 tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.

Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP untuk setiap
oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari
hasil glikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler
menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP
untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
DAFTAR PUSTAKA

• http://metabolismelink.freehostia.com

• http://id.wikipedia.org

• http://kambing.ui.ac.id

You might also like