You are on page 1of 8

Latar belakang berdirinya Ilmu Kalam

Ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa Nabi
Muhammad SAW. Maupun pada masa sahabat-sahabatnya. Akan tetapi baru
dikenal pada masa berikutnya, setelah ilmu-ilmu keislaman yang lain satu persatu
muncul dan setelah orang banyak membicarakan tentang kepercayaan alam gaib
(metafisika). Kita tidak akan dapat memahami persoalan – persoalan ilmu kalam
sebaik – baiknya kalau kita tidak mempelajari factor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya kejadian-kejadian politis dan historis yang menyertai pertumbuhannya.
Factor-faktor itu sebenarnya banyak, aka tetapi dapat digolongkan kepada dua
bagian, yaitu factor-faktor yang datang dari dalam Islam dan kaum muslimin
sendiri dan factor – factor yang datang dari luar mereka, karena adanya
kebudayaan – kebudayaan lain dan agama – agama yang bukan Islam. Beberapa
sebab yang ditumbulkan dari dalam yaitu :

1. Al-Quran sendiri disamping ajakannya kepada tauhid dan mempercayai


kenabian dan hal – hal lain yang terkait dengannya juga menyinggung
golongan – golongan dan agama – agama yang ada pada masa Nabi
Muhammad SAW. Yang mempunyai kepercayaan – kepercayaan tidak benar.
Al-Quran tidak membenarkan kepercayaan tersebut dengan memberikan
beberapa alas an, antara lain :
a. Golongan yang mengingkari agama dan adanya tuhan dan mereka
mengatakan bahwa yang menyebabkan kebinasaan dan kerusakan adalah
waktu saja. (QS. Al-Jatsiyah: 24)
b. Golongan – golongan syirik, yang menyembah binatang – binatang, bulan,
matahari, (QS. Al-An’am: 76-78) yang mempertuhan Nabi Isa dan Ibunya
( QS. Al-Maidah: 116), dan yang menyembah berhala – berhala. (QS. Al-
An’am 74 dan QS. Asy-Syu’ara’:9).

1
c. Golongan – golongan yang tidak percaya akan keutusan nabi – nabi (QS.
Isra’:94) dan tidak mempercayai kehidupan di akhirat nanti. (QS. Al-
Anbiya:104).
d. Golongan yang mengatakan bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah
dari perbuatan tuhan semuanya dengan tidak ada campur tangan manusia.
(QS Ali Imran:154)
2. Ketika kaum muslimin selesai membuka negeri – negeri baru untuk masuk
Islam, mereka mulai tenteram dan tenang pikirannya, disamping melimpah –
ruah rezeki. Disinilah mulai mengemuka persoalan agama dan berusaha
mempertemukan nash-nash agama yang kelihatannya saling bertentangan.
Keadaan ini adalah gejala umum bagi tiap-tiap agama bahkan pada tiap-tiap
masyarakatpun terdapat gejala itu. Pada mulanya agama itu hanyalah
merupakan kepercayaan-kepercayaan yang kuat dan sederhana tidak perlu
diperselisihkan dan tidak memerlukan penyelidikan. Penganut-penganutnya
menerima bulat-bulat apa yang diajarkan agama, kemudian dianutnya dengan
sepenuh hatinya tanpa memerlukan penyelidikan dan pemilsafatan. Sesudah
itu datanglah fase penyelidikan dan pemikiran dan membicarakan soal-soal
agama secara filosofis. Disinilah kaum muslimin mulai memakai fisafat untuk
memperkuat alas an-alasannya. Keadaan yang sama juga dialamai oleh
golongan-golongan agama yang lainnya, seperti yahudi dan masehi.
3. Sebab yang ketiga adalah politik. Contooh yang tepat untuk soal ini ialah soal
khilafah (pimpinan pemerintahan Negara). Ketika rasulullah meninggal
dunia, beliau tidak mengangkat seorang pengganti, tidak pula menentukan ara
pemilihan penggantinya. Karena itu antara sahabat muhajirin dan anshar
terdapat perselisihan, masing-masing menghendaki supaya pengganti rasul ari
pihaknya. Ditengah kesibukan itu, umar ra. Membai’at abu bakar ra. Menjadi
khalifah yang kemudian diikuti oleh sahabat-sahabat lainnya. Abu bakar
kemudian mengambil cara lain, karena ia menyerahkan khilaffah kepada umat
dan umar pun mengambil cara lain lagi, yaitu menyerahkan khilafah kepada
panitia dan pilihan panitia itu jatuh kepada usman. Sebenarnya soal khilafah
itu adalah soal politik adalah politik. Agama tidak mengharuskan kaum

2
muslimin menganmbil bentuk khilafah tertentu ,tetapi hanya membertikan
dasar yg umum yaiti kepentingan bersama. Wakil wakil umat bias
mengadakan peraturan peraturan cara pemilihan orang yg bias mewujudkan
kepentingan bersasma itu. Kalau terjadi perselisihan dalam soal ini maka
perselisihan itu adalah soal politik semata mata akan tetapi tidak demikian
pada masa itu. Ditambah lagi dengan peristiwa terbunuhnya usman r a. dalam
keadaan gelap. Sejak itu kaum muslimin trepecah pecah menjadi beberpa
golongan, yang masing masing merasa sebagai pihak yg benar daan hanya
calon daripadanya yg berhak menduduki pimpinan Negara.

Adapun beberapa factor yang datangnya dari luar islam yaitu:

1. Banyak diantara pemeluk pemeluk islam yang mula mula beragama


yahudi,masehi,dan lain lain. Bahkan diantara mereka sudah pernah
menjadi ulamanya. Setelah pikiran mereka tenang dan sudah
memegang teguh agama yang baru yaitu islam, mereka mulai
mengingat ingat kembali ajaran agamanya yang dulu, dan
dimasukanya ke ajaran ajaran islam. Karena itu, dalam buku buku
aliran dan golongan islam sering kita dapati pendapat pendapat yang
jauh dari ajaran islam yang sebenarnya.
2. Golongan islam yang dulu, terutama golongan mu’tazilah memusatkan
perhatiannya untuk penyiaran Islam dan membantah alasan-alasan
mereka yang memusuhi islam. Mereka tidak akan biasa menghadapi
lawan –lawan nya,kalo merekaitu sendiri tidak mengetahui pendapat,
tersebut, dan akhirnya negeri Islam menjadi arena perdebatan
bermacam – macam pendapat dan bermacam – macam agama, hal
yang mana bisa mempengaruhi masing – masing pihak yang
bersangkutan. Salah satu seginya yang jelas ialah pengguna filsafat
sebagai senjata kaum muslimin. Sesungguhnya tidak mengherankan
kalau kaum muslimin bersenjatakan filsafat dalam menghadapi lawan-
lawannya. Kita lihat Philon (25 SM – 50 M), seorang yahudi
memfilsafatkan ajaran – ajaran agama yahudi dan mempertemukannya

3
dengan filsafat yunani. Dikalangan orang – orang Masehi kita dapati
Clemens Von Alexandiren (lahir 150M) dan Origens (185-254M)
mempertemukan ajaran agama Masehi, dengan Platonisme. Keadaan
ini sudah barang tentu menyebabkabkan golongan mu’tazilah dan
golongan – golongan Islam lainnya mengambil senjata yang dipake
lawannya, yaitu filsafat. Dengan masuknya filsafat, semakin banyak
pula pembicaraan ilmu kalam (contoh: Jauhar, Aradh dan lain lain)
3. Sebagai kelanjutan dari sebab tersebut, para mutakalimin hendak
mengimbangi lawan-lawannya yang menggunakan filsafat, maka
mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat, terutama segi
ketuhanan. Karena itu Al-Nazzham (tokoh mu’tazilah) membaca buku
– buku aristoteles dan membantah beberapa pendapatnya. Demikian
Abul Huzailn al-‘allaf (juga tokoh mu’tazilah).

Jadi tidaklah tepat jikalau kita mengatakan bahwa ilmu kalam itu ilmu
Islam murni yang tidak terpengaruh oleh filsafat dan agama-agama lain. Begitu
juga yang menyatakan bahwa ilmu kalam timbul dari filsafat Yunani semata-mata
juga tidak benar, karena Islam menjadi dasar dan sumber pembicaraan itu. Ayat –
ayat Al-Quran banyak dijadikan dalil disamping filsafat Yunani. Sebenarnya ilmu
kalam itu campuran dari ilmu keislaman dan filsafat Yunani, tetapi pengaruh
kaum muslimin didalam ilmu ini lebih kuat, lain halnya dengan filsafat Islam,
dimana pengaruh Yunani lebih dominan.

Pengertian Ilmu Kalam

Secara harfiyah, kalam berarti pembicaraan atau perkataan. Di dalam


lapangan pemikiran Islam, istilah kalam memiliki dua pengertian: (1) Sabda
Allah (The Word of God), (2) ‘Ilm Al-Kalam (The Science of Kalam). Pengertian
yang kedua ini lebih menunjukkan kepada teologi dogmatic dalam Islam.

Setelah memahami arti kalam secara harfiyah, marilah kita lihat pengertian
kalam secara maknawiyah, atau secara metodologis lebih mendekati kepada

4
pengertian keilmuan. Jadi bisa dikatakan Ilmu kalam adalah Ilmu yang menggali
keislaman didasarkan atas argument – argument logis dan rasional, terutama yang
berkaitan dengan kalam Illahi yang dihubungkan dengan beberapa persoalan
manusia seperti baik dan buruk, kebebasan berkehendak, mukmin dan kafir,
maupun dengan alam semesta berkenaan dengan kebenaran dan keqadiman alam
ini.

Nama Lain Ilmu Kalam

Nama lain ilmu kalam ada beberapa yaitu, (1) Ilmu Ushuludin, (2)Ilmu
Tauhid, (3) Fiqh al-akbar, (4) Teologi Islam. Disebut ilmu Ushuluddin karena
ilmu ini membahas pokok-pokok agama (ushuluddin); disebut ilmu Tauhid karena
ilmu ini membahas keesaan Allah SWT. Secara objektif, ilmu kalam sama dengan
ilmu tauhid, tetapi argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada
penguasaan logika. Oleh sebab itu, sebagian teolog membedakan antara ilmu
kalam dan ilmu tauhid.

Abu hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. Menurut
persepsinya, hukum islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua
bagian. Pertama, Fiqh al-akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok agama
atau ilmu tauhid. Kedua, fiqh al- ashgar, membahas hal yang berkaitan dengan
masalah muamalah bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya cabang saja.

Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam, yang diambil dari
bahasa inggris, theology. William L. Reese mendefinisikannya dengan discourse
or reason concerning God (diskursi atau pemikiran tentang Tuhan). Dengan
mengutip kata-kata William Ockham, Reese lebih jauh mengatakan, “ Theology
to be a discipline resting on revealed truth and independent of both philosophy
science.” Sementara itu, Gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan
tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional.

5
Latar Belakang Timbulnya Perbedaan

Latar belakang terjadinya perbedaan pendapat menurut Imam Munawwir


adalah adanya salah satu dari 10 hal yang riskan konflik. Kesepuluh hal itu adalah,
(1) pola kepemimpinan (pattern of leadership), (2) sentimen kesukuan (ethnic
group sentiment), (3) perbedaan status dan posisi (strata social), (4) tingkat
pendidikan (education level), (5) kurang memahami integritas ajaran islam , (6)
pengaruh dari alam pikiran, kepercayaan, dan tradisi , (7) adanya penyakit
firaunisme, akuisme, vested interest, sehingga terjadi upaya mementingkan diri
sendiri, (8) pembagian peranan ( functional distribution), (9) dampak infiltrasi,
dan (10) dampak penjajahan. Imam Munawwir dalam bukunya mengapa umat
islam dilanda perpecahan, bina ilmu, Surabaya,1985. Hlm. 38-43; Imam
Munawwir, asas-asas kepemimpinan dalam Islam. Usaha nasional. Surabaya, t.t.
hlm.39-92.

Ruang lingkup Ilmu Kalam

Ruang lingkup ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan-Nya. Adapun ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup
beberapa hal, yaitu :

1. Hal-hal yang berkaitan dengan Allah SWT, antara lain tentang takdir
2. Hal-hal yang berkaitan dengan Allah SWT sebagai penyambung ataupun
pembawa risalah kepada manusia, seperti Malaikat, Nabi, Rasul, dan beberapa
kitab suci
3. Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan yang akan dating, seperti adanya
kebangkitan, Surga dan Neraka.

6
Menurut Hasan Albana ruang lingkup pembahasan Ilmu kalam mencakup :
1. Illahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesutau yang berhubungan dengan
Illah ( Tuhan , Allah) seperti wujud Allah, nama – nama dan sifat – sifat
Allah, af’al (pekerjaan) Allah dll.
2. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
nabi dan rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-klitab Allah, Mukjizat,
Karamat dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh dan lain
sebagainya.
4. Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sam’I (dalil naqli berupa Alquran dan sunah) seperti alam
barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka, dan lain
sebagainya.

Sedangkan menurut sistematika arkanul iman yaitu:

a. Iman kepada Allah SWT


b. Iman kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya
seperti jin, iblis, setan)
c. Iman kepada kitab-kitab Allah
d. Iman kepada nabi dan rasul
e. Iman kepada hari akhir
f. Iman kepada Qada dan Qadar Allah SWT

7
DAFTAR PUSTAKA

Drs.mulyadi,pengertian ilmu kalam,(ter,natsir yusuf,karsidi)CV.pustaka


setia,cet.ke-1,Jakarta,1998.

Drs.razak abdul,M.Ag pembahasan ilmu kalam CV.pustaka setia,bandung,2007.

You might also like