You are on page 1of 9

HUKUM PERDATA MENURUT ILMU HUKUM :

 Hukum Pribadi
 Hukum Keluarga
 Hukum Kekayaan
 Hukum Waris

SISTEMATIKA BW (KODIFIKASI) :
I. Orang
II. Benda
 Absolut :
Berlaku untuk semua orang

 Relatif
Merupakan Hukum Perseorangan : perjanjian : terhadap orang-orang tertentu

III. Perikatan
IV. Pembuktian dan daluarsa

BUKU I DAN II :
Bersifat tertutup, karena tidak boleh menyimpang dari KUH Perdata.

BUKU III :
Bersifat terbuka, karena menganut ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK, yaitu semua perjanjian yang dibuat
berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya.

SISTEMATIKA BUKU III KUHPER

PERIKATAN

1. UNDANG-UNDANG
a. Undang-Undang saja
b. Pasal 1352 Kuhper
c. UU atas perbuatan manusia :
1) Halal
2) Pasal 1353 KUHPer : Perbuatan Melawan Hukum

2. PASAL 1233 KUHPER


3. PERJANJIAN

ALAT-ALAT BUKTI
1. TULISAN
a. Akta :
Adalah tulisan yang sengaja dibuat dan ditandatangani, terdiri dari :
1) AKTA OTENTIK :
Adalah suatu akta yang bentuknya ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan
pegawai / pejabat umum.

2) AKTA DIBAWAH TANGAN :


Adalah suatu akta yang dibuat oleh para pihak, atau akta yang tidak dibuat dengan perantaraan
pegawai atau pejabat umum.

b. Tulisan lain (bukan akta)

2. KESAKSIAN
Adalah suatu peristiwa yang dilihat dengan mata kepala sendiri atau yang dialami sendiri oleh saksi.

3. PERSANGKAAN
Adalah suatu kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang terang dan nyata, terdiri dari
persangkaan Undang-undang dan persangkaan hakim.

4. PENGAKUAN
Sebenarnya bukan merupakan suatu alat bukti. Karena jika suatu pihak mengakui suatu hal, maka pihak
lawannya dibebaskan dari kewajiban untuk membuktikan pengakuan tersebut. Pengakuan terdiri dari :
a) Pengakuan di depan hakim:
Murni
Disertai keterangan tambahan.

b) Pengakuan di luar sidang

5. SUMPAH:
Terdiri dari :
a. SUMPAH PEMUTUS :
Ciri-cirinya :
1. Yang memerintahkan oleh salah satu pihak yang berperkara.
2. Dimaksudkan untuk mengakhiri suatu persengketaan.
3. Dapat dikembalikan.
4. Bersifat Litis Decisoir.

b. SUMPAH TAMBAHAN :
Berguna untuk memperkuat bukti yang sudah ada.

Mengenai istilah-istilah

Prof. Subekti
Beliau tidak konsisten dengan istilah Perjanjian dan Persetujuan. Dalam Perjanjian Khusus, beliau
mempergunakan istilah Aneka Perjanjian. Jadi, Perjanjian menurut Prof Subekti adalah Hubungan Hukum
antara dua pihak, dimana pihak yang satu berhak untuk menuntut sesuatu sedangkan pihak lain wajib
melaksanakan tuntutan tersebut. Jadi, letak perikatan berada pada HUBUNGAN HUKUMNYA.
Prof. Wiryono prodjodikoro
Persetujuan, sama dengan perikatan.

Ibu sudewi
Hukum perikatan adalah hukum perutangan (karena lahir dari undang-undang dan perjanjian).

PERJANJIAN :
Adalah suatu peristiwa di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal, dan terdiri dari :
1. NOMINAT :
Adalah suatu perjanjian yang diberi nama dan diatur dalam KUHPer, misalnya :
 Sewa-menyewa
 Jual-beli, dan lain-lain.

2. IN NOMINAT
Adalah suatu perjanjian yang TIDAK DIATUR DALAM KUHPER, dan dibutuhkan dalam praktek, misalnya :
 Sewa-beli
 Leasing
 Anjak Piutang
 Franchise
Hal diatas sesuai dengan Pasal 1338 KUHPer yang mengatur tentang Azas Kebebasan Berkontrak.

Perjanjian, terbagi atas dua bagian:


a. UMUM : Bab 1 – 4
b. KHUSUS : Bab 5-18 : mengenai Aneka Perjanjian.

BUKU III bersifat TERBUKA (OPTIONAL LAW) :


Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pembentuk Undang-Undang, asal tidak bertentangan
dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

PASAL 1338 KUHPER :


Semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Macam-macam perikatan

1. PERIKATAN BERSYARAT :
Adalah perikatan yang memiliki syarat, dimana biasanya digantungkan pada peristiwa yang akan datang
atau belum tentu, dan terdiri atas :
a. Syarat Tangguh :
Yaitu perikatan yang lahir hanya apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi. Dan perikatan lahir pada
detik terjadinya peristiwa itu.
Contoh : A berjanji untuk menyewakan rumahnya jika A dipindahkan ke luarn negeri.

b. Syarat Batal
Yaitu perikatan yang sudah lahir, justru berakhir atau dibatalkan apabila peristiwa yang dimaksudkan
terjadi.
Contoh : A akan menyewakan rumahnya pada B, dengan ketentuan persewaan berakhir apabila C, putra
A, datang dari luar negeri.

2. PERIKATAN DENGAN KETETAPAN WAKTU


Adalah suatu perikatan yang DIGANTUNGKAN pada peristiwa yang akan terjadi, dan dalam perikatan
tersebut YANG DITANGGUHKAN ADALAH PELAKSANAANNYA.
Contohnya : A menyewakan rumahnya pada B sampai tanggal 1-1-1996.

3. PERIKATAN MANASUKA
Adalah suatu perikatan dimana Debitur diberikan keleluasaan untuk memilih prestasi yang akan
dilaksanakan.
Contoh : A mempunyai hutang pada B sebesar satu juta rupiah, yang akan dibayarkan bulan depan. A,
selaku debitur dapat mengkompromikan cara pembayarannya dengan B selaku kreditur.

4. PERIKATAN TANGGUNG MENANGGUNG


Adalah suatu perikatan dimana dapat terjadi seorang kreditur menghadapi beberapa Debitur. Apabila
debitur sudah melaksanakan kewajibannya, maka yang lain tidak berhak untuk melaksanakan
kewajibannya.

5. PERIKATAN YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DIBAGI


Soal dapat atau tidaknya dibagi prestasi itu, terbawa oleh sifat barang yang tersangkut di dalamnya, tapi
juga dapat disimpulkan dari maksudnya perikatan itu.
Contoh : yang dapat dibagi menurut sifatnya, misalnya sejumlah uang atau hasil bumi. Sedangkan yang
tidak dapat dibagi misalnya seekor kuda.

6. PERIKATAN DENGAN ANCAMAN HUKUMAN


Adalah perikatan dimana pada debitur diberi suatu ancaman untuk mendorong terwujudnya suatu prestasi.
Ancaman hukuman dibuat pada saat perjanjian dibuat.

Syarat sahnya suatu perjanjian


Pasal 1320 kuhper

1. SEPAKAT MEREKA YANG MENGIKATKAN DIRI


Dengan sepakat atau perizinan, dimaksudkan bahwa kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus
bersepakat mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu.

2. CAKAP UNTUK MEMBUAT SUATU PERJANJIAN


Artinya, orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum, yang pada asasnya adalah tiap
orang yang sudah dewasa atau akil baliq dan sehat pikirannya.

KEDUA UNSUR DI ATAS MERUPAKAN SYARAT-SYARAT SUBYEKTIF (PASAL 1454 KUHPER) :


Yaitu jika syarat diatas tidak dipenuhi, maka perjanjian bukan batal demi hukum, melainkan salah satu
pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan.
Misalnya, A mengadakan perjanjian dengan B yang masih di bawah umur. Perjanjian tersebut sah, tapi
B dapat mengajukan pembatalannya apabila dia sudah dewasa atau walinya yang mengajukan
pembatalan.

3. MENGENAI SUATU HAL TERTENTU


Artinya, obyek dari perjanjian tersebut harus jelas, dalma arti apa yang diperjanjikan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan.

4. SUATU SEBAB YANG HALAL


Yang dimaksud dengan sebab disini adalah isi dari perjanjian, misalnya pembayaran uang sewa untuk
sebuah rumah.

KEDUA SYARAT DIATAS DINAMAKAN SYARAT-SYARAT OBYEKTIF , dimana syarat mutlak, karena jika
tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut BATAL DEMI HUKUM. Artinya dari semula tidak pernah
dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.

Perjanjian, dapat dilakukan secara tegas maupun diam-diam.

KATA SEPAKAT BISA MENJADI CACAT, DISEBABKAN OLEH (PASAL 1321 KUHPER) :
1. ADANYA PAKSAAN
Paksaan : paksaan rohani / jiwa.
Contohnya, seseorang dipaksa untuk menandatangani suatu perjanjian.Jika tidak, maka rahasia
penyelewengannya akan dibongkar.

2. KEKHILAFAN
Adalah apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-hal yang pokok dari apa yang diperjanjikan.
Tentang sifat-sifat yang penting, dari barang yang menjadi obyek perjanjian.
Misalnya mengenai barang : A membeli sebuah lukisan yang diperkirakan hasil karya seorang pelukis
terkenal, tapi nyatanya hanya reproduksinya saja.

3. PENIPUAN
Adalah apabil salah satu pihak dengan sengaja memberikan keterangan palsu disertai dengan tipu
muslihat untuk membujuk pihak lawannya memberikan perizinannya.
Misalnya, A menawarkan sebuah mobil BMW kepada B yang dikatakan masih baru, tapi ternyata
nomor mobilnya dipalsukan atau mesinnya diganti.

PASAL 1330 KUHPER MENGATUR TENTANG ORANG-ORANG YANG TIDAK CAKAP MEMBUAT
PERJANJIAN :
1. Orang yang belum dewasa
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
3. Orang perempuan atau hal-hal yang ditetapkan oleh UU ( dihapus dengan SEMA No. 3/1963, KUHPer
pasal 10).

BEBERAPA TEORI MENGENAI KATA SEPAKAT

1. TEORI PENGIRIMAN
Openheim mengirimkan berita pada Weilen yang berisikan ingin membeli 1000 saham Austria,
sedangkan Openheim ingin menjual saham-saham tersebut. Timbul pertanyaan, apakah diantara
mereka sudah ada suatu perjanjian atau belum?
a. Ada yang mengatakan bahwa di antara mereka belum ada perjanjian karena tidak ada kehendak.
b. Ada ya mengatakan bahwa di antara mereka sudah ada perjanjian, karena ada dasar penjualan
untuk pembelian.
2. TEORI KEHENDAK
Mengatakan bahwa jika ada perbedaan antara yang dikehendaki dan dinyatakan, maka tidak ada
perjanjian.

3. TEORI PERNYATAAN
Mengatakan bahwa jika ada perbedaan antara yang dikehendaki dan kenyataan, maka dapat
dikatakan SUDAH ADA PERJANJIAN.
Dari teori pernyataan inilah timbul TEORI KEPERCAYAAN.
Misalnya : A dari Bandung menawarkan barang pada B di Bali.
Tanggal 3 Mei, A menulis surat : Teori Pernyataan
Tanggal 5 Mei, surat dikirim : Teori Pengiriman
Tanggal 10 Mei, surat diterima : Teori Penerimaan
Tanggal 15 Mei, A baru mengetahui bahwa B menerima suratnya : Teori Pengetahuan
KAPAN MENGIKATNYA :
Menurut Prof Sardjono adalah pada saat Penerimaan.

KONSENSUALITAS OBLIGATOIR
Adalah kesepakatan dalam perjanjian, kemudian menyerahkan kewajiban serta memberikan haknya.

PERJANJIAN FORMIL
Adalah perjanjian yang memerlukan suatu formalitas tertentu yang dikehendali oleh undang-
undang dan harus dibuat secara tertulis. Jika tidak, maka akan batal demi hukum.
Perjanjian, harus dibuat secara standar, yaitu dalam bentuk formulir yang lazimnya dibuat secara
kolektif. Misalnya, perjanjian kredit.
MACAM PERJANJIAN STANDAR :
1. Timbal balik
Adalah perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian perburuhan.
2. Di kalangan profesi tertentu, misalnya perjanjian notaris
3. Di kalangan pemerintah, misalnya sewa beli rumah negeri
4. Adhesi
Adalah perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak, di mana salah satu pihak dalam perjanjian
tersebut lazimnya adalah pihak yang ekonominya kuat. Misalnya, sewa beli kendaraan
bermotor. Dalam perjanjian adhesi ini sering mengandung Klausula Eksonerasi, yaitu suatu
klausula yang mengandung unsur-unsur pembebasan bagi pihak kreditur yang lazimnya adalah
pihak ekonomi kuat, dengan membebankan kewajiban-kewajiban pada pihak debitur yaitu pihak
ekonomi lemah. Misalnya,mengenakan denda pada sewa beli kendaraan bermotor.

PASAL 1320 KUHPER


Mengandung asas Kebebasan Berkontrak, yaitu kebebasan para pihak untuk menentukan bentuk
perjanjiannya.

PASAL 1338 (1) KUHPER


Undang-undang memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menentukan sendiri hak dan
kewajiban mereka.
UNSUR ESENSIALIA
Adalah unsur yang harus ada dalam perjanjian.

AKSIDENTALIA
Adalah hal-hal yang berlaku mengikat para pihak apabila secara tegas diperjanjikan dalam perjanjian.

NATURALIA
Adalah berbagai ketentuan dalam undang-undang yang diatur dalam Buku III yang bersifat mengatur
dan merupakan hukum pelengkap bagi hal-hal yang tidak diatur dalam perjanjian.

PERJANJIAN RIIL/ KONKRIT


Adalah perjanjian yang belum mengikat pada saat tercapainya kata sepakat, tapi diperlukan suatu
perbuatan tertentu untuk mengikat perjanjian itu. Misalnya, pengiriman barang.

PASAL 1329 KUHPER : Tentang Kecakapan


Semua orang pada dasarnya cakap untuk membuat perjanjian, kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang.

PERSONALIA PERJANJIAN

Perjanjian yang dibuat itu mengikat siapa saja : Pasal 1315 dan 1340 KUHPer.

PASAL 1315 KUHPER :


Tidak ada seorang pun dapat mengikatkan diri atau meminta ditetapkan suatu janji, selain untuk dirinya
sendiri. ( ASAS KEPRIBADIAN).
Yang dimaksud dengan Asas Kepribadian adalah :
Asas dalam hukum perjanjian, di mana seseorang dalam perjanjian itu pada hakekatnya hanya bisa
memperoleh hak dan kewajiban untuk dilaksanakan untuk dirinya sendiri.

PASAL 1316 KUHPER :


Merupakan suatu pengecualian atas asas kepribadian, yaitu suatu perjanjian yang oleh undang-undang
dikenal dengan nama Perjanjian Garansi. Misalnya, A meminjam uang pada B, tapi ada C sebagai
penjamin si A (perjanjian borgtocht).
Terhadap Azas Pengecualian ini ada dua pendapat :
1. UNDANG-UNDANG
Menganggap bahwa perjanjian garansi merupakan pengecualian Asas Kepribadian.

2. ILMU HUKUM
Menganggap bahwa perjanjian garansi bukan merupakan pengecualian Asas Kepribadian.

Perjanjian Garansi adalah perjanjian yang berdiri sendiri.

Pasal 1317 KUHPER : JANJI UNTUK PIHAK KETIGA


Lagipun diperbolehkan untuk minta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga,
apabila suatu penetapan janji yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri atau suatu pemberian
yang dilakukannya kepada seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu.
Dalam janji untuk pihak ketiga, seseorang membuat suatu perjanjian yang mana ia memperjanjikan
hak-hak bagi orang lain.
Misalnya, A mengadakan perjanjian jual-beli mobil dengan B, dengan perjanjian bahwa selama satu
bulan mobil itu boleh dipakai dulu oleh C.
Dalam hal ini A mengadakan perjanjian dengan B, di mana dalam perjanjian itu dia minta diperjanjikan
hak-hal oleh C tanpa adanya kuasa dari C.
Dalam hubungan ini, A disebut STIPULATOR, B disebut dengan PROMISSOR.

PASAL 1318 KUHPER :


Jika seseorang minta diperjanjikan suatu hal, maka dianggap itu adalah untuk ahli warisnya dan orang-
orang yang memperoleh hak daripadanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat
disimpulkan dari sifat perjanjian bahwa tidak demikian maksudnya.
Pasal ini memperluas ASAS KEPRIBADIAN, dimana perjanjian yang dibuat oleh para pihak tidak hanya
mengikat para pihak, tapi juga para ahli warisnya.

Pelaksanaan suatu perjanjian, dihubungkan dengan macam-macam prestasi. Terdapat tiga macam
prestasi dalam hal ini :
1. MEMBERIKAN SESUATU
Lazimnya ada obyek yang diberikan, misalnya :
Jual-beli, tukar-menukar, penghibahan : memberikan suatu barang secara Cuma-Cuma kepada
orang lain dan tidak dapat ditarik kembali, sewa-menyewa, pinjam pakai.

2. BERBUAT SESUATU
Tidak ada obyek yang diprestasikan, tapi kadang-kadang ada obyek yang diprestasikan. Misalnya
perjanjian membuat suatu garansi.

3. TIDAK BERBUAT SESUATU


Menurut Pasal 1240 BW : bahwa si berpiutang (kreditur) berhak menuntut penghapusan segala
sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan perjanjian dan dia boleh minta supaya dikuasakan
oleh hakim untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatu yang telah dibuat tadi atas biaya si
berutang (debitur), dengan tidak mengurangi haknya untuk menuntut ganti rugi jika ada alasan
untuk itu.
Misalnya : perjanjian tidak mendirikan tembok pemisah, perjanjian untuk tidak mendirikan
perusahaan yang sejenis.

Mungkin atau tidak ketiga prestasi tersebut di atas dieksekusi riil ?


Untuk point 1, bisa saja dieksekusi riil... Misalnya Antara A dan B membuat perjanjian untuk
mendirikan tembok, tapi kemudian B tidak mau mengerjakannya. Sehingga B harus membayar A lalu A
yang mengerjakan sisanya.

You might also like