Professional Documents
Culture Documents
“KASUS UROLITHIASIS”
DISUSUN OLEH:
Henni Kusuma
0806483405
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDONESIA
2011
UROLITHIASIS
Pengertian
Urolithiasis adalah istilah adanya batu di saluran kemih. Batu terbentuk karena adanya
supersaturasi zat-zat yang terdapat dalam urine, seperti calcium, oxalat, fosfat, asam urat, dan
lain-lain karena suatu keadaan tertentu. Batu dapat ditemukan di setiap tempat saluran kemih,
mulai dari ginjal hingga kandung kemih.
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat;
sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium amonium fosfat, batu
xanthyn, batu sistein, batu silikat, dan batu jenis lainnya.
Etiologi
Penyebab terjadinya batu saluran kemih dapat dijelaskan melalui beberapa teori (Purnomo,
2009) :
a. Teori nukleasi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urine), yaitu pada sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan seperti pelvikalises (stenosis uretro-
pelvis), obstruksi infravesika kronis seperti hiperplasia prostat benigna, striktura, dan
buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik
yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan
presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi,
dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun cukup
besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih.
Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi
kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk
batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Meskipun proses pembentukan
batu hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan jenis batu
itu tidak sama (misal: batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan
batu magnesium amoium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa).
Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solut dalam urine, laju aliran urine di dalam kemih, atau adanya korpus
alineum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
Selain kedua teori tersebut ada faktor internal dan eksternal berpengaruh pada terbentuknya
batu saluran kemih, yakni sebagai berikut:
1) Faktor internal :
Stasis urine
Infeksi; Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK). Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi
alkali.
Hiperkalsiuria (kadar kalsium di dalam urine > 250-300mg/24jam) yang dapat
disebabkan oleh :
Hiperparathyroid atau status keganasan (peningkatan resorpsi kalsium tulang),
ranulomatous (dimana terjadi peningkatan vit D yang diproduksi oleh granuloma),
intake vitamin D yang berlebih.
Gangguan kemampuan reabsorbsi melalui tubulus ginjal dan absorbsi kalsium melalui
usus.
Penggunaan obat-obatan. Penggunaan obat anti hipertensi triamterene, penggunaan
jangka panjang antasid, carbonat anhidrase inhibitor akan meningkatkan insiden batu
saluran kemih pada seorang individu.
Hiperoksaluri (ekskresi oksalat urine > 45gr/hari), keadaan ini banyak dijumpai pada
pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan
pasien banyak mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (seperti: teh, kopi instan, soft
drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam).
Hiperurikosuria (kadar asam urat dalam urin > 850 mg/hari), asam urat yang berlebihan
dalam urine bertindak sebagai inti batu pada terbentuknya batu asam urat. Sumber asam
urat di dalam urin berasal dari makanan yang banyak mengandung purin maupun
berasal dari metabolisme endogen.
Faktor Eksternal :
Umur (penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun)
Jenis kelamin (jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding pasien
perempuan)
Diet
Meningkatnya kualitas makanan suatu masyarakat (peningkatan konsumsi asam lemak,
protein hewani, gula, garam, dan minuman instan (teh, kopi, bersoda), serta penurunan
makanan berserat, protein nabati, dan karbohidrat) akan meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan yang dengan aktivitas fisik minimal (banyak duduk) dan paparan suhu
yang tinggi akan meningkatkan insisden batu saluran kemih.
Air Minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam
urine meningkat.
Iklim
Individu yang menetap di daerah yang beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet
tinggi akam cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D
(memicu peningkatan eksresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden batu saluran kemih
akan meningkat.
Riwayat keluarga
Riwayat batu saluran kemih pada keluarga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya
batu saluran kemih pada seseorang.
Manifestasi Klinis
Pelvis renalis
Batu saluran kemih sebesar lebih dari 1 cm pada pelvis renalis akan menyebabkan
nyeri berat pada punggung bagian bawah tepat di iga ke-2.
Pemeriksaan Diagnostik
Treatment
1. Observasi Konservatif
Kebanyakan batu ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa perlu adanya
intervensi. Tergantung jenis batu, bentuk dan lokasi. Batu ureter 4-5 mm, 40-50 % dapat
keluar secara spontan, namun jika lebih dai 6 mm maka hanya 5% yang keluar secara
spontan. Namun ini tidaklah menunjukkan bahwa batu 1-2 cm tidak dapat keluar secara
spontan dan batu 1-2mm dapat keluar secara spontan.
2. Agen Disolusi
Yaitu larutan atau bahan untuk memecahkan batu, agen disolusi ini keefektifannya
tergantung dengan luas permukaan batu, jenis batu, volume cairan irigasi dan cara
keluarnya.
Agen alkalinisasi oral : sodium aatau potassium bikarbonat dan potasium sitrat.
3. Mengurangi Obstruksi
Pemasangan DJ Stent untuk menghindari perforasi dinding ureter akibat batu
yang lewat
Percutaneous nefrostomi untuk mengeluarkan urine melalui alat yang yang
dimasukkan ke dalam pelvis renalis
4. Terapi Non Invasif
ESWL (Extracorporeal Shockwafe Lithotripsy) : Pemecah batu dengan gelombang kejut
dari luar tubuh.
ESWL digunakan jika batu ureter tidak dapat keluar secara spontan dengan terapi
konservatif. Keberhasilan cara ini tergantung dari ukuran, lokasi batu dan metode yang
digunakan, dan modalitas imaging yang digunakan. Batu ginjal dengan ukuran total <2,0-
2,5 cm memberikan hasil yang baik dengna ESWL. Sebagian besar srep[ihan batu dapat
dikeluarkan dalam waktu kurang lebih 2 minggu. Komplikasi ESWL jarang ditemukan
dan biasanya berhubungan dengan sepsis dan terdapatnya sisa-sisa batu di dalam saluran
kemih.
URS (ureterorenoscopy)
Prosedur dengan menggunakan teropong dari ureter ke ginjal, dilakukan untuk
diagnosis sekaligus untuk terapi. Cara ini biasanya dilakukan untuk terapi batu ureter,
atau indikasi lain seperti penyempitan ureter dan tumor ureter. Dengan teropong yang
berdiameter besar dapat digunakan alat-alat untuk menghancurkan batu, seperti
ultrasonik, elektrohidrolik dan laser probe; juga alat untuk mengeluarkan batu.
6. Terapi Bedah
Dalam melakukan penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu dilakukan
usaha untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan. Namun jika sampai
waktu tertentu batu tetap tidak dapat dikeluarkan, biasanya karena terlalu besar dan
menimbulkan rasa sakit akibat obstruksi urine , maka akan dilakukan tindakan
pembedahan
Nefrolitotomi
Prosedur ini hanya dilakukan pada kasus-kasus yang sulit. Pengambilan batu
dilakukan langsung dari ginjal atau pyelum ginjal penderita, setelah sebelumnya
dokter membuat irisan (10-20 cm) di daerah pinggang atau perut penderita
(tergantung lokasi batu). Perawatan pasca operasi biasanya lebih lama karena cedera
yang diakibatkan cukup berat.
Nefrektomi parsial
Kadangkala batu pada saluran kemih dapat mengakibatkan kerusakan fungsi ginjal.
Jika kerusakan fungsi ginjal sudah sangat parah, biasanya dilakukan operasi radikal
dengan mengangkat bagian organ ginjal yang rusak. Pengangkatan seluruh ginjal
biasa dikenal dengan istilah nefrektomi. Namun seringkali ada bagian ginjal yang
masih baik sehingga pengangkatan seluruh ginjal menimbulkan risiko
ketidakmampuan ginjal lainnya untuk bekerja dengan baik. Nefrektomi parsial atau
pengangkatan sebagian tertentu dari ginjal, walaupun jarang dilakukan, lebih cocok
bagi penderita kerusakan fungsi ginjal pada bagian tertentu akibat adanya batu yang
kronik. Karena dengan teknik ini, yang diangkat hanya bagian yang mengandung batu
dan mengalami kerusakan.
Pyelolitotomi
Pembedahan untuk mengambil batu yang berada di pelvis renalis.
Urethrolitotomi
Pembedahan untuk mengambil batu yang berada di ureter.
Cystolitotomi
Pembedahan untuk mengambil batu yang berada di bladder.
Pencegahan
Umumnya, 50% pasien tanpa tindakan profilaksis akan mengalami rekurensi batu saluran
kemih dalam 5 tahun. Karena itu diperlukan edukasi dan tindakan-tindakan preventif disertai
dengan motivasi kepada penderita untuk mencegah timbulnya kembali batu saluran kemih.
Tindakan pencegahan itu antara lain:
Minum Banyak Air
Konsumsi air 7 sampai 12 gelas dalam satu hari dapat meningkatkan produksi urin sampai 2
kali per hari. Konsumsi air ini juga dapat mencegah pembentukan kristal urin yang dapat
menyebabkan batu. Dianjurkan untuk mengkonsumsi air setiap kali makan, pada saat bangun
tidur, sebelum tidur dan di malam hari, jika ingin buang air kecil.
Pengkajian
Data-data yang mungkin dapat ditemukan pada pasien :
Riwayat keluarga ada yang menderita urolhitiasis, riwayat pasien pernah mengalami
urolhitiasis.
Lingkungan tempat tinggal dimana sumber air minum keluarga mengandung tinggi
mineral.
Intake makanan yang mengandung tinggi kalsium dan oksalat.
Keluhan nyeri kolik dan nonkolik tergantung dengan besar, lokasi batu.
Keluhan pernah terjadi infeksi saluran kemih (LUTS) : penurunan out put urine, distensi
bladder, urgency, rasa panas atau terbakar saat miksi.
Terdapat kristaluria, hematuria.
Demam, jika terdapat urosepsis maka dapat ditemukan pula hipotensi, vasodilatasi
pembuluh darah di kulit, palpitasi.
Pada pengkajian fisik dapat ditemukan nyeri ketok pada CVA, teraba massa pada
abdomen jika telah terjadi hidronefrosis.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan :
Urinalisa : urine berwarna kuning, coklat atau merah, secara mikroskopis terdapat sel
darah merah, sel darah putih, kristal, mineral, bakteri, PH urine dapat asam (untuk jenis
batu cystine atau asam urat) dan basa (batu jenis magnesium, amonium fosfat atau
kalsium fosfat).
Urine 24 jam : ditemukan peningkatan kreatinin, asam urat, kalsium, fosfor, oksalat, atau
cystin.
Urine kultur : Mungkin ditemukan adanya kuman penyebab infeksi saluran kemih
Biokimia darah : Peningkatan magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
Ureum, creatinin serum dan urin : Terjadi peningkatan akibat terjadi iskemik pada ginjal
karena batu.
Natrium klorida dan bikarbonat serum : Peningkatan klorida dan penurunan bikarbonat
diduga akibat telah terjadinya asidosis tubulus renal.
Leukosit : Meningkat, menandakan adanya infeksi
Sel darah merah : Biasanya normal
Hb/Ht : Abnormal jika pasien telah mengalami dehidrasi atau polycitemia atau anemia
(perdarahan, gagal ginjal /disfungsi ginjal).
Hormon Parathyroid : Dapat meningkat jika telah terjadi kegagalan ginjal.
BNO : Memperlihatkan adanya batu atau perubahan anatomi pada ginjal dan ureter.
IVP : Memperlihatkan abnormalnya struktur anatomis ginjal (distensi ureter) dan
bayangan batu.
Cystoscopy dan ureteroscopy : Secara visual dapat memperlihatkan batu dan obstrksi
pada bladder, ureter dan ginjal.
CT Scan dan MRI : Dapat mengindentifikasi batu, massa pada ginjal. Ureter dan distensi
bladder.
Ultrasound Ginjal : Melihat perubahan obstruksi, lokasi batu.
Rencana Asuhan Keperawatan Urolithiasis
Pre Operasi
D
x
Kolaborasi
Berikan obat-obatan
sesuai indikasi :
Jenis narkosa; me-
peridine, morphine.
Antispasmodik :
flaavoxate (urispas),
Ditropan
Berikan kompres
hangat pada bagian
punggung
Pertahankan
kepatenan kateter
jika ada.
.............................
.............................
Pertahankan kepa-
tenan kateter uretra,
ureter, nefros-tomi
jika dipergunakan
Lakukan irigasi
dengan larutan asam
atau alkali sesuai
indikasi...............
............................
............................
Siapkan pasien
untuk dilakukan
prosedur
endoskopi ................
...........
...........................
ESWL :...............
Atau prosedur
pembedahan......
.............................
.............................
Post Operasi
.......................... .............................
...........................
...........................
D
x
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Basuki B. (2009). Dasar-Dasar Urologi. Edisi II. Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.