Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak nilam merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam
melalui proses penyulingan. Minyak nilam tersebar di berbagai daerah di
Indonesia, terutama di daerah Sumatera. Dalam dunia perdagangan minyak ini
lebih dikenal sebagai patchouly oil. Minyak nilam bersama dengan 14 jenis
minyak atsiri lainnya adalah komoditas ekspor penghasil devisa. Minyak nilam
Indonesia sudah dikenal dunia sejak 65 tahun yang lalu, bahkan Indonesia
merupakan pemasok utama minyak nilam dunia.
Ekspor nilam Indonesia berfluktuasi dengan laju peningkatan ekspor
sekitar 12% per tahun atau berkisar antara 700 ton - 2.800 ton minyak nilam per
tahun. Sementara itu kebutuhan dunia berkisar 1.200 ton – 1.500 ton dengan
pertumbuhan sebesar 5% per tahun. Sebagai komoditas ekspor, minyak nilam
mempunyai prospek yang cukup baik, karena permintaan akan minyak nilam
sebagai bahan baku industri parfum, kosmetik, sabun dan lainnya akan terus
meningkat. Fungsi minyak nilam dalam industri parfum adalah untuk memfiksasi
bahan pewangi dan mencegah penguapan sehingga wangi tidak cepat hilang, serta
membentuk bau yang khas dalam suatu campuran (Ketaren dalam Emmyzar dan
Yulius, 2004). Hal ini menyebabkan minyak nilam mutlak diperlukan dalam
industri parfum.
Semakin meningkatnya permintaan baik dari industri-industri dalam
negeri maupun luar negeri yang menggunakan minyak nilam sebagai bahan dasar
atau bahan tambahan, menuntut adanya industri yang mampu menyuplai bahan
tersebut, namun salah satu kendala yang muncul adalah kualitas minyak nilam
Indonesia yang masih dibawah standar, hal ini dikarenakan sebagian minyak
nilam masih diproduksi dengan alat sederhana sehingga mutu dan efisiensi serta
produktifitasnya belum optimal, oleh karena itu PT. Indesso Aroma hadir untuk
mengatasi hal ini. PT. Indesso Aroma yang tidak hanya terkenal dengan savoury
dan natural extract (ekstrak alami), tapi juga dengan aromatic chemical (kimia
aromatik).
1
Salah satu produk aromatic chemical dari PT. Indesso Aroma adalah
patchouli oil (minyak nilam) yang telah dilakukan proses pencampuran dan
proses peningkatan kualitas. Dalam proses peningkatan kualitas minyak nilam
memerlukan penanganan yang lebih khusus agar diperoleh produk akhir dengan
kualitas yang sesuai standar. Penanganan khusus yang dimaksud adalah dimulai
dengan penanganan bahan baku, proses produksi, hingga penanganan pada
produk akhir selama penyimpanan.
Dalam praktek lapangan ini dipilih topik mengenai proses produksi dan
pengawasan mutu munyak nilam. Dipilihnya topik ini karena aspek tersebut
memegang peranan penting bagi sebuah perusahaan, dimana perusahaan dituntut
untuk selalu produktif dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, ketepatan dalam setiap production line
sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta
peningkatan mutu dari produk yang dihasilkan.
2
B. Tujuan
3
D. Metodologi
2. Wawancara
3. Studi pustaka
4
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
5
PT. Indesso Aroma dalam perkembangannya lebih lanjut mulai melihat
peluang yang lain. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya menyuling minyak daun
cengkeh saja, tetapi mulai melakukan pengolahan minyak daun cengkeh yang
dihasilkan oleh petani menjadi produk-produk turunannya yang memiliki potensi
ekspor. Komitmen pimpinan perusahaan terhadap mutu produk yang selalu prima
ditingkatkan dengan merekrut sejumlah tenaga profesional untuk
mengembangkan produk. Dari sisi proses, penggunaan peralatan mutakhir dan
peningkatan efisiensi proses dilakukan guna menghasilkan produk bermutu tinggi
secara konsisten.
6
beroperasi pada tahun 2001 ini dikhususkan untuk memproduksi kimia aromatik
dan ekstrak alami dengan menggunakan teknologi yang lebih modern.
Pada saat ini dan pada waktu yang akan datang perusahaan lebih banyak
mengembangkan ke arah industri kimia aromatik yang merupakan tahapan
pengembangan lebih lanjut dari minyak atsiri. Dengan masuknya perusahaan ke
dalam industri kimia aromatik dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan di
dunia internasional.
Selain kimia aromatik, sejak beberapa tahun terakhir ini perusahaan juga
telah mengembangkan produk-produk yang merupakan bagian dari ekstrak alami.
Adapun, bahan-bahan baku yang digunakan juga berasal dari Indonesia.
7
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, perusahaan senantiasa berusaha
menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi karyawan. Hal ini terlihat hubungan
kerja yang ada adalah hubungan “long life employment”. Selain itu perusahaan
juga memiliki kebijakan yang berkaitan dengan keamanan dan mutu pangan
perusahaan, yaitu:
PT. Indesso Aroma mempunyai dua buah lokasi pabrik yang terletak di
Purwokerto dan Cileungsi, serta kantor pusat (Head Office) yang terletak di
Jakarta yang beralamat di Jl. Tanah Abang 2 no. 78 Jakarta. Pabrik PT. Indesso
Aroma sendiri terdiri dari Pabrik I yang terletak di Jalan Raya Baturaden km 10,
Purwokerto dengan luas tanah 10000 m2 dan luas bangunan pabrik 2500 m2 dan
8
Pabrik II terletak di Jalan Raya Alternatif Cibubur-Cileungsi km 9, Bogor dengan
luas tanah 45000 m2 dan luas pabrik 4500 m2.
Lokasi Pabrik II PT. Indesso Aroma yang dibangun pada tahun 2001
terletak di kawasan Cileungsi. Adapun alasan pembangunan tersebut adalah:
1. Lokasi pabrik dekat dengan pelabuhan sehingga lebih mudah dalam
pendistribusian produk.
2. Tersedianya lahan yang lebih luas dibandingkan dengan Pabrik I sehingga
mendukung peningkatan kapasitas produksi.
3. Lokasi pabrik terletak relatif lebih dekat dari kantor pusat di Jakarta
sehingga lebih mudah dalam melakukan komunikasi dan koordinasi
perusahaan.
Tata urutan dan letak pabrik memegang peranan yang cukup penting
dalam pendirian pabrik, karena akan berpengaruh terhadap efisiensi lahan yang
digunakan. Semakin efisien penataan letak bangunan pabrik dan peralatan yang
digunakan, maka lokasi pabrik dapat digunakan untuk membangun fasilitas-
fasilitas lain seperti lapangan parkir, kantin, tempat ibadah, toilet, dan lahan yang
dipersiapkan untuk ekspansi.
9
3. Kedekatan peralatan dengan ruang kontrol sehingga mempermudah
pengendalian.
4. Menjamin keselamatan tenaga kerja.
5. Letak bangunan pendukung terhadap bangunan pabrik utama disesuaikan
dengan fungsinya terhadap proses produksi.
D. Ketenagakerjaan
10
manufaktur dan perdagangan, dengan suatu harapan masing-masing bidang akan
bisa tumbuh dengan lebih baik dan pengelolaan perusahaan pun akan menjadi
lebih profesional, sehingga diharapkan perusahaan akan lebih berperan di masa
yang akan datang.
Pada saat ini dan waktu yang akan datang perusahaan lebih banyak
mengembangkan ke arah industri kimia aromatik yang merupakan tahapan
pengembangan lebih lanjut dari minyak atsiri. Dengan masuknya perusahaan ke
dalam industri kimia aromatik akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan di
dunia internasional. Selain kimia aromatik, sejak beberapa tahun terakhir ini
perusahaan juga telah mengembangkan produk-produk yang merupakan bagian
dari ekstrak alami. Total karyawan perusahaan pada tanggal 1 Juli 2007 adalah
230 orang dan rinciannya sebagai berikut :
1. Jakarta : 57 orang
2. Cileungsi : 79 orang
3. Semarang : 11 orang
4. Surabaya : 11 orang
5. Purwokerto : 72 orang
sedangkan jumlah pegawai khususnya di PT. Indesso Cileungsi pada tanggal 6
Maret 2009 berjumlah 106 pegawai dengan rincian:
1. Adminstrasi : 2 orang
2. Aplikasi : 1 orang
3. Engineering : 3 orang
4. Logistic : 15 orang
5. Maintenance : 8 orang
6. Management : 8 orang
7. Produksi : 31 orang
8. Personnel & General Affair : 19 orang
9. Purchasing : 3 orang
10. Quality Assurance : 3 orang
11. Quality Control : 6 orang
12. Reasech & Development : 5 orang
13.Savoury : 2 orang
11
jumlah tersebut, 60% terdiri dari tenaga muda dan profesional yang diharapkan
akan membawa perusahaan kepada cita-cita dan misi perusahaan, yaitu
mendayagunakan sumber daya alam Indonesia dan menjadi pelopor produk-
produk baru yang bermutu dan potensial untuk dipergunakan dalam industri bahan
aroma dan bahan pewangi.
12
mendapatkan beasiswa melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan cara mengajukannya ke kepala divisi bersangkutan selanjutnya diajukan
ke bagian manajemen masing-masing divisi yang bersangkutan, persetujuan bisa
tidaknya beasiswa ini bergantung kepada manajemen masing-masing divisi yang
bersangkutan.
E. Jenis Produk
Produk-produk yang diproduksi oleh PT. Indesso Aroma diantaranya
adalah:
13
3. Unit Savoury
F. Kapasitas Produksi
A. Tanaman Nilam
14
Spermatophyta yaitu tanaman yang perdu atau semak dengan tinggi 0,3–1,3 meter
yang memiliki aroma khas (Ketaren, 1986). Menurut Mangun (2005), Tanaman
nilam merupakan tanaman perdu wangi yang berakar serabut, daunnya halus
seperti beludru apabila diraba dengan tangan, dan bentuk daun agak bulat lonjong,
serta warnanya hijau pucat. Bagian bawah daun beranting halus, batangnya
berkayu dengan diameter 10–20 mm, serta sebagian besar daun yang tumbuh pada
ranting hampir selalu berpasangan satu sama lain. Jumlah cabangnya banyak yang
bertingkat mengelilingi batang sekitar 3-5 cabang pertingkat. Saat berumur lebih
dari 6 bulan, ketinggian tanaman nilam dapat mencapai 2-3 kaki atau sekitar 60-
90 cm dengan radius cabang sekitar 60 cm.
15
Nilam Aceh merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan
karena memiliki aroma khas yang menyegarkan dan rendemen minyak yang
tinggi, yaitu 2,5%-5%. Menurut Guenther (1984), bagian tepi daun nilam jenis ini
bergerigi, membulat seperti jantung dan pada permukaan bagian bawah daun
berbulu sehingga daun tampak pucat. Jenis tanaman ini berasal dari Filiphina,
yang kemudian ditanam dan dikembangkan ke wilayah Malaysia, Madagaskar,
Brazil, dan Indonesia.
Nilam dapat dipanen setelah tanaman berumur 5-7 bulan dan panen
selanjutnya dilakukan setiap 2-3 bulan sekali, tergantung dari jadwal dan program
penanaman yang dilakukan (Mangun, 2005). Menurut Ketaren (1986) pemanenan
nilam dilakukan dengan cara memotong bagian dahan atau tangkainya sepanjang
3-5 ruas dari pucuk atu disisakan sekitar 20 cm dari permukaan tanah. Panen
dilakukan sebelum daun berwarna coklat dan dipetik saat pagi hari atau menjelang
malam untuk mendapatkan daun dengan kadar minyak yang tinggi. Apabila panen
dilakukan siang hari, maka sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme yang
akan mengurangi laju pembentukan minyak, daun yang kurang elastis dan mudah
16
sobek sehingga kehilangan minyak akan lebih besar, disamping transpirasi daun
lebih cepat sehingga jumlah minyak yang dihasilkan akan berkurang.
Pada tanaman nilam, minyak atsiri terkandung oleh semua bagian tanamannya
baik itu daun, batang maupun akar. Dari semua bagian tersebut rendemen minyak
dari akar dan batang nilam umumnya lebih rendah bila dibandingkan dengan yang
berasal dari daun (Sundaryani dan Sugiharti, 1998).
Selama ini petani nilam di pulau Jawa hanya mampu menghasilkan minyak
nilam dengan kandungan patchouli alkohol 26%-28%, sedangkan pabrik
penyulingan dengan peralatan suling baja antikarat (stainless steel) mampu
17
menghasilkan minyak nilam dengan kandungan patchouli alkohol 31%-35%
(Sarwono,1998). Patchouli alkohol merupakan komponen penyusun utama yang
menentukan mutu minyak nilam dengan kadar tidak boleh kurang dari 30%.
Dalam perdagangan minyak nilam dunia patchouli alkohol merupakan syarat
mutu yang sangat mempengaruhi harga minyak nilam. Ditinjau berdasarkan titik
didihnya beberapa komponen minyak nilam mempunyai titik didih sebagai
berikut:
a. Patchouli Alkohol
Patchouli alkohol adalah komponen utama minyak nilam (sekitar 40%) yang
menentukan parameter mutu minyak nilam terutama dari karakteristik bau yang
dihasilkannya. Menurut Ketaren (1986), Patchouli alkohol tergolong dalam
golongan terpen-O (oxygenated terpen). Persenyawaan ini mempunyai nilai
kelarutan yang tinggi dalam alkohol encer (kecuali beberapa persenyawaan
aldehida), serta lebih stabil terhadap oksidasi maupun resinifikasi.
18
Tabel 2. Sifat Fisik Patchouli Alkohol
Sifat Nilai
(Sastromihamodjojo, 2002)
b. Eugenol
Eugenol merupakan senyawa golongan hidrokarbon O dengan rumus molekul
C10H12O2, mempunyai bobot molekul 164.2, berupa cairan berbentuk minyak,
tidak berwarna, atau sedikit kekuningan dan akan menjadi coklat jika kontak
dengan udara (Arthur, 1956). Kekentalan dan warna eugenol akan meningkat
apabila selama penyimpanan kontak dengan udara dan sinar. Dari rumus
bangunnya eugenol adalah suatu alkohol siklis monohidrat (alkohol tersier) atau
suatu fenol, sehingga dapat bereaksi dengan basa kuat.
Eugenol sulit larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Furia dan
Bellaca, 1975). Guenther (1987) menyatakan bahwa eugenol larut dalam 5:6
dengan alkohol 50%, 2:3 dengan alkohol 60% dan 1:2 dengan alkohol 70%.
19
Gambar 2. Rumus Bangun Eugenol
c. Patchoulene
Pathcoulene memiliki titik didih berkisar antara 255ºC -250ºC. Bobot jenisnya
0.9296, putaran optik (-) 38 dan indeks bias sekitar 1.4984. Berikut ini adalah
rumus bangun patchoulene.
d. Benzaldehid
Benzaldehid adalah komponen minyak yang merupakan cairan tidak berwarna
dan memiliki bau almond dengan rumus molekul C7H6O6 dan bobot molekul
sebesar 106.12. Benzaldehid memiliki bobot jenis 1.0484, indeks bias 1.5456, dan
titik didih 178ºC. Zat ini memiliki kemampuan untuk mengkondensasi dengan
beberapa macam aldehide untuk membentuk nilai tinggi pada parfum. Berikut
rumus bangun molekul benzaldehid.
20
Gambar 4. Rumus bangun benzaldehid
e. Sinnamaldehid
Sinnamaldehid dikenali pula dengan sebutan ß-fenilakrolein dan merupakan
senyawa aldehid aromatik dengan titik didih 68ºC pada bentuk cis dan 80ºC pada
bentuk trans. Sinnamaldehid dapat teroksidasi pada gugus aldehidnya sehingga
pada ikatan rangkap akan terbentuk asam sinamat, yang pada akhirnya akan
membentuk asam benzoate serta benzaldehid. Berikut ini adalah proses oksidasi
pada senyawa sinnamaldehid.
f. Alpha-pinen
Senyawa alpha-pinen memiliki berat molekul 136.24 dan rumus molekul
C10H16. Senyawa ini bersifat larut dalam alkohol pekat dan tidak larut dalam air.
Senyawa alpha-pinen ini telah dijual bebas bersama senyawa beta-pinen. Rumus
bangun senyawa alpha-pinen terdapat pada gambar berikut.
21
Gambar 6. Rumus bangun alpha-pinen
g. Beta-pinen
Beta-pinen memiliki titik didih 166ºC dengan bobot jenis 0.87. Senyawa ini
larut dalam alkohol pekat dan sukar larut dalamalkohol encer. Berikut ini adalah
rumus bangun dari senyawa beta-pinen.
Menurut Forma (1979), indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai karbon
dan jumlah ikatan rangkap. Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak
jumlah ikatan rangkap maka indeks bias semakin tinggi. Lama pengeringan dan
proporsi batang yang lebih banyak pada penyulingan akan menghasilkan minyak
22
dengan indeks bias yang tinggi. Pada minyak nilam, komponen beratnya
merupakan senyawa yang bertitik didih tinggi dan merupakan molekul berantai
panjang.
Menurut Rusli et al (1979), indeks bias minyak atsiri semakin tinggi dengan
semakin lamanya waktu penyulingan. Hal ini disebabkan banyak minyak yang
tersuling mengandung seskuiterpen yang merupakan senyawa molekul siklis
berantai panjang dan berikatan rangkap.
Indeks bias suatu minyak atsiri juga dipengaruhi oleh kondisi dari proses
penyulingan minyak. Besarnya api saat penyulingan akan mengakibatkan fraksi
berat dalam minyak akan tersuling dalam jumlah lebih banyak serta makin banyak
pula jumlah ikatan tidak jenuhnya. Semakin besar nilai indeks bias minyak nilam,
maka semakin baik mutunya (Rusli dan Hasanah, 1976).
Komponen berat dalam minyak nilam merupakan senyawa yang bertitik didih
tinggi dan merupakan molekul yang berantai panjang. Hal inilah yang
menyebabkan nilai indeks bias minyak nilam semakin besar. Nilai indeks bias
berhubungan dengan struktur dan komposisi senyawa organik di dalam suatu
bahan (Formo et al, 1978).
Sifat optik suatu minyak atsiri ditentukan dengan polarimeter dan nilainya
ditentukan dengan derajat rotasi. Derajat rotasi dan arahnya penting untuk
menentukan nilai derajat kemurnian. Derajat optik sangat dipengaruhi oleh
perbandingan banyaknya daun dan batang. Hal ini disebabkan karena pada bagian
batang lebih banyak terdapat komponen yang mengandung atom karbon simetris
yang memutar bidang polarisasi sebelah kiri. Kecenderungan minyak nilam
23
memutar ke sebelah kiri disebabkan oleh adanya patchouli alkohol yang memiliki
daya optik aktif ke kiri (-) yang cukup besar (Pomeranz dan Meloan, 1977).
b. Sifat Kimia
Menurut Ketaren (1986), sifat kimia minyak atsiri ditentukan oleh
persenyawaan kimia yang terdapat di dalamnya, terutama persenyawaan tidak
jenuh (terpen), ester, asam, aldehida, dan beberapa jenis persenyawaan lainnya
yang termasuk golongan oxygenated hydrocarbon, misalnya alkohol, eter, dan
keton. Perubahan sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri dari kerusakan minyak
yang menyebabkan penurunan mutu. Beberapa proses yang dapat menyebabkan
sifat fisika kimia minyak atsiri adalah proses oksidasi, hidrolisis, polimerisasi
(resinifikasi), dan penyabunan (Ketaren,1986).
Sifat kimia minyak nilam meliputi bilangan asam, bilangan ester serta
kelarutan dalam alkohol 90%. Bilangan ester penting peranannya dalam
menentukan mutu minyak atsiri, terutama dalam masalah aroma. Menurut Ketaren
(1986), beberapa minyak atsiri mengandung ester yang umumnya berbasa satu
(RCOOR’) dengan R dapat berupa radikal alifatis (alkil), aromatik (aril) atau
alisiklis. Semakin lama penyulingan dilakukan maka akan semakin besar bilangan
ester yang dihasilkan (Anonimous, 1980).
Bilangan asam dari suatu minyak atsiri akan bertambah bila umur simpan
minyak juga bertambah, terutama apabila perlakuan penyimpanan yang kurang
baik sehingga akan mengakibatkan terjadinya oksidasi dan hidrolisa ester yang
akan menambah jumlah bilangan asam. Minyak yang telah dikeringkan dan
24
dilindungi dari udara dan sinar memiliki jumlah asam bebas yang relatif kecil
(Ketaren, 1986).
Bobot Jenis
20ºC/20ºC 0.943 - 0.983 0.950 – 0.975
Indeks Bias
25ºC(nD25) 1.506 - 1.516 1.507 – 1.515
25
Bilangan asam
maksumal 5.0 Maks 5
Bilangan ester
maksimal 10.0 Maks 20
Zat-zat asing :
a. Alkohol
tambahan
b. Lemak
Selain syarat mutu yang telah disebutkan diatas, terdapat pula syarat mutu lain
yang dijadikan acuan untuk mengetahui mutu minyak nilam. Rekomendasi
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
26
mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi dari zat
pewangi, sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau
dihambat. Penambahan zat pengikat ini dalam parfum bertujuan untuk mengikat
bau wangi dengan mencegah laju penguapan zat pewangi yang terlalu cepat,
sehingga bau wangi tidak cepat hilang. Komposisi minyak nilam yang digunakan
dalam suatu parfum dapat mencapai 50%.
Selain itu, karena wanginya yang khas maka minyak nilam sering digunakan
langsung sebagai parfum selendang, pakaian, industri sabun, kosmetik, dupa,
parfum, karpet, dan barang-barang tenunan. Menurut Guenther (1948) minyak
nilam memiliki sifat-sifat antara lain adalah sulit tercuci, sukar menguap
dibandingkan minyak atsiri lainnya, dapat larut dengan baik dalam alkohol dan
mudah dicampurkan dengan minyak atsiri lainnya. Sifat-sifat ini yang
menyebabkan minyak nilam digunakan sebagai fiksatif dalam berbagai industri
wewangian, kosmetik, sabun, dan farmasi. Peranan minyak nilam sebagai fiksatif
belum dapat digantikan oleh minyak manapun sehingga sangat penting dalam
dunia parfumery (Lutony et al, 1994).
Fungsi minyak nilam antara lain sebagai obat luka, obat sakit gigi dan gatal-
gatal (Anonimous, 1980). Selain itu, minyak nilam juga dapat digunakan sebagai
bahan baku insektisida nabati (Nurdjanah et al,1998). Menurut Dummond (1960)
nilam dapat digunakan sebagai insektisida terutama untuk mengusir ngengat kain
(Thysanura) karena didalamnya mengandung zat yang tidak disukai oleh serangga
tersebut, karena terdapat dalam komponen minyak nilam seperti alpha-pinen dan
beta-pinen. Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa
minyak nilam dapat digunakan sebagai pengendali populasi serangga karena
sifatnya sebagai bahan penolak dan penghambat pertumbuhan serangga. Sebagai
pengendali hama, minyak nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk
dikembangkan sebagai salah satu bahan baku insektisida nabati.
27
disekitar dinding tempat penyimpanan, populasi Stegobium paniceum dapat
berkurang sebesar 25-42% setelah penyimpanan 9 hari. Selain itu dari hasil
penelitian Mardiningsih, dkk (1994) minyak nilam bersifat menolak beberapa
jenis serangga seperti ngengat kain (Thysanura lepimatidae), Sitophilus zeamais
(kumbang jagung), dan Carpophilus sp. (kumbang buah kering). Menurut Grainge
dan Ahmed (1987) minyak nilam juga bersifat menolak Aphid (kutu daun),
nyamuk, dan Pseudaletia unipuncta.
Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, kosmetika, dan sabun serta
sebagai pestisida ternyata minyak nilam berkhasiat sebagai antibiotik dan
antiradang karena dapat menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba. Dapat
digunakan untuk deodoran, obat batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul, dan
herpes. Minyak nilam merupakan minyak eksotik yang dapat meningkatkan
gairah dan semangat serta mempunyai sifat meningkatkan libido. Biasanya
digunakan untuk mengharumkan kamar tidur untuk memberi efek menenangkan
dan membuat tidur lebih nyenyak (anti insomnia). Dalam hal psikoemosional,
minyak nilam termasuk dalam aroma terapi yang belakangan ini semakin populer
sebagai salah satu aspek pengobatan alternatif, karena minyak nilam mempunyai
efek sedatif (menenangkan), sehingga digunakan untuk menanggulangi gangguan
depresi, gelisah, tegang karena kelelahan, stres, kebingungan, lesu, dan tidak
bergairah serta dapat meredakan kemarahan (Mardiningsih, dkk. 1998).
Sisa dari hasil penyulingan minyak nilam masih dapat dimanfaatkan untuk
bahan pembuat dupa, karena mempunyai aroma yang khas/harum. Ampas tersebut
dijemur kemudian digiling dan siap digunakan sebagai bahan baku pembuat dupa
berbentuk lidi (joss stick). Bubuk halus dari ampas dicampur dengan bahan
perekat (gum Arabic dan dentrose), tepung onggok, tepung tempurung, pewarna,
dan pewangi lainnya. Semua bahan tersebut dicampur dalam wujud adonan dan
selanjutnya dicetak menjadi lidi.
28
Kerusakan minyak nilam diartikan sebagai perubahan dari sifat fisika-kimia
minyak nilam yang pada umumnya berakibat pada penurunan nilai mutu.
Kerusakan yang sering terjadi pada minyak nilam adalah kerusakam pada
komponen kimianya. Kerusakan jenis ini disebabkan oleh terjadinya proses
hidrolisa, oksidasi, resinifikasi, tercampurnya dengan bahan lain serta pencemaran
oleh wadah kemasan (Ketaren, 1985). Kerusakan minyak nilam yang mudah
teridentifikasi adalah warnanya yang menjadi gelap, keruh, dan timbulnya bau
yang tidak dikehendaki. Hal ini disebabkan telah terjadinya proses kimia pada
minyak nilam. Kerusakan minyak atsiri disebabkan oleh beberapa hal, misalnya
karena panas, oksigen bebas, air, cahaya, dan katalisator.
Menurut Swern (1979), minyak atsiri yang masih mengandung air akan
mengalami kerusakan akibat terjadinya proses hidrolisa. Air tersebut akan
bereaksi dengan senyawa ester dalam minyak membentuk asam organik, reaksi ini
akan dipercepat dengan peningkatan suhu. Asam organik hasil proses hidrolisa
dan asam organik yang ada di dalam minyak nilam secara alamiah kemudian akan
mengikat ion logam, garam logam ini yang kemudian akan mempengaruhi warna
dari minyak nilam menjadi lebih gelap.
29
berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Proses ini
dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air (Ketaren, 1985).
Sudaryani dan Sugiharti (2002) menyatakan bahwa ada dua cara penyulingan
yang dapat digunakan untuk memperoleh minyak nilam, yaitu penyulingan
dengan air dan uap serta penyulingan dengan uap. Pada sistem penyulingan air
dan uap (kukus), air diletakan tepat di bawah bahan yang diberi alat pemisah
berupa logam berlobang. Keadaan uap yang selalu basah dan bahan yang
berhubungan langsung dengan uap adalah ciri khas dari metode ini. Pada metode
penyulingan yang kedua, yaitu penyulingan dengan uap, air sebagai sumber uap
panas ditampung dalam sebuah ketel yang letaknya sudah terpisah dari ketel
suling. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada
tekanan lebih dari satu atmosfer (Guenther, 1948).
30
Rusli (1991) menyatakan bahwa minyak nilam yang dihasilkan oleh petani
pengrajin bermutu rendah, hal ini disebabkan karena cara penyulingan yang
dilakukan masih kurang memenuhi syarat, selain itu ketel yang digunakan untuk
menyuling tanaman nilam berupa drum bekas yang sudah berkarat sehingga
terjadi pengotoran oleh karat tersebut akibatnya minyak yang dihasilkan berwarna
kehitaman.
31
Senyawa pembentuk kompleks dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
berdasarkan jumlah grup koordinasi yang dihasilkan dan jumlah cincin pengikat
yang dapat terbentuk dengan ion logam. Senyawa ini berfungsi untuk mengurangi
aktivitas ion-ion logam didalam produk, menghilangkan ion-ion logam yang
membentuk endapan yang tidak diinginkan dan mengurangi sifat racun dari ion
logam beracun. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pembentuk kompleks
adalah asam sitrat, asam oksalat, asam tartarat, asam glukonat, asam etilen diamin
tetra asetat (EDTA), asam nitrotriasetat (NTA), polifosfat, poliamin, dan asam
isoaskorbat (Kirk dan Othmer, 1965).
Menurut Winarno dan Laksmi (1974), asam sitrat berfungsi sebagai agen
pengkelat dimana senyawa ini memiliki kemampuan untuk mengikat logam-
logam divalen seperti Mn, Mg, dan Fe. Asam sitrat merupakan larutan asam yang
paling populer digunakan untuk tujuan ini karena selain dapat mengikat ion logam
juga dapat membersihkan oksigen bebas, dan memecah sabun pada minyak
(Petterson, 1992) di dalam (Ragina F. S., 2002). Rumus bangun dari asam sitrat
dapat dilihat pada gambar 8.
Adanya ion logam Fe2+ dalam minyak nilam akan bereaksi dengan asam
organik membentuk senyawa organologam. Senyawa organologam ini dapat
32
dipisahkan dari minyak dengan penambahan asam sitrat . jika suatu partikel padat
telah terpisah secara sempurna dan bereaksi secara elektrolik, maka partikel-
partikel tersebut akan saling tolak menolak dan tetap terpisah. Jika senyawa
dengan muatan yang berbeda seperti flokulan ditambahkan ke dalam campuran
tersebut, maka partikel-partikel yang telah terpisah akan membentuk, maka
partikel-partikel yang telah terpisah akan membentuk kumpulan yang lebih besar
dan lebih cepat mengendap (Treybal, 1968).
(3-X)-
Lx
Gambar 16. Reaksi ikatan kompleks antara ion logam dengan asam sitrat.
33
berhasil menurunkan kadar Fe dan Mg menjadi 50.26 ppm dan 2.09 ppm,
sedangkan kadar Cu pada minyak nilam hasil pengkelatan diperoleh 0 ppm.
Berdasarkan pada penelitian sebelumnya asam sitrat terbukti sebagai
senyawa pengkelat paling efisien untuk logam Fe (Abrahamson et al.,1994;
Ekholm et al., 2003); Mg (Demir et al.,2003; Ekholm et al., 2003); Zn dan Mn
(Ekholm et al., 2003); dan Pb (Chen et al., 2003). Hasil penelitian Marwati (2005)
menyatakan bahwa asam sitrat terbukti sebagai senyawa pengkelat yang lebih
efektif daripada asam tartarat. Kemudian Marwati (2005) melanjutkan bahwa
kadar asam dalam asam sitrat lebih tinggi daripada asam tartarat, sehingga
berdasarkan perhitungan stokiometri akan mengikat logam lebih banyak. Selain
itu, asam sitrat memiliki tiga gugus karboksilat dimana jumlah ini lebih tinggi
daripada asam tartarat.
Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Indesso Aroma pada patchouli
oil adalah proses pencampuran (mixing) dan peningkatan kualitas, sehingga bahan
baku utama yang dipakai adalah tanaman nilam yang telah melalui proses
penyulingan dalam bentuk minyak yang masih banyak mengandung pengotor dan
berkadar patchouli alcohol rendah. Minyak nilam yang digunakan sebagai bahan
baku utama banyak didapat dari daerah Jawa yang biasa mendapat sebutan 087
dan daerah Bengkulu dengan sebutan 0861. Pada proses terdahulu pernah
34
digunakan minyak nilam yang berasal dari daerah Padang (0862), namun karena
kelangkaan bahan, proses kini hanya menggunakan bahan baku dari Jawa (087)
dan Bengkulu (0861). Untuk bahan tambahan yang dipakai pada pembuatan
produk ini adalah citric acid 107, sodium carbonate 132 dan hyflosupercell.
Sebelum digunakan pada proses produksi bahan baku dan bahan tambahan
dari supplier diuji standar mutunya oleh bagian quality control (QC) dengan
parameter yang diukur oleh alat titrasi, gas liquid chromatograf (GLC),
tintometer, polarimeter, refraktometer, nilai dari penampakannya, dan alat-alat
lainnya. Berikut merupakan spesifikasi bahan baku dan bahan tambahan yang
disyaratkan perusahaan:
SPESIFIKASI 0861
Adulterant (Fat) Adulterant (Fat)
Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 - 8,0
Pale Yellow - Reddish Brown Pale Yellow – Reddish Brown
a-Copaene content (GLC) 0,0% - 0,5%
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm - 150 ppm
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) - (-45,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content
(GLC) 30,00% - 80,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 – 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 – 0,970
Solubility in 10 parts vol. 90%
Soluble in 10 parts vol. 90% alcohol
Tabel 5. Spesifikasi Bahan Baku 0862
SPESIFIKASI 087
Adulterant (Fat) Adulterant (Fat)
Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 – 8,0
Pale Yellow - Reddish Brown Pale Yellow - Reddish Brown
a-Copaene content (GLC) 0,00% - 0,50%
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm – 200 ppm
35
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) - (-48,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content
(GLC) 29,50% - 70,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 – 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 – 0,970
Solubility in 10 parts vol. 90%
Soluble in 10 parts vol. 90% alcohol
Tabel 6. Spesifikasi Bahan Baku 087
HYFLO SUPERCELL
Powder Powder
pH at 25ºC 8,50 - 14,0
Tabel 9. Spesifikasi Bahan Tambahan Hyflo Supercell
36
B. Proses Produksi
Tahapan awal yang dilakukan dalam proses produksi ini adalah persiapan
alat dan bahan. Bahan yang harus dipersiapkan adalah :
a. Crude Patchouli oil 0861
b. Crude Patchouli oil 087
c. Recovery 67105
d. Citric acid 107
e. Sodium carbonate 132
f. Hyflosupercell
Selain kesiapan bahan, status kesiapan peralatan dari maintenance dan
quality control pun juga turut diperiksa. Para operator dan supervisor yang
melakukan proses produksi pun juga harus melengkapi dirinya dengan peralatan
food safety, seperti masker, sarung tangan, kaca mata, shoes cover (sepatu boot),
dan topi (head cover). Selain itu hal yang tidak kalah penting adalah status
kesiapan utilitas seperti nitrogen (N2), pompa vakum, udara tekan, air pendingin,
steam dan sebagainya.
Setelah melalui tahapan persiapan alat dan bahan, proses produksi pun
dimulai. Di bawah ini adalah diagram alir yang menggambarkan proses produksi
patchouli oil:
CrudePatchouli oil
Proses Deironized
Proses Netralisasi
Aerasi
37
Gambar 9. Diagram Alir Pembuatan Patcouli Oil (Minyak nilam)
a. Proses Deironized
Proses deironized bertujuan untuk mengurangi kadar Fe di dalam minyak
nilam menggunakan asam sitrat (citric acid). Reaksi ini dimulai dengan
pengecekan terhadap kondisi reaktor yang digunakan pada proses. Pada proses ini
hanya digunakan satu jenis reaktor berpengaduk, yaitu reaktor 8. Sebelum
memasuki proses, semua valve diperiksa keadaannya agar dalam kondisi tertutup.
Setelah dipastikan semua valve tertutup, pompa vakum mulai dihidupkan dan
valve vakum yang menuju ke reaktor 8 dibuka untuk memasukan Crude
Patchouli oil. Proses pemasukan bahan berlangsung selama kurang lebih satu jam
untuk kapasitas produk ini. Setelah bahan baku masuk semua, reaktor 8
dikondisikan pada keadaan atmosfer dengan membuka valve atmosfer. Lalu
dimulailah proses pengadukan dan pemasukan citric acid melalui man hole. Citric
acid yang digunakan sesuai dengan kadar Fe yang diinginkan. Pada proses yang
terdahulu kadar Fe yang disyaratkan sebesar < 1 ppm, sehingga untuk mencapai
kadar tersebut citric acid sangat banyak digunakan. Namun karena kelonggaran
standar yang disyaratkan kadar Fe menjadi < 5 ppm, citric acid yang digunakan
dalam proses menjadi lebih sedikit. Jika citric acid yang digunakan sedikit, proses
penetralan, pengendapan, dan sentrifugasi setelah reaksi ini tidak perlu dilakukan
dan bahan tetap pada reaktor 8.
b. Proses Netralisasi
38
Setelah melalui reaksi citric acid, proses dilanjutkan dengan reaksi
netralisasi. Reaksi ini merupakan reaksi akibat dari citric acid. Reaksi netralisasi
dilakukan dengan menambahkan sodium carbonate yang bersifat basa merupakan
penetralan kembali bahan setelah dimasukan asam (citric acid). Reaksi juga
dimulai dengan pengecekan valve yang selanjutnya dilanjutkan dengan proses
pengadukan dan pemasukan sodium carbonate melalui man hole. Banyaknya
sodium carbonate 132 yang dimasukan dipengaruhi oleh banyaknya citric acid
yang digunakan dan standar pH yang disyaratkan. Karena standar kadar pH juga
telah dilonggarkan menjadi dibawah 8, reaksi ini untuk beberapa batch terakhir
telah dihilangkan.
Setelah reaksi di dalam reaktor 8 selesai dilakukan, bahan dikeluarkan dari
reaktor untuk menuju proses selanjutnya (drain). Drain dilakukan dari bagian
bawah reaktor 8 secara perlahan, jika padatan tidak terikut keluar, lanjutkan drain
langsung ke unicube, akan tetapi jika padadan terikut keluar, drain ke vessel
terlebih dahulu sampai padatan tidak terikut kemudian langsung drain ke unicube.
Setelah minyak berada pada unicube-unicube proses dapat dilanjutkan ke proses
filtrasi atau menunggu batch selanjutnya untuk difiltrasi bersama.
d. Aerasi
Proses aerasi ini dilakukan didalam tangki berpengaduk yang dilengkapi
dengan jaket dan coil. Proses aerasi dapat menggunakan udara tekan, nitrogen,
atau panas digunakan untuk mempercepat reaksi sehingga organoleptik lebih
cepat muncul dan menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan (contoh : terpen
yang menyebabkan proses oksidasi). Setelah minyak mengalami proses aerasi
maka disebut patchouli oil light, patchouli oil light siap didrain keluar
39
menggunakan pompa vacuum menuju unicube untuk penyimpanan sementara.
Minyak tersebut disimpan untuk dilakukan proses mixing dan pengemasan.
Pada reaksi citric acid dan sodium bicarbonat, jika penggunakan keduanya
cukup banyak pada akhir reaksi akan didapat Crude Patchouli oil dari bahan-
bahan tersebut yang telah mengalami proses sentrifugasi. Crude patchouli ini
disebut recovery dan akan digunakan kembali sebagai bahan baku pada batch
selanjutnya.
Mesin dan peralatan produksi untuk setiap unit berbeda-beda. Unit mesin
dan peralatan produksi terdiri dari mesin inti, perlengkapan pendamping, dan
mesin utilitas.
40
Secara umum mesin inti yang digunakan di Unit Aromatic Chemical and
Essential Oil di PT Indesso Aroma adalah Reaktor, Unit Fraksinator, SPD,
Blending Tank with Heater dan Pfaudler. Untuk reaktor yang digunakan terdapat
8 buah, yaitu : Reaktor Hong-Dou, Reaktor Multiphase, Reaktor 2, Reaktor 3,
Reaktor 4, Reaktor 6, Reaktor 7, dan Reaktor 8. Pada produk yang difraksinasi
terdapat 3 unit Fraksinator yang digunakan, yaitu : Unit Fraksinator 0, Unit
Fraksinator 2, dan Unit Fraksinator 5, sedangkan untuk Pfaudler terdapat Pfaudler
1 dan Pfaudler 2.
1. Mesin inti
Pada proses produksi patchouli oil light 868 dan patchouli oil light 871
mesin inti yang digunakan adalah Reaktor 8 dan Blending Tank with Heater.
Untuk Reaktor 8 berikut spesifikasinya :
Spesifikasi Reaktor 8
Reaktor ini digunakan untuk memproduksi Patchouli oil. Berikut spesifikasi
tangki Reaktor 8 :
Capacity 3m3 Material SUS 316
Design Pressure 3 kg/cm 2 . G
Radiography Test None
Design Temperature AMB DEG C
Joint Efficiency 0.7
Hydrostatic Test Kg/cm 2 .G
Pneumatic Test None kg/cm 2 .G
MFR'ING No 50565
Corr. Allowance 0 mm
Empty Weight 662 kg
Tabel 18. Spesifikasi tangki Reaktor 8
Selain Reaktor 8 dan Blending Tank with Heater, ada metode lain yang
dipakai untuk meningkatkan kualitas minyak nilam yaitu dengan metode distilasi
molekular. Alatnya dikenal dengan SPD (Short Path Distillation) merupakan
salah satu alat tercanggih di dunia untuk distilasi. Distilasi molekular, biasanya
digunakan dalam mengisolasi komponen cair yang sensitif terhadap panas atau
untuk memisahkan substansi yang memiliki titik didih yang sangat tinggi. Dimana
campuran didistilasi dengan mereduksi tekanan, sehingga menurunkan titik
41
didihnya. Pada penggunaanya alat ini dioperasikan untuk distilasi pada produk
patchouli oil. Alat ini terdiri atas :
a. Degasser Section
Degasser Section yang dilengkapi dengan satu buah rotary vane vacuum
pump, feeding pump, chiller untuk pendingin trapping, receiver trapping serta
preheater. Degasser section berfungsi untuk menghilangkan komponen volatil
yang mungkin terdapat dalam bahan baku. Komponen volatil yang dimaksud
disini adalah komponen yang mudah menguap. Dengan alat SPD ini komponen
yang mempunyai titik didih lebih dari 150ºC dapat dihilangkan. Tujuan
menghilangkan komponen volatil ini adalah untuk mengurangi gangguan vakum
pada SPD evaporator, mengurangi laju penguapan pada kolom, serta agar dapat
menggunakan suhu yang sangat rendah untuk trapping.
Proses yang terjadi adalah :
Bahan baku dipompa dengan feeding pump dilewatkan dulu ke preheater,
setting suhu preheater dilakukan manual melalui komputer. Besarnya suhu yang
ditentukan tergantung dari kondisi vacuum pada degasser section sehingga
komponen volatil dapat berupa uap, namun diupayakan suhu preheater adalah
serendah mungkin untuk menghindari burnt character. Uap komponen volatil
tersebut kemudian dikondensasikan dan masuk ke receiver trapping, sementara
komponen non volatil akan masuk ke SPD evaporator.
b. SPD Evaporator
SPD Evaporator yang dilengkapi dengan satu buah rotary vane vacuum dan
satu buah roots vacuum pump, residu dan distilate pump, chiller untuk pendingin
trapping, receiver trapping, serta kolom evaporator yang didalamnya terdapat
internal kondensor serta wiper basket. SPD evaporator berfungsi untuk
memisahkan distilat berdasarkan titik didih.
Proses yang terjadi adalah :
Dalam kolom evaporator, produk yang sudah dihilangkan komponen
volatilnya akan diputar dan terlempar ke dinding evaporator karena gaya
sentrifugal, wiper basket memastikan pendistribusian yang seragam dan wiper
roller menggilas produk di dinding evaporator sehingga terbentuk lapisan film.
Uap akan dikondensasikan oleh internal kondensor dan mengalir melalui nozzle
42
distilate, sedangkan residu akan terkumpul dalam cup yang mengalir melalui
nozzle residu. Uap yang tidak terkondensasi akan dihisap masuk ke trapping.
43
Fungsi : untuk memompa bahan bakan IDO untuk digunakan sebagai bahan
bakar boiler.
d. Tangki solar
Jumlah : 2 buah
Bentuk : silinder horizontal
Diameter : 2,2 m
Panjang :4M
Kapasitas : 15.000 L
Perlengkapan pendamping:
Flowmeter 1 buah untuk mengecek pengisian dan 1 buah untuk cek pemakaian
ke incinerator dan boiler.
Fungsi: untuk menampung minyak diesel
44
f. Pompa hydrant
Ukuran : 0,7x0,34x1,55m3
Berat : 337 kg
Perlengkapan pendamping :
Manometer 0-16 kg/cm2
Fungsi : untuk memompa air saat terjadi kebakaran
h. Cooling tower
Jumlah : 4 buah (2 untuk aromatik 2 untuk ekstrak)
Bentuk : persegi
Ukuran : 2,5x 2,5x3 m
Perlengkapan pendamping :
a. Actuator out dan actuator return tekanan maks. 10 bar
b. Kipas pendingin 7,5 kw
c. Panel
Fungsi : mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas setelah
digunakan sebagai air pendingin dalam proses.
i. Boiler
Diameter : 1,99 m
Panjang :4m
45
Tekanan : 10-12 kg/cm2
Kapasitas : 3000 kg/ jam
Temperatur : 200°C
Perlengkapan pendamping :
a. Kontrol panel (1 buah)
b. Pompa air umpan (2 buah)
c. Tangki air umpan diameter 1,1 m, panjang 2,75 m, kapasitas 2000 L
d. Tangki blow down
e. Header untuk steam
f. Tangki IDO harian diameter 1,1 m, panjang 2,75 m, kapasitas 2000 L
g. Super heated diameter 0381 m
h. Pembakar bertekanan 63-290 kg/cm2
i. Unit softener
Fungsi : mensuplai kebutuhan steam
j. VGL Nitrogen
Jumlah : 2 buah
Diameter : 0,508 m
Tinggi :1,559 m
Berat :123 kg
Kapasitas : 14 kg
Fungsi : menyimpan nitrogen cair
k. Tangki Chiller
Temperatur : 20°C sampai dengan 100°C
Kapasitas : 420 L
Perlengkapan pendamping :
a. Pompa vakum 3 buah
b. Level alarm
Fungsi : mendinginkan air pendingin yang membutuhkan suhu di bawah suhu
lingkungan.
46
l. Perpipaan
Untuk sistem perpipaan, PT. Indesso Aroma memiliki sistem pengaturan
yang rapi dalam membedakan pipa-pipa yang digunakan dalam berproduksi. Hal
ini bertujuan untuk membedakan jenis bahan yang dialirkan. PT Indesso Aroma
membedakan jenis pipa dengan pemberian warna yang berbeda. Jumlah jenis
warna pipa ada 8, seperti pada Tabel. 24 berikut dapat dilihat masing-masing
fungsi pipa sesuai dengan warnanya.
Sumber energi listrik di PT. Indesso Aroma ada 2 macam, yaitu PLN dan
Genset. Listrik dari PLN memiliki daya sebesar 345 kVA. Sedangkan genset yang
dimiliki PT Indesso Aroma memiliki daya sebesar 500 kVA. Sebelumnya
47
perusahaan ini memiliki genset dengan daya sebesar 250 kVA, karena tidak
mencukupi dilakukan penggantian dengan genset yang memiliki daya yang lebih
tinggi.
Sumber utama yang digunakan adalah listrik dari PLN sedangkan genset
hanya digunakan saat terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Genset ini dapat
menyala secara otomatis dalam waktu kira-kira 1/2 menit setelah terjadinya
pemadaman listrik.
Penggunaan air bersih di PT. Indesso Aroma antara lain untuk kebutuhan
air umpan boiler, pendinginan, proses produksi, air hydrant, dan kebutuhan rumah
tangga pabrik. Air bersih ini diperoleh dari pengolahan air sumur dalam. Dipilih
air sumur karena air sumur ini saja sudah bisa untuk mencukupi kebutuhan pabrik.
Selain itu, sungai di sekitar pabrik juga sudah sangat kotor sehingga akan jauh
lebih sulit pengolahannya.
Air yang digunakan untuk hydrant dan kebutuhan rumah tangga pabrik
tidak perlu diolah. Air sumur dalam tadi sudah cukup bersih untuk digunakan. Air
ini dipompa keluar dan langsung digunakan. Sedangkan untuk kebutuhan air
umpan boiler, air pendingin, dan air proses, perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu.
Air sumur dalam dipompa lalu masuk ke dalam sebuah bak dan diberi zat
kimia berupa kalium permanganat (KMnO4) untuk mengendapkan kotoran yang
mungkin terbawa. Pompa yang digunakan berkekuatan 5 HP dan berkapasitas 200
L/menit. Dari bak itu, air lalu masuk ke dalam sand filter. Dari sand filter air
masuk ke tangki penyimpanan dengan kapasitas 150 m3. Untuk mengalirkan air
dari tangki ini, digunakan 2 buah pompa berkapasitas 17 m3/jam dan 6 m3/jam
dengan tekanan maksimum 4 bar. Pompa utama yang digunakan adalah pompa
dengan kapasitas 6 m3/jam. Jika tidak mencukupi kebutuhan, pompa yang besar
akan menyala secara otomatis sehingga digunakan 2 buah pompa.
48
tower untuk didinginkan. Perusahaan ini memiliki empat buah cooling tower, 2
untuk proses di gedung ekstrak dan 2 sisanya untuk proses di gedung aromatik
dengan ukuran masing-masing (2,5x2,5x3,0) m dan 8 buah pompa. Lima pompa
diantaranya digunakan untuk aromatik dan 3 pompa sisanya untuk ekstrak yang
digunakan untuk mengalirkan kembali air yang telah didinginkan. Pompa ini
masing-masing memiliki kekuatan 15 HP, kapasitas 15 L/detik, dan tekanan
maksimum 4 bar. Suhu air yang telah didinginkan berkisar antara 21°C-29°C.
Pompa ini masing-masing membutuhkan daya sebesar 11 kW.
Selain air pendingin juga diperlukan air pemanas, air panas di gedung
aromatik digunakan plate heat exchanger. Sedangkan di gedung ekstrak air panas
yang dihasilkan menggunakan steam.
Air umpan boiler juga diambil dari tangki penyimpanan. Air ini masuk
kedalam boiler yang dapat menghasilkan saturated steam sebanyak 3 ton/jam,
pada tekanan 10 bar, dan suhu 185°C. Jenis boiler yang digunakan adalah boiler
pipa api. Namun kebutuhan steam pabrik saat ini hanya 1200 kg/jam. Bahan bakar
untuk boiler ada dua macam, yaitu solar dan IDO (Industry Diesel Oil). Kedua
bahan bakar ini digunakan secara bergantian. Bahan bakar utama adalah IDO
dengan kebutuhan sebesar 45 L/jam. Solar hanya digunakan sebagai cadangan
karena solar juga merupakan bahan bakar genset dan harganya lebih mahal
dibandingkan IDO.
49
yang terdiri dari atas cation exchanger dan anion exchanger. Kapasitas alat
demineralisasi ini adalah 3 m3/jam. Cation exchanger berfungsi untuk mengikat
ion-ion positif yang ada di alam air sehingga air bebas dari ion positif. Sedangkan
anion exchanger berfungsi untuk mengikat ion-ion negatif yang ada di dalam air
sehingga air bebas dari ion negatif. Setelah itu melalui alat demineralisasi air
dialirkan dan disinari dengan sinar ultra violet (UV). Tujuannya adalah untuk
membunuh bakteri-bakteri yang ada di dalam air. Setelah itu air proses siap
digunakan.
Gas bertekanan yang digunakan disini adalah gas N2. Ada dua jenis N2
yang digunakan, yaitu N2 cair dan N2 gas. N2 cair digunakan sebagai penyuplai
utama. Tujuan penggunaan N2 cair adalah untuk penghematan tempat karena
dalam bentuk cair volum N2 akan lebih kecil. N2 cair ini disimpan dalam tabung
VGL dengan kapasitas 114 kg.
Perusahaan hanya memiliki 2 buah tabung VGL yang terbuat dari bahan
stainless steel. Namun hanya satu yang berada di lokasi sedangkan yang lainnya
berada di supplier unuk diisi kembali yang digunakan secara bergantian.saat
terjadi pergantian tabung kebutuhan nitrogen disuplai dari nitrogen gas. Gas ini
disimpan dalam beberapa tabung kecil yang terbuat dari besi dengan kapasitas 6
m3. Perusahaa memiliki 14 tabung. Empat buah terhubung dengan pipa penyuplai
dan sisanya untuk cadangan.
50
Limbah yang dihasilkan di pabrik Indesso Aroma dibedakan menjadi 2,
yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat diolah dalam incinerator.
Sedangkan limbah cair diolah dalam bak-bak pengolahan limbah. Dikarenakan
proses relatif sedikit menghasilkan limbah gas sehingga tidak diperlukan
pengolahan secara khusus sebelum dibuang ke lingkungan.
Limbah cair dihasilkan adalah air bekas proses pencucian proses dan air
dari laboratorium QC. Unit pengolahan limbah cair terdiri dari kolam-kolam
yaitu, oil separator, kolam karantina, kolam equalisasi, buffer basin, kolam aerasi,
kolam sedimentasi, dan kolam pembuangan akhir.
a. Oil Separator
Kandungan minyak pada limbah perlu dihilangkan terlebih dahulu
sebelum masuk ke kolam aerasi karena beban organik minyak terlalu
tinggi. Unit oil separator dibagi menjadi 2, yaitu bak untuk memisahkan
minyak berat dan bak untuk memisahkan minyak ringan. Limbah dari
proses produksi terlebih dahulu dipisahkan kandungan minyak beratnya,
kemudian dilanjtkan dengan pemisahan dari kandungan minyak ringannya.
a. Kolam Karantina
Kolam karantina berfungsi untuk menyeimbangkan laju alir dan beban
limbah sebelum masuk ke kolam aerasi agar tidak terjadi fluktuasi yang
terlalu besar. Fluktuasi yang terjadi biasanya bergantung pada proses
produksi yang dijalankan. Beban limbah yang terlalu fluktuatif akan
mengganggu pertumbuhan mikroorganisme lumpur aktif.
51
b. Kolam Ekualisasi
Kolam ekualisasi berfungsi sebagai tempat berlangsungsnya homogenisasi
limbah lebih lanjut.
c. Buffer Basin, Kolam Aerasi I dan II
Proses di dalam kolam aerasi akan terjadi kontak antara limbah, lumpur
aktif dan O2 yang berasal dari permukaan aerator. Mikroorganisme lumpur
aktif akan mengkonsumsi kandungan karbon dalam limbah, sehingga
terjadi penurunan COD/BOD limbah. Kebutuhan oksigen disuplai oleh
surface aerator, untuk kebutuhan nutrisi lain seperti nitrogen dan fosfor
didapatkan dari pupuk yaitu urea dan TSP. Urea merupakan zat yang larut
di dalam air sehingga dapat dibuat larutan dengan berbagai konsentrasi
sedangkan TSP sukar larut di dalam air sehingga dibuat larutan dengan
konsentrasi yang kecil maka dibuat perbandingan BOD:N:P=100:5:1.
Bakteri yang ada di dalam akan mengoksidasi sebagian dari limbah
menjadi CO2 dan air. Bakteri juga akan mensintesis bagian yang lain
menjadi sel-sel mikroba baru.
d. Kolam Sedimentasi
Kolam sedimentasi pada unit IPAL berjumlah dua buah dengan
konfigurasi rectangular tank. Pada kolam sedimentasi terjadi pemisahan
antara effluent limbah dengan lumpur aktif. Lumpur aktif akan
terendapkan di bagian bawah kolam sedangkan effluent limbah terkumpul
di bagian atas. Satu kali setiap hari lumpur yang terendapkan dipompa
untuk dikembalikan ke kolam aerasi (buffer basin). Bakteri hidup yang
terkandung dalam lumpur akan menjadi penyeimbang populasi bakteri di
kolam aerasi sedangkan bakteri mati akan menjadi bahan makanan bagi
bakteri hidup.
e. Kolam Pembuangan Akhir
Kolam pembuangan akhir merupakan kolam bulat yang berfungsi untuk
menampung limbah yang sudah diolah sebelum dibuang ke sungai. Di
kolam ini dipelihara ikan sebagai bio-indikator, jika ikan mampu hidup
limbah yang akan dibuang dapat dianggap tidak mencemari perairan.
52
Berikut merupakan alur pengolahan limbah cair dari produksi :
Air Limbah
53
Gambar 11. Alur pengolahan limbah dari produksi
E. Karakteristik Produk
Produk patchouli oil yang dihasilkan oleh PT. Indesso Aroma berupa
cairan kental dengan warna kuning sampai kuning kecoklatan. Produk ini
merupakan bahan baku bagi industri kosmetik, farmasi, makanan, minuman dan
aroma terapi. Produk patchouli oil ini biasa dikemas di dalam metal drum dengan
kapasitas 200 kg. Pada Tabel 25 dan Tabel 26 dapat dilihat parameter yang harus
dimiliki produk patchouli oil sebelum dipasarkan. Tabel 25 merupakan spesifikasi
pachouli oil 868 yang berbahan baku murni crudepatchouli oil 087.
54
a-Copaene content (GLC) 0,00% - 0,50%
Iron content (Spectrophotometer) 0,00 ppm – 5,00 ppm
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm – 200 ppm
Color L (Lovibond 1 cm cell) 82,0 – 94,0
Color R (Lovibond 1 cm cell) 6,0 – 14,0
Color Y (Lovibond 1 cm cell) 60,0 – 82,0
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) – (-48,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content (GLC) 30,00% - 70,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 – 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 – 0,970
Tabel 25. Spesifikasi PATO 868
55
V. ASPEK PENGAWASAN MUTU
56
melakukan pemeriksaan atau inspeksi terhadap bahan baku. Tujuan dari
pemeriksaan ini adalah untuk memastikan pasokan bahan baku telah memenuhi
standar spesifikasi yang dibutuhkan. Pemeriksaan dilakukan secara acak untuk
semua bahan baku dengan menggunakan teknik sampling seadanya dan dalam
jumlah sampel yang tidak dapat ditentukan.
Pemeriksaan penerimaan bahan baku meliputi data teknis, kode produksi,
kondisi kemasan, jumlah barang yang dikirim dan pemeriksaan parameter mutu
lainnya. Pemeriksaan data teknis bahan terlampir bertujuan agar dapat melakukan
penyesuaian mutu bahan dengan standar produksi, sehingga dapat mencegah
kerusakan produk jadi. Pemeriksaan parameter mutu setiap barang berbeda, hal
tersebut tergantung pada atribut mutu masing-masing barang. Parameter
pemeriksaan penerimaan bahan baku berbeda untuk setiap jenis barang. Setiap
barang memiliki standar penerimaan tersendiri. PT Indesso telah memiliki standar
tersendiri terhadap setiap bahan baku yang diterima. Untuk Crude Patchouli oil
yang merupakan bahan baku dari patchouli oil standar yang dipakai adalah:
57
Pemeriksaan parameter produksi bertujuan memantau konsistensi proses
produksi. Pemeriksaan parameter produksi dilakukan dengan membandingkan
keadaan aktual suatu tahapan proses dengan parameter standar proses. Kegiatan
ini meliputi proses pendataan keadaan aktual tahapan proses produksi dengan
menggunakan process production checklist form. Hasil pendataan merupakan
gambaran keadaan aktual proses produksi.
58
tidak siap. Setelah bahan baku crude masuk ke dalam reaktor pemeriksaan pada
valve juga dilakukan untuk memastikan kondisinya tertutup kecuali pada valve
atmosfer yang sengaja dibuka untuk menciptakan kondisi atmosfer. Setelah
kondisi atmosfer dan direaksikan dengan citric acid, pemeriksaan kembali ke
bagian quality control. Dicek apakah kandungan Fe < 5 ppm, jika reproses maka
lanjutkan reaksi cek PDP 1 (Pemeriksaan Produk Dalam Proses 1).
59
C. Pengawasan Mutu Produk Akhir
Pengawasan terhadap produk akhir meliputi pengawasan terhadap
kesesuaian spesifikasi produk dengan permintaan dari vendor. Setelah
pemeriksaan dilakukan beberapa tahap yaitu pada saat proses atau disebut PDP
(Pemeriksaan Produk Dalam Proses), pemeriksaan keseluruhan dari produk
tersebut juga dilakukan sebelum produk dikemas atau disebut PDA (Pemeriksaan
Produk Dalam Akhir). Pengecekan kembali dilakukan oleh bagian quality control
(QC) meliputi:
Setelah produk dinyatakan sesuai standar maka patchouli oil siap untuk
difilling ke dalam drum yang terbuat dari metal berukuran masing-masing 209 L
dengan head space sebesar 5 – 10% dari isi drum. Karena untuk tujuan ekspor,
pada bagian luar drum diberi keterangan dengan cat seal yang tidak mudah
luntur, yaitu nama barang, negara asal produk, nama perusahaan, berat netto, berat
bruto, negara tujuan dan keterangan yang diperlukan.
60
VI. PEMBAHASAN
Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna
kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu,
minyak yang terbakar maupun resinifikasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap
sifat fisika kimia minyak (Hernani dan Marwati, 2006). Selain itu, minyak yang
berwarna gelap dapat menyebabkan rendahnya harga minyak sehingga tidak dapat
diekspor karena bermutu rendah dan tidak memenuhi standar perdagangan atau
Standar Nasional Indonesia (SNI). Sukirman dan Aiman (1979) menyatakan
bahwa jenis logam yang paling baik digunakan untuk ketel suling adalah besi
yang tahan karat karena bahan ini mampu menyuling bahan baku yang bersifat
asam tanpa mampu mengakibatkan korosi. Alat penyulingan yang terbuat dari
logam (Fe dan Al) dapat mengakibatkan minyak yang dihasilkan berwarna gelap
dan mempunyai bilangan asam yang tinggi (Rusli dan Hasanah, 1977).
61
Penyebab timbulnya warna dalam minyak atsiri adalah zat warna alamiah
yang terdapat dalam bahan yang mengandung minyak, dan ikut terekstrak
bersama minyak pada proses ekstraksi, atau warna yang timbul sebagai hasil
reaksi antar komponen, degradasi dari zat warna alamiah dan reaksi senyawa
dalam minyak dengan ion logam (Karmelita, 1991).
Berdasarkan permasalahan tersebut, strategi pengembangan yang harus
dilakukan adalah menerapkan teknologi pemurnian minyak yang tepat untuk
memperoleh mutu minyak nilam terstandar. Pemurnian minyak merupakan salah
satu cara dalam meningkatkan stabilitas dan mutu minyak atsiri selama
penyimpanan dan pengangkutan. Pemurnian merupakan salah satu tingkat
pengolahan minyak yang bertujuan untuk memisahkan zat warna yang terdapat
dalam minyak (Ketaren, 1985). Secara umum yang dimaksud pemurnian adalah
menghilangkan bahan/benda asing yang mengotori suatu zat/senyawaan. Pada
minyak atsiri bahan yang mengotori antara lain adalah debu, oksida logam (karat),
resin dan sebagainya yang terlarut, terdisperasi atau teremulsi di dalam minyak
(Ketaren, 1985).
Pemucatan adalah salah satu teknik pemurnian pada minyak nilam. Menurut
Guenther (1987), pemucatan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
memisahkan zat warna yang tidak dikehendaki yang berada dalam minyak.
Berdasarkan sifatnya pengerjaan proses ini dibedakan menjadi dua cara, yaitu
fisika dan kimia (Kirk dan Othmer, 1985). Untuk proses fisika dari segi biaya
akan jauh lebih mahal daripada proses kimia. Salah satu pemurnian menggunakan
cara kimia adalah dengan senyawa pembentuk kompleks. Menurut Kirk dan
Othmer (1965), senyawa pembentuk kompleks merupakan sejenis molekul
organik dan anorganik (ligan) yang menyebabkan sebuah ion logam memiliki
lebih dari satu posisi, misalnya melalui dua atau lebih grup elektron donor dalam
ligan. Pembentukan senyawa kompleks dapat terjadi jika ada reaksi antara ion
logam yang dinamakan ion inti dengan komponen-komponen lain yang disebut
ion negatif atau molekul yang disebut ligan. Dalam pembentukan senyawa
kompleks ligan akan mengikat ion logam melalui ikatan koordinat kovalen,
dimana yang bertindak sebagai donor elektron disini adalah ligan. Senyawa
kompleks yang terbentuk bisa bermuatan negatif, positif, atau nol.
62
Senyawa pembentuk kompleks dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
berdasarkan jumlah grup koordinasi yang dihasilkan dan jumlah cincin pengikat
yang dapat terbentuk dengan ion logam. Senyawa ini berfungsi untuk mengurangi
aktivitas ion-ion logam didalam produk, menghilangkan ion-ion logam yang
membentuk endapan yang tidak diinginkan dan mengurangi sifat racun dari ion
logam beracun. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pembentuk kompleks
adalah asam sitrat, asam oksalat, asam tartarat, asam glukonat, asam etilen diamin
tetra asetat (EDTA), asam nitrotriasetat (NTA), polifosfat, poliamin, dan asam
isoaskorbat (Kirk dan Othmer, 1965).
Adanya ion logam Fe2+ dalam minyak nilam akan bereaksi dengan asam
organik membentuk senyawa organologam. Senyawa organologam ini dapat
dipisahkan dari minyak dengan penambahan asam sitrat . Jika suatu partikel padat
telah terpisah secara sempurna dan bereaksi secara elektrolik, maka partikel-
partikel tersebut akan saling tolak menolak dan tetap terpisah. Jika senyawa
dengan muatan yang berbeda seperti flokulan ditambahkan ke dalam campuran
tersebut, maka partikel-partikel yang telah terpisah akan membentuk, maka
partikel-partikel yang telah terpisah akan membentuk kumpulan yang lebih besar
dan lebih cepat mengendap.
63
SPESIFIKASI MINYAK NILAM YANG DIBELI
Adulterant (Fat) Adulterant (Fat)
Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 - 8,0
Pale Yellow - Reddish Brown Pale Yellow – Reddish Brown
Iron content < 10 ppm
a-Copaene content (GLC) 0,0% - 0,5%
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm - 150 ppm
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) - (-45,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content
(GLC) 30,00% - 80,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 - 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 - 0,970
Solubility in 10 parts vol. 90%
Soluble in 10 parts vol. 90% alcohol
64
Warna gelap menyebabkan rendahnya kejernihan serta nilai putaran optik
yang tidak terukur. Warna dan kekeruhan merupakan parameter yang mudah
tampak, oleh karena itu keduanya sangat mempengaruhi penerimaan konsumen
dan dapat menurunkan mutunya. Menurut Ketaren (1985) dan Rusli (1991)
minyak atsiri yang berwarna gelap dapat dimurnikan dengan cara penyulingan
ulang (redistilasi) atau dengan cara pengkelatan, namun menurut Rusli (2003)
metode pengkelatan lebih mudah dan lebih menguntungkan dibanding cara
penyulingan ulang.
Pengkelatan merupakan proses pengikatan logam dalam suatu cairan oleh
suatu senyawa yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Pengikatan
ion logam tersebut menyerupai penjepitan (pengkelatan), senyawa yang menjepit
disebut senyawa pengkelat (chelating agent) dan ion logam dinamakan ion pusat,
karena berada dititik pusat. Mekanisme pengkelatan ini terjadi karena adanya
penggunaan elektron bersama (sharing electron) antara ion logam dan ion bahan
pengkelat, sehingga terbentuk senyawa kompleks antara logam dengan bahan
pengkelat (Werner, 1984 dan Haryadi, 1994). Proses pengikatan logam
merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa
pengkelat. Berarti proses pengkelatan dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang
ada. Secara umum keseimbangan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :
.
Gambar. Reaksi saat proses deironized secara umum
65
dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Ion sitrat
dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat.
Setelah kadar Fe turun karena ion logam Fe sudah terikat dengan ion sitrat
menjadi garam yang mengendap pada minyak. Proses selanjutnya adalah
mengubah suasana pada minyak agar pH menjadi netral. Akibat dari penambahan
asam sitrat pH patchouli oil menjadi naik, untuk membuat pH tetap stabil maka
perlu direaksikan dengan garam yang bersifat basa. Natrium bikarbonat adalah
senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Dalam penyebutannya kerap disingkat
menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok garam yang bersifat basa dan
telah digunakan sejak lama. Senyawa ini disebut juga baking soda (soda kue),
sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat, dan lain-lain. Senyawa ini
merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Proses yang terjadi
dinamakan netralisasi, jika digambarkan adalah sebagai berikut :
66
Gambar 15. Klico untuk menyaring garam pada patchouli oil
67
Penyimpanan minyak nilam dalam unicube ini bertujuan untuk penyimpanan
sementara sebelum minyak dilakukan proses mixing dan pengemasan.
Minyak nilam yang telah diproses atau patchouli oil light yang tersimpan
dalam unicube-unicube dimasukan kembali kedalam reator aerasi menggunakan
pompa vakum. Pengadukan dilakukan selama 1 jam, kemudian minyak nilam
dilakukan pemeriksaan ke bagian quality control. Setelah lulus uji minyak siap
dikemas kedalam drum yang terbuat dari metal berukuran masing-masing 200 kg.
Pada proses ini tidak semua minyak dapat dikemas, jika kurang dari 200 kg
minyak akan ditampung ke dalam unicube untuk dicampurkan ke dalam batch
selanjutnya. Nita (2007) menyatakan bahwa minyak nilam yang dihasilkan
disimpan dalam wujud cairan, dikemas dalam drum bersih, kering, keadaan baik,
berat netto 200 kg dengan head space sebesar 5 – 10% dari isi drum. Drum
penyimpanan minyak nilam harus terbuat dari alumunium atau plat timah putih
atau plat besi yang berlapis timah putih, plat besi yang galvanis atau yang
didalamnya dilapisi dengan lapisan yang tahan minyak nilam. Untuk tujuan
ekspor, pada bagian luar drum harus diberi keterangan dengan cat yang tidak
mudah luntur, yaitu nama barang, negara asal produk, nama perusahaan, berat
netto, berat bruto, negara tujuan dan keterangan yang diperlukan.
VII. KESIMPULAN
Produksi minyak nilam Indonesia tidak stabil dan mutunya tidak tetap serta
beragam. Tidak stabilnya produksi dan mutu minyak nilam Indonesia disebabkan
karena maraknya praktek pemalsuan dan pencampuran dan teknologi
pengolahannya yang belum berkembang dengan baik. Sebagian penyulingan
minyak nilam masih menggunakan alat penyuling yang terbuat dari logam besi,
hal ini menyebabkan minyak nilam yang dihasilkan berwarna gelap dan keruh.
Oleh karena itu diperlukan penyeragaman mutu minyak nilam melalui proses
pemurnian. PT. Indesso Aroma melakukan pemurnian melalui beberapa tahap.
68
Selama proses pemurnian minyak nilam harus benar-benar diperhatikan agar
reaksi dapat berjalan secara efektif dan efisien serta rendemen yang dihasilkan
tinggi. Pada dasarnya tahapan pemurnian nilam sangatlah sederhana yaitu proses
pengikatan ion Fe oleh ion sitrat, netralisasi dengan sodium bikarbonat, kemudian
sisa garam disaring menggunakan klico, dan untuk mempercepat munculnya
aroma dari minyak nilam ditambahkan proses aerasi. Agar produk yang dihasilkan
sesuai dengan keinginan dari pemesan (vendor) maka selama jalannya proses
mulai dari penerimaan bahan baku dengan memeriksa standar bahan baku yang
diterima, memeriksa proses produksi yang berlangsung dan memeriksa produk
yang dihasilkan. Selain melakukan pemeriksaan oleh quality control juga
dilakukan pencatatan dalam sebuah batchsheet sehingga dokumentasi yang
dilakukan lebih rapi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1980. Hasil Penelitian Minyak Nilam. Komunikasi No. 21. Periode
1979/1980. Balai Penelitian Kimia, Aceh.
Brahmana HR. 1991. Pengaruh Penambahan Minyak Kruing dan Besi Oksida
terhadap Mutu Minyak Nilam (patchouly oil). Komunikasi Penelitian 3(4):
p.330-341.
69
Dunmond, H.M., 1960. Patchouli oil. Journal of Perfumery and Essential Oil
Record. 484-492 p.
Guenther, E. 1948. The Essential Oils. Volume IV. Robert E. Krienger Publishing
Company, New York.
Lutony, T.L dan Y. Rahmayanti. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Penebar Swadaya, Jakarta.
70
Rusli, S dan M. Hasanah. 1976. Cara Penyulingan Daun Nilam Mempengaruhi
Rendemen dan Mutu Minyaknya. Pemberitaan No. 24. Lembaga
Penelitian Industri, Bogor.
Rusli, S. I.M. Tasma, Pandji L dan Kemala. 1979. Potensi, Budidaya, Mutu, dan
Paket Usaha Beberapa Jenis Tanaman Minyak Atsiri. Makalah Temu
Tugas Perkebunan. Balai Besar Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
Rusli, S. 1991. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dan Daun Cengkeh. Prosiding
Pengembangan Tanaman Atsiri di Sumatera, Bukittinggi, 4 Agustus 1991,
Bogor. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat: p.89-96.
71