Professional Documents
Culture Documents
Energi yang sering kita pakai sehari-hari semakin lama semakin berkurang atau menipis.
Karena banyaknya pemakaian yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan kelangkaan atau
bahkan habis sama sekali. Untuk itu sekarang perlu dipikirkan adanya energi alternative untuk
pengganti dari energi yang biasanya sering dipakai . Dibawah ini adalah berbagai sumber energi
alternatif yang dapat kita manfaatkan, selain akan membantu udara untuk jadi bersih,
penghematan juga akan dapat dilakukan.
Angin. Tenaga kinetik angin sekarang sudah mulai banyak dipergunakan sebagai
pemutar angin dengan menggunakan turbin angin baik untuk rumah maupun untuk keperluan
bisnis. Satu turbin angin dapat berharga dua setengah milyar rupiah sampai dengan 10 milyar
rupiah, tergantung dari ukurannya. Tapi satu turbin saja dapat menghidupi sampai dengan tiga
puluh rumah, tapi karena angin tidak selalu bertiup, tenaga cadangan harus selalu tetap tersedia,
misalnya dari PLN.
Matahari. Negara kita yang kaya matahari tampaknya sangat cocok menggunakan
sumber daya ini. Coba gunakan atap yang terbuat dari sistem tenaga surya yang disebut sel
fotovoltaik. Harganya memang tidak murah, untuk atap ukuran standar dapat mencapai 200 juta
rupiah. Tapi sistem ini sangat mengurangi tagihan listrik pemilik rumah, apalagi dengan sistem
tagihan PLN yang ada sekarang.
Biodiesel. Bahan dasar bahan bakar ini dibuat dari tumbuhan seperti kedelai, kelapa dan
sebangsanya, biodiesel adalah bahan bakar non-toxic yang dapat dicampurkan dengan minyak
diesel biasa atau digunakan sebagaimana adanya untuk mengurangi emisi.
Nuklir. Dengan bahan bakar uranium, logam yang ditemukan di bebatuan, dan diproses
di reaktor nuklir, energi panas yang ada akan digunakan sebagai bahan untuk memutar turbin
yang ada Sumber energi ini tidak melepaskan emisi gas rumah kaca dan tidak malah. 20%
sumber listrik di Amerika sudah berbahan bakar nuklir.
Hidrogen. Bagaimana caranya anda menciptakan sumber daya yang sama sekali tidak
mengeluarkan apapun kecuali air bersih? Jawabannya adalah sel bahan bakar hidrogen. Masalah
yang ada sekarang adalah untuk memisahkan hidrogen dari bentuk komposisinya, misalnya
rantai karbon atau air, berarti menggunakan sumber daya lainnya. Penyimpanan hidrogen juga
tidak mudah, karena kepadatannya sangat rendah, maka sangatlah sulit untuk menempatkan
hidrogen dalam jumlah besar dalam ruangan yang sempit. Oleh karena itulah, walaupun banyak
kendaraan mulai menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya, masih sulit didirikan stasiun
pengisian hidrogen.
Singkong dan kelapa sawit. Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman
(2005)menegaskan, kemajuan teknologi kini mampu mengubah singkong dan kelapa sawit
menjadi energi alternatif dalam mengatasi krisis bahan bakar minyak (BBM).
“Singkong dapat diolah menjadi bioetanol dan kelapa sawit menjadi biodiesel yang bisa
dimanfaatkan dengan mencampur sepuluh persen dari keempat jenis BBM,” kata Kusmayanto
Kadiman kepada wartawan di Sanur, Bali, Rabu (13/7/2005).
Sebelum membuka Pertemuan Forum Kelautan Indonesia (The Indonesia Ocean Forum
2005 and the 13th PAMS/JECSS Workshop), ia mengemukakan, pencampuran 10 persen BBM
dengan bioetanol dan biodiesel sangat dimungkinkan, sesuai ketentuan yang ditetapkan
internasional.
“Jika 10 persen bahan pencampuran BBM itu dapat diproduksi Indonesia, akan sangat
membantu dalam menghemat penggunaan BBM,” ungkapnya.
Indonesia dalam penyusunan APBN 2005 mengalokasikan dana untuk subsidi BBM
sebesar Rp 90 triliun, dengan perhitungan harga minyak di pasaran dunia 35 dollar AS per-barel.
Namun, kondisi sekarang harga minyak di pasaran dunia mencapai 60 dollar AS per-
barel, sehingga akan sangat mempengaruhi subsidi keuangan negara.
Oleh sebab itu, beberapa alternatif untuk menghemat penggunaan BBM telah ditawarkan,
termasuk diantaranya teknologi pengolahan singkong dan kelapa sawit.
Menristek menilai, penerapan teknologi pengolahan hasil perkebunan harus didukung oleh
kebijakan pemerintah, agar kalangan swasta dan investor tertarik menerapkan teknologi tersebut.
Penerapan teknologi pengolahan singkong dan kelapa sawit sebagai bahan pencampur
BBM tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah, ujarnya, yang mengaku telah membicarakan
kemungkinan menerapkan teknologi tersebut dalam rapat kabinet.
Teknologi pengolahan singkong menjadi bioetanol sebenarnya sudah diterapkan di
Lampung, namun kapasitasnya masih sangat terbatas. “Produk bioetanol sebagai bahan
pencampur BBM telah saya terapkan pada mobil dinas dan 30 bus karyawan, tidak ada masalah,”
ujar Menristek.
Jika kedua jenis bahan pencampur BBM itu dapat diproduksi, akan mampu menghemat
sedikitnya Rp 9 triliun subsidi BBM dalam setahun, demikian Kusmayanto. (Ant/wsn)
Panas Bumi
Panas bumi merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan berpotensi besar untuk
dikembangkan di Indonesia. Sumber energi ini juga cenderung tidak dapat habis karena proses
pembentukannya yang menerus selama kondisi lingkungannnya terjaga keseimbangannya.
Potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia adalah sebesar 27 Gwe atau setara dengan sekitar 12
miliar barel minyak bumi untuk pengoperasian selama 30 tahun. Berdasarkan kenyataan tersebut
Pemerintah memproyeksikan kontribusi panas bumi untuk kelistrikan sekitar 9.500 Mwe atau
5% kebutuhan pembangkit listrik pada tahun 2025. Hal ini ditetapkan dalam dalam Perpres No. 5
tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional.
Pengembangan potensi panas bumi didasari 3 hal, yaitu potensi yang besar, antara lain,
pertama, terdapat pada lapangan Seulawah Agam (NAD), Tampomas, dan Cisolok-Cisukarame
(Jawa Barat), Gunung Unggaran (Jawa Tengah), Ngebel Wilis (Jawa Timur), dan Jailolo
(Halmahera, Maluku Utara). Kedua, melambungnya harga minyak yang hampir mencapai US$
100 / barel sehingga mendorong penggunaan bahan bakar alternatif. Ketiga, isu pemanasan
global akibat penggunaan bahan bakar fosil. Panas bumi dapat berperan dalam mengurangi gas
rumah kaca.
Disamping menerbitkan Perpres 5/2006, Pemerintah telah menerbitkan pula Undang-
Undang No. 27 tahun 2003 tentang panas bumi, dan Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 2007
tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi. Undang-undang dan peraturan tersebut dimaksudkan untuk
mendorong pengembangan dan pemanfaatan panas bumi.
Biomassa
Masalah lingkungan sebenarnya memiliki solusi yang berasal dari lingkungan juga.
Problem gas rumah kaca dan krisis energi misalnya, bisa dijawab dengan biomassa yang
asalmulanya dari alam. Bagaimana bisa?
Gas rumah kaca yang disebabkan oleh bahan bakar fosil, seperti karbon dioksida ketika
dilepaskan di atmosfir, keberadaannya akan menghalangi panas yang akan meninggalkan bumi
sehingga akan meningkatkan temperature bumi. Bila hal ini terjadi maka maka akan terjadi
perubahan iklim yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan di lingkungan kita. Selain
disebabkan oleh CO2, gas berikut juga memiliki kontribusi dalam pemanasan global, methane
(CH4) dan nitrous oksida (N2O). Pembakaran biomassa sebenarnya menghasilkan CO2 tetapi
karbon dioksida yang di hasilkan akan distabilisasi dengan serap kembali oleh tumbuhan,
sehingga tidak ada penimbuan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya terus
seimbang.
Pengingkatan Temperatur
Potensi Biomassa di Indonesia
Konversi Biomassa
Beberapa penerapan teknologi konversi yaitu :
Densifikasi
Karbonisasi
Pirolisis
Anaerobic digestion
Gasifikasi
Political Will