You are on page 1of 11

Sabtu, 07 Mei 2011

sejarah pemikiran ibnu khaldun & Al-Maqrizi


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ibnu Kholdun dan al Maqrizi merupakan salah satu dari sekian banyak pemikir ekonomi islam yang
telah menyumbangkan banyak teori untuk perekonomian. Namun masih belum banyak yang
mengetahui tentang pemikiran-pemikirannya. Padahal jauh sebelum adam Smith ataupun David
Ricardo mengeluarkan pemikirannya, Ibnu Kholdun telah melahirkannya terlebih dahulu. Untuk itu
kami dari kelompok enam berusaha semampunya untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran Ibnu
kholdun dan Al Maqrizi mengenai perekonomian. Semoga bermanfaat

I.2 Tujuan Penulisan


Tujuan kami meuyusun paper ini adalah agar para pembaca dapat lebih memahami pemikiran-
pemikiran ekonomi ibnu Kholdun dan Al Maqrizi. Bagaimana Ibnu Kholdun berpendapat tentang pasar
ataupun uang dan bagaimana Al Maqrizi berpendapat tentang inflasi dan uang.

I.3 Rumusan Masalah


• Biografi dan karya-karya Ibnu Kholdun dan Al Maqrizi
• Mekanisme pasar dan harga Ibnu Kholdun
• Konsep kemakmuran suatu negara menurut Ibnu Kholdun
• Uang dan kebijakan moneter Ibnu Kholdun dan Al Maqrizi
• Macam-macam inflasi dalam pandangan Al Maqrizi
• Inflasi dan korupsi dalam pandangan Al Maqrizi
I.4 Metode Penulisan
Penulisan paper kami menggunakan metode pustaka dan internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pemikiran Ekonomi Ibnu Kholdun
Riwayat Hidup
Ibnu Kholdun memiliki nama lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Ibn Kholdun, lahir di Tunisia
pada awal Ramadhan tahun 732 H atau 27 Mei 1332 M. Keluarganya memiliki darah keturunan
Hadramaut dan bersambung nasabnya hingga salah satu sahabat Nabi yang terkenal yaitu Wail bin
Hujr. Salah satu cucu Wail, Kholid bin Utsman pernah ikut ke Andalusia (Spanyol) bersama tentara
Yaman yang bergabung dalam pasukan ekspedisi, namun sesampainya di spanyol nama Kholid
berubah menjadi Kholdun. Karena itulah keturunan setelahnya dipanggil dengan nama Kholdun.
Masa kelahiran Ibnu Kholdun merupakan penghujung zaman pertengahan dan permulaan Renaissance
di Eropa. Ia hidup ketika dunia Islam berada pada masa kemunduran dan disintegerasi yang ditandai
dengan kejatuhan kekhalifahan Abbasiyah ke tangan pasukan Moghul pimpinan Timur lenk. Ia dan
keluarganya pindah ke Tunisia karena memang Tunisa menjadi tujuan hijrah oleh para ulama
Andalusia pada saat itu. Ayahanda Ibnu Kholdun adalah ahli ilmu dan pecinta sastra. Dan ayahnya
sendiri yang bertanggung jawab terhadap pendidikan Ibnu Kholdun dan memberinya kesempatan untuk
belajar pada ulama-ulama besar dan sastrawan. Sehingga Ibnu Kholdun ahli dalam banyak ilmu seperti
astronomi, matematika, ilmu-ilmu alam, nahwu sharaf, balaghah dan juga sastra.
Ketika berusia 17 tahun, penyakit kusta mewabah di Tunisa yang menyebabkan orang tua dan para
guru besar Ibnu Kholdun meninggal dunia. Karena wabah tersebut banyak ulama dan sastrawan
mengungsi ke Maroko Barat untuk menyelamatkan diri. Hal ini menyebabkan kesempatan belajar Ibnu
Kholdun menjadi sulit, akhirnya ia pun bergabung dengan pemerintahan seperti yang pernah dilakukan
oleh kakeknya. Selama bergabung dengan pemerintahan inilah perjalanan hidupnya menjadi banyak
warna termasuk pernah dipenjara selama 2 tahun.
Selain dikenal sebagai pemikir hebat, ia juga seorang politikus kawakan. Setelah mundur dari dunia
politik, Ibnu Kholdun bersama keluarganya memutuskan untuk menyepi di Qal’at Ibnu Salamah,
sebuah istana yang terletak di negeri Banu Tajin selama empat tahun. Selama masa kontemplasi itulah,
Ibnu Kholdun menyelesaikan penulisan karyanya yang sangat fenomenal yaitu al Muqoddimah.
Ibnu Kholdun wafat di Kairo tanggal 25 ramadhan 808 H/19 maret 1406 M, bulan yang sama ketika ia
lahir.
Karya-karya Ibnu Kholdun
o Kitab al - I’bar
Buku al – I’bar wa Diiwanul Mubtada wal Khabar fii Ayyaamil ‘arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man
‘Aasharum min dzawis sulthan al-akbar terbagi dalam tiga bab dan tujuh jilid.
1. Mukadimah dan bab pertama dimuat dalam satu jilid. Sekarang ini terkenal dengan judul
mukaddimah Ibnu Kholdun
2. Bab kedua ditulis dalam empat jilid yang membahas sejarah kehidupan bangsa Arab, sejarah
perkembangan islam, sejarah kehidupan masyarakat timur.
3. Bab ketiga ditulis dalam dua jilid yang membahas tentang sejarah kaum Barbar dan sejarah
kehidupan masyarkat pesisir Barat. Jilid ketujuh dari buku ini memuat biografi Ibnu Kholdun dan juga
catatan lengkapnya yang berjudul Ta’riif Ibnu Kholdun Mu’alliful Kitaab wa Rihlatu Gharban wa
Syarqan.

o Kitab al-Muqoddimah
Kitab muqoddimah sebenarnya merupakan bagian dari kitab al I’bar dan merupakan bab pertama dari
buku tersebut. Kitab al-Muqoddimah terdiri dari:
1. Kata pengantar, terdiri dari 6 halaman berisi tentang kelemahan yang terdapat pada karya-karya para
sejarahwan sebelumnya.
2. Muqaddimah terdiri kurang lebih 30 halaman yang membahas keistimewaan sejarah beberapa aliran
sejarah dan kekeliruan-kekeliruan yang dibuat oleh beberapa ahli sejarah
3. Bab pertama merupakan bagian utama yang sekarang lebih dikenal dengan muqaddimah Ibnu
Kholdun. Terdiri dari 650 halaman dan 6 bab antara lain:
4. Bab I tentang kebudayaan ummat manusia pada umumnya
5. Bab II berisi tentang kebudayan primitif badui, bangsa-bangsa dan suku biadab
6. Bab III berisi uraian tentang Negara-negara secara umum, kerajaan, khilafah, dan jenjang-jenjang
keuasaan.
7. Bab IV berisi tentang negeri-negeri, kota-kota dan seluruh kebudayaan
8. Bab V berisi uraian tentang penghidupan dengan berbagai sendi pendapatan dan kegiatan ekonomi.
9. Bab VI berisi uraian tentang pembahasan jenis-jenis ilmu pengetahuan dan metode-metodenya dan
seluruh aspeknya.
Selain kitab-kitab diatas Ibnu Kholdun juga menuyusun kitab at-Ta’rif yang berisi tentang
autobiografinya .
2.2 Kunci Kemakmuran Negara
Menurut Ibnu Kholdun kunci kemakmuran suatu Negara tidak dilihat dari banyaknya uang yang ada di
Negara tersebut tetapi tingkat produktivitas yang dapat dihasilkan oleh Negara tersebut dan neraca
pembayaran yang positif.
 Tingkat produksi domestik
Apabila terdapat banyak uang di dalam Negara namun bukan cerminan dari pesatnya produksi hal ini
tidaklah ada artinya. Karena sektor produksi yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga
kerja, meningkatkan pendapatan kerja, dan menimbulkan permintaan atas factor produksi lainnya.
Dalam teori ekonomi kemampuan memproduksi sesuatu digambarkan oleh grafik.

Jagung (ton)

Beras (ton)
*gambar 1 tingkat produksi domestik – Ibnu Kholdun
Sumbu x menggambarkan kemampuan memproduksi beras, sedangkan sumbu y menggambarkan
kemampuan memproduksi jagung. Kurva ppf menggambarkan tingkat produksi maksimal yang
mungkin dicapai dengan sumber daya yang dimiliki. Semakin besar ppf semakin tinggi tingkat
produksinya artinya semakin tinggi tingkat kekayaan Negara tersebut.
• Neraca pembayaran positif
Apa yang digambarkan oleh neraca pembayaran yang positif?
1. Tingkat produksi Negara tersebut untuk suatu jenis komoditi lebih tinggi daripada tingkat
permintaan domestic negra tersebut. (supply lebih besar dibandingkan demand, sehingga dapat
melakukan ekspor)
2. Tingkat efisiensi produksi Negara tersebut lebih tinggi dibandingkan Negara lain. Dengan tingkat
efisiensi yang lebih tinggi maka komoditas suatu Negara mampu masuk ke Negara lain dengan harga
yang lebih kompetitif.
Secara grafis pendapat Ibnu Kholdun ini dapat digambarkan dengan tingkat utilitas yang berada di luar
PPF. Ini berarti negara yang melakukan perdagangan internasional akan menikmati tngkat
kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan tidak melakukan perdagangan. Dalam ekonomi istilah ini
disebut gain from trade. Tanpa adanya perdagangan maka tingkat kesejahteraan tertinggi dicapai ketika
kurva utilitas bersinggungan dengan PPF, yaitu pada titik autarky pau (titik memenuhi kebutuhan
sendiri). Sedangkan adanya perdagangan akan mendorong kurva utilitas ke tingkat yang lebih tinggi
yang tidak mungkin dicapai oleh PPF.

jagung

Qj1

Qj2 pau

Qb1 Qb2 pp beras

2.3 Pemikiran Ekonomi Ibnu Kholdun


- Mekanisme pasar
Menurut Ibnu Kholdun dalam bukunya muqoddimah dalam bab “Harga-Harga di Kota” ada dua jenis
barang yaitu barang kebutuhan pokok dan barang pelengkap. Menurutnya bila suatu kota berkembang
dan selanjutnya populasi bertambah banyak (kota besar) maka pengadaan kebutuhan barang pokok
akan mendapatkan priorotas.
P s1
P1 s2
P2 B

O Qs1 Qs2 Q
Suplai bahan pokok penduduk kota besar (Qs2) jauh lebih besar daripada suplai bahan pokok penduduk
kota kecil (Qs1). Menurut Ibnu Kholdun penduduk kota besar memiliki suplai bahan pokok yang
melebihi kebutuhannya sehingga harga bahan pokok di kota besar relative lebih murah (P2). Sementara
itu suplai bahan pokok di kota kecil relative kecil, karena itu orang-orang khawatir kehabisan makanan
sehingga harganya relatif mahal.
Disisi lain permintaan terhadap barang-barang pelengkap akan meningkat sejalan dengan
berkembangnya kota dan berubahnya gaya hidup. Dalam bahasa ekonomi kontemporer terjadi
peningkatan disposable income. Naiknya disposable income akan menaikkan marginal propensity to
consume terhadap barang-barang mewah dari setiap penduduk kota tersebut. Sehingga akan
menciptakan permintaan baru atau peningkatan permintaan terhadap barang-barang mewah. Hal ini
mengakibatkan harga barang-barang mewah mengingkat.
pS

p2
p1 D2
D1
0Q
Ibnu Kholdun juga menjelaskan mekanisme permintaan dan penawaran dalam membentuk harga
keseimbangan. Ia juga menjelaskan pengaruh meningkatnya biaya produksi karena pajak dan
pungutan-pungutan lain di kota tersebut pada sisi penawaran.
“bea cukai biasa, dan bea cukai lainnya dipungut atas bahan makanan di pasar-pasar dan di pintu-pintu
kota demi raja, dan para pengumpul pajak menarik keuntungan dari transakasi bisnis untuk kepentingan
mereka sendiri. Karenanya harga di kota lebih tinggi daripada harga di padang pasir”
Hal ini terjadi karena harga harga barang di padang pasir tidak memiliki kandungan pajak (karena
barang di padang pasir tidak dikenakan pajak), sementara harga-harga barang di kota memiliki
kandungan pajak, karenanya harga barang di kota lebih mahal daripada harga barang di padang pasir.
Ditinjau dari segi biaya produksi pengenaan pajak ini akan meningkatkan harga jual, sehingga akan
mengakibatkan kenaikan harga.
Sama seperti Ibnu Taimiyah , Ibnu Kholdun juga mengidentifikasi kekuatan permintaan dan penawaran
sebagai penentu keseimbangan harga. Ia juga menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran
terhadap harga. Salah satu pendapatnya:
“ketika barang-barang yang tersedia sedikit, harga-harga akan naik. Namun, bila jarak antar kota dekat
dan aman untuk melakukan perjalanan, akan banyak barang yang diimpor sehingga ketersediaan
barang akan melimpah dan harga-harga akan turun.”
Ibnu Kholdun mencatat bahwa pertumbuhan dan perkembangan positif merangsang baik penawaran
dan permintaan, bahwa kekuatan permintaan dan penawaranlah yang menentukan harga barang-barang.

2.4 Perbedaan dan persamaan pemikiran ekonomi Ibnu Kholdun dan pemikir klasik
Teori ekonomi Ibnu Kholdun Pemikir klasik
1. Teori nilai
2. Division of labor

3. Keuangan publik Nilai suatu produk sama dengan jumlah tenaga kerja yang dikandungnya.
Menurutnya tenaga kerja adalah sumber nilai

Apabila pekerjaan dibagi-bagi diantara masyarakat berdasarkan spesialisasi, menurutnya akan


menghasilkan output yang lebih besar.

Sebelum Adam Smith, Ibnu Kholdun telah mengatakan prinsip-prinsipnya tentang perpajakan dalam
muqoddimah. Dengan prinsip pesemerataan, kenetralan, kemudahan, dan produktivitas. Menurutnya
penetapan dan pembebanan pajak harus sesuai dengan syariah. Nilai tukar suatu barang adalah ongkos
yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut (biaya bahan mentah dan upah buruh
minim). “David Ricardo”
Teori Adam Smith tentang division of labor sama seperti Ibnu Kholdun. Menurutnya, pembagian kerja
akan mendorong spesialisasi yang pada nantinya meningkatkan produktivitas dan meningkatkan
output.

Hukum pajaknya yaitu kesamaan, kepastian, kemudahan pembayaran, dan ekonomis dalam
pengumpulannya.

Konsep uang dan moneter


Bagi Ibnu Kholdun dua logam yaitu emas dan perak adalah ukuran nilai. Logam-logam ini diterima
secara alamiah sebagai uang dimana nilainya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi objektif. Seperti
pendapat Imam Ghazali, Ibnu Kholdun mengatakan bahwa uang itu tidak harus mengandung emas dan
perak. Hanya saja emas dan perak dijadikan standar nilai uang, sementara pemerintah menetapkan
harganya secara konsisten. Artinya pendapat Ibnu Kholdun ini berupa the gold bullion standard, yaitu
ketika logam emas bukan sebagai alat tukar namun otoritas moneter menjadikannya sebagai parameter
dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar.
Konsep the gold bullion standard terjadi sejak tahun 1890 sampai tahun 1914 M. Ibnu Kholdun
mendukung penggunaan emas dan perak sebagai standar moneter. Baginya pembuatan uang logam
emas dan perak hanyalah merupakan sebuah jaminan yang diberikan oleh penguasa bahwa sekeping
uang logam mengandung sejumlah kandungan emas dan perak tertentu (partial reserve). Percetakannya
adalah sebuah kantor religius.
Ibnu Kholdun, Ibnu Taimiyah dan Al Ghazali memang sepaham dalam pembahasan partial reserve ini.
Para pemikir islam ini membolehkan penggunaan uang yang di back up dengan logam mulia. Namun
tambahan dari Al Ghazali bahwa pemerintah harus mejaga nilai uang tersebut.
Dalam paper Charles Issawi tentang analisis Ibnu Kholdun, “god created the two precious metals, gold,
and silver, to serve as the measure of value of all commodities. Money is the measure and store of
value.” Dalam perkembangan saat ini uang tidak hanya sebagai alat tukar dan satuan nilai tetapi juga
alat spekulasi (keyenes) hal inilah yang menyebabkan krisis sering melanda pada zaman sekarang
(1997 krisis Asia, 2008 krisis global)
Kesimpulannya stabilisasi moneter menurut Ibnu Kholdun adalah penggunan mata uang emas dan
perak sebagai alat tukar atau konsep cadangan emas (the gold bullion standard) dimana pemerintah
menetapkan nilainya.

Sejarah Pemikiran Ekonomi al-Maqrizi


Biografi
Al maqrizi mempunyai nama lengkap Taqiyuddin Abu al-Abbas Ahmad bin Ali bin Abdul Qadir al
Husaini. Ia merupakan murid dari Ibnu kholdun, lahir di desa Barjuwan Kairo 766 H. Al maqrizi sangat
mencintai ilmu, berbagai macam ilmu dipelajarinya seperti fiqih, hadits, dan sejarah dari ulama-ulama
terkemuka pada masanya. Interaksinya dengan Ibnu Kholdun dimulai ketika Abu al Iqtishad (bapak
ekonomi) ini tinggal di Kairo dan menjabat sebagai hakim agung (qadi al qudah) madzhab maliki pada
masa pemerintahan sultan Barquq.
Ketika berusia 22 tahun, Al Maqrizi mulai terlibat dalam berbagai tugas pemerintahan dinasti mamluk.
Pada tahun 788 H (1386 M) Al Maqrizi memulai kiprahnya sebagai pegawai di Diwan al Insya
(secretariat negara). Kemudian diangkat menjadi wakil qadi pada kantor hakim agung madzhab syafi’I,
khatib di masjid ‘amr dan madrasah al sultan hasan, imam masjid jami al hakim, dan guru hadis di
madrasah al muayyadah.
Tahun 791 H (1389 M), sultan Barquq mengangkat al Maqrizi menjadi muhtasib di Kairo selama dua
tahun. Disinilah al Maqrizi banyak bersentuhan dengan permasalahan pasar, perdagangan, dan
mudarabah. Sehingga ia terfokus pada harga-harga yang berlaku, asal-usul uang, serta kaidah
timbangan.
Karya-karya
1. Kitab al-Niza’ wa Al-Takhasum fi ma baina Umayyah wa bani Hasyim berisi tentang peristiwa
sejarah islam umum.
2. Kitab Al-Ilmam bi Akhbar Man bi Ardh Al-Habasyah min Muluk Al-Islam berisi tentang ringkasan
sejarah beberapa penjuru dunia islam yang belum terbahas oleh para sejarahwan lainnya.
3. Kitab Tarajim Muluk Al-Gharb dan kitab Al-Dzahab Al-Masbuk bi Dzikr man Hajja min Al-
Khulafa wa al Muluk berisi tentang biografi singkat para raja.
4. Kitab Syudzur Al-‘Uqud fi Dzikr al-Nuqud, kitab Al Akyal wa Al-Auzan Al-Syar’iyah, kitab
Risalah fi Al- Nuqud Islamiyyah dan kitab Ighatsah Al-Ummah bi Kasyf Al- Ghummah berisi tentang
aspek ilmu musni atau sejarah beberapa aspek sosial dan ekonomi di dunia islam pada umumnya dan di
Mesir khusunya
Karya-karyanya yang berbentuk buku besar dibagi dalam tiga kategori. Pertama buku yang membahas
tentang sejarah dunia (kitab Al- Khobar ‘an Al Basyr). Kedua tentang sejarah islam umum (kitab Al
Durar Al-Mhidi’ah fi tarikh Al Daulah Al Islamiyyah). Ketiga berisi tentang sejarah Mesir pada masa
islam (kitab Al Mawa’izh wa Al I’tibar bi Dzikr Al-Khithah wa Al Atsar, kitab itti’azh Al Hunafa bi
Dzikr Al-Aimmah Al Fathimiyyin Al Khulafa, dan kitab Al Suluk li Ma’rifah Duwal Al mulk).

2.5 Faktor-faktor Penyebab Inflasi


Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu
periode waktu tertentu. Menurut Al Maqrizi faktor-faktor penyebab inflasi dibagi dalam dua bagian:
1. Natural Inflation
Yaitu inflasi yang terjadi secara alamiah dimana manusia tidak memiliki kendali diatasnya. Inflasi ini
diakibatkan oleh turunnya penawaran agregat (AS) dan turunnya permintaan agregat (AD).
Berdasarkan penyebabnya natural inflation dibagi dalm dua bagian, yaitu:
• Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor (X ) sedangkan impor (M )
jadi ekspor bersihnya sangat besar mengakibatkan naiknya permintaan agregat.

PS

P2

P1

AD2
0 AD1
Q1 Q2

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab pernah terjadi peristiwa ini dimana para pedagang atau
kafilah yang berdagang ke luar negeri banyak menjual barangnya lebih banyak dibandingkan
membelinya. Akibatnya ada positive net export, positive net export ini menghasilkan keuntungan dan
keuntungan tersebut dibawa ke dalam negeri (madinah) sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat
akan naik (AD ). Naiknya permintaan agregat pada grafik digambarkan dengan kurva AD yang
bergeser ke kanan, sehingga mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan ( P ). Khalifah
Umar bin Khattab mengatasi hal ini dengan melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-
barang atau komoditi selama dua hari berturut-turut. Sehingga permintaan agregatif akan turun setelah
itu harga kembali ke keadaan normal.
• Akibat turunya tingkat produksi karena terjadinya paceklik, ataupun embargo, dan perang.

P2
P1
AD
0
Q2 Q1

Ini pernah terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yaitu pada saat paceklik yang
mengakibatkan kelangkaaan gandum. Digambarkan dalam grafik sebagai kurva AS yang bergeser ke
kiri (AS ) sehingga mengakibatkan kenaikan tingkat harga-harga (P )
Solusi yang diberikan Umar bin Khattab adalah impor gandum dari fustat Mesir sehingga penawaran
agregat (AS) barang di pasar kembali naik yang kemudian berakibat pada turunnya tingkat harga-harga
(P )
2. Human Error Inflation
Yaitu inflasi yang terjadi karena ulah manusia itu sendiri (Q.S Ar-Ruum:41). Berdasarkan penyebabnya
dibagi dalam tiga bagian:
• Corruption and bad administrations
Menurut Al Maqrizi pengangkatan pejabat pemerintahan yang berdasarkan pemberian suap, dan bukan
kapabilitas akan menempatkan orang-orang yang tidak mempunyai kredibilitas pada berbagai jabatan
penting dan terhormat baik di kalangan legislative, yudikatif, maupun eksekutif. Mereka rela
menggadaikan seluruh hartanya sebagai kompensasi untuk meraih jabatan. Ketika berkuasa para
pejabat tersebut mulai menyalahgunakan kekuasaan untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk
memenuhi kewajiban finansialnya maupun kemewahan hidup.
Selain menyebabkan enefisiensi alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinggi. Korupsi dan
administrasi yang buruk jika terus dibiarkan akan menyebabkan “kanker” yang amat membahayakan
perekonomian yang akan membawa perekonomian pada keterpurukan “spiraling inflation” dan atau
“hyper inflation”.
Bila kita lihat pendapat Al Maqrizi tentang korupsi, sangat sesuai dengan kondisi kini. Dimana
seseorang yang tidak mempunyai kredibilitas bagus sebagai pemimpin berusaha menjadi pejabat
bahkan sampai merelakan hartanya demi sebuah kekuasaan. Akhirnya ketika ia berkuasa pun ia
berperilaku buruk seperti korupsi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya biaya siluman sehingga negara
harus menutupi biaya siluman tersebut. Contohnya seperti kasus Gayus Tambunan. Atau dalam lingkup
perusahaan ketika terjadi korupsi oleh salah satu pegawainya maka perusahaan harus menutupi biaya-
biaya tersebut yang pada akhirnya akan menaikkan harga jual di pasaran. Seperti inilah buruknya
korupsi, Al Maqrizi telah memperingatkan hal ini sejak dahulu jauh sbelum hal ini terjadi di Indonesia
kini. Kiranya sebagai muslim kita perlu melihat teori ini dan sebagai pijakan dalam mengatasi inflasi
yang disebabkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk.
• Excessive tax
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebih sama dengan efek yang dihasilkan akibat korupsi dan
administrasi yang buruk. Menurut al Maqrizi, akibat dominasi para pejabat bermental korup dalam
suatu pemerintahan, pengeluaran negara mengalami peningkatan secara drastis. Sebagai
kompensasinya mereka menerapkan system perpajakan yang menindas rakyat dengan memberlakukan
berbagai pajak baru serta menaikkan tingkat pajak yang telah ada. Hal ini dapat menaikkan tingkat
harga-harga.
• Excessive seignorage (peningkatan sirkulasi mata uang fulus)
Seignorage artinya keuntungan dari percetakan koin yang didapat oleh percetakannya dimana biasanya
percetakan tersebut dimiliki oleh pihak penguasa atau kerajaan. Pada masa hidupnya Al Maqrizi,
percetakan uang fulus terjadi secara besar-besaran karena adanya defisit anggaran akibat perilaku buruk
para pejabat. Kegiatan tersebut semakin luas pada saat ambisi pemerintah untuk memperoleh
keuntungan yang besar dari percetakan yang tidak membutuhkan biaya produksi yang tinggi ini tidak
terkendali. Sebagai penguasa mereka mengeluarkan maklumat yang memaksa rakyat menggunakan
mata uang fulus akibatnya junlah fulus yang dimiliki masyarakat semakin besar, sehingga fulus
menjadi mata uang yang dominan.
Ketika fulus lebih dominan digunakan, dan dirham dilebur menjadi perhiasan, sedangkan dinar hanya
dimilki oleh segelintir orang. Mengakibatkan uang dinar dan dirham hilang dari perputaran. Hal ini
telah menjadi pemikiran Ibnu Taimiyah dimana uang kualitas buruk akan menendang uang kualitas
baik.
Ibn Al Maqrizi berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelas-jelas akan mengakibatkan
naiknya tingkat harga secara keseluruhan (inflasi). Menurut Al Maqrizi kenaikan harga-harga
komoditas adalah kenaikan dalam jumlah bentuk uang (fulus) atau nominal, sedangkan jika diukur
dengan emas (dinar) maka harga-harga tersebut jarang sekali mengalami kenaikan. Ibn Al maqrizi
berpendapat bahwa uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk
bertransaksi (jual beli).
2.6 Konsep uang dan moneter
Pemikiran Al Maqrizi dimulai dengan sejarah dan fungsi uang, implikasi penciptaan uang buruk, dan
daya beli uang.
• Sejarah dan fungsi uang
Dalam sejarah perkembangannya, Al maqrizi menguraikan bahwa bagsa Arab jahiliah menggunakan
dinar emas dan dirham perak sebagai mata uang mereka yang masing-masing diadopsi dari Romawi
dan Persia serta mempunyai bobot lebih berat daripada di masa islam. setelah islam datang, Rosulullah
menetapkan berbagai praktik muamlah yang menggunakan kedua mata uang tersebut, bahkan
mengaitkannya dengan hukum zakat harta. Penggunaan kedua mata uang tersebut terus berlanjut tanpa
perubahan sedikit pun hingga tahun 18 H ketika khalifah umar bin Khattab menambahkan lafaz-lafaz
islam pada kedua mata uang tersebut.
Perubahan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 76 H. khalifah Abdul Malik bin Marwan
melakukan reformasi moneter dengan mencetak dinar dan dirham islam. penggunaan kedua mata uang
ini terus berlanjut sampai pemerintahan Al Mu’tashim, khalifah terakhir dinasti Abbasiyah
Menurut Al Maqrizi, kekacauan mulai terlihat ketika pengaruh Mamluk semakin kuat di kalangan
istana, termasuk kebijakan percetakan mata uang dirham campuran. Pencetakan fulus dimulai pada
masa pemerintahan Dinasti Ayyubiyah Sultan Muhammad Al Kamil ibn Al Adil Al Ayyubi, sebagai
alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan dengan rasio 48 fulus untuk setiap dirhamnya.
Pasca pemerintahan sultan Al Kamil, pencetakan mata uang tersebut terus berlanjut hinga pejabat di
tingkat provinsi terpengaruh laba yang besar dari aktivitas ini. Kebijakan sepihak mulai diterapkan
dengan meningkatkan volume percetakan dan menetapkan rasio 24 fulus per dirham. Akibatnya, rakyat
mengalami banyak kerugian karena harga barang-barang yang dulu berharga ½ dirham menjadi 1
dirham. Keadaan ini semkain memburuk ketika aktivitas percetakan fulus meluas pada masa
pemerintahan Sultan Al Adil Kitbugha dan Sultan Al Zahir Barquq yang mengakibatkan penurunan
nilai mata uang dan kelangkaan barang-barang.
Oleh karena itu menurut pandangan Al Maqrizi, mata uang yang dapat diterima hanya mata uang yang
terdiri dari emas dan perak selain itu menurutnya tidak layak disebut mata uang. Di lain pihak menurut
pandangan al Maqrizi uang bukan satu-satunya factor yang mempengaruhi kenaikan harga-harga.
Menurutnya penggunaan mata uang emas/ perak tidak serta merta menghilangkan inflasi dalam
perekonomian karena inflasi dapat juga terjadi karena factor alam dan tindakan sewenang-wenang dari
penguasa.
• Implikasi penciptaan mata uang buruk

Al-maqrizi menyatakan bahwa penciptaan mata uang dengan kualitas yang buruk akan meleyapkan
mata uang berkualitas baik. Pada masa sultan Shalahuddin Al-Ayyubi ini, mata uang yang dicetak
mempunyai kualitas yang sangat rendah dibandingkan dengan mata uang yang telah ada diperedaraan.
Masyarakat akan lebih memilih untuk menyimpan mata uang yang berkualitas baik dan meleburnya
menjadi perhiasan serta melepaskan mata uang yang berkualitas buruk ke dalam peredaran.
Menurut Al-Maqrizi, hal tersebut juga tidak terlepas dari pengaruh pergantian penguasa dan dinasti
yang masing-masing menerapkan kebijakan yang berbeda dalam percetakan bentuk serta nilai dan
dirham. Sebagai contoh, jenis dirham yang telah ada diubah hanya untuk merefleksikan penguasa pada
saat itu.
• Konsep Daya Beli Uang

Menurut Al-Maqrizi, pencetakan mata uang harus disertai dengan perhatian yang lebih besar dari
pemerintah untuk menggunakan mata uang tersebut dalam bisnis selanjutnya. Dalam hal demikian, Al-
Maqrizi memperingatkan para pedagang agar tidak terpukau dengan peningkatan laba nominal mereka.
Menurutnya, mereka akan menyadari hal tersebut ketika membelanjakan sejumlah uang yang lebih
besar untuk berbagai macam pengeluarannya.
Kebijakan moneter islam
Dalam al quran maupun sunnah tidak ditemukan secara spesifik keharusan untuk menggunakan dinar
(emas) dan dirham (perak) sebagai standar nilai tukar uang. Khalifah Umar bin Khattab telah mencoba
untuk memperkenalkan jenis uang dari kulit binatang. Walaupun islam tidak melarang penggunaan
mata uang selain dari emas/ perak namun Ibnu Taimiyah mengingatkan bahwa penggunaan fiduciary
money akan mengakibatkan hilangnya dinar dari peredaran. Imam Ghazali membolehkan penggunaan
uang yang tidak dikaitkan dengan emas dan perak selama pemerintah mampu menjaga nilainya.
Jadi ada kebolehan bersyarat. Bila uang yang di back up secara parsial saja dapat memicu inflasi, maka
uang yang tidak di back up sama sekali dengan logam mulia akan lebih mudah dalam memicu inflasi.
Itulah sebabnya mengapa Al Ghazali memperbolehkan penggunaannya hanya dengan syarat
pemerintah dapat menjaga nilainya. Karena tanpa adanya kaitan dengan emas/ perak maka pemerintah
dapat melakukan seignorage secara leluasa.
Perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami tiga kali evolusi yaitu :
a. the gold coin standard: logam emas mulia sebagai uang yang aktif dalam peredaran.
b. The gold bullion standard: logam emas bukanlah alat tukar yang beredar namun otoritas moneter
menjadikan logam emas sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar.
c. The gold exchange standard (Bretton Woods System): otoritas moneter menentukan nilai tukar
domestic currency dengan foreign currency yang mampu di back-up secara penuh oleh cadangan emas
yang dimiliki.
Bagaimana teori permintaan uang islami? Hal itu akan di bahas oleh pemikir-pemikir ekonomi islam
selanjutnya, dimana terbagi dalam 3 madzhab yaitu madzhab iqtishaduna (baqir as Sadr), mainstream
(Umer Chapra, dkk), dan alternative (choudury).

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

 Dalam analisis Ibnu kholdun kita bisa memetik bahwa jauh sebelum Adam smith dan david Ricardo
mengemukakan teori ekonominya, Ibnu kholdun sudah membahas sebelumnya. Baik tentang
perdagangan internasional, teori nilai dan kerja, juga pajak. Kiranya sebagai bagian dari ummat islam
kita perlu mencontoh apa yang sudah menjadi pemikiran abu al iqtishad ini.
 Ibnu Kholdun tidak menilai uang yang banyak merupakan standar kekayaan suatu negara. Baginya
standar kekayaan negara dilihat dari tingkat produktivitas negara tersebut dan neraca pembayaran yang
positif.
 Seperti Al Ghazali melihat uang, uang tidak harus dari emas dan perak. Namun uang yang beredar
harus mempunyai cadangan emas/ perak (back up) dimana pemerintah menetapkan satandar satuannya.
 Al maqrizi banyak membahas tentang uang dan inflasi. Tidak seperti ekonomi konvensional bahwa
inflasi hanya terbagi menjadi dua (demand pull inflation) dan (cost push inflation), al Maqrizi membagi
dua penyebab inflasi yaitu natural inflation dan human error inflation.
 Bagi Al Maqrizi hanya uang emas/ perak yang pantas dijadikan alat tukar, selain itu menurutnya
tidak pantas dijadikan sebagai mata uang. Mengingat pada zamannya fulus dicetak secara besar-
besaran oleh pemerintah untuk mengambil keuntungan dibaliknya (seignorage).
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Makro Islami, ( Jakarta: PT Raja Grafindo,2010 )


………….Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo,2008)
…………Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006)
Charles Issawi, Ibn Kholdun’s Analysis of economic issues; Readings in Islamic Thought, (Malaysia;
Longman,1992)
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok : Gramata Publishing, 2010)
Franz Roshental, The Muqoddimah of Ibn Kholdun: An Introduction to History, (London: Routledge &
Kegan Paul 1967)
Kholid Haddad, 12 Tokoh Pengubah dunia (Jakarta: Gema Insani Press, 2009)

Sumber: http://azlinavashila.blogspot.com/2011/05/sejarah-pemikiran-ibnu-khaldun-al.html

You might also like