Professional Documents
Culture Documents
Persoalan limbah cair adalah limbah yang paling sering kita temui dibandingkan limbah padat
ataupun limbah gas. Bahkan tidak jarang limbah padat justru berubah atau disatukan menjadi
limbah cair. Persoalan terbanyak dari limbah cair adalah limbah yang terkandung di dalam air,
atau dengan kata lain air limbah. Air limbah dapat berasal dari berbagai macam sumber, mulai
dari air hujan, air buangan rumah tangga, perkantoran sampai industri.
Air limbah ini umumnya dibuang melalui saluran / got menuju sungai ataupun laut. Terkadang
dalam perjalannya menuju laut, air limbah ini dapat mencemari sumber air bersih yang
dipergunakan oleh manusia. Dengan demikian penanganan air limbah perlu mendapat perhatian
serius. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu
lingkungan, hewan, ataupun bagi keindahan.
1. Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi
pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan air
dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba, seperti pasir, kayu,
sampah, plastik dan lain-lain.
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan atau
menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan yang
umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.
4. Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme penyebab
penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun
dengan menggunakan sinar ultraviolet.
5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang
dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air limbah.
Penanggulangan limbah oleh industri besar tidak menjadi masalah, berbeda halnya dengan
industri menengah dan kecil, mengingat sarana dan biaya pengoperasiannya yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan mencari cara atau metode alternatif penanganan limbah cair dengan
memodifikasi teknik kolam ganggang sehingga teknologi dan biaya pengadaan serta
pengoperasiannya terjangkau oleh industri menengah ke bawah.
Teknik kolam ganggang atau lagoon merupakan cara pengolahan limbah cair dengan
menafaatkan pertumbuhan ganggan fotosintesis dengan proses fakultatif anaerob serta
merupakan cara yang paling sederhana dibandingkan cara-cara lainnya. Cara ini sangat cocok
untuk negara berkembang. Kebutuhan oksigen hayati (BOD) dan kebutuhan oksigen kimia
(KOK) dapat dikurangi sampai 60-80%. Pada dasarnya teknik kolam ganggang terdiri atas
banyak kolam yang terbuat dari semen atau logam dengan kapasitas yang besar dan dilengkapi
dengan berbagai peralatan pengendali, pengatur kondisi untuk menumbuhkan ganggang,
penyaring, sedimentasi, denitrifikasi, dan klorinasi. Teknik ini dapat dimodifikasi sehingga
menjadi peralatan yang sederhana dengan biaya relatif murah bagi industri menengah ke bawah.
Modifikasi tersebut pernah dikerjakan di India pada tahun 1970-an dengan menggunakan dua
kolam pengolah untuk mengolah limbah cair di pedesaan. Kolam pertama untuk menumbuhkan
ganggang dan yang kedua untuk penjernihan. Meskipun demikian masih diperlukan beberapa
alat seperti pompa dan bak penyaring.
3 Votes
Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga
di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006 ). Menurut data Status Lingkungan
Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung
ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di
Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain
dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah , dan ada
juga yang dibuang ke kolam atau pantai.
Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah
garis kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai sebagian masyarakat yang
membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan
air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Bahkan terkadang masih dijumpai
masyarakat yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi selain
disebabkan karena factor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang
relative rendah dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup
masyarakat.
Berdasarkan perkiraan WHO/ UNICEF, sekitar 60 persen penduduk di kawasan pedesaan di Indonesia
kekurangan akses terhadap sarana sanitasi yang pantas. Kegiatan mandi dan mencuci pakaian di sungai
serta buang air besar di tempat terbuka membuat orang mudah terpapar penyakit, mengontaminasi air
tanah dan permukaan, dan menurunkan kualitas tanah dan tempat tinggal. Perempuan dan anak-anak
berada dalam risiko.
Sanitasi juga merupakan suatu usaha untuk memberikan fasilitas di dalam rumah yang dapat
menjamin agar rumah selalu bersih dan sehat. Tentunya tang ditunjang penyediaan air bersih
yang cukup, dan pembuangan air kotoran yang lancar.
Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan harus
dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit
Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian dan kegiatan yang berhubungan dengan limbah
cair menurut PP 82 tahun 2001 yaitu :
1. Air adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan
fosil.
2. Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, seperti, mata
air, sungai, rawa, danau, waduk, dan muara.
3. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang
diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin kualitas tetap dalam kondisi alamiahnya.
4. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air
serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
5. Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain
kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
6. Limbah cair adalah sisa dari sutu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
7. Baku mutu limbah cair adalah, ukuran batas atau kadar unsure pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air dari suatu
usaha atau kegiatan.
Air dari kamar mandi tidak boleh dibuang bersama sama dengan air dari WC maupun dari dapur.
Sehingga harus dibuatkan seluran masing-masing.
Diameter pipa pembuangan dari kamar mandi adalah 3” (7,5 cm), pipa pembuangan dari WC adalah
4”(10 cm), dan dari dapur boleh dipakai diameter 2”(5cm). pipa pembuangan dapat diletakkan pada
suatu “shaft”, yaitu lobang menerus yang disediakan untuk tempat pipa air bersih dan pipa air kotor
pada bangunan bertingkat untuk memudahkan pengontrolan. Atau dapat dipasang pada kolom-kolom
beton dari atas sampai bawah. Setelah sampai bawah, semua pipa air kotor harus merupakan saluran
tertutup di dalam tanah agar tidak menimbulkan wabah penyakit dan bau tak sedap.
Dibawah lantai, semua pipa sanitasi diberi lobang control, yang sewaktu-waktu dapat dibuka bila terjadi
kemacetan.
a. SEPTICTANK
Sistem septic tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran. Septic tank
merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran
cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara.
Hal-hal yang yang harus diperhatikan saat pembangunan septic tank agar tidak mencemari air dan tanah
sekitarnya adalah :
3. septic tank direncanakan utuk pembuangan kotoran rumah tangga dengan jumlah air limbah antara
70-90 % dari volume penggunaan air bersih.
5. besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung lumpur yang dihasilkan setiap orang
rata-rata 30-40 liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan 2-4 tahun.
6. pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi kurang lebh 2.5 cm dari pipa air keluar.
7. septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan untuk membuang
gas hasil penguraian.
Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan tahan lama perlu diperhatikan hal berikut :
1. Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses pembuangan limbah. Selisih ketinggian kloset dan
permukaan air bak penampung kotoran minimal 2 %, artinya setiap 100cm terdapat perbedaan
ketinggian 2cm.
Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya jumlah logam-logam berat yang
masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh
melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam berat
meskipun diperlukan dalam jumlah kecil. Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam
tumbuh-tumbuhan karena terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak
terjadi penumpukan logam-logam berat, maka limbah industri hendaknya dilakukan pengolahan
sebelum dibuang ke lingkungan.
Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada proses penanggulangan terhadap
pencemaran yang telah terjadi.
Pengolahan limbah
Limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke sungai atau selokan
hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan, kemudian diolah, agar bila terpaksa
harus dibuang ke sungai tidak menyebabkan terjadinya pencemaran air. Bahkan kalau dapat
setelah diolah tidak dibuang ke sungai melainkan dapat digunakan lagi untuk keperluan industri
sendiri.
Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan lain yang berguna, misalnya
dapat diolah menjadi keset. Sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur
dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.
System Sanitasi
Post: 15 December 2008 Oleh: penyair cinta (1) Comment
1. Pengertian sanitasi
Sanitasi adalah bagian dari sistem pembuangan air limbah, yang khususnya menyangkut pembuangan
air kotor dari rumah tangga, kantor, hotel, pertokoan (air buangan dari WC, air cucian, dan lain-lain).
Selain berasal dari rumah tangga, limbah juga dapat berasal dari sisa-sisa proses industri, pertanian,
peternakan, dan rumah sakit (sektor kesehatan).
(Sumber: Said, 1987:12)
2. Pengertian Air limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian dan kegiatan yang berhubungan dengan limbah
cair menurut (PP 82 thn 2001), yaitu :
a. Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan fosil.
b. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah seperti akuifer,
mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk dan muara.
c. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukkannya untuk menjamin agar kualitas tetap dalam kondisi alamiahnya.
d. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta
pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
e. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
f. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
g. Baku mutu limbah cair adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha
atau kegiatan.
h. Limbah cair adalah limbah yang berbentuk air, karena umumnya limbah cair yang dihasilkan oleh
voluters baik limbah rumah tangga maupun industri adalah dalam bentuk air yang dibuang ke sungai.
(PP 82 thn 2001).
2.1 Sumber Air Limbah
Air limbah (sewage) juga dapat diartikan sebagai air dan cairan yang merupakan sisa dari kegiatan
manusia di rumah tangga/limbah domestik dan commercial buildy (kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan) atau industri. Dari sini, kita dapat mengenal penggolongan air limbah yaitu
air limbah industri dan limbah domestik. (www.wikipedia.com).
2.2.1 Air Limbah Domestik
Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik yang
mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar mandi dan air cucian dimana
kuantitasnya antara 50-70% dari rata-rata pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari).
Sumber air limbah domestik berasal dari aktivitas rumah tangga, kantor, commercial buildy (hotel,
restoran, rumah sakit), dll. Yang umumnya Sumber air limbah domestic ini berasal dari kamar mandi,
tempat cuci, dapur dan toilet/kakus. Pengolahan air limbah, sangat berkaitan dengan karakteristik air
limbah. Air limbah rumah tangga jika dilihat dari sumbernya ada dua macam, yaitu:
1) Air limbah rumah tangga yang bersumber dari toilet/kakus (black water).
2) Air limbah rumah tangga non kakus (grey water).
Adapun limbah domestik ini memiliki kandungan bahan berupa 99,9 persen air dan 0,1 persen bahan
padat.
Karakterikstik air limbah rumah tangga dari WC/kakus seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1
Karakteristik Air Limbah WC/kakus
No Parameter Satuan Konsentrasi
1 pH – -6,5 – 7,0
2 Temperatur °C 37
3 Amonium Mg/L 25
4 Nitrat Mg/L 0
5 Nitrit Mg/L 0
6 Sulfat Mg/L 20
7 Phospat Mg/L 30
8 CO2 Mg/L
9 HCO3- Mg/L 120
10 BOD5 Mg/L 220
11 COD Mg/L 610
12 Khlorida Mg/L 45
13 Total Coli MPN 3 X 105
Karakteristik fisik, kimia dan biologi terdapat hubungan yang saling bergantung dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya.
Sebagai contoh , temperatur air limbah berhubungan langsung dengan keaktifan
mikroorganisme, sehingga air limbah dapat membusuk dan bau, contoh lainnya adalah adanya
hubungan tak langsung antara mikroorganisma dengan karakteristik kimia.
Untuk mengukur sampai berapa jauh tingkat pengotor air, maka dapat digunakan beberapa
parameter antara lain : BOD (Biochemical Oxigen Demand), COD (Chemical Oxigen Demand),
SS (Suspended Solid), bakteri koli, dan golongan amoniak.
Parameter-parameter ini dipakai pula untuk mengukur kemampuan pengolahan air limbah.
Berdasarkan kekuatannya, air limbah digolongkan dalam 3 jenis yaitu : kuat, sedang dan lemah.
Jenis kekuatan tersebut biasanya dinyatakan dengan tingkat BOD, yaitu:
? Kuat, bila nilai BOD > 300 mg/L.
? Sedang, bila nilai BOD 100 -300 mg/L
? Lemah, bila nilai BOD < 100 mg/L
Sumber:http://www.kimpraswil.go.id/Limbah.pdf.
Karakteristik limbah:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah
? Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
dengan kriteria yang tercantum dalam peraturan pemerintah No.18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah B3 terbagi atas dua macam yaitu
yang spesifik dan yang tidak spesifik.
Perbedaan pokok antara limbah B3 spesifik dan tidak spesifik terletak pada cara penggolongan
yaitu pada limbah spesifik digolongkan kedalam jenis industri, sumber pencemaran, asal limbah,
dan pencemaran utama sedangkan pada limbah tidak spesifik penggolongannya atas dasar
kategori dan bahan pencemar.
Hal-hal yang Perlu Dicantumkan dalam Pemberian Ijin Pembuangan Limbah Cair
Dalam PP No. 82 tahun 2001 ditetapkan kriteria-kriteria tentang ijin pembuangan limbah cair
yang dapat diberikan kepada industri yang harus mencantumkan hal-hal berikut:
a. Kewajiban untuk mengolah limbah
b. Persyaratan mutu dan kuantitas limbah cair yang boleh dibuang kemedia lingkungan.
c. Persyaratan cara pembuangan air limbah .
d. Persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
e. Persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah
f. Persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil pemeriksaan analisis mengenai dampak lingkungan
yang erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran air bagi usaha dan atau kegiatan yang
wajib melaksanakan analisis mengenai dampak lingkungan.
g. Larangan pembuangan secara sekaligus dalam satu saat atau pelepasan dadakan.
h. Larangan untuk melakukan pengenceran limbah cair dalam upaya penataan batas kadar yang
dipersyaratkan.
i. Kewajiban melakukan swapantau dan kewajiban untuk melaporkan hasil swapantau.
Indikasi Pencemaran Air
Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian.
1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) Air normal yang memenuhi
syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah
industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air
sungai dan dapat mengganggukehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parahjika
daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah
bersifat korosif terhadap logam.
2. Perubahan warna, bau dan rasa Air normak dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga
tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah
satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi
kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal darilimba industri atau dari hasil
degradasioleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan
yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari
adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak
larut sempurna akan mengendapdidasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan
akan menghalangi bahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit
didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD.
Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari :
Bahan buangan padat
Bahan buangan organic
Bahan buangan anorganik
Dampak limbah cair dari hasil-hasil industri, yaitu:
1) Merusak komponen dan memperburuk kondisi lingkungan dan kerusakan pada komponen
lingkungan lainnya.
Seperti kematian ikan, keracunan pada manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam
daging ikan dan moluska, terutama bila limbah cair yang mengandung racun As, CN, Cr, Cd, Cu,
F, Hg, Pb, atau Zn.
2) Akan meningkatkan timbulnya penyakit pada manusia.
? Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya
pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. Pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi limbah Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran
lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran,
melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri
guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran
hingga batas yang diperbolehkan.
Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 3 tahun 1998 tentang baku mutu
limbah cair bagi kawasan industri maka penghitungan untuk penetapan beban pencemaran
maksimum pada jumlah unsur pencemar yang terkandung dalam aliran limbah cair maka
digunakan perhitungan sebagai berikut:
Keterangan :
BPM = Beban Pencemaran maksimum yang diperbolehkan, dinyatakan dalam kg parameter per
hari.
(Cm)j =Kadar maksimum parameter j seperti tercantum dalam lampiran I Keputusan ini,
dinyatakan dalam mg/l.
Dm =Debit Limbah cair maksimum seperti tercantum dalam lampiran I, dinyatakan dalam L
limbah cair per detik per hectare.
A = Luas lahan kawasan yang terpakai, dinyatakan dalam hectare (HA).
f = factor konversi = 1 kg * 24 x 3600 detik = 0,086 … (II.1.2)
1.00.0 mg hari
2. Beban pencemaran sebenarnya
Beban pencemar sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut :
Keterangan :
BPA = Beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per hari
(CA)j = Kadar sebenarnya parameter j, dinyatakan dalam mg/l.
DA = Debit limbah cair sebenarnya, dinyatakan dalam liter/detik
F = faktor konversi = 0,086
a) Bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam, dan kedap air. Bahan bangunan yang dapat
dipilih untuk bangunan dasar, penutup, dan pipa penyalur air limbah adalah batu kali, bata
merah, batako, beton biasa, beton bertulang, asbes, semen, PVC, keramik, dan plat besi.
b) Bentuk empat persegi panjang (2:1 s/d 3:1) dengan ukuran disesuaikan jumlah pemakai (25
orang) dan waktu pengurasan untuk ukuran kecil (1 kk). Pipa penyalur air limbah dari bahan
PVC, keramik, atau beton yang berada di luar bangunan harus kedap air, kemiringan minimum 2
%, belokan lebih besar dari 45 % dipasang clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 %
sebaiknya dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak kontrol, dilengkapi dengan
pipa aliran masuk dan keluar, serta pipa udara (diameter 0,05 m dan tinggi 2 m di atas tanah).
Dilengkapi dengan lubang pemeriksa untuk keperluan pengurasan dan keperluan lainnya. Tangki
dapat dibuat dengan dua ruang atau lebih untuk menaikkan efisiensi pengolahan dengan panjang
tangki ruang pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki septik dan bidang
resapan ke bangunan = 1,5 m, jarak dengan sumur = 10 m dan jarak dengan pipa air bersih = 3
m.
c) Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu dilengkapi dengan kotak distribusi.
d) Sarana pengolahan efluen dapat berupa bidang resapan: ukuran bidang resapan disesuaikan
dengan daya serap tanah dan jumlah pemakai, pipa resapan (panjangnya minimum 10 cm) dari
bahan yang tahan korosi dengan bidang resapan dibuat miring dengan kemiringan 0,2 %.
e) Sumur resapan digunakan untuk tangki septik yang melayani kurang dari 25 orang (sumur 0,8
m tinggi 1 m), diisi kerikil/batu pecah setinggi 3-8 cm, dan dinding sumur dilapisi dengan ijuk.
Yang bertanggung jawab atas teknologi pembuangan air limbah tersebut adalah masyarakat
dengan bimbingan instansi terkait.
“Ruang kosong” di dalam septic tank merupakan ruang antara bagian teratas lumpur dan bagian
terbawah/alas dari buih. Penetapan ini dilakukan atas dasar pergerakan limbah masuk dan keluar
dari tangki. Dimensi vertikal tanki tergantung pada dalamnya penetrasi pipa keluar atau saluran
pembuangan dan rencana area tangki. Semakin besar rencana area ruang kosong, semakin rendah
pula kecepatan horizontal, sehingga sedimentasi lebih efektif.
Lumpur dan buih mengotori ruang kosong dalam septic tank, sehingga percepatan horisontal
meningkat. Akibatnya, kotoran padat terbawa arus tersebut. Untuk tangki dalam dimensi umum,
ruang kosong dibentuk sekitar 1 kaki di bawah pangkal saluran pembuangan atau lewat pipa, dan
buih seharusnya tidak bertumpuk lebih rendah dari 3 inci di atas dasar saluran pembuangan atau
pipa. Hal ini berarti dengan penetrasi 16 inci dalam saluran pembuangan atau lewat pipa, maka
ruang bersih akan mempunyai 15 inci dimensi vertikal. Hasilnya berlipat dengan rencana area
tangki, dan menghasilkan volume minimum tangki untuk masukan limbah dan sedimentasi,
sedangkan sisa volume tangki yang tersedia untuk akumulasi buih dan kotoran. Sebenarnya,
ketika ruang bersih yang ada berkurang 15 inci, maka tangki harus dibersihkan dari buih dan
kotoran.
Selanjutnya kegiatan ini akan membuat mutu dari lindi menjadi lebih baik dengan terjadinya
penurunan kepekatan lindi, juga mengurangi terbentuknya gas berbahaya, yang seluruhnya dapat
menimbulkan stabilisasi lokasi dari penimbunan limbah menjadi lebih cepat.
Tabel 2.9 Aktivitas dan sifat barang serta aspek produksi manajemen air limbah
Aktivitas Sifat barang Aspek produksi eksternalitas
Tingkat subtraktabilitas Tingkat eksklutabilitas Tingkat kemerosotan Skala ekonomi Tingkat
koordinasi
Gorong-gorong Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Kesehatan
Stasion pompa Rendah Tinggi Tinggi Sedang Rendah Polusi Air
Pengelola air limbah rendah Tinggi Tinggi Sedang Rendah Polusi Air
Sumber : Larry Taylor. 1994
Dari penelitian yang diadakan oleh larry taylor diatas menunjukkan bahwa gorong – gorong atau
sistem penyaluran air limbah konvensional, stasion pompa dan sarana pengelolaan air limbah
(PAL) mempunyai tingkat subtraktabilitas yang rendah. Masuknya konsumen atau pengguna jasa
ketiga sarana tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap konsumen yang lama . sebaliknya,
ketiganya mempunyai tingkat eksklutabilitas yang tinggi, karena konsumen tidak mudah untuk
menggunkan fasilitas-fasilitas tersebut atau akses menggunakannya sulit. Keadaan terakhir ini
mengacu pada kondisi di negara – negar maju, dimana kondisi manajemen limbah cair telah
cukup mapan dan tertata dengan baik. Sarana gorong-gorong, stasion pompa dan pengelola air
limbah telah dirancang untuk sejumlah penduduk atau rumah tangga atau rumah. Jika seseorang
mendirikan rumah baru disuatu daerah, ia harus mendaftarkan diri pada instansi pemerintah yang
khusus menangani limbah cair untuk dapat mengakses ke saluran pembuangan limbah.
Pemberian akses biasanya disertai dengan pembayaran pajak atau retribusi kepada negara, yang
pada gilirannya akan digunakan untuk memperbesar kapasitas dari sarana yang ada.
Ditinjau dari segi kemerosotan, ketiga sarana mempunyai karakteristik yang sama, yaitu tingkat
kemerosotan tinggi. Biaya modal yang dikeluarkan dengan cepat merosot. Artinya, nilai modal
yang ditanamkan pada ketiga prasarana tersebut cepat merosot nilainya. Nilai modal yang cepat
merosot ini harus segera dikompensasi dengan perbaikan infrastruktur secara priodik.
Ditinjau dari skala ekonomis, ketiga sarana air limbah ini termasuk dalam kategori sedang. Biaya
yang dibutuhkan untuk membuang prasarana tersebut tidak terlalu besar dan membutuhkan
investasi yang mahal. Berbeda dengan pembangunan jalan tol yang membutuhkan modal yang
besar dan pelibatan pihak swasta yang didanai konsorsium tertentu. Pendanaan pembangunan
gorong-gorong kota tidak terlalu memerlukan struktur pendanaan yang rumit, karena secara
langsung dapat didanai melalui anggaran belanja pemerintah.
Di Indonesia, pembangunan sarana pengelolaan air limbah masih sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (kota madya). Biasanya
pendanaan pembangunan gorong-gorong kota dan stasion pengolahan air limbah dilakukan
melalui subsidi pemerintah pusat dan pinjaman luar negeri.
Kebijakn yang diterapkan di indonesia dalam mengelola air limbah secara formal adalah seperti
yang diarahkan oleh departemen PU (Direktorat Jendral Cipta Karya) pada awalnya atau
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL) sebagai depertemen tehnis
yang membina pengelolaan air limbah di Indonesia.
2.11 Pokok-Pokok Permasalahan Pengelolaan Air Limbah
Berdasarkan konsep manajemen pengelolaaan air limbah, persoalan yang muncul pada
pengelolaan air limbah adalah :
1. Aspek Kelembagaan: bentuk kelembagaan yang cocok dengan besarnya kewenangan dan
sumber daya manusia sebagai salah satu unsur pengelola kurang memadai dari jumlah maupun
kualifikasinya ;
2. Aspek Teknis Operasional: keterbatasan sarana dan prasarana pengurasan dan pengumpulan
(truk tinja), instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT), serta instalasi pengolah air limbah (IPAL)
sebelum dibuang ke badan air ;
3. Asepek Pembiayaan: tidak seimbangnya besar biaya operasional – pemeliharaan (O dan M)
pengelolaan dan besarnya penerimaan retribusi sebagai konsekwesi logis pelayanan pengelolaan;
4. Aspek Pengaturan: tidak dimilikinya kebijakan pengaturan pengelolaan didaerah yang mampu
memberikan motivasi kesadaran peran serta masyarakat untuk ikut secara utuh dalam
pengelolaan secar terpusat baik menyangkut pembiayaan dan teknis operasional sehingga
berwawaskan lingkungan;
5. Aspek Peran serta Masyarakat: kesadran masyarakat untuk ikut serta secara utuh dalam
pengelolaan perlu ditingkatkan.
2.12 Undang-undang dan peraturan Nasional dan regional serta kebijaksanaan Daerah Terkait
pengelolaan Air limbah
Secara Umum beberapa perundang-undangan dan peraturan yang terkait dengan pelaksanaan
pengelolaan air limbah nasional maupun regional adalah:
• Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
• Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tenang Pajak dan Retribusi Daerah;
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisi Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL);
• Keputusan Menteri PU Nomor 69/PRT/1995 Tentang Pedoman Teknis Mengenai Damapk
Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum
Disamping perundang-undangan,Peraturan dan Kebijakan diatas maka pengelolaan air limbah
secara operasional harus mengacu pada standarisasi yang sudah ada seperti:
• SK SNI T -07 -1989-F Tentang Petunjuk Teknis Pembuatan Tangki septik;
• SK SNI T -08 -1998 –F Tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
• SK SNI T -09 – 1998 –F Petunjuk Teknis Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL).
• Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2001.