You are on page 1of 24

Pengolahan Limbah Cair

Diterbitkan pada 11 Januari 2009 oleh aimyaya

Persoalan limbah cair adalah limbah yang paling sering kita temui dibandingkan limbah padat
ataupun limbah gas. Bahkan tidak jarang limbah padat justru berubah atau disatukan menjadi
limbah cair. Persoalan terbanyak dari limbah cair adalah limbah yang terkandung di dalam air,
atau dengan kata lain air limbah. Air limbah dapat berasal dari berbagai macam sumber, mulai
dari air hujan, air buangan rumah tangga, perkantoran sampai industri.

Air limbah ini umumnya dibuang melalui saluran / got menuju sungai ataupun laut. Terkadang
dalam perjalannya menuju laut, air limbah ini dapat mencemari sumber air bersih yang
dipergunakan oleh manusia. Dengan demikian penanganan air limbah perlu mendapat perhatian
serius. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu
lingkungan, hewan, ataupun bagi keindahan.

Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi :

 
1. Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi
pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan air
dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba, seperti pasir, kayu,
sampah, plastik dan lain-lain.

2. Pengolahan Primer (Primary Treatment)


Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-artikel padat
organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel padat
akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di atas /
permukaan (disebut grease).

 
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan atau
menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan yang
umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.

 
4. Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme penyebab
penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun
dengan menggunakan sinar ultraviolet.
 
5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang
dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air limbah.

Penanggulangan Pencemaran oleh Limbah Cair Industri Pengolahan Hasil


Pertanian Tingkat Menengah dan Rendah dengan Teknik Kolam Ganggang
Posted: Desember 12, 2008 by admin in ilmu

Suwedo Hadiwiyoto, Supriyadi, dan Endang Sutriswati Rahayu


Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Penanggulangan limbah oleh industri besar tidak menjadi masalah, berbeda halnya dengan
industri menengah dan kecil, mengingat sarana dan biaya pengoperasiannya yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan mencari cara atau metode alternatif penanganan limbah cair dengan
memodifikasi teknik kolam ganggang sehingga teknologi dan biaya pengadaan serta
pengoperasiannya terjangkau oleh industri menengah ke bawah.

Teknik kolam ganggang atau lagoon merupakan cara pengolahan limbah cair dengan
menafaatkan pertumbuhan ganggan fotosintesis dengan proses fakultatif anaerob serta
merupakan cara yang paling sederhana dibandingkan cara-cara lainnya. Cara ini sangat cocok
untuk negara berkembang. Kebutuhan oksigen hayati (BOD) dan kebutuhan oksigen kimia
(KOK) dapat dikurangi sampai 60-80%. Pada dasarnya teknik kolam ganggang terdiri atas
banyak kolam yang terbuat dari semen atau logam dengan kapasitas yang besar dan dilengkapi
dengan berbagai peralatan pengendali, pengatur kondisi untuk menumbuhkan ganggang,
penyaring, sedimentasi, denitrifikasi, dan klorinasi. Teknik ini dapat dimodifikasi sehingga
menjadi peralatan yang sederhana dengan biaya relatif murah bagi industri menengah ke bawah.
Modifikasi tersebut pernah dikerjakan di India pada tahun 1970-an dengan menggunakan dua
kolam pengolah untuk mengolah limbah cair di pedesaan. Kolam pertama untuk menumbuhkan
ganggang dan yang kedua untuk penjernihan. Meskipun demikian masih diperlukan beberapa
alat seperti pompa dan bak penyaring.

Proses dan Cara Pengolahan Limbah Rumah Tangga (Sanitasi)


Posted: Februari 25, 2011 by hendrabudianto in Iptek
Tag:pengolahan limbah, septictank, stp

3 Votes
Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga
di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006 ). Menurut data Status Lingkungan
Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung
ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di
Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain
dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah , dan ada
juga yang dibuang ke kolam atau pantai.

Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah
garis kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai sebagian masyarakat yang
membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan
air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Bahkan terkadang masih dijumpai
masyarakat yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi selain
disebabkan karena factor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang
relative rendah dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup
masyarakat.

Berdasarkan perkiraan WHO/ UNICEF, sekitar 60 persen penduduk di kawasan pedesaan di Indonesia
kekurangan akses terhadap sarana sanitasi yang pantas. Kegiatan mandi dan mencuci pakaian di sungai
serta buang air besar di tempat terbuka membuat orang mudah terpapar penyakit, mengontaminasi air
tanah dan permukaan, dan menurunkan kualitas tanah dan tempat tinggal. Perempuan dan anak-anak
berada dalam risiko.

1.    PENGERTIAN SANITASI


Sanitasi adalah bagian dari system pembuangan air limbah, yang khususnya menyangkut pembuangan
air kotor dari rumah tangga, dapat juga dari sisa-sisa proses industry, pertanian, peternakan dan rumah
sakit (sector kesehatan). 

Sanitasi juga merupakan suatu usaha untuk memberikan fasilitas di dalam rumah yang dapat
menjamin agar rumah selalu bersih dan sehat. Tentunya tang ditunjang penyediaan air bersih
yang cukup, dan pembuangan air kotoran yang lancar.

2.    AIR LIMBAH


Air Limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses pruduksi industri maupun
domestik (rumah tangga), yang terkadang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Dalam konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap lingkungan tertutama kesehatan
manusia sehingga dilakukan penanganan terhadap limbah.

Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan harus
dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit
Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian dan kegiatan yang berhubungan dengan limbah
cair menurut PP 82 tahun 2001 yaitu :
1. Air adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan
fosil.
2. Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, seperti, mata
air, sungai, rawa, danau, waduk, dan muara.
3.    Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang
diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin kualitas tetap dalam kondisi alamiahnya.
4. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air
serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
5. Pencemaran air adalah masuknya  makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain
kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
6. Limbah cair adalah sisa dari sutu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
7. Baku mutu limbah cair adalah, ukuran batas atau kadar unsure pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air dari suatu
usaha atau kegiatan.

3. ALAT PEMBUANGAN AIR KOTOR

Alat pembuangan air kotor dapat berupa :


-    Kamar mandi, washtafel, keran cuci
-    WC
-    Dapur

Air dari kamar mandi tidak boleh dibuang bersama sama dengan air dari WC maupun dari dapur.
Sehingga harus dibuatkan seluran masing-masing.

Diameter pipa pembuangan dari kamar mandi adalah 3” (7,5 cm), pipa pembuangan dari WC adalah
4”(10 cm), dan dari dapur boleh dipakai diameter 2”(5cm). pipa pembuangan dapat diletakkan pada
suatu “shaft”, yaitu lobang menerus yang disediakan untuk tempat pipa air bersih dan pipa air kotor
pada bangunan bertingkat untuk memudahkan pengontrolan. Atau dapat dipasang pada kolom-kolom
beton dari atas sampai bawah.  Setelah sampai bawah, semua pipa air kotor harus merupakan saluran
tertutup di dalam tanah agar tidak menimbulkan wabah penyakit dan bau tak sedap.
Dibawah lantai, semua pipa sanitasi diberi lobang control, yang sewaktu-waktu dapat dibuka bila terjadi
kemacetan. 

4.    JENIS-JENIS UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH

a.    SEPTICTANK
Sistem septic tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran. Septic tank
merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran
cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara.

Hal-hal yang yang harus diperhatikan saat pembangunan septic tank agar tidak mencemari air dan tanah
sekitarnya adalah : 

1. jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10m.


2. untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah resapan dengan lantai septic tank
dibuat miring kearah ruang lumpur.

3. septic tank direncanakan utuk pembuangan kotoran rumah tangga dengan jumlah air limbah antara
70-90 % dari volume penggunaan air bersih.

4. waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal 24 jam.

5. besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung lumpur yang dihasilkan setiap orang
rata-rata 30-40 liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan 2-4 tahun.

6. pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi kurang lebh 2.5 cm dari pipa air keluar.

7. septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan untuk membuang
gas hasil penguraian.

Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan tahan lama perlu diperhatikan hal berikut :

1. Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses pembuangan limbah. Selisih ketinggian kloset dan
permukaan air bak penampung kotoran minimal 2 %, artinya setiap 100cm terdapat perbedaan
ketinggian 2cm.

2. Pemilihan Pipa yang tepat


Pipa saluran sebaiknya berupa PVC. Ukuran minimal adalah 4 inchi. Rumah yang memiliki jumlah toilet
yang banyak sebaiknya menggunakan pipa yang lebih besar. Perancangan saluran diusahakan dibuat
lurus  tanpa belokan, karena belokan atau sudut dapat membuat mampat.

3. Sesuaikan Kapasitas Septic tank


Untuk rumah tinggal dengan jumlah penghuni empat orang, cukup dibuat septic tank dengan ukuran
(1.5×1.5×2)m. bak endapan dan sumur resapan bias dibuat dengan ukuran (1x1x2)m. semakin banyak
penghuni rumah maka semakin besar ukuran yang dibutuhkan.

4. Bak Harus Kuat dan Kedap Air


Septic tank harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan tahan lama. Konstruksi
septic tank harus kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan air, tanah maupun beban lainnya.
SEPTICTANK
PROSES AIR LIMBAH DARI WC SAMPAI KEMBALI KE DALAM TANAH
Limbah dari WC melalui saluran, masuk ke septictank untuk diendapkan dan di saring,
kemudian dialirkan ke Drain Field sehingga dapat masuk ke dalam air tanah.

b.    SUMUR RESAPAN


Sumur Resapan Air merupakan rekayasa teknik konversi air yang berupa bangunan yang dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang
digunakan sebagai tempat penampung air hujan diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam
tanah.
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir
banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan
pertimbangan :
1.    Pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar.
2.    Tidak memerlukan biaya yang besar.
3.    Bentuk konstruksi SRA sederhana

Manfaat pembangunan Sumur Resapan Air antara lain :


1.    Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga mengurangi
terjadinya banjir dan erosi.
2.    Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air
3.    mencegah menurunnya lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan.
Penanggulangan terhadap Terjadinya
Pencemaran Air dan Pengolahan Limbah
Kata Kunci: limbah, Pencemaran Air
Ditulis oleh Achmad Lutfi pada 12-03-2009

Penanggulangan terjadinya pencemaran air


Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam memenuhi
kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara lain tidak
membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri secara
sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan. Tidak
menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan
mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena
senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air.

Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya jumlah logam-logam berat yang
masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh
melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam berat
meskipun diperlukan dalam jumlah kecil. Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam
tumbuh-tumbuhan  karena terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak
terjadi penumpukan logam-logam berat, maka limbah industri hendaknya dilakukan pengolahan
sebelum dibuang ke lingkungan.

Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada proses penanggulangan terhadap
pencemaran yang telah terjadi.

Pengolahan limbah

Limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke sungai atau selokan
hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan, kemudian diolah, agar bila terpaksa
harus dibuang ke sungai tidak menyebabkan terjadinya pencemaran air. Bahkan kalau dapat
setelah diolah tidak dibuang ke sungai melainkan dapat digunakan lagi untuk keperluan industri
sendiri.

Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan lain yang berguna, misalnya
dapat diolah menjadi keset. Sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur
dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.

System Sanitasi
Post: 15 December 2008 Oleh: penyair cinta (1) Comment

1. Pengertian sanitasi
Sanitasi adalah bagian dari sistem pembuangan air limbah, yang khususnya menyangkut pembuangan
air kotor dari rumah tangga, kantor, hotel, pertokoan (air buangan dari WC, air cucian, dan lain-lain).
Selain berasal dari rumah tangga, limbah juga dapat berasal dari sisa-sisa proses industri, pertanian,
peternakan, dan rumah sakit (sektor kesehatan).
(Sumber: Said, 1987:12)
2. Pengertian Air limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian dan kegiatan yang berhubungan dengan limbah
cair menurut (PP 82 thn 2001), yaitu :

a. Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan fosil.
b. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah seperti akuifer,
mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk dan muara.
c. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukkannya untuk menjamin agar kualitas tetap dalam kondisi alamiahnya.
d. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta
pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
e. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
f. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
g. Baku mutu limbah cair adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha
atau kegiatan.
h. Limbah cair adalah limbah yang berbentuk air, karena umumnya limbah cair yang dihasilkan oleh
voluters baik limbah rumah tangga maupun industri adalah dalam bentuk air yang dibuang ke sungai.
(PP 82 thn 2001).
2.1 Sumber Air Limbah
Air limbah (sewage) juga dapat diartikan sebagai air dan cairan yang merupakan sisa dari kegiatan
manusia di rumah tangga/limbah domestik dan commercial buildy (kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan) atau industri. Dari sini, kita dapat mengenal penggolongan air limbah yaitu
air limbah industri dan limbah domestik. (www.wikipedia.com).
2.2.1 Air Limbah Domestik
Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik yang
mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar mandi dan air cucian dimana
kuantitasnya antara 50-70% dari rata-rata pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari).
Sumber air limbah domestik berasal dari aktivitas rumah tangga, kantor, commercial buildy (hotel,
restoran, rumah sakit), dll. Yang umumnya Sumber air limbah domestic ini berasal dari kamar mandi,
tempat cuci, dapur dan toilet/kakus. Pengolahan air limbah, sangat berkaitan dengan karakteristik air
limbah. Air limbah rumah tangga jika dilihat dari sumbernya ada dua macam, yaitu:
1) Air limbah rumah tangga yang bersumber dari toilet/kakus (black water).
2) Air limbah rumah tangga non kakus (grey water).
Adapun limbah domestik ini memiliki kandungan bahan berupa 99,9 persen air dan 0,1 persen bahan
padat.
Karakterikstik air limbah rumah tangga dari WC/kakus seperti terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1
Karakteristik Air Limbah WC/kakus
No Parameter Satuan Konsentrasi
1 pH – -6,5 – 7,0
2 Temperatur °C 37
3 Amonium Mg/L 25
4 Nitrat Mg/L 0
5 Nitrit Mg/L 0
6 Sulfat Mg/L 20
7 Phospat Mg/L 30
8 CO2 Mg/L
9 HCO3- Mg/L 120
10 BOD5 Mg/L 220
11 COD Mg/L 610
12 Khlorida Mg/L 45
13 Total Coli MPN 3 X 105

Sumber: Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman, 1994


Karakteristik air limbah rumah tangga non kakus berdasarkan hasil penelitian Puslitbang
Permukiman seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.2
Karakteristik Air Limbah Non Kakus
No Parameter Satuan Konsentrasi
1 pH – 8,5
2 Tempratur °C 24
3 Amonium Mg/L 10
4 Nitrat Mg/L 0
5 Nitrit Mg/L 0,005
6 Sulfat Mg/L 150
7 Phospat Mg/L 6,7
8 CO2 Mg/L 44
9 HCO3- Mg/L 107
10 DO Mg/L 4,01
11 BOD5 Mg/L 189
12 COD Mg/L 317
13 Khlorida Mg/L 47
14 Zat Organik Mg/L KMnO4 554
15 Detergen Mg/L MBAS 2,7
16 Minyak Mg/L <0,05
Sumber: Laboratorium TL ITB tahun 1994
Tinggi rendahnya mutu air limbah disuatu tempat dipengaruhi oleh karakteristik air limbah
secara fisik, kimia maupun biologi dengan parameter seperti berikut :
Tabel 2.3
karakteristik air limbah secara fisik, kimia maupun biologi
No Karakteristik Air Limbah Parameter
1 Fisik Temperatur, Kekeruhan, Warna, dan Bau.
2 Kimia a) pH
b) organik (karbohidrat, protein, lemak, fenol)
c) anorganik (zat mineral yang mengurangi O2,
zat beracun dan logam berat).
3 Biologi Terdiri dari golongan mikroorganisma yang terdapat dalam air (golongan koli).

Karakteristik fisik, kimia dan biologi terdapat hubungan yang saling bergantung dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya.
Sebagai contoh , temperatur air limbah berhubungan langsung dengan keaktifan
mikroorganisme, sehingga air limbah dapat membusuk dan bau, contoh lainnya adalah adanya
hubungan tak langsung antara mikroorganisma dengan karakteristik kimia.
Untuk mengukur sampai berapa jauh tingkat pengotor air, maka dapat digunakan beberapa
parameter antara lain : BOD (Biochemical Oxigen Demand), COD (Chemical Oxigen Demand),
SS (Suspended Solid), bakteri koli, dan golongan amoniak.
Parameter-parameter ini dipakai pula untuk mengukur kemampuan pengolahan air limbah.
Berdasarkan kekuatannya, air limbah digolongkan dalam 3 jenis yaitu : kuat, sedang dan lemah.
Jenis kekuatan tersebut biasanya dinyatakan dengan tingkat BOD, yaitu:
? Kuat, bila nilai BOD > 300 mg/L.
? Sedang, bila nilai BOD 100 -300 mg/L
? Lemah, bila nilai BOD < 100 mg/L
Sumber:http://www.kimpraswil.go.id/Limbah.pdf.

2.2.2 Air Limbah Non Domestik/Industri


Air limbah Non domestik/Industri adalah air limbah yang bersumber dari aktivitas industri,
pertanian, dan sejenisnya. Sedangkan kandungan limbah industri ini tergantung pada bahan dan
teknologi yang digunakan serta barang hasil produksi yang akan dihasilkan.

Karakteristik limbah:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah
? Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
dengan kriteria yang tercantum dalam peraturan pemerintah No.18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah B3 terbagi atas dua macam yaitu
yang spesifik dan yang tidak spesifik.
Perbedaan pokok antara limbah B3 spesifik dan tidak spesifik terletak pada cara penggolongan
yaitu pada limbah spesifik digolongkan kedalam jenis industri, sumber pencemaran, asal limbah,
dan pencemaran utama sedangkan pada limbah tidak spesifik penggolongannya atas dasar
kategori dan bahan pencemar.
Hal-hal yang Perlu Dicantumkan dalam Pemberian Ijin Pembuangan Limbah Cair
Dalam PP No. 82 tahun 2001 ditetapkan kriteria-kriteria tentang ijin pembuangan limbah cair
yang dapat diberikan kepada industri yang harus mencantumkan hal-hal berikut:
a. Kewajiban untuk mengolah limbah
b. Persyaratan mutu dan kuantitas limbah cair yang boleh dibuang kemedia lingkungan.
c. Persyaratan cara pembuangan air limbah .
d. Persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
e. Persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah
f. Persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil pemeriksaan analisis mengenai dampak lingkungan
yang erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran air bagi usaha dan atau kegiatan yang
wajib melaksanakan analisis mengenai dampak lingkungan.
g. Larangan pembuangan secara sekaligus dalam satu saat atau pelepasan dadakan.
h. Larangan untuk melakukan pengenceran limbah cair dalam upaya penataan batas kadar yang
dipersyaratkan.
i. Kewajiban melakukan swapantau dan kewajiban untuk melaporkan hasil swapantau.
Indikasi Pencemaran Air
Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian.
1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) Air normal yang memenuhi
syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah
industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air
sungai dan dapat mengganggukehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parahjika
daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah
bersifat korosif terhadap logam.
2. Perubahan warna, bau dan rasa Air normak dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga
tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah
satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi
kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal darilimba industri atau dari hasil
degradasioleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan
yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari
adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak
larut sempurna akan mengendapdidasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan
akan menghalangi bahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit
didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD.
Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari :
Bahan buangan padat
Bahan buangan organic
Bahan buangan anorganik
Dampak limbah cair dari hasil-hasil industri, yaitu:
1) Merusak komponen dan memperburuk kondisi lingkungan dan kerusakan pada komponen
lingkungan lainnya.
Seperti kematian ikan, keracunan pada manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam
daging ikan dan moluska, terutama bila limbah cair yang mengandung racun As, CN, Cr, Cd, Cu,
F, Hg, Pb, atau Zn.
2) Akan meningkatkan timbulnya penyakit pada manusia.
? Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya
pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. Pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi limbah Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran
lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran,
melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri
guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran
hingga batas yang diperbolehkan.

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri


Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri. Maka telah ditetapkan baku mutu limbah cair bagi
kawsan industry seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.4

Baku mutu limbah cair bagi kawasan industri


Parameter Kadar Maksimum (mg/L) Beban Pencemaran Maksimum (kg/hari.Ha)
BOD 5 50 4,3
COD 100 8,6
TSS 200 17,2
Ph 6,0 – 9,0
DEBIT LIMBAH CAIR MASIMUM
1 l per detik per Ha lahan kawasan yang terpakai

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 3 tahun 1998 tentang baku mutu
limbah cair bagi kawasan industri maka penghitungan untuk penetapan beban pencemaran
maksimum pada jumlah unsur pencemar yang terkandung dalam aliran limbah cair maka
digunakan perhitungan sebagai berikut:

1. Beban Pencemaran Maksimum

Keterangan :
BPM = Beban Pencemaran maksimum yang diperbolehkan, dinyatakan dalam kg parameter per
hari.
(Cm)j =Kadar maksimum parameter j seperti tercantum dalam lampiran I Keputusan ini,
dinyatakan dalam mg/l.
Dm =Debit Limbah cair maksimum seperti tercantum dalam lampiran I, dinyatakan dalam L
limbah cair per detik per hectare.
A = Luas lahan kawasan yang terpakai, dinyatakan dalam hectare (HA).
f = factor konversi = 1 kg * 24 x 3600 detik = 0,086 … (II.1.2)
1.00.0 mg hari
2. Beban pencemaran sebenarnya
Beban pencemar sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut :

Keterangan :
BPA = Beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per hari
(CA)j = Kadar sebenarnya parameter j, dinyatakan dalam mg/l.
DA = Debit limbah cair sebenarnya, dinyatakan dalam liter/detik
F = faktor konversi = 0,086

2.3 Pemilihan teknologi pembuangan air limbah


Dasar-dasar pertimbangan dalam pemilihan teknologi pengolahan (pembungan) air limbah di
tiap-tiap daerah umumnya memiliki faktor-faktor yang berbeda. Faktor-faktor pertimbangan
untuk menetapkan teknologi pengolahan air limbah yang tepat di suatu daerah, yaitu:
1. Kepadatan penduduk: Faktor ini dapat menjadi indikator akan tersedia atau tidaknya lahan
yang cukup untuk membangun sistem pengolahan limbah
Jika kepadatan penduduk lebih dari 500 orang per ha, maka teknologi pembuangan air limbahnya
menggunakan:
1. Sewerage konvensional
2. Interceptor sewer
3. Shallow sewer
4. Tangki septik dan shallow sewer
Yang bertanggung jawab atas teknologi pembuangan air limbah tersebut adalah pemerintah.
Jika kepadatan penduduk lebih dari 300 orang per ha atau lebih dari 150 orang per ha, maka
teknologi pembuangan air limbahnya menggunakan:
2. Cubluk kembar
3. Cubluk kembar bersama
4. Cubluk tunggal
5. Septic tank
2. Penyediaan air bersih.
Penyediaan air bersih sangat penting diperhatikan, karena kondisi tersedia atau tidaknya air
bersih di suatu daerah akan menentukan dari kelancaran operasi sistem pengoahan air limbah.
Yang mana, untuk sistem pembungan terpusat itu memerlukan penyediaan air bersih yang relatif
lebih terjamin dibandingkan dengan sistem pembungan setempat. Hal ini dikarenakan sistem
terpusat memerlukan proses penggelontoran yang baik dan terjamin.
3. Keadaan tanah.
Faktor keadaan tanah yang tidak dapat meresapkan air tidak mungkin diterapkan untuk sistem
pembungan setempat, karena sistem ini memerlukan areal peresapan. Dan kondisi tanah seperti
itu, sistem peresapannya dapat dipastikan tidak dapat berjalan dengan baik.
4. Keadaan air tanah.
Kondisi air tanah yang dangkal tidak cocok untuk diterapkan pada sistem pembungan air limbah
setempat. Hal ini dikarenakan kondisi tersebut menyebabkan sistem peresapan tidak akan
berjalan dengan baik. Selain itu, effluent dari sistem pembungan setempat ini akan mencemari
air tanah dangkal, terutama jika air tanah tersebut dipergunakan sebagai sumber air minum.
5. Keadaan tofografi (penampang tanah).
Faktor kemiringan tanah ini akan mempengaruhi pemilihan teknologi pengolahan air limbah.
Kondisi tanah yang memiliki kemiringan kurang dari 2 persen akan menyulitkan dalam
penerapan sistem pembungan terpusat. Hal ini didasarkan penanaman pipa pada bagian hilir akan
dalam sekali. Atau jika terpaksa, maka akan dilakukan dengan sistem pemompaan. Dan ini
berarti memerlukan investasi dana yang tidak kecil.
6. Kemampuan membangun.
Faktor ini jelas-jelas berkait dengan kemampuan setiap daerah untuk membangun teknologi yang
dipilih. Apabila perencanaan yang tidak tepat dan cermat, bisa jadi ada kemungkinan teknologi
yang telah dipilih tidak dapat diterapkan karena ketidakmampuan tenaga setempat untuk
membangun atau minimal penerapannya akan mundur waktunya hingga kondisi tenaga (SDM)
daerah tersebut telah cukup mampu untuk membangun
7. Kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Faktor ini lebih tepat dalam menekankan pada kondisi dan status ekonomi masyarakat setempat.
Hal ini tentunya, diperlukan akan adanya pemberdayaan masyarakat setempat berkait dengan
pembebanan biaya pembangunan dan operasional penyelenggaraan pengolahan air limbah.
Karena tidak mungkin biaya operasional dan pemeliharaan alat-alat pengolahan air limbah terus-
terus ditanggung oleh pemerintah daerah setempat. Lebih-lebih saat ini telah dilakukan otonomi
daerah.

2.4 Sistem pembuangan air limbah


a. Sistem sanitasi setempat (On Site Sanitation)
Proses pembuangan dan pengolahan air limbah dilakukan secara bersamaan di tempat yang
biasanya menggunakan cubluk atau septic tank. Bila pada suatu waktu cubluk atau septic tank
tersebut sudah penuh dengan lumpur tinja, maka harus disedot dan diangkut dengan truk tinja ke
IPLT (Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja) untuk disempurnakan prosesnya agar tidak merusak
atau mencemari lingkungan. Pembuangan air limbah dengan sistem ini dalam praktek sehari-
harinya dapat dilihat dalam kegiatan:
a) Individual, yaitu sistem pembuangan melalui kloset, peturasan yang dilakukan oleh masing-
masing keluarga pada setiap rumah.
b) Komunal, yaitu sistem pembuangan melalui kloset yang dilakukan secara bersama-sama oleh
beberapa keluarga yang biasanya berupa jamban jamak, MCK umum, atau septic tank komunal.
Keuntungan pemakaian system pembuangan setempat adalah:
*Biaya pembuatan murah;
*Biasanya dibuat oleh sector swasta/pribadi
*Teknologi cukup sederhan;
*System sangat privasi karena terletak pada persilnya;
*Operasi dan pemeliharaan dilakukan secara pribadi masing;masing;
Kerugian pemakaian system pembuangan setempat adalah:
*Tidak selalu cocok disemua daerah;
*Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan;
*Bila pengendalian tidak sempuran maka air limbah dibuang
b. Sistem sanitasi tidak setempat/terpusat (Off Site Sanitation)
Proses pembuangan air limbah atau penyaluran air limbah yang berasal dari rumah-rumah dan
berbagai fasilitas lainnya, seperti air sisa mandi, air sisa cucian, dan seterusnya, serta air limbah
yang berasal dari sisa-sisa proses industri dialirkan melalui jaringan perpipaan menuju IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk diolah secara terpusat.
Keuntungan pemakaian system penyaluran terpusat adalah:
*Pelayanan yang lebih nyaman;
*Menampung semua air limbah domestic;
*Pencemaran air tanah dan lingkungan dapat dihindari;
*Cocok untuk daerah dengan kepadatan tinggi;
*Masa/umur pemakaian relative lebih lama.
Kerugian pemakaian system penyaluran terpusat adalah:
*Memerlukan pembiayaan yang tinggi;
*Memerlukan tenaga yang trampil untuk operasional dan pemeliharaan;
*Memerlukan perencanaan dan pelaksanaan untuk jangka panjang;
*Nilai manfaat akan terlihat apabila sistem telah berjalan dan semua penduduk yang terlayani

2.5 Persyaratan teknis untuk tangki septik (SK SNI T-07-1989-F):

a) Bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam, dan kedap air. Bahan bangunan yang dapat
dipilih untuk bangunan dasar, penutup, dan pipa penyalur air limbah adalah batu kali, bata
merah, batako, beton biasa, beton bertulang, asbes, semen, PVC, keramik, dan plat besi.
b) Bentuk empat persegi panjang (2:1 s/d 3:1) dengan ukuran disesuaikan jumlah pemakai (25
orang) dan waktu pengurasan untuk ukuran kecil (1 kk). Pipa penyalur air limbah dari bahan
PVC, keramik, atau beton yang berada di luar bangunan harus kedap air, kemiringan minimum 2
%, belokan lebih besar dari 45 % dipasang clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 %
sebaiknya dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak kontrol, dilengkapi dengan
pipa aliran masuk dan keluar, serta pipa udara (diameter 0,05 m dan tinggi 2 m di atas tanah).
Dilengkapi dengan lubang pemeriksa untuk keperluan pengurasan dan keperluan lainnya. Tangki
dapat dibuat dengan dua ruang atau lebih untuk menaikkan efisiensi pengolahan dengan panjang
tangki ruang pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki septik dan bidang
resapan ke bangunan = 1,5 m, jarak dengan sumur = 10 m dan jarak dengan pipa air bersih = 3
m.
c) Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu dilengkapi dengan kotak distribusi.
d) Sarana pengolahan efluen dapat berupa bidang resapan: ukuran bidang resapan disesuaikan
dengan daya serap tanah dan jumlah pemakai, pipa resapan (panjangnya minimum 10 cm) dari
bahan yang tahan korosi dengan bidang resapan dibuat miring dengan kemiringan 0,2 %.
e) Sumur resapan digunakan untuk tangki septik yang melayani kurang dari 25 orang (sumur 0,8
m tinggi 1 m), diisi kerikil/batu pecah setinggi 3-8 cm, dan dinding sumur dilapisi dengan ijuk.
Yang bertanggung jawab atas teknologi pembuangan air limbah tersebut adalah masyarakat
dengan bimbingan instansi terkait.

“Ruang kosong” di dalam septic tank merupakan ruang antara bagian teratas lumpur dan bagian
terbawah/alas dari buih. Penetapan ini dilakukan atas dasar pergerakan limbah masuk dan keluar
dari tangki. Dimensi vertikal tanki tergantung pada dalamnya penetrasi pipa keluar atau saluran
pembuangan dan rencana area tangki. Semakin besar rencana area ruang kosong, semakin rendah
pula kecepatan horizontal, sehingga sedimentasi lebih efektif.

Lumpur dan buih mengotori ruang kosong dalam septic tank, sehingga percepatan horisontal
meningkat. Akibatnya, kotoran padat terbawa arus tersebut. Untuk tangki dalam dimensi umum,
ruang kosong dibentuk sekitar 1 kaki di bawah pangkal saluran pembuangan atau lewat pipa, dan
buih seharusnya tidak bertumpuk lebih rendah dari 3 inci di atas dasar saluran pembuangan atau
pipa. Hal ini berarti dengan penetrasi 16 inci dalam saluran pembuangan atau lewat pipa, maka
ruang bersih akan mempunyai 15 inci dimensi vertikal. Hasilnya berlipat dengan rencana area
tangki, dan menghasilkan volume minimum tangki untuk masukan limbah dan sedimentasi,
sedangkan sisa volume tangki yang tersedia untuk akumulasi buih dan kotoran. Sebenarnya,
ketika ruang bersih yang ada berkurang 15 inci, maka tangki harus dibersihkan dari buih dan
kotoran.

2.5.1 Lokasi septic tank


Lokasi septic tank sebaiknya direncanakan supaya mencegah terjadinya kontaminasi sumber atau
potensi sumber air bersih. Tangki harus dalam jarak minimum 50 kaki dari sumber air dan lokasi
dengan permukaan kering harus jauh dari semua sumber persediaan air bersih.

Jarak Minimum dari Tangki Septik atau Bidang/Sumur Resapan


Terhadap Suatu Unit Tertentu
Jarak Dari Septic Tank (Tangki Septik) Bidang Resapan
Bangunan 1.50 m 1.50 m
Sumur 10.00 m 10.00 m
Pipa air bersih 3.00 m 3.00 m
Sumber: SK SNI T-07-1989-F
2.5.2 Detail septic tank
Terdapat perbedaan pendapat dalam Departemen Kesehatan menyangkut ukuran septic tank
untuk pelayanan rumah tangga. Secara umum, diketahui bahwa kapasitas minimum untuk septic
tank harus 500 galon di bawah saluran air limbah dengan ruang paling sedikit tidak kurang dari 1
kaki di atas saluran air limbah itu.

2.6 Jamban (kakus)


Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban
merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat
hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jamban
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang
terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sebagai berikut:
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah
yang ada di sekitar jamban.
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
3. Tidak memungkinkan berkembangbiaknya lalat dan serangga lain.
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang.
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat, dan murah.
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat.
Dalam penentuan letak kakus, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu jarak terhadap sumber
air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada:
1. Keadaan daerah datar atau lereng.
2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam
3. Sifat, macam, dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di
Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara
8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber
air. Apabila tidak mungkin dan terpaksa diatasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter
dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir.
Bila tidak memungkinkan, maka hendaknya lantai jamban (di atas lobang) dibuat lebih tinggi
dari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3. Mudah dan tidaknya memperoleh air.
Sumber: www.iptek.net.id/ind/warintek/Pengelolaan_sanitasi.php.

2.7 Tata cara bangunan MCK umum (Nomor SNI: 03-2399-1991)


Tata cara perencanaan bangunan MCK umum dimaksudkan untuk memberikan ukuran dan
batasan minimum bangunan MCK guna perlindungan kesehatan dan pembinaan kesejahteraan
masyarakat.
Persyaratan:
a) Lokasi: waktu tempuh dari rumah penduduk 2 menit (jarak 100 m), luas daerah pelayanan
maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha.
b) Kapasitas pelayanan: harus dapat melayani pada saat jam sibuk, banyaknya ruang tergantung
jumlah pemakai.
c) Penyediaan air bersih: sumber air bersih dari PDAM, air tanah, sumur bor/gali/mata air dan
kuantitas air untuk mandi 20 ltr/org/hr, cuci 15 ltr/org/hr, kakus 10 ltr/org/hr.
d) Bahan bangunan: menggunakan bahan setempat dengan spesifikasi sesuai standar bahan
bangunan.
e) Konstruksi: sederhana tanpa perhitungan, namun bila daya dukung tanah kurang baik perlu
dilakukan perhitungan.
f) Plumbing: MCK perlu dilengkapi dengan sistem plumbing untuk pipa air bersih untuk air
kotor dan drainase.
g) Fasilitas terdiri dari kamar mandi, tempat cuci, dan kakus. Dilengkapi dengan instalasi listrik.

2.8 Peran Lokasi Penimbunan Limbah


1) Tujuan penimbunan limbah
Tujuan pembuatan penimbunan limbah ialah menstabilkan limbah padat dan membuatnya
menjadi bersih melalui penyimpanan limbah secara benar dan penggunaan fungsi metabolis
alami yang benar.
2) Klasifikasi lokasi penimbunan limbah

3) Klasifikasi struktur penimbunan limbah


Dari segi mutu lindi dan gas yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah, baik metode
penimbunan limbah semi-aerobik maupun aerobik yang dikehendaki.

Tabel 2.8. Klasifikasi Struktur Penimbunan limbah


Penimbunan limbah anaerobik Limbah padat harus ditimbun kedalam galian di area tanah datar
atau lembah. Limbah berisi air dan dalam keadaan anaerobik.
Penimbunan limbah saniter anaerobik Penimbunan limbah anaerobik dengan penutup berbentuk
“sandwich”. Kondisi limbah padat sama dengan penimbunan limbah anaerobik.
Penimbunan limbah saniter anaerobik yang telah disempurnakan (penimbunan limbah saniter
yang telah disempurnakan) Memiliki sistem penampungan lindi di dasar lokasi penimbunan
limbah. Sedangkan yang lainnya sama seperti penimbunan limbah saniter anaerobik. Kondisinya
tetap anaerobik dan kadar air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan penimbunan limbah saniter
anaerobik.
Penimbunan limbah semi-aerobik Saluran penampungan lindi lebih besar dari pada saluran
penimbunan limbah saniter yang telah disempurnakan. Lubang saluran dikelilingi udara dan
salurannya ditutupi batu yang telah dihancurkan kecil-kecil. Kadar air pada limbah padat kecil.
Oksigen disediakan bagi limbah padat dari saluran penampungan lindi
Penimbunan limbah aerobik Di samping saluran penampungan lindi, pipa persediaan udara
dipasang dan udara didorong agar memasuki limbah padat sehingga kondisinya menjadi lebih
aerobik dibandingkan dengan penimbunan limbah semi-aerobik.

4) Struktur penimbunan limbah semi-aerobik


Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2, penimbunan limbah semi-aerobik memungkinkan
terjadinya proses masuknya udara melalui pipa penampung lindi yang dipasang di dasar
penimbunan limbah, yang membantu memperbesar terjadinya proses aerobik, dan membuat
bakteri aerobik menjadi aktif, serta mempercepat terjadinya dekomposisi limbah.

Selanjutnya kegiatan ini akan membuat mutu dari lindi menjadi lebih baik dengan terjadinya
penurunan kepekatan lindi, juga mengurangi terbentuknya gas berbahaya, yang seluruhnya dapat
menimbulkan stabilisasi lokasi dari penimbunan limbah menjadi lebih cepat.

5) Fasilitas lokasi penimbunan limbah saniter khusus


Lokasi penimbunan limbah dapat melaksanakan fungsinya hanya apabila kita memiliki
rancangan dan cara kerja yang baik. Rancangan yang baik dengan cara kerja yang buruk atau
rancangan yang buruk dengan cara kerja yang baik tidak akan menimbulkan hasil yang baik.

2.9. Pemanfaatan Limbah


Limbah manusia merupakan sumber daya yang digunakan secara luas dibanyak bagian dunia.
Petunjuk ini memusatkan perhatian pada tiga cara penggunaan yang paling umum berikut ini:
1) Pemanfaatan air limbah untuk pengairan tanaman
Dalam dua dasawarsa yang lalu telah terjadi peningkatan yang mencolok dalam penggunana air
limbah untuk pengairan tanaman, terutama di daerah kering dan daerah kering musiman baik di
negeri industri maupun negara sedang berkembang. Hal itu terjadi sebagai akibat beberapa faktor
:
• Meningkatnya kelangkaan air pilihan lain untuk pengairan, diperburuk oleh meningkatnya
kebutuhan kota akan penyediaan air minum dan tumbuhnya pengakuan oleh para perencana
sumber daya air akan kepentingan dan nilai pemanfaatan kembali air limbah;
• Mahalnya harga pupuk buatan dan pengakuan akan nilai unsur hara dalam air limbah, yang
secara nyata meningkatkan hasil panen;
• Ditunjuknya bahwa ancaman kesehatan dan kerusakan tanah adalah minimum jika diambil
tindakan pencegahan yang perlu;
• Mahalnya biaya instalasi pengelolaan air limbah yang maju ; dan
• Penerimaan budidaya masyarakat akan penggunaan limbah itu.
2) Pemanfaatan ekskreta dalam pertanian
Kebiasaan kuno dalam penggunanan ekskreta manusia pada tanah telah memelihara kesuburan
tanah di banyak negeri asia bagian timur dan pasifik bagian barat selama lebih dari 4000 tahun,
dan tetap merupakan satu-satunya pilihan penggunaan dalam pertanian di daerah tanpa sarana
sistem riol. Kebanyakan rumah tangga dinegara sedang berkembang masih tetap akan
kekurangan sistem riol sampai masa depan yang dapat diduga. Oleh karena itu tekanan harus
diberikan pada pembuatan sistem penyehatan ditempat yang memungkinkan penggunaan aman
ekskreta yang tersimpan seperti kakus.
3) Pemanfaatan ekskreta dan air limbah dalam budidaya air
Budidaya air mengacu kepada kebiasaan cara kuno dalam budidaya ikan, terutama ikan mas dan
mujair, dan pemanfaatan tanaman air, kangkung air dan teratai. Pemupukan kolam budidaya air
dengan limbah manusia dan hewan telah dilakukan selama ribuan tahun di asia ; sekarang paling
sedikit dua pertiga hasil peternakan ikan dunia berasal dari kolam yang dipupuk dengan cara itu.
• Segi Kesehatan Masyarakat
Penyakit terkait-ekskreta sangat umum dinegara sedang berkembang, dan ekskreta serta air
limbah sama-sama mengandung konsentrasi tinggi patogen-ekskreta, bakteri, virus, protozoa dan
cacing. Penggunaan ekskreta dan air limbah dalam pertanian atau budidaya air dapat
menimbulkan ancaman yang nyata pada kesehatan masyarakat hanya jika hal berikut terjadi:
a) Dosis infeksi patogen-ekskreta mencapai lahan pertanian atau kolam, atau patogen itu
memperbanyak diri dilahan pertanian atau kolam, membentuk dosis yang menimbulkan infeksi;
b) Dosisi infeksi itu mencapai inang manusia;
c) Inang menjadi terinfeksi;
d) Infeksi itu menyebabkan penyakit atau penyebaran lebih lanjut.

2.10 Manajemen Pelayanan Limbah Cair (Wastewater Management)


Untuk memperkuat eksplansi mengenai manajemen pelayanan air limbah ini, menerik untuk
disimak studi yang dilakukan oleh Larry Taylor di amerika serikat tentang subtraktabilitas dan
eksklutabilitas, tingkat kemerosotan, skala ekonomi dan tingkat keperluan akan koordinasi.
Subtraktabilitas menunjukkan suatu keadaan yang mempengaruhi konsumsi pengguna jasa
tambahan terhadap pengguna jasa secara keseluruhan. Semakin rendah subtraktabilitas
menunjukan bahwa masuknya pengguna jasa atau konsumen baru tidak membawa pengaruh
terhadap semua konsumen untuk menggunakan barang atau jasa yang ada. Barang – barang atau
jasa yang mempunyai tingkat subtraktabilitas yang tinggi disebut dengan barang – barang atau
jasa yang dikonsumsi bersama.
Eksklutabilitas adalah kemampuan untuk mengontrol akses terhadap barang dan jasa.
Eksklutabilitas yang tinggi menunjukan keadaan yang mudah untuk mencegah konsumen
mengkonsumsi barang dan jasa tersebut.
Kemerosotan (sunkness) menunjukan kepada suatu keadaan dimana nilai modal merosot pada
saat kegiatan produksi barang dan jasa dilakukan. Pada kegiatan produksi barang dan jasa
dengan tingkat keperjuangan (contestability) yang tinggi, maka masuk atau keluar dari kegiatan
tersebut relatif murah.
Derajat keperluan koordinasi menunjukkan pada jangkauan pekerjaan yang melibatkan
organisasi – organisasi pemerintah. Berapa instansi pemerintahan yang terlibat dalam menangani
suatu instalasi air limbah? Semakin banyak instansi yang terlibat, maka semakin sulit koordinasi
yang harus dilakukan. Jaringan kerja (network) yang luas menunjukkan bahwa proyek yang
dibangun membutuhkan investasi yang besar dan keterlibatan banyak pihak.
Dari study yang dilakukan oleh. Larry Taylor menunjukkan bahwa penyaluran limah secara
konvensional, gorong – gorong, stasiun pompa air limbah dan sarana pengelolaan air limbah
mempunyai tingkat subtraktabilitas, ekskludabilitas, derajat kemerosotan, skala ekonomi dan
tingkat keperluan koordinasi yang berbeda, sebagaimana digambarkan berikut ini.

Tabel 2.9 Aktivitas dan sifat barang serta aspek produksi manajemen air limbah
Aktivitas Sifat barang Aspek produksi eksternalitas
Tingkat subtraktabilitas Tingkat eksklutabilitas Tingkat kemerosotan Skala ekonomi Tingkat
koordinasi
Gorong-gorong Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Kesehatan
Stasion pompa Rendah Tinggi Tinggi Sedang Rendah Polusi Air
Pengelola air limbah rendah Tinggi Tinggi Sedang Rendah Polusi Air
Sumber : Larry Taylor. 1994
Dari penelitian yang diadakan oleh larry taylor diatas menunjukkan bahwa gorong – gorong atau
sistem penyaluran air limbah konvensional, stasion pompa dan sarana pengelolaan air limbah
(PAL) mempunyai tingkat subtraktabilitas yang rendah. Masuknya konsumen atau pengguna jasa
ketiga sarana tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap konsumen yang lama . sebaliknya,
ketiganya mempunyai tingkat eksklutabilitas yang tinggi, karena konsumen tidak mudah untuk
menggunkan fasilitas-fasilitas tersebut atau akses menggunakannya sulit. Keadaan terakhir ini
mengacu pada kondisi di negara – negar maju, dimana kondisi manajemen limbah cair telah
cukup mapan dan tertata dengan baik. Sarana gorong-gorong, stasion pompa dan pengelola air
limbah telah dirancang untuk sejumlah penduduk atau rumah tangga atau rumah. Jika seseorang
mendirikan rumah baru disuatu daerah, ia harus mendaftarkan diri pada instansi pemerintah yang
khusus menangani limbah cair untuk dapat mengakses ke saluran pembuangan limbah.
Pemberian akses biasanya disertai dengan pembayaran pajak atau retribusi kepada negara, yang
pada gilirannya akan digunakan untuk memperbesar kapasitas dari sarana yang ada.
Ditinjau dari segi kemerosotan, ketiga sarana mempunyai karakteristik yang sama, yaitu tingkat
kemerosotan tinggi. Biaya modal yang dikeluarkan dengan cepat merosot. Artinya, nilai modal
yang ditanamkan pada ketiga prasarana tersebut cepat merosot nilainya. Nilai modal yang cepat
merosot ini harus segera dikompensasi dengan perbaikan infrastruktur secara priodik.
Ditinjau dari skala ekonomis, ketiga sarana air limbah ini termasuk dalam kategori sedang. Biaya
yang dibutuhkan untuk membuang prasarana tersebut tidak terlalu besar dan membutuhkan
investasi yang mahal. Berbeda dengan pembangunan jalan tol yang membutuhkan modal yang
besar dan pelibatan pihak swasta yang didanai konsorsium tertentu. Pendanaan pembangunan
gorong-gorong kota tidak terlalu memerlukan struktur pendanaan yang rumit, karena secara
langsung dapat didanai melalui anggaran belanja pemerintah.
Di Indonesia, pembangunan sarana pengelolaan air limbah masih sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (kota madya). Biasanya
pendanaan pembangunan gorong-gorong kota dan stasion pengolahan air limbah dilakukan
melalui subsidi pemerintah pusat dan pinjaman luar negeri.
Kebijakn yang diterapkan di indonesia dalam mengelola air limbah secara formal adalah seperti
yang diarahkan oleh departemen PU (Direktorat Jendral Cipta Karya) pada awalnya atau
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL) sebagai depertemen tehnis
yang membina pengelolaan air limbah di Indonesia.
2.11 Pokok-Pokok Permasalahan Pengelolaan Air Limbah
Berdasarkan konsep manajemen pengelolaaan air limbah, persoalan yang muncul pada
pengelolaan air limbah adalah :
1. Aspek Kelembagaan: bentuk kelembagaan yang cocok dengan besarnya kewenangan dan
sumber daya manusia sebagai salah satu unsur pengelola kurang memadai dari jumlah maupun
kualifikasinya ;
2. Aspek Teknis Operasional: keterbatasan sarana dan prasarana pengurasan dan pengumpulan
(truk tinja), instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT), serta instalasi pengolah air limbah (IPAL)
sebelum dibuang ke badan air ;
3. Asepek Pembiayaan: tidak seimbangnya besar biaya operasional – pemeliharaan (O dan M)
pengelolaan dan besarnya penerimaan retribusi sebagai konsekwesi logis pelayanan pengelolaan;
4. Aspek Pengaturan: tidak dimilikinya kebijakan pengaturan pengelolaan didaerah yang mampu
memberikan motivasi kesadaran peran serta masyarakat untuk ikut secara utuh dalam
pengelolaan secar terpusat baik menyangkut pembiayaan dan teknis operasional sehingga
berwawaskan lingkungan;
5. Aspek Peran serta Masyarakat: kesadran masyarakat untuk ikut serta secara utuh dalam
pengelolaan perlu ditingkatkan.

2.12 Undang-undang dan peraturan Nasional dan regional serta kebijaksanaan Daerah Terkait
pengelolaan Air limbah
Secara Umum beberapa perundang-undangan dan peraturan yang terkait dengan pelaksanaan
pengelolaan air limbah nasional maupun regional adalah:
• Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
• Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tenang Pajak dan Retribusi Daerah;
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisi Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL);
• Keputusan Menteri PU Nomor 69/PRT/1995 Tentang Pedoman Teknis Mengenai Damapk
Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum
Disamping perundang-undangan,Peraturan dan Kebijakan diatas maka pengelolaan air limbah
secara operasional harus mengacu pada standarisasi yang sudah ada seperti:
• SK SNI T -07 -1989-F Tentang Petunjuk Teknis Pembuatan Tangki septik;
• SK SNI T -08 -1998 –F Tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
• SK SNI T -09 – 1998 –F Petunjuk Teknis Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL).
• Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2001.

2.13 Sanitasi Berbasis Masyarakat (Ngampilan, Yogyakarta)


• Pengelolaan Lingkungan Hidup Wilayah Sungai Winongo
Program Lingkungan Hidup Indonesia Jerman (ProLH) fase I (1999-2003) memfasilitasi proses
penyusunan suatu perencanaan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah Sungai Winongo.
Dalam proses tersebut, Tim RBM (terdiri dari staf inter sektor) mengawalinya dengan menyusun
Profil Sungai Winongo, yang merupakan referensi utama dalam penyusunan perencanaan,
disamping keberadaan rencana tata ruang yang sudah ada. Dalam perencanaan pengelolaan
lingkungan hidup tersebut, ditegaskan beberapa prioritas isu yang harus segera ditangani, antara
lain penanggulangan limbah cair domestik di daerah Ngampilan, Yogyakarta. Selain itu,
masyarakat setempat telah mengusulkan dibangunnya suatu pengolahan limbah cair domestik
kepada Walikota Yogyakarta sejak tahun 2000.
• Situasi Pengolahan Limbah Cair di Propinsi D.I. Yogyakarta
Situasi pengolahan limbah cair di Yogyakarta sangat perlu ditingkatkan dan secara ringkas dapat
digambarkan sebagai berikut; hanya 9% dari seluruh populasi yang terhubungkan dengan
instalasi pengelolaan limbah cair publik, 42% memiliki sarana sanitasi individual seperti septic
tank, 0,2% menggunakan fasilitas komunal, dan 49% masih melakukan pembuangan langsung ke
lingkungan tanpa ada pengolahan. Fasilitas publik pengolahan limbah cair belum bekerja sesuai
kapasitasnya. Septic tank individual yang telah ada pada umumnya tidak akurat dalam desain,
operasional dan pemeliharaan. Oleh karena itu, fasilitas ini tidak berfungsi semestinya.
Penempatannya pun sering terlalu dekat dengan sumur dimana penduduk menggunakan airnya
untuk kebutuhan sehari-hari.
• Partisipasi Masyarakat Community Base Sanitation
Kampung Serangan merupakan wilayahberpenduduk padat dan matapencaharian penduduknya
bervariasi tetapi pendapatan rata-ratanya di bawah Rp 500.000,- per bulan. Sebanyak 90 %
keluarga memiliki WC sendiri dan sisanya menggunakan WC Umum atau sungai. Semua WC
yang ada di kampung ini tidak memiliki septic tank, semua air limbah disalurkan melalui pipa
menuju ke sungai, sehingga air sungai menjadi kotor dan bau.
Pemerintah Propinsi D.I. Yogyakarta melalui BAPEDALDA dan Kantor Pengendalian Dampak
Lingkungan(PEDAL) Yogyakarta menjalin kerja sama dengan pemerintah Jerman dalam
program pembangunan instalasi pengolahan air limbah dipayungi oleh Program Lingkungan
Hidup Indonesia – Jerman (ProLH). Beberapa instansi lain yang ikut terlibat dalam tahap
persiapan dan perencanaan antara lain Dinas Tata Kota, Dinas Kimpraswil, Dinas Kesehatan,
Kantor Kecamatan dan Kantor Kelurahan. Pembangunan instalasi pengolahan limbah domestik
ini melibatkan sebuah LSM yaitu LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan)
DEWATS yang bertanggung-jawab untuk membangun instalasi pengolahan air limbah dan
persiapan sosial masyarakat. Dengan menggunakan CPA (Community Participatory
Assesssment) yang merupakan metode pendekatan yang mengkaji kondisi sanitasi masyarakat
dengan mengadopsi MPA (Methodolgy Participatory Assessment)dan PHAST (Participatory
Hygiene and Sanitation Transformation) untuk meningkatkan partisipasi masyarakat agar
bersedia terlibat secara aktif dalam perencanaan dan pemeliharaan sarana sanitasi. Teknik CPA
yang telah digunakan adalah Community Mapping, Transect Walk, Partisipasi saat
Pembangunan Pelayanan. Dari ke tiga teknik ini, masyarakat bisa ikut menentukan kemungkinan
jalur pipa utama dan HHC (House Hold Connection), jumlah calon pemanfaat sarana sanitasi,
panjang jalur dan masalah-masalah yang mungkin timbul pada saat pembangunan. Dalam
program ini masyarakat juga dilibatkan untuk ikut membiayai dan merawat instalasi pengolahan
air limbah tersebut. Kontribusi masyarakat dalam pengadaan perpipaan HHC (House Hold
Connection) senilai Rp. 600.000,- yaitu untuk perpipaan dari saluran WC, kamar mandi, tempat
cuci, dan dapur ke pipa utama dan upah tenaga kerja. Kontribusi perawatan instalasi adalah Rp
500,- per KK setiap bulannya. Pelaksanaan konstruksi dimulai tanggal22 Desember 2003 dan
berakhir pada bulan April 2004 untuk kemudian dilanjutkan dengan proses perpipaan. Proses
per-pipaan selesai pada awal bulan Mei 2004 dan mulai beroperasi pada tanggal 6 Mei 2003.
Setelah 3 hingga 6 bulan beroperasi hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa air limbah yang
telah diproses itu telah memenuhi standar baku mutu air limbah. Keberhasilan program ini kini
diikuti oleh Pemerintah Daerah untuk lokasi lain, dan didiseminasikan lebih luas oleh
Kementerian Lingkungan Hidup.

You might also like