You are on page 1of 22

Percobaan gravimetri untuk batu kapur

Diposkan oleh eckho_chem's.alias eko cahyono http://eckhochems.blogspot.com/2010/04/percobaan-


gravimetri-penentuan-kalsium.html tgl 04 februari 2011 jam 20.00 wib hari jumat

3.1 Latar B3.1 Latar Belakang Teori


Kandungan suatu unsur atau ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisis dengan cara gravimetri
dengan merubah unsur atau ion tersebut ke dalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan
penambahan suatu pereaksi pengendap.
Beberapa kation dan anion dapat dianalisis dengan cara ini. Tetapi tiap kation maupun anion
mempunyai cara-cara khusus yang terkandung pada sifat endapan yang diperoleh. Untuk analisis
gravimetri reaksinya harus stoikiometri. Mudah dipisahkan dari pelarutnya, rumus kimianya diketahui
dengan pasti dan cukup satbil dalam penyimpanan. Berikut ini akan ditetpkan kadar kalsium dalam
batu kapur.

3.2. Alat-alat yang dipakai


- Beaker gelas - Pengaduk
- Corong - Erlenmeyer
- Penangas - Kaki tiga
- Gelas ukur - Tabung reaksi
3.3 Bahan-bahan
- Batu kapur - HCl encer
- Amonium oksalat - Asam oksalat
- H2O - MM/MO
3.4 Cara Kerja
1. Timbang dengan teliti contoh batu kapur yang telah dihaluskan + 0,2000 g
2. Larutkan dengan asam klorida encer hingga contoh larut sempurna (hati-hati terbentuk gas).
3. Panaskan di atas penangas air hingga suhu 70o-80oC.
4. Endapkan dengan amonium oksalat (asam oksalat) hingga sempurna.
5. Panaskan kembali di atas penangas air +1 jam, kemudian saring dengan kertas saring yang telah
diketahui bobot kosongnya.
6. Cuci endapan hingga bebas klor dan sulfat (Test Kualitatif).
7. Panaskan di dalam oven pada suhu 100-110oC selama 1 jam.
8. Dinginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang.
9. Ulangi pekerjaan pada point terakhir di atas sampai diperoleh bobot tetap.
3.5 Penimbangan / Perhitungan
Berat Contoh : ………………………..
Berat kertas saring + endapan : ………………………..
Berat kertas saring kosong : ………………………..
Berat endapan : ………………………..
3.6 Kesimpulan :
Gravimetri Selasa, 27 April 2010 eko cahyono
http://www.dokterkimia.com/2010/04/gravimetri.html 04 februari 2011 jam 20.15 wib
hari jumat

Judul : Penentuan Kalsium Dalam Batu Kapur


Tujuan : Mahasiswa Memahami Dan Menguasai Toeri Analisis Gravimetri Terutama Pada Batu
Kapur.

Dasar Teori

Kandungan suatu unsur atau ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisis dengan cara gravimetri
dengan merubah unsur dan ion tersebut kedalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut
dengan penambahan suatu pereaksi pengendap.

Beberapa kation dan anion dapat dianalisis dengan cara ini. Tetapi tiap kation maupun anion
mempunyai cara-cara khusus yang terkandung pada sifat endapan yang diperoleh. Untuk
analisis gravimetri reaksinya harus stoikiometeri mudah dipisahkan dari pelarutnya. Rumus
kimianya diketahui dengan pasti dan cukup stabil dalam penyiapan.
Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif didasarkan pada stokiometri reaksi pengendapan,
yang secara umum, dinyatakan dengan persamaan :
aA + pP →Aa Pp
Dimana a = koefisien reaksi setara dari reaktan analitik (A)
p = koefisien reaksi dari reaktan pengendap (P)
Aa Pp = rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap).

Misalnya = pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion oksalat C2O42-
dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut :
O Rx yang menyertai pengendap = Ca2+ + C2O42- (5)
ORx yang menyertai pengeringan =CaC2O4(5)→CaO(5)+CO2(9)+CO(9)
Agar pembuatan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang mendekati nilai
sebenarnya, harus dipenuhi criteria berikut:
a)proses pemisahan / pengendapan analit dari komponen lainya berlangsung sempurna.
b)Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat memposisinya dan memiliki tingkat
kemurnian yang tinggi, tidak bercampur dangan zat pengatur.

Langkah-langkah dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :

a)Cuplikan ditimbang dan dilarutakan sehingga partikel yang akan diendapkan dijadikan ion-
ionnya.
b)Ditambahkan pereaksi agar terjadi endapan.
c) Proses pemisahan endapan / penyaringan endapan.
d)Mencuci endapan, cairan pencuci, cara mengerjakan pencucian, cara memeriksa kebersihan
dan mengeringkan endapan.
e)Mengabukan kertas saring dan memijarkan endapan.
f)Menghitung hasil analisa.

Analisa titrimetri merupakan satu bagian utama kimia analisis dan perhitungannya berdasarkan
hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Analisis titrimetri didasarkan pada
reaksi kimia sebagai berikut:
aA + tT → hasil
dengan a adalah molekul analit A yang bereaksi dengan t molekul pereaksi T sampel. Pereaksi
T, yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit, biasanya dari dalam buret, dalam
bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Pereaksi T ini disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses yang disebut standardisasi. Penambahan titran
diteruskan sampai sejumlah T yang secara kimia setara dengan A, sehingga dikatakan telah
tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui akhir penambahan titran digunakan
suatu zat yang disebut indikator, yang menandai kelebihan titran dengan perubahan warna.
Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik ekivalensi. Titik dalam titrasi pada
saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir sedekat
mungkin ke titik ekivalensi. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu
merupakan salah satu aspek yang penting dari analisis titrimetri.
Istilah titrasi merujuk ke proses pengukuran volume titran yang diperlukan untuk mencapai
titik ekivalensi. Selama bertahun-tahun digunakan istilah analisa volumetri bukannya titrimetri.
Tetapi dari titik pandang yang teliti, lebih disukai istilah “titrimetri” karena pengukuran
volume tidaklah terbatas pada titrasi. Misalnya dalam analisis-analisis tertentu orang mungkin
mengukur volume gas.
Dalam menghitung hasil analisa dibutuhkan faktor gravimetri. Dimana faktor gravimetri adalah
jumlah berat analit dalam 1gr berat endapan. Hasil kali dari endapan P dengan faktor
gravimetri sama dengan berat analit.

Berat analit A = berat andapan P x faktor gravimetri


Sehingga : % A =

Presentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :


% A = x 100%

Beberapa rumus faktor gravimetric


Analit yang ditetapkan : Cl
Bentuk endapan : Ag Cl
Nilai factor : Ar Cl : mr Ag Cl
Atau faktor gravimetri =

Metode gravimetri bukanlah metode analisis yang spesifik, sehingga dapat digantikan dengan
metode instrumen modern spektruskopi dan kloromedografi. Metode gravimetri dapat juga
digunakan untuk analisis kuantitatif bahan organik tertntu seperti kolesterol, pada cerea dan
loktosa pada produk susu.
Proses pengendapan dalam analisis gravimetri

Partikel hasil proses pengendapan ditentukan oleh proses nukleasi dan pembentukan nukleus.
Dalam analisa gravimetri harus selalu diupayakan agar terdapat endapan yang murni dan
partikel-partikelnya cukup besar sehinggamudah disaring dan dicuci.

1). Kemurnian endapan


Endapan yang telah terjadi akan mengandung zat-za pengatur dan itu akan bergabtung pada
sifat endapan dan pada kondisi kondisi dimana endapan itu terjadi, yang menyebabkan
terjadinya kontraminasi dapat terjadi karena adsorpsi pada permukaan kristal yang berbeda
dengan larutan, dan jika luas permukaannya besar maka juml zat yang terdsopsi bertambah
banyak. Kopresipitasi juga dapat terjadi secara oklusi yaitu zat-zat asing masuk kedalam kristal
pada proses pertumbuhan kristal.
Bila proses pertumbuhan kristal lambat, maka zat pengatur akan larut dan kristal yang terjadi
lebih besar dan murni. Kopresipitasi tidak dapat dihilangkan dengan pencucian dan untuk
mengatasinya dengan endapan itu di larutkan kembali dan kemudian di endapakan kembali
dank arena ion yang berkontaminasi sekarang konsentrasinya lebih rendah, sehingga endapan
lebih murni. Postpresipitasi yaitu terjadinya endapan kedua pada permukaan endapan pertama.
Hal ini terjadi dengan campuran garam yang sukar larut.
Untuk mendapatkan endapan yang besar dan murni, biasanya endapan di degrasi (didegest)
atau dimatangkan yaitu dengan endapan dibiarkan kontak dengan larutan induknya selama
beberapa jam pada temperature 60-70oC.

2. Menyaring dan mencuci endapan


Endapan yang disaring dikotori oleh zat-zat yang mudah larut dan harus dihilangkan dengan
cara pencucian endapan. Yang menjadi dasar pada pencucian adalah :
a)dapat melarutkan zat pengotor dengan baik tetapi tidak melarutkan endapan
b)dapat mencegah terjadinya peptisasi pada waktu pencucian
c)dapat menyebabkan pertukaran ion-ion yang teradsorpsi diganti oleh ion lain yang pada
pemanasan dapat menguap
d)endapan yang terjadi dapat disaring dengan kertas saring bebas abu, cawan penyaring dengan
asbes atau penyaring gelas.

3. Penyaring dan Pemanasan endapan.


Endapan yang terjadi disaring, dicuci, dikeringkan, diabukan, dan dipijarkan sampai beratnya
konstan. Pengeringan endapan untuk menghilangkan air dan zat yang mudah menguap.
Pemijaran untuk merubah endapan itu kedalam suatu senyawa kimia yang rumusnya diketahui
dengan pasti

Alat Dan Bahan

AlaBahan
Batu KHCl Encer
Asam Oksalat
MM/MO
Prosedur Kerja

dihaluskan
ditimbang dengan teliti ± 0,2000 gr
dilarutkan dengan HCl encer 0,1 M hingga larut sempurna
dipanaskan diatas penangas hingga suhu 70°- 80°
s

- ditambahkan asam oksalat (C2H2O4)


panaskan kembali diatas penangas air ± 1 jam
disaring dengan kertas saring yang teah diketahui berat kosongnya

- Endapan dicuci dengan aquades sampai bebas clor dan sulfat


Air cucian diuji kualitatif
cuci endapan hingga klor dan SO42-endapan dipanaskan dalam oven suhu 100-110oC selama ± 1
jam
didinginkan dalam Desikator
ditimbang

= 0,0806 x 0,4 x 100%


0,2000
= 16,12
Endapan 3
Berat contoh = 0,2000 gr
Berat kertas saring+endapan= 0,8945 gr
Beratkertas saring kosong = 0,7941 gr
Berat endapan = Berat kertas saring+ endapan – berat kertas kosong
= 0,8945 gr – 0,7941 gr = 0,1004 gr
Mencari fg = Ar Ca = 40,08 gr/mol = 0,4
Mr CaCO3 100,08 gr/mol
% Ca dalam CaCO3 = Berat endapan x fg x 100%
Berat contoh
= 0,1004 x 0,4 x 100%
0,2000
= 20,08%
- Untuk mencari endapan rata-rata
Berat endapan = Berat endapan 1 + berat endapan 2 + berat endapan 3
3
= ( 0,1424 + 0,0806 + 0,1004 ) gr
3
= 0,1078 gr
- Mencari fg = Ar Ca = 40,08 gr/mol
Mr CaCO3 100,08 gr/mol
= 0,4
% Ca dalam CaCO3 = Berat endapan x fg x 100%
Berat contoh
= 0,1078 x 0,4 x 100%
0,2000
= 21,56%

Berat kertas saring kosong 1 = 0,8043 gr


Berat kertas saring kosong 2 = 0,8215 gr
Berat kertas saring kosong 3 = 0,8028 gr

Berat endapan 1+ kertas saring = 0,8983 gr


Berat endapan 1+ kertas saring = 0,9767 gr
Berat endapan 1+ kertas saring = 0,9783 gr

Perhitungan & Penimbangan

Berat contoh = 0,2000 gr


Berat endapan 1 = (berat kertas saring + endapan) – (berat kertas saring kosong 1)
= 0,8983-0,8043 gr = 0,094 gr
Berat endapan 2 = (berat kertas saring + endapan) – (berat kertas saring kosong 2)
= 0,9767gr – 0,8215 gr = 0,1552 gr
Berat endapan 3 = (berat kertas saring + endapan) - (berat kertas saring kosong 3)
= 0,9783 gr – 0,8028 gr = 0,1755 gr
Berat endapan rata-rata =
Mencari faktor gravimetri =
% Ca dalam CaCO3 =

=
Jadi, Ca dalam CaCO3 adalah 28,32%

Pembahasan

Dalam percobaan ini digunakan analisis gravimetri kandungan suatu unsur atau ion dalam suatu
cuplikan dapat dianalisa dengan cara gravimetri dengan merobah unsur atau ion tersebut
kedalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan penambahan pereaksi pengendap.hal
ini dilakukan pada percobaan ini adalah akan ditetapkan atau menentukan kadar kaslium dalam
batu kapur, dimana batu kapur yang digunakan dalam kaput tulis atau kapur gunung.
Langkah yang harus pertama dilakukan adalah sediakan kapur tulis yang telah dihaluskan
dengan lumpang dan alu kemudian ditambahkan larutan HCl 0,1 m sampai larut sempurna (tidak
terbentuk gas) kemudian dipanaskan sampai 1 70-80oc dipanaskan air dan ditambahkan
amonium oksalat (NH4)2CO3 1 ml kemudian dipanaskan lagi selama 1 jam setelah itu terbentuk
endapan. Endapan itu disaring dengan kertas saring yang diketahui bobotnya.
Dan endapan itu dicuci dengan menggunakan aquades berulang-ulang sehingga tinggal
endapanya. Endapan tersebut dapat dicuci dengan diuji kualitatif dengan menggunakan
pereaksi pengendap BaCl2 untuk menghilangkan anion klor dan AgNo3 0,1m, HNO3 0,1m dan
HCl 0,1 m untuk menghitungkan anion SO4 di dalam endapan tersebut.

Setelah diuji kualitatif, ternyata setelah dicuci larutan BaCl2 yang terjadi endapan putih yang
menandahkan kapur tulis banyak mengandung anion SO4-2 sebaliknya ditambahkan larutan
AgNO3 0,1m dan HNO3 0,1m terdapat endapan putih banyak mengandung anion Cl-
Berikut ini reaksi-reaksi yang terdapat pada percobaan ini :

1. asam klorida encer : terjadi penguraian dengan berbuih, karena karbon dioksida dilepaskan :
CO32 + 2H+→CO2↑+ H2O
Gas ini dapat identifikasi dari sifatnya yang mengarahkan air kapur (air burit) :
CO2 + CO2+ + 2OH-→CaCO3↓ + H2O
CO2 + Ba2+ + 2OH-→BaCO3↓ + H2O
HCl encer + kapur terjadi kekeruhan yang dihasilkan menunjukan adanya karbonat. Kekeruhan
itu berlahan-lahan hilang akibat terbentuknya hydrogen karbonat yang larut CaCO3↓ +
CO2→Ca2++ 2HCO3-

2. larutan Barium klorida (kalsium klorida) : terjadi endapan putih barium (atau kalsium)
karbonat :
CO32-+Ba2+→ BaCO3↓
CO32-+Ca2+→ CaCO3↓

Hanya karbonat-karbonat normal yang bereaksi hydrogen kabonat tidak bereaksi. Endapan larut
dalam asam mineral dan asam karbonat.

BaCO3 + 2H+→ Ba2+ + CO2↑ + H2O


BaCO3 + CO2 + H2O→Ba2+ 2HCO3-

3 Larutan praknitrat = endapan putih perak karbonat:

CO32- + 2Ag + →Ag2+ CO3↓

Endapan larut dalam asam nitrat, da dalam ammonia

Ag2CO3 + 2H+ →2Ag + + CO2↑CO2


Ag2CO3 + 4NH3 →2 [Ag (NH3)2]+ + CO32-

Endapan menjadi kuning atau coklat dengan penambahan reagen yang berlebuhan. Karena
terbentuknya perak oksida, hal yang sama terjadi jika campuran dididihkan : Ag2CO3↓→Ag2O↓
+ CO2 ↑

Ketika kapur tulis dihaluskan ditimbang dengan berat 0,2000 gr. Kemudian dimasukkan
kedalam gelas kimia dan ditambahkan larutan 0,1m HCl 0,1m agar terjadi endapan. Setelah
setelah itu, dipanaskan diatas pemanas air dengan suhu ± 70-80oc kemudian ditambahkan
larutan (NH4)2CO3, lalu dipanaskan kembali. Pada saat penambahan Hcl encer terbentuk
endapan pertama, sedangkan pada penambahan (NH4)2 CO3 terbentuk endapan kedua. Pada
saat penambahan HCl encer pada endapan pertambahan zat pengotor mengendap bersama-
sama endapan ynag di inginkan, sedangkan pada pengendapan kedua zat pengotor mengendap
setelah selesainya pengendap atau terjadinya endapan kedua pada permukaan endapan
pertama. Setelah itu langkah berikutnya menyaring dn mencuci endapan. Endapan tersebut
dicuci dengan aquades berulang-ulang dengan menggunakan botol semprot, air cucian diuji
secara kualitatif dengan menambahkan pereaksi pengendap BaCl2, AgNO3, HNO3 dan HCl
masing-masing mempunyai konsenrtrasi 0,1 m.
Setelah diuji, ternyat positif mengandung anion SO42- dengan menambahkan larutan BaCl2 dan
Hcl positif mengandung anion Cl- pada pemambahan Agno3 dan HNO3. air cucian dicuci
berulang-ulang dengan menggunakan larutan BaCl2 samapai tidak terdapat zat pengotor.
Setealah itu endapan yang tersisah pada kertas saring dikeringkan di dalam oven ± 100oC,
stelah itu didinginkan di dalam eksikator kemudian ditimbang.
Tujuan dilakukan pengeringan dan pemijaran (pemanasan) adalah :
1.Pengeringan endapan untuk menghilangkan air dan zat yang mudah menguap
2.Pemijaran untuk merubah endapan itu kedalam suatu senyawa kimia yang rumusnya
diketahui dengan pasti.

Proses pemijaran dilakukan karena analisis gravimetri reaksinya harus stokiometri mudah
dipisahkan dari pelarutnya rumus kimia diketahui dengan pasti dan cukup stabil dalam
penyimpanan.
Analisa titrimetri merupakan satu bagian utama kimia analisis dan perhitungannya berdasarkan
hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Analisis titrimetri didasarkan pada
reaksi kimia sebagai berikut:
aA + tT → hasil
dengan a adalah molekul analit A yang bereaksi dengan t molekul pereaksi T sampel. Pereaksi
T, yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit, biasanya dari dalam buret, dalam
bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Pereaksi T ini disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses yang disebut standardisasi. Penambahan titran
diteruskan sampai sejumlah T yang secara kimia setara dengan A, sehingga dikatakan telah
tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui akhir penambahan titran digunakan
suatu zat yang disebut indikator, yang menandai kelebihan titran dengan perubahan warna.
Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik ekivalensi. Titik dalam titrasi pada
saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir sedekat
mungkin ke titik ekivalensi. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu
merupakan salah satu aspek yang penting dari analisis titrimetri.
Istilah titrasi merujuk ke proses pengukuran volume titran yang diperlukan untuk mencapai
titik ekivalensi. Selama bertahun-tahun digunakan istilah analisa volumetri bukannya titrimetri.
Tetapi dari titik pandang yang teliti, lebih disukai istilah “titrimetri” karena pengukuran
volume tidaklah terbatas pada titrasi. Misalnya dalam analisis-analisis tertentu orang mungkin
mengukur volume gas.

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan atau praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu : bahwa di
dalam batu kapur terdapat kalsium yang ditentukan secara analisis gravimetri metode
pengendapan dengan 28,32%.

Kemungkinan Kesalahan

a. Kurangnya konsentrasi prakiktkan selama proses praktikum berlangsung


b. Kurang teliti dalam mencampurkan larutan
c. Kurang teliti dalam hal penimbangan baik kertas saring, endapan,
d. Kurang teliti dalam membaca suhu pada termometer.

DAFTAR PUSTAKA

Teaching, Team. 2008. Modul Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. UNG : Gorontalo
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
P.Lukum, Astin. . 2005. Bahan Ajar Dasar- dasar Kimia Analitik. UNG : Gorontalo
http://images.google.co.id
tentang gunung kidul
http://via-melia.blog.friendster.com/ 04 februari 2011 jam 20.50 wib
December 12th, 2007 by via-melia,

POTENSI DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

http://gunungkidulkab.go.id/?mode=detail_menu&id=98

Kondisi Umum
Kondisi Umum Kabupaten Gunungkidul
1.GEOGRAFI
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36
km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa YogyAkarta. Kota
Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18
Kecamatan dan 144 desa.
Letak geografi :
110O 21’sampai 110O 50′ BUJUR TIMUR
7O 46’sampai 09′ LINTANG SELATAN
Batas Wilayah Kabupaten Gunungkidul:
Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY).
Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa Tengah).
Sebelah Timur :Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah).
Sebelah Selatan : Samudera Hindia

2.CURAH HUJAN
Curah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2005 sebesar 2145 mm/tahun
dengan jumlah hari hujan rata-rata 115 hari per tahun. Bulan basah 4 – 6 bulan, sedangkan
bulan kering berkisar antara 4 – 5 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober –
Nopember dan berakhir pada bulan Mei-Juni setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai
pada bulan Desember – Pebruari.Wilayah Kabupaten Gunungkidul Utara merupakan wilayah
yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan, sedangkan
wilayah Gunungkidul selatan mempunyai awal hujan paling akhir.

Suhu udara Kabupaten Gunungkidul untuk suhu rata-rata harian 27,7° C, Suhu minimum
23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten Gunungkidul berkisar
antara 80 % - 85 %. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu
dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi
terjadi pada bulan Januari – Maret, sedangkan terendah pada bulan September.
Di Kabupaten Gunungkidul terdapat 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu Opak – Oyo dan
Dengkeng. Masing-masing DAS itu terdiri dari beberapa Sub DAS.

3.PEMERINTAHAN
Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan, 144 desa, 1431 dusun, 3114 RW, dan
7077 RT. Kecamatan yang ada di Gunungkidul antara lain : Kecamatan Panggang,
Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong,
KarangMojo, Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. Dari 144
desa, 82 desa masuk klasifikasi Swakarya dan desa 62 desa masih Swadaya.
4.POTENSI
Kabupaten Gunung Kidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari pertanian,
perikanan dan peternakan , hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata.
Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah
hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan sawah
beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Sumberdaya alam tambang
yang termasuk golongan C berupa : batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras,
kaolin dan pasir kuarsa.
Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di sebelah
selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang sepanjang sekitar 65 Km dari
Kecamatan Purwosari sampai Kecamatan Girisubo. Potensi hasil laut dan wisata sangat besar
dan terbuka untuk dikembangkan.
Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan, pengolahan hasil pertanian yang
semuanya sangat potensial untuk dikembangkan.

5. SOSIAL BUDAYA
Penduduk Kabupaten Gunungkidul berdasarkan hasil registrasi pertengahan tahun 2005
berjumlah 758.885 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan jumlah
penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari dengan 78.968 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada akhir tahun telah mencapai 759.859 jiwa.
Secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki,
yaitu 387.186 perempuan dan 371.699 laki-laki.
Dilihat dari status pekerjaanu utama, sebagian besar penduduk Kabupaten Gunungkidul
bekerja sebagai pekerja keluarga sekitar 31,81% dari jumlah penduduk yang bekerja.
Sedangkan yang berusaha dengan dibantu buruh tetap, masih sangat sedikit yaitu sekitar
1,27%.
Untuk sektor budaya, Kondisi kehidupan dan aktivitas budaya dan kesenian di Kabupaten
Gunungkidul secara umum masih berjalan baik, terlihat dari upaya dan kegiatan masyarakat
untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya dan kesenian yang ada. Bahkan juga
tampak adanya upaya untuk menggali kembali budaya dan kesenian yang hampir punah, serta
upaya kaderisasi kepada generasi muda
Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari banyaknya sarana
peribadatan masing-masing agama. Ditinjau dari jumlah pemeluk agama, pada tahun 2005 di
Kabupaten Gunungkidul tercatat 726.626 umat Islam, 14.792umat Kristen, 10.235 umat
Katholik, 4.989 umat Hindu, dan 2.443 umat Budha.

6.PENDAPATAN REGIONAL
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gunungkidul atas dasar harga berlaku
tahun 2005 sebesar 3.853.621 juta rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor
pertanian yaitu sebesar 35,40 % kemudian disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran
dengan sumbangan sebesar 14,38%.

7. KEPENDUDUKAN
Jumlah Penduduk akhir Tahun 2005 adalah sebanyak 756.957 Jiwa, dengan kepadatan
penduduk 510 jiwa/KM2, sedangkan pertumbuhan penduduk adalah 1.006. Untuk mutasi
Penduduk adalah lahir Tahun 2005 sebanyak 2.547 jiwa, mati 1.189 jiwa, datang 239 jiwa,
dan pergi 591 Jiwa.
Untuk penduduk berdasarkan usia adala sebagai berikut Usia 0-4 Tahun ( balita ) sebanyak
56.014 orang, TK( 5-6 Tahun sebanyak 24.296 orang , Usia SD 7-12Tahun adalah sebanyak
75.616 Jiwa sedangn usia SMP ( 13 -15 Tahun )sebanyak 40.052 jiwa, usia SMA 16-18 tahun
sebanyak 40.077 Jiwa dan usia muda 0-14 Tahun sebanyak 181 667 jiwa dan usia pemuda
antara 15-24 Tahun sebanyak 116.267 jiwa .

POTENSI WILAYAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL 


Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta yang memiliki potensi wilayah yang cukup beragam, potensi-potensi tersebut
meliputi:
1.  Potensi Agribisnis
     Sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Gunungkidul, peran sector pertanian
(tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan). Masih
merupakan sektor andalan. Hal ini tercermin dari mata pencaharian masyarakat Gunungkidul
yang 69% bertumpu pada sector pertanian serta dilihat dari kontribusi sector pertanian
terhadap PDRB paling tinggi bila dibandingkan dengan sector-sektor lainnya yaitu 37,87%.
Sector pertanian berperan cukup besar dalam pembangunan daerah Kabupaten Gunungkidul,
baik peran langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan
pangan, maupun peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor dan sector lain.
a.      Subsektor Tanaman Pangan Hortikultura
-          Produksi tanaman pangan yang terdiri dari padi sawah : 51.033,11 ton, padi gogo : 
11.769,63 ton, jagung : 146.532,14 ton, Kedelai : 2.540,84 ton, kacang tanah : 47.081,97 ton,
kacang hijau : 438,15 ton, ubi kayu : 699.290,45 ton, ubi jalar : 1.570,55 ton, sorghum :
351,10 ton.
-         Produksi buah-buahan yang terdiri dari alpokat : 10 ton, belimbing : 164,70 ton, durian
: 11,40 ton, jambu biji : 1.328,50 ton, mangga : 6.635,30 ton, jeruk : 48,10 ton, nangka :
3.267,50 ton, cempedak : -, pepaya : 1.019,00 ton, pisang : 6.411,60 ton, rambutan : 51,20
ton, sawo : 2.839,30 ton, sirsak : 326,80 ton, sukun : 1.650,80 ton, pete : 2.137,50 ton,
melinjo : 5.850,10 ton, jambu air : 707,00 ton, salak : 2,80 ton, melinjo : 5.850,10 ton,
srikoyo : 54,40 ton, markisa : 27,50 ton.
-         Produksi sayur-sayuran yang terdiri dari bawang merah : 309,40 ton, bawang putih :
0,80 ton, kubis : -, Petsai/sawi : 538,90 ton, kacang panjang : 366,60 ton, cabe/lombok :
1.033,40 ton, tomat : 121,70 ton, terong : 577,80 ton, ketimun : 174,70 ton, kangkung :
260,80 ton, bayam : 653,40 ton, kacang merah : 4,95 ton.

b.    Subsektor Perikanan


Potensi perikanan di kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi budidaya dan perikanan
tangkap. Potensi perikanan darat di kabupaten Gunungkidul terdapat di kecamatan bagian
utara maupun selatan wilayah Gunungkidul. Budidaya perikanan darat dibagin utara
dilakukan dengan membuat kolam-kolam yang kemudian diberi bibit ikan antara lain ikan
lele, nila dan lain-lain.
Untuk wilayah bagian selatan kegiatan perikanan darat dilakukan dengan memanfaatkan
telaga-telaga tersebut ditebari bibit-bibit ikan seperti ikan nila, wader dan lain-lain. Selain
potensi perikanan darat di wilayah selatan juga terdapat potensi perikanan laut.
Wilayah selatan tersebut berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan memiliki garis
pantai sepanjang + 70 Km yang membentang dari barat ke timur yang bermula dari
kecamatan Purwosari sampai dengan Kecamatan Girisubo. Di sepanjang garis pantai tersebut
terdapat tempat-tempat yang dapat didarati oleh perahu nelayan.
-         Perikanan budidaya yang terdiri dari kolam : 80.282 kg, sawah : 929 kg, telaga: 43.418
kg, sungai : 3.098 kg.
-         Perikanan Laut yang terdiri dari ikan laut : 580.500 kg, rumput laut : 66.600 kg, ikan
hias : 18.750 ekor
-          Benih ikan yang terdiri dari BBI : 1.250.000 ekor, KPI/UKR : 1.750.000 ekor,
lainnya/BBI Bejiharjo : 1.000.000 ekor.

2.    Peternakan
Kabupaten Gunungkidul merupakan gudang ternak bagi propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hewan ternak yang ada terutama sapi potong dan kambing, sebagian besar
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat kota Yogyakarta dan sekitarnya
bahkan dikirim pula ke Jakarta, Semarng dan beberapa kota lain di luar Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Jumlah populasi ternak Kabupaten Gunungkidul hingga akhir tahun 2004 adalah : sapi
potong sebanyak 108.395 ekor, kerbau sebanyak 249 ekor, kambing sebanyak 123.300 ekor,
domba sebanyak 11.896 ekor, ayam buras 1.656.258 ekor, ayam ras petelur sebanyak 10.436
ekor, ayam ras pedagng sebanyak 181.539 ekor, itik sebanyak 9.210 ekor dan burung puyuh
sebanyak 203.335 ekor. Adapun produksi hasil ternak Kabupaten Gunungkidul hingga akhir
tahun 2004 adalah : daging sebesar 2.888.703 kg dan telur 949.816 kg.
3.     Perkebunan
Kabupaten Gunungkidul memiliki beberapa komoditas unggulan perkebunan yang apabila
dikelola dengan baik memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Beberapa komoditas perkebunan di Gunungkidul meliputi: jambu mete, kakao, kelapa, dan
tembakau. Berikut ini jumlah produksi komoditas tersebut hingga tahun 2004 adalah sebagai
berikut : jambu mete : 448.999 ton, kakao : 86.058 ton, Kelapa : 6.629.982 ton, Tembakau :
364.083 ton.
4.     Kehutanan
Luas hutan kabupaten Gunungkidul 24.293,5 ha atau (16,27 %) dari luas wilayah, yang
terdiri dari Hutan Negara seluas 13.755 ha dan Hutan Rakyat seluas 16.119 ha. Berdasarkan
fungsinya Hutan Negara terdiri :
Luas Hutan Berdasarkan Fungsi Hutan di Kabupaten Gunungkidul
Fungsi Hutan Luas (hektar)
Hutan Lindung 721
Hutan Penyangga 2.885
Hutan Produksi 10.149
Hutan Peneliltian dan Pendidikan (Wanagama I) 625
Disamping itu, Kabupaten Gunungkidul juga memiliki Hutan Cadangan seluas 1.600 Ha
yang berupa tanah AB yang direkomendasikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
untuk dikukuhkan menjadi Hutan Negara melalui surat Gubernur DIY Nomor 552/0211
tanggal 20 Januari 1999.
    Pengelolaan hutan negara yang diarahkan lebih pada fungsi konservasi sehingga memiliki
peran sangat strategis untuk mendukung ekonomi wilayah (bioregion), ekowisata, pusat
penelitian dan pendidikan (Wanagama I) dan ekonomi masyarakat. Keberadaan jenis tegakan
hutan di Kabupaten Gunungkidul sangat bervariasi yaitu jenis tegakan jati, akasia, mahoni,
sonokeling, kayu putih, dan lain-lain.
Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul memiliki peran yang penting dalam konservasi
lahan bagi lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul, sedangkan kawasan hutan negara
sangat terbatas luasnya. Potensi untuk pengembangan hutan karya di Kabupaten Gunungkidul
seluas 50.144 hektar dan saat ini luasan hutan rakyat baru mencapai 16.119 hektar. Hutan
rakyat di Kabupaten Gunungkidul umumnya merupakan hutan produksi berperan dalam
peningkatan pendapatan masyarakat sekaligus memberikan lapangan kerja bagi maslyarakat
perdesaan.
Adapun jumlah produksi hasil hutan tersebut hingga tahun 2004 adalah sebagai berikut :
Kayu jati : 51.609.782 m3 ,  Kayu Mahoni : 6.467.782 m3, Kayu Sonokeling : 1.765.622 m3,
dan Kayu Akasia : 1.483.295 m3 .
5.     Potensi Industri
Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi industri cukup beragam, terutama industri kecil
dan rumah tanggal. Keberadaan industri kecil dan rumah tangga tersebut memberikan
kontribusi yang cukup signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto. Industri kecil
dan rumah rumah tangga Kabupaten Gunungkidul cukup tangguh, hal lini terbukti dengan
tetap eksisnya kegiatan mereka meskipun krisis ekonomi melanda negara kita beberapa tahun
yang lalu.
Indutri kecil dan rumah tangga Kabupaten Gunungkidul dalam kegiatan produksinya
mengandalkan atau memanfaatkan potensi sumber daya lokal seperti produk-produk
pertanian, perkebunan, pertambangan dan lain-lain.
Berdasarkan data tahun 2004 jumlah industri rumah tangga Gunungkidul sebanyak 13.293
unit usaha, industri kecil sebanyak 5.604 unit, industri besar dan sedang sebanyak 9 unit
usaha. Industri kecil ini terbasis pada hasil pertanian, hasil hutan dan pertambangan.
Keberadaan industri kecil dan rumah tangga tersebut merata di hampir  semua kecamatan di
Gunungkidul.
6.     Potensi Pariwisata
Sektor pariwisata adalah salah satu sektor andalan di Kabupaten Gunungkidul. Sektor
pariwisata memiliki peran yang sangat strategis untuk menggerakan pembangunan ekonomi
wilayah karena keberadaannya memiliki multiplier effect yang luar biasa dan mampu
menggerakan sektor-sektor lain, seperti sektor jasa dan sektor industri.
Potensi pariwisata di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari obyek wisata alam dalam hal ini
obyek wisata pantai, hutan, gunung dan segala keunikan yang dimiliki alam Gunungkidul
seperti keunikan kawasan karst. Di Kabupaten Gunungkidul terdapat 19 pantai yang sangat
indah yang didukung dengan pasir putihnya. Beberapa pantai telah dimanfaatkan dan
dikembangkan menjadi obyek wisata yaitu antara lain Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak,
Drini, Ngobaran, dan Siung.
Gunungkidul juga memiliki kawasan karst yang unik dan bentang alamnya sangat indah, baik
bentang alam bawah permukaan maupun bentang ala yang ada di permukaan.Bentang alam
karst bawah permukaan meliputi goa-goa karst dengan segala hiasannya, dan sungai bawah
permukaan, adapun bentang alam yang ada di permukaan meliputi bentukan positif yang
berwujud bukit-bukit kapur yang unik dan bentukan negatif yang berwujud lembah-lembah
karst. Selain obyek wisata alam dijumpai pula obyek wisata budaya yang meliputi
peninggalan sejarah dan purbakala seperti Situs Megalitikum Gunung Bang dan Sokoliman,
desa-desa budaya dan wisata yang memiliki berbagai macam atraksi tradisional.
7.     Potensi Energi Sumber Daya Mineral
Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi energi sumber daya mineral alam cukup beragam
yaitu bahan galian golongan C yang melipuiti : kelompok batu gamping, blok, split, pasir dan
kerikil, tras, tanah, kaolin, pasir kuarsa, zeolit, breksi batu apung dan batu setengah mulia
(kalsedon).
Sampai saat ini pengusahaan sektor pertambangan di Kabupaten Gunungkidul selain
diusahakan oleh perusahaan swasta, sebagian masih merupakan usaha pertambangan rakyat
yang diusahakan secara berkelompok dan belum terorganisasi dengan baik, produk bahan
tambang dipasarkan dalam bentuk produk alami yang belum melalui prosessing.
Selain potensi kbahan galian golongan C, Kabupaten Gunungkidul juga memiliki potensi
energi alternatif yang prospektif untuk dikembangkan antara lain energi surya, gelombang,
dan angin. Hingga saat ini keberadaan potensi energi alternatif tersebut belum dimanfaatkan
secara optimal.
         Dari berbagai potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena
banyaknya kendala dan permasalahan seperti rendahnya penguasaan teknologi, informasi
pasar, sarana komunikasi, dan lemahnya permodalan, disamping itu juga aksesibilitas sosial
ekonomi yang belum dapat mendukung serta kondisi infrastruktur yang belum memadai.
       Berikut ini potensi bahan galian dan cadangannya di Kabupaten Gunungkidul :
1.      Kelompok Batugamping
-         Batugamping Terumbu Lunak (Keprus):  83.697.090 m3
-         Batugamping Terumbu Keras (Bedes)  :  17.058.322.569 m3
-         Batugamping Berlapis Halus (Kalsilutit) :  42.045.107 m3
-         Batugamping Berlapis Kasar (Kalkarenit) :  308.884.509 m3
2.      Kelompok Blok
-         Batu Apung (Fragmen Lepas & Breksit):  2.050.018.951 m3
-         Batu Pasir (Tufan)                                  :  3.777.269.241 m3
3.      Kelompok Split
-         Andesit                  :  7.923.026 m3
-         Breksi Andesit      :  1.017.193.560 m3
4.      Kelompok Pasir dan Kerikil
-         Pasir Urug             :  2.972.000 m3
-         Batu Pasir             :  1.686.290.000 m3
5.      Kelompok Tras           :  9.007.231 m3
6.      Kelompok Tanah
-         Lempung Hasil Pelapukan Batu Gamping      :  1.571.069 m3
-         lempung Hasil Pelapukan Tras                      :  411.250 m3
7.      Kelompok Kaolin                                     :  4.837.054 m3
8.      Kelompok Pasir Kuarsa                          :  3.229.167 m3
9.      Kelompok Zeolit                                            :  55.000.000 m3
10.  Kelompok Batu Setengah Mulia (Kalsedon) :  38.000 m3
Kantor INKOM Pemkab Gunungkidul
@2006
Wisata Alam

WISATA ALAM KABUPATEN GUNUNGKIDUL 

1. Hutan Bunder
Rest  Area terletak di Kawasan Hutan Bunder yang berada 30 KM dari Yogyakarta, tingkat
aksebilitas dari kawasan ini sangat baik karena dilalui oleh jalan penghubung utama antara
Yogyakarta dengan kota Wonosari.  Demikian pula perjalanan wisata dari Yogyakarta ke
obyek wisata utama di pantai selatn Gunungkidul ( Baron,Kukup,Krakal) dan ke Wonogiri
( Waduk Gajah Mungkur ) serta ke Pacitan ( Goa Gong ) lewat selatan juga melalui kawasan
huan Bunder . Dengan demikian maka lokasi tersebut merupakan tempat yang sangat
strategis  sebagai persingahan dan peristirahatan sementara ( Stopover)  bagi wisatawa yang
akan melakukan perjalanan ke  dan dari obyek wista Alam Utama.
Keberadaan Rest Area ini untuk melengkapi obyek dan daya tarik wisata ang sudah ada
sebelumnya yaitu Hutan Wanagama. Pada saat ini di Hutan Bundrt terdapat budidaya
tanaman minyak kayu putih , sutera alam, penyulingan minyak kayuputih, juga penangkaran
rusa. Samil berwisata dapat menambah ilmu pengetahuan.Kawasan nimlayak dikembangkan
sebagai lokasi wisata berkemah yang nyaman

USAHA MAKANAN
Kripik Tempe
Krpik tempe Gadungsari
KERIPIK TEMPE WONOSARI
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro,
kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat
penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak
selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir
adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah
menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil
olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti
bubuk dan susu kedelai.
Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya.
Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses
yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di
rumah tangga.
Kedelai yang melimpah di kabupaten Gunung Kidul telah dikembangkan menjadi keripik
tempe oleh beberapa industri rumah tangga yang diantaranya terdapat di Dusun Gadungsari
No 179 RT 08/12, Gang Kecelung Wonosari Gunung Kidul milik Ny. Sunarsih. ”Kalau Anda
ke Wonosari jangan lupa membeli keripik Tempe tradisional Ny. Sunarsih,” begitu pesan
singkat seorang ibu yang telah 34 tahun menekuni industri rumah tangga ini.  Walapun
dengan jumlah pekerja yang terbatas, industri ini tetap bertahan. Hanya menggunakan bahan
dasar kedelai pilihan, dalam waktu 2 hari, jumlah keripik hasil industri Ny. Sunarsih yang
siap untuk dipasarkan sejumlah 2000 biji dengan harga per bungkus Rp.5000,00 (isi 20 biji). 
Namun demikian, masih saja terdapat hambatan untuk mengembangkan usaha keripik ini.
Kendala yang umum dihadapi oleh industri kecil seperti ini adalah dalam hal pemasaran.
Daerah pemasarannya hanya terbatas di Wonosari saja, dan belum merambah ke daerah-
daerah lainya di kabupaten Gunung Kidul. Ny. Sunarsih dan ibu-ibu lain yang bergelut dalam
bidang ini berharap agar hasil industri rumah tangga bisa dikenal lebih luas oleh masyarakat
di Kabupaten Gunung Kidul dan sekitarnya sehingga bisa meningkatkan hasil produksinya,
menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, sekaligus meningkatkan perekonomian rakyat.

Pertambangan & Energi

POTENSI PERTAMBANGAN DAN BAHA GALIAN 


Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah kabupaten di provinsi D.I.Yogyakarta
dengan luas 1.485,36 Km2 yang terdiri atas 18 Kecamatan. Potensi pertambangan bahan
galian terdapat hampir seluruh kecamatan tersebut, yang dikelompokkan menjadi 12
kelompok bahan galian tambang, baik di zona utara (Perbukitan Baturagung), zona tengan
(Ledok Wonosari), dan zona selatan (Perbukitan Karst Gunung Sewu).
Secara bertahap kegiatan usaha pertambangan bahan galian diarahkan ke zona utara dan
tengah, dengan tetap memperhatikan kaidah atau arahan dalam rencana tata ruamg yang
berlaku. Bahan galian pertambangan potensial yang terdapat di zona utara dan tengah
meliputi : batupasir tufan, breksi batuapung, zeolit, batugamping kalkarenit, serta kaolin dan
feldspar. Kelima jenis bahan galian tersebut mempunyai potensi dan prospek yang baik,
terutama untuk mendukung kegiatan industri, kerajinan, dan bahan bangunan.
Zona selatan (Perbukitan Karst Gunung Sewu) merupakan salah satu warisan dunia yang
keberadaannya sangat langka, dan rencananya akan dicanangkan oleh pemerintah pusah
sebagai kawasan konservasi. Pada kawasan karst ini menyimpan berbagai potensi, antara
lain : air sungai bawah tanah, gua, telaga, keanekaragaman hayati, dan mineral (bahan
tambang). Salah satu upaya pengendalian kerusakan fungsi lingkungan pada ekosistem karst
Kabupaten Gunungkidul adalah penataan dan penertiban kegiatan usaha pertambangan. Hal
ini bertujuan untuk mendukung fungsi ekosistrm karst yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai Kawasan Geowisata.
Kegiatan usaha pertambangan bahan galian di Kabupaten Gunungkidul saat ini dilakukan
oleh sebagian besar penambang rakyat dan beberapa pengusaha. Dalam rangka mewujudkan
kegiatan usaha pertambangan yang berwawasan lingkungan, telah diterbitkan Peraturan
Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 11 tahun 2003 tentang Usaha Pertambangan Bahan
Galian.
BATUGAMPING KALKARENIT
Jenis bahan galian ini merupakan bahan bangunan ringan dan bahan industri kerajinan
bantuan (ornamen). Jumlah cadangan untuk seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar
308.884.509 m2. Bahan galian ini banyak dijumpai di wilayah Perbukitan Baturagung dan
Ledon Wonosari, yaitu :
-  Kecamatan Semin (Desa Candirejo, Sumberejo, Kalitekuk, Kemenjing, dan Bendung)
-  Kecamatan Ngawen (Desa Beji, Kampung, Watusigar, Jurangjero, dan Sambirejo)
-  Kecamatan Nglipar (Desa Kedungkeris, Nglipar, dan Katongan)
-  Kecamatan Karangmojo (Desa Bejiharjo, Ngawis, dan Jatiayu)
-  Kecamatan Wonosari (Desa Wunung, Mulo, Duwet, Karangrejek, Gari, Karangtengah,
Baleharjo, Wareng, Siraman, Pulutan, dan Piyaman)
-  Kecamatan Semanu (Desa Pacarejo, Semanu, dan Ngeposari)
BATU PASIR TUFAN
Bahan galian ini merupakan bahan pondasi bangunan ringan, perkerasan jalan, dan industri
kerajinan batuan (ornamen, batu hias, patung atau relief dinding). Jumlah cadangan untuk
seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar 3.777.269.241 m3.Bahan galian ini banyak dijumpai
di wilayah Perbukitan Baturagung dan Ledok Wonosari, yaitu :
-  Kecamatan Gedangsari (Desa Ngalang, Sampang, Serut, Hargomulyo, dan Mertelu)
-  Kecamatan Semin (Desa Candirejo, Pundungsari, Rejosari, Kemenjing, Kalitekuk,
Karangsari, Bulurejo, Semin, Sumberejo dan Bendung)
-  Kecamatan Nglipar (Desa Pilangrejo dan Natah)
-  Kecamatan Ngawen ( Desa Kampung, Tancep, Jurangjero, dan Watusigar0
-  Kecamatan Karangmojo (Desa Karangmojo)
-  Kecamatan Ponjong (Desa Tambakromo dan Sawahan)
BREKSI BATUAPUNG
Jenis bahan galian yang satu ini mempunyai banyak fungsi, yaitu :
*  Bahan beton struktur ringan;
*  Bahan batubata ringan dan genteng;
*  Bahan tahan api, kondensasi, jamur, dan panas;
*  Bahan pemoles, penggosok, pembersih, dan abrasif;
*  Bahan isolator temperatur tinggi;
*  Bahan industri cat, kimia, logam, plastik, kosmetik, meubel, pasta gigi, karet, kulit, kaca,
elektronik, dan keramik;
*  Bahan aditif dan subtitusi pada tanah pertanian;
*  Bahan untuk urug;
*  Bahan perkerasan jalan;
*  Bahan ornamen;
*  Bahan membuat arca, tegel, giring, dan umpak;
*  Bahan saringan air; serta
*  Bahan penjernih minyak goreng, pencuci pada industri konveksi, dan bahan penggosok.
Jumlah cadangan untuk seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar 2.050.024.291 m3.
Bahan galian ini banyak dijumpai di wilayah Perbukitan Baturagung dan Ledok Wonosari,
yaitu :
-  Kecamatan Gedangsari (Desa Sampang dan Serut)
-  Kecamatan Patuk (Desa Ngoro-oro dan Terbah)
-  Kecamatan Ngawen (Desa Kampung, Watusigar, dan Sambirejo)
-  Kecamatan Semin (Desa Karangsari, Semin, Pundungsari, dan Kalitekuk)
-  Kecamatan Karangmojo (Desa Karangmojo, Gedangrejo, dan Jatiayu)
-  Kecamatan Ponjong ( Desa Umbulrejo)
KAOLIN & FELSPAR
Kaolin dan felspar merupakan jenis bahan galian untuk industri keramik, industri cat, dan
industri kosmetik. Jumlah cadangan untuk seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar
4.840.500 m3.
Bahan galian ini banyak dijumpai di wilayah Perbukitan Baturagung, yaitu :
-  Kecamatan Semin (Desa Karangsari, Pundungsari, dan Candirejo)
ZEOLIT
Zeolit merupakan jenis bahan galian yang mempunyai banyak kegunaan, yaitu :
-  Bahan pondasi bangunan, perkerasan jalan, dan pengganti batubata;
-  Bahan campuran pakan ternak;
-  Bahan pengikat kotoran dalam pengolahan limbah;
-  Bahan industri semen puzzoland;
-  Bahan ornamen atau batu hias, dan ubin;
-  Bahan untuk meningkatkan keasaman tanah;
-  Penyerap, penukar kation, dan katalis dalam bentuk tepung dan butiran; serta
-  Bahan pengembang dan pengisi dalam industri kertas, karet, plastik, cat maupun lem.
Jumlah cadangan untuk seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar 55.000.000 m3. Bahan
galian ini banyak dijumpai di wilayan perbukitan Baturagung, yaitu :
-  Kecamatan Gedangsari (Desa Hargomulyo, Watugajah, Mertelu, dan Tegalrejo)
-  Kecamatan Ngawen (Desa Tancep)
PERIZINAN PERTAMBANGAN
Dasar Hukum
Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 11 tahun 2003 tentang Usaha
Pertambangan Bahan Galian.
Jenis Izin
Izin usaha pertambangan terdiri atas :
-  Izin Pertambangan Rakyat; dan
-  Pemberian Kuasa Pertambangan.
Prosedur Permohonan Izin
Permohonan Izin Pertambangan Rakyat atau Kuasa Pertambangan diajukan secara teknis
kepada Kepala Dinas Perekonomian Kabupaten Gunungkidul, dengan mengisi formulir yang
telah disediakan serta dilengkapi persyaratan yang diperlukan, yang selanjutnya diserahkan
kepada Petugas UPTSA.
Persyaratan Permohonan Izin
1.  Syarat-syarat permohonan Izin Pertambangan Rakyat :
     -  Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon
     -  Peta lokasi pertambangan dengan skala sekecil-kecilnya 1 : 10.000 bagi kegiatan
eksploitasi
     -  Daftar nama anggota kelompik apabila diusahakan secara berkelompok
     -  Informasi mengenai lingkungan lokasi pertambangan
     -  Surat pernyataanpersetujuan pemilik tanah, apabila tanah lokasi pertambangan tersebut
bukan  milik sendiri
     -  Fotokopi Izin Gangguan apabila kegiatannya berupa pengolahan, pemurnian atau
penjualan         
     -  Rekomendasi dari Dinas Teknis apabila lokasi pertambangannya di sungai.
2.  Syarat-syarat permohonan Kuasa Pertambangan Eksploitasi
     -  Salinan akta pendirian perusahaan dan perubahan-perubahannya bagi Badan Hukum 
     -  Fotokopi Kartu Tanda Pendududk (KTP) pemohon
     -  Referensi Bank Pemerintah dan/ atau Fiskal
     -  Surat Pernyataan kesanggupan tenaga ahli
     -  Peta wilayah pertambangan yang dimohon dengan skala sekecil-kecilnya 1:10.000
     -  Fotokopi bukti kepemilikan tanah
     -  Surat pernyataan persetujuan pemilik tanah apabila taanah lokasi pertambangan tersebut
bukan   milik sendiri
     -  Persetujuan pengelolaan lingkungan hidup (AMDAL) atau UKL/UPL
     -  Studi kelayakan kegiatan eksploitasi

KARST SEBAGAI ASSET DAERAH KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Oktober 24, 2010 at 11:17 amhttp://handiri.wordpress.com/category/pikir-pikir-sambil-ngupil/04


februari 2011 jam 21.00 wib

Istilah karst aslinya dari kata krst yang berasal dari bahasa Yugoslavia yang dipakai untuk
menyebut semua kawasan batugamping yang telah mengalami pelarutan. Tipologi karst dapat
dibedakan menjadi (1) holokarst yang berkembang sempurna(2) merokarst yang berkembang
kurang sempurna dan (3) platform karst yang ditandai oleh banyaknya kelurusan dan struktur
patahan. Selain klasifikasi karst tersebut, terdapat tipologi karst lain yaitu (1) karst terbuka
(2) karst tertutup (3) karst tertutup tanah (4) karst terpendam (5) karst tropik dan (6) karst
permafrost.

Berdasarkan klasifikasi karst tersebut kawasan karst gunungsewu termasu tipe holokarst
tropik dan relatif terbuka (sedikit vegetasi) Kenampakan eksokarst nempak masih dapat
diamati seperti lapies, dolin, uvala, lembah kering, tower dan cone karst, sedangkan
kenampakan endokarst seperti goa, sungai bawah tanah juga banyak dijumpai. Kawasan karst
di Kabupaten Gunungkidul memiliki karakteritik yang spesifik, unik, spektakuler, dan non
renewable ecosystem serta decoratif landscape resourcess dengan fragilitas tinggi terhadap
risiko kerusakan lingkungan.

Sebagai sumberdaya lingkungan hidup pemanfaatan kawasan karst di Kabupaten


Gunungkidul mengarah pada pemenuhan kebutuhan manusia ,namun kurang diimbangi
kegiatan pelestarian ekosistem alamiahnya yang merupakan asset dunua (world herritage).
Kegiatan pertanian, pemukiman,pertambangan, pariwisata, peternakan, perkebunan, yang
terus berkembang pada lokasi yang tak sesuai dengan kualitas karstnya akan berdampak
negatif pada kerusakan ekologisnya. Sebagai asset daerah perlu dikembangkan manfaat
potensi yang ada berdasarkan pada zonasi kelas karst. Hal ini dimaksudkan  agar dapat dijaga
nilai nilai geo-biodiversitas, stabilitas sumberdaya alam dan lingkungan serta sumberdaya
ruangnya

Potensi Kawasan Karst sebagai Asset Pembangunan


Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7o5’56” LS sampai 8o12’40” LS
dan 110o19’33” BT sampai 110o49’50” BT.   dengan  batas alamiah eksokrast berupa batas
kenampakan morfologis, yaitu :

Sebelah utara               : Cekungan Wonosari, Pegunungan Baturagung

Sebelah selatan            : Samudra Hindia

Sebelah barat               : Cekungan Wonosari, Dataran Aluvial Merapi

Sebelah timur              : Pegunungan Sewu di Kabupaten Wonogiri

Melihat batas alamiah tersebut di atas dapat diperkirakan luasannya  kurang lebih mencakup
741,01 km2.

Potensi kawasan karst yang spesifik dan unik mempengaruhi kondisi dinamika lingkungan
hidup dan karakteristik makhluk hidup yang ada termasuk manusia. Berdasarkan analisis
potensi kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul dapat di bedakan menjadi :

1. Sumberdaya alam (natural resources)yang meliputi lahan, mineral, air, tumbuhan dan
hewan
2. Sumberdaya lingkungan (ecological resources) yang meliputi lingkungan eksokars
dan endokarst yang berada di zona pantai, zona inti dan sub inti karst
3. Sumberdaya ruang(spatial resources) meliputi ruang bawah permukaan (goa dan
sungai bawah tanah) dan ruang dekat permukaan ( konfigurasi bentang lahan)
4. Sumberdaya manusia (human resources)yang adaftif dari aspek ekologis, ekonomi
dan sosiokultur yang  khas
5. Sumberdaya buatan (man made resources) meliputi sarana dan prasarana kehidupan

Sebagai gambaran umum deskripsi potensi utama kawasan karst yang mendukung kehidupan
dan pembangunan daerah adalah sebagai berikut :

1. Potensi Sumberdaya Lahan : Potensi kesesuaian lahan di kawasan karst sangat


terbatas peruntukannya karena pembatas ketersediaan air, tanah dan medan.  satuan
medan.
2. Potensi Sumberdaya Air : Tipe karst  Gunung Sewu merupakat aset dunia (world
Heritage)di daerah iklim tropik memiliki struktur kekar (joint) yang sangat
berkembang ,sehingga daerah ini sangat meluluskan air. Oleh karena itu, di daerah ini
tidak terdapat sungai-sungai besar yang dapat dimanfaatkan. Kondisi topografi yang
berbukit serta banyak rekahan-rekahan meyebabkan proses solusional berlangsung
insentif oleh kerja aliran air permukaan langsung masuk  ke dalam tanah dan
batuanyang  membentuk aliran bawah tanah dan atau telaga. Potensi air yang ada di
daerah karst dan potensial dimanfaatkan meliputi air hujan, air permukaan , mata air
dan air dari sungai bawah tanah. Telaga karst (karst lake)di Kabupaten Gunung Kidul
dapat diketahui bahwa umumnya memiliki bentuk dan luas yang tidak sama.
Keberadaan telaga memberikan sumbangan yang tidak kecil sebagai sumber air di
kawasan karst. Pemunculan airtanah secara alami dapat berupa mata air (Spring)
ataupun berupa rembesan (Seepage). Mata air adalah pemusatan pengeluaran air tanah
yang muncul pada permukaan tanah sebagai arus dari aliran air (Tolman). Bila
pengeluarannya tidak terpusat membentuk suatu bidang tersebut dengan rembesan
(Seepage)  Pola sebaran hujan yang terjadi umumnya pada bulan Januari merupakan
bulan dengan curah hujan tertinggi dan selanjutnya bulan Juli merupakan awal bulan
kering.  Kemudian curah hujan akan mengalami kenaikan pada Bulan Oktober hingga
bulan Desember. Kondisi pola hujan ini berpengaruh pada kegiatan manusia dan
kehidupan tumbuhan dan hewan yang ada. Keterdapatan aliran air sungai bawah
tanah  terbentuk oleh adanya  sistem sungai bawah tanah yang bermuara di Baron
(system Baron) dan  mungkin masih ada sistem-sistem lain tetapi masih belum dapat
dipastikan , misalnya sistem Ngobaran atau mungkin juga sistem Sundak . Sistem
Baron ini sendiri masih dapat dipilah-pilah menjadi beberapa sub sistem yang lebih
kecil, diantaranya sub sistem Bribin. Di kawasan karst ini  terdapat pula tiga buah
pintu masuk sungai bawah tanah perennial, yaitu Sungai Tegoan, Kali Suci dan Kali
Serpeng yang kemudian menjadi sungai bawah tanah.
3. Potensi Sumberdaya mineral : Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi
sumberdaya mineral yang memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan
penambangan dapat berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak
dikelola dengan baik. Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak
lokasi wilayah Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit
dan ilit. Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya
yang tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan
pada lahan berbatu gamping.  Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi
sumberdaya mineral yang memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan
penambangan dapat berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak
dikelola dengan baik. Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak
lokasi wilayah Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit
dan ilit. Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya
yang tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan
pada lahan berbatu gamping.

KARST SEBAGAI ASSET DAERAH KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Istilah karst aslinya dari kata krst yang berasal dari bahasa Yugoslavia yang dipakai untuk
menyebut semua kawasan batugamping yang telah mengalami pelarutan. Tipologi karst dapat
dibedakan menjadi (1) holokarst yang berkembang sempurna(2) merokarst yang berkembang
kurang sempurna dan (3) platform karst yang ditandai oleh banyaknya kelurusan dan struktur
patahan. Selain klasifikasi karst tersebut, terdapat tipologi karst lain yaitu (1) karst terbuka
(2) karst tertutup (3) karst tertutup tanah (4) karst terpendam (5) karst tropik dan (6) karst
permafrost.

Berdasarkan klasifikasi karst tersebut kawasan karst gunungsewu termasu tipe holokarst
tropik dan relatif terbuka (sedikit vegetasi) Kenampakan eksokarst nempak masih dapat
diamati seperti lapies, dolin, uvala, lembah kering, tower dan cone karst, sedangkan
kenampakan endokarst seperti goa, sungai bawah tanah juga banyak dijumpai. Kawasan karst
di Kabupaten Gunungkidul memiliki karakteritik yang spesifik, unik, spektakuler, dan non
renewable ecosystem serta decoratif landscape resourcess dengan fragilitas tinggi terhadap
risiko kerusakan lingkungan.
Sebagai sumberdaya lingkungan hidup pemanfaatan kawasan karst di Kabupaten
Gunungkidul mengarah pada pemenuhan kebutuhan manusia ,namun kurang diimbangi
kegiatan pelestarian ekosistem alamiahnya yang merupakan asset dunua (world herritage).
Kegiatan pertanian, pemukiman,pertambangan, pariwisata, peternakan, perkebunan, yang
terus berkembang pada lokasi yang tak sesuai dengan kualitas karstnya akan berdampak
negatif pada kerusakan ekologisnya. Sebagai asset daerah perlu dikembangkan manfaat
potensi yang ada berdasarkan pada zonasi kelas karst. Hal ini dimaksudkan  agar dapat dijaga
nilai nilai geo-biodiversitas, stabilitas sumberdaya alam dan lingkungan serta sumberdaya
ruangnya

Potensi Kawasan Karst sebagai Asset Pembangunan

Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7o5’56” LS sampai 8o12’40” LS


dan 110o19’33” BT sampai 110o49’50” BT.   dengan  batas alamiah eksokrast berupa batas
kenampakan morfologis, yaitu :

Sebelah utara               : Cekungan Wonosari, Pegunungan Baturagung

Sebelah selatan            : Samudra Hindia

Sebelah barat               : Cekungan Wonosari, Dataran Aluvial Merapi

Sebelah timur              : Pegunungan Sewu di Kabupaten Wonogiri

Melihat batas alamiah tersebut di atas dapat diperkirakan luasannya  kurang lebih mencakup
741,01 km2.

Potensi kawasan karst yang spesifik dan unik mempengaruhi kondisi dinamika lingkungan
hidup dan karakteristik makhluk hidup yang ada termasuk manusia. Berdasarkan analisis
potensi kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul dapat di bedakan menjadi :

1. Sumberdaya alam (natural resources)yang meliputi lahan, mineral, air, tumbuhan dan
hewan
2. Sumberdaya lingkungan (ecological resources) yang meliputi lingkungan eksokars
dan endokarst yang berada di zona pantai, zona inti dan sub inti karst
3. Sumberdaya ruang(spatial resources) meliputi ruang bawah permukaan (goa dan
sungai bawah tanah) dan ruang dekat permukaan ( konfigurasi bentang lahan)
4. Sumberdaya manusia (human resources)yang adaftif dari aspek ekologis, ekonomi
dan sosiokultur yang  khas
5. Sumberdaya buatan (man made resources) meliputi sarana dan prasarana kehidupan

Sebagai gambaran umum deskripsi potensi utama kawasan karst yang mendukung kehidupan
dan pembangunan daerah adalah sebagai berikut :

1. Potensi Sumberdaya Lahan : Potensi kesesuaian lahan di kawasan karst sangat


terbatas peruntukannya karena pembatas ketersediaan air, tanah dan medan.  satuan
medan.
2. Potensi Sumberdaya Air : Tipe karst  Gunung Sewu merupakat aset dunia (world
Heritage)di daerah iklim tropik memiliki struktur kekar (joint) yang sangat
berkembang ,sehingga daerah ini sangat meluluskan air. Oleh karena itu, di daerah ini
tidak terdapat sungai-sungai besar yang dapat dimanfaatkan. Kondisi topografi yang
berbukit serta banyak rekahan-rekahan meyebabkan proses solusional berlangsung
insentif oleh kerja aliran air permukaan langsung masuk  ke dalam tanah dan
batuanyang  membentuk aliran bawah tanah dan atau telaga. Potensi air yang ada di
daerah karst dan potensial dimanfaatkan meliputi air hujan, air permukaan , mata air
dan air dari sungai bawah tanah. Telaga karst (karst lake)di Kabupaten Gunung Kidul
dapat diketahui bahwa umumnya memiliki bentuk dan luas yang tidak sama.
Keberadaan telaga memberikan sumbangan yang tidak kecil sebagai sumber air di
kawasan karst. Pemunculan airtanah secara alami dapat berupa mata air (Spring)
ataupun berupa rembesan (Seepage). Mata air adalah pemusatan pengeluaran air tanah
yang muncul pada permukaan tanah sebagai arus dari aliran air (Tolman). Bila
pengeluarannya tidak terpusat membentuk suatu bidang tersebut dengan rembesan
(Seepage)  Pola sebaran hujan yang terjadi umumnya pada bulan Januari merupakan
bulan dengan curah hujan tertinggi dan selanjutnya bulan Juli merupakan awal bulan
kering.  Kemudian curah hujan akan mengalami kenaikan pada Bulan Oktober hingga
bulan Desember. Kondisi pola hujan ini berpengaruh pada kegiatan manusia dan
kehidupan tumbuhan dan hewan yang ada. Keterdapatan aliran air sungai bawah
tanah  terbentuk oleh adanya  sistem sungai bawah tanah yang bermuara di Baron
(system Baron) dan  mungkin masih ada sistem-sistem lain tetapi masih belum dapat
dipastikan , misalnya sistem Ngobaran atau mungkin juga sistem Sundak . Sistem
Baron ini sendiri masih dapat dipilah-pilah menjadi beberapa sub sistem yang lebih
kecil, diantaranya sub sistem Bribin. Di kawasan karst ini  terdapat pula tiga buah
pintu masuk sungai bawah tanah perennial, yaitu Sungai Tegoan, Kali Suci dan Kali
Serpeng yang kemudian menjadi sungai bawah tanah.
3. Potensi Sumberdaya mineral : Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi
sumberdaya mineral yang memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan
penambangan dapat berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak
dikelola dengan baik. Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak
lokasi wilayah Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit
dan ilit. Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya
yang tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan
pada lahan berbatu gamping.  Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi
sumberdaya mineral yang memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan
penambangan dapat berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak
dikelola dengan baik. Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak
lokasi wilayah Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit
dan ilit. Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya
yang tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan
pada lahan berbatu gamping.
Batu kapur

http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_kapur 04 februari 2011 21.10 wib

Batu kapur (bahasa Inggris: limestone) (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari
mineral calcite (kalsium carbonate). Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut.
Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai
pelagic ooze (lihat lysocline untuk informasi tentang dissolusi calcite).

Calcite sekunder juga dapat terdeposi oleh air meteorik tersupersaturasi (air tanah yang
presipitasi material di gua). Ini menciptakan speleothem seperti stalagmit dan stalaktit.
Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite (batu kapur Oolitic) dan dapat dikenali dengan
penampilannya yang granular. Batu kapur membentuk 10% dari seluruh volume batuan
sedimen

BATU KAPUR/GAMPING
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Batukapur/ulasan.asp?xdir=Batukapur&commId=35&comm=Batu%20kapur/gamping 04
februari 2011 jam 21.10 wib

Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian
besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan
siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu,
abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.

Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral
metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan
berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan
magnesit (MgCO3).

Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan, industri karet dan ban,
kertas, dan lain-lain.

Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh kepulauan Indonesia. Sebagian besar
cadangan batu kapur Indonesia terdapat di Sumatera Barat

You might also like