You are on page 1of 68

BUKU ALAT BANTU PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA UAP (PLTU) DARI KELAS 5J TEKNIK


KONVERENSI ENERGI

Editor :

 Abdul Jabbar  Handika Adetiya


 Aji Rudi harianto  Kayus Klemen Sinambela
 Alfian Syafi’i  Muhammad Ikhsan
 Azi Fahmi  Muhammad Yusuf
 Aztrid Nurmalitawati  Nanang Nuryaman
 Dwi Nurhayadi  Nasih Udin
 Fariz itsnarizka  Rudolf Frengki Manurung
 Fisca Lasmaria  Rudi Setiawan
 Freddy Setia  Sandy Pria Prayoga
 Haga Badirafi  Siti Marwah Syarif
Politeknik Negeri Jakarta

PERALATAN AIR PENGISI

6.1. Pengertian Peralatan Air Pengisi

Dalam suatu pembangkit listrik, selain generator sebagai peralatan utama, dibutuhkan
peralatan pendukung yang salah satunya adalah peralatan air pengisi Sebelum masuk ke dalam
proses produksi energi listrik di PLTU, akan kita bahas terlebih dahulu proses pengolahan air
sebagai komponen dalam proses PLTU itu sendiri. Bagi PLTU, air memegang peranan sangat
penting karena air digunakan sebagai media kerja yang diproses untuk membentuk uap (steam).
Selain itu, air juga digunakan sebagai media pendingin peralatan-peralatan yang digunakan di
PLTU sehingga kualitas air tidak boleh diabaikan.
Air yang disirkulasikan di dalam PLTU harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Jika
kualitas air diabaikan, maka akan timbul beberapa masalah yang tidak diinginkan dan akan
mengganggu proses produksi listrik. Begitu juga dengan air limbah, sebelum dibuang harus
diolah terlebih dahulu dan proses pembuangannya juga harus diatur dengan baik agar tidak
mencemari lingkungan di sekitarnya.

Teknik Konverensi Energi 2008 66


Politeknik Negeri Jakarta

6.2 Skema Alat

Teknik Konverensi Energi 2008 67


Politeknik Negeri Jakarta

6.3 Komponen Air Pengisi, Gambar dan Fungsinya


6.3.1 Pompa
Pada pembangkit tenaga listrik terdapat nama-nama : pompa boiler (boiler feeds pumps),
condensate pumps, reactor pumps, storage pumps dan lain-lain.
 Circulating Water Pump
Motor CWP (circulating water pump) menerapkan salah satu peralatan yang
memegang peranan penting dalam proses penyediaan sirkulasi air bagi kondenser
pada pusat pembangkit tenaga listrik jenis thermal. Dalam pengoperasiannya motor
CWP ini dilengkapi dengan peralatan pengaman yang berfungsi untuk melindungi
motor dari segala gangguan yang akan terjadi, dimana gangguan tersebut dapat terjadi
setiap saat bersifat merusak sehingga motor dapat diamankan sedini ini mungkin.

Circulating Water Pump

 Distilate Wate Pump


Distilate water pump berfungsi untuk memompakan air dari Desalination
Plant ke Demineralized Water Tank.

Teknik Konverensi Energi 2008 68


Politeknik Negeri Jakarta

 Demin Water Pump


Demin Water Pump berfungsi untuk memompa air dari raw water tank ke
demineralized water tank. Make up water pump yang digunakan sebanyak satu unit
dengan kapasitas 80 m3/jam dengan total head 60 m dan daya motor 22 kW serta
tegangan 440 V.
 Make up water pump
Make up water pump berfungsi untuk mensirkulasikan atau memompa air dari
demineralized water tank ke condensor.

 Condensate Pump
Condensate pump berfungsi untuk memompa air dari condenser menuju ke LP
Heater. Pada condensate pump tidak ada katub atau sistem pendinginan kaitan yang
diperlukan. Mengukur aktivasi sangat perlu.Pada 1 kg uap air diperlukan untuk
memompa 1000 liter kondensasi, yaitu biasanya dipulihkan pada saat
pengkondensasian.

Teknik Konverensi Energi 2008 69


Politeknik Negeri Jakarta

Gambar condensate pump

 Pompa Boiler (Boiler Feed Pumps)


Aplikasi
Pompa Boiler digunakan untuk air umpan boiler.

GAMBAR BOILER

FEED PUMPS

6.3.2 Desalination Plant


Desalination plant merupakan proses pengolahan air laut menjadi air tawar dengan
cara memisahkan air laut dengan kandungan garamnya.
Desalinasi menerapkan prinsip penguapan dan desalinasi. Setelah mengalami
proses pemanasan, air akan berubah menjadi uap dan keraknya akan tertinggal pada
tempat penguapan. Kemudian uap yang tebentuk dikondensasikan dan akan terbentuk
air destilasi atau air murni.

Teknik Konverensi Energi 2008 70


Politeknik Negeri Jakarta

Desalination plant terdiri dari sebelas tingkat yang tiap tingkatannya terdiri atas
dua ruangan (chamber) yaitu ruang penguapan (flash chamber) dan ruang kondensasi
(condensation chamber). Air lalu dipompa dan dialirkan ke pipa-pipa penukar kalor
yang terletak di ruang kondensasi. Air laut tersebut dipanasi dengan menggunakan uap
bekas (ex steam). Uap pemanas pada brine heater diambil dari uap. Dari brine heater,
air laut dialirkan ke dalam ruang penguapan tingkat pertama. Setiap tingkat pada
desalination plant dibuat vakum dengan menggunakan ejector uap. Kevakuman pada
masing masing tingkat dibuat berbeda sehingga tetap terjadi proses penguapan pada
tiap tingkat meskipun saat melewati setiap tingkat temperatur brine semakin rendah.
Temperatur tingkat pertama lebih tinggi daripada tingkat kedua, temperatur tingkat
kedua lebih tinggi daripada tingkat ketiga dan begitu seterusnya sehingga kevakuman
paling tinggi adalah pada tingkat terakhir.
Pada tingkat pertama, pada temperatur paling tinggi terjadi proses penguapan air
laut. Uap yang terbentuk mengalir ke ruang kondensasi yang selanjutnya
terkondensasi hingga diperoleh air destilasi. Sisa air laut yang belum mengalami
penguapan pada tingkat pertama dialirkan ke tingkat kedua. Kevakuman tingkat kedua
lebih tinggi dari tingkat pertama, sehingga sisa air laut tersebut akan mengalami
penguapan pada tingkat kedua. Selanjutnya uap ini akan terkodensasikan hingga
diperoleh air destilasi dari tingkat kedua. Begitu seterusnya sampai pada tingkat
kesebelas dengan kevakuman yang lebih tinggi.
Air destilasi dari tingkat pertama sampai tingat kesebelas dikumpulkan
menjadi air destilasi total. Air destilasi total tersebut dipompa ke tangki penampung
(raw water tank). Sedangkan air laut sisa dari tingkat kesebelas mengandung kadar
garam dengan konsentrasi tinggi sehingga dibuang dengan menggunakan pompa
brine.

Teknik Konverensi Energi 2008 71


Politeknik Negeri Jakarta

6.3.3 Water Tank


 Raw water tank / backwash tank
Raw water tank merupakan tangki penampung air tawar yang
dihasilkan oleh desalination plant.
 Demineralized water tank
Merupakan tangki penampung air pengisi boiler yang dihasilkan
water treatment equipment.

Teknik Konverensi Energi 2008 72


Politeknik Negeri Jakarta

6.3.4 Water Treatment / Demineralized Plant


Air destilasi yang diperoleh dari proses desalination plant yang ditampung dengan
raw water tank belum memenuhi syarat untuk pengisian boiler. Sehingga perlu diolah
kembali melalui peralatan water treatment.
Dari raw water tank, air dipompa ke water treatment. Selanjutnya air tersebut
melalui pre-filter air dan juga diberi mix bed polisher yang terdapat bahan kimia anion
resin yang dapat mengikat ion negatif dan kation resin yang dapat mengikat ion
positif. Ion-ion yang terdapat pada water tank adalah ion positif Na+ dan ion negatif
Cl-.
Dengan banyaknya ion yang menempel pada mix bed polisher, maka kemungkinan
besar air menjadi jenuh sehingga mempengaruhi proses penyaringan. Untuk itu perlu
dihilangkan dengan menggunakan hydrolic acid, cautic sods dan dibantu panas uap
dari boiler. Air yang telah dihilangkan mineralnya (demineralized water) ditampung
dalam tangki penambah (demineralized water tank) yang selanjutnya akan digunakan
dalam proses berikutnya untuk air penambah atau pengisi di boiler.

Teknik Konverensi Energi 2008 73


Politeknik Negeri Jakarta

6.3.5 Daerator
Berfungsi untuk menyerap atau menghilangkan gas – gas yang terkandung
pada air pengisi Boiler, terutama gas O2, karena gas ini akan menimbulkan korosi. Gas
– gas lain yang cukup berbahya adalah karbon dioksida (CO2). Gas O2 dan CO2 akan
bereaksi dengan meterial Boiler dan menimbulkan korosi yang sangat merugikan.

Prinsip kerjanya air yang masih mengandung O2 dan CO2 disemprotkan ke


Steam Daerator, sehingga gas-gas tersebut diserap secara thermis dan dikeluarkan
melalui valve pelepas udara/gas. Selain itu Daerator juga dapat menaikkan temperatur
0
air pengisi Boiler (sampai 162 C). Penempatan posisi Daerator yang tinggi
memungkinkan pemberian suction heat yang cukup untuk Feed Water Pump. Dari
Daerator air akan dipompa dengan tiga feed water pump, dua pompa yang tenaganya
dari extraction IP Turbin disebut Turbine Driven Pump dan satu pompa yang
digerakkan oleh motor disebut Motor Driven Pump, dimana kapasitas tiap pompa
100% menuju Feed Water Heater 6, 7 ,8 A-B dan akan menuju ke Economizer terus
ke Steam Drum.

6.3.6 Heater
A. High Pressure Heater
HPH = High Presure Heater, Adalah pemanas air pengisi tekanan tinggi, dipasang
setelah boiler feed pump, media panasnya adalah uap yang diambil dari turbin uap.

Teknik Konverensi Energi 2008 74


Politeknik Negeri Jakarta

HP HEATER

High Pressure Heater (HP Heater) memiliki peran merupakan alat pemanas awal feed
water sebelum masuk boiler oleh sebab itu perlatan ini berfungsi juga untuk menaikan
effisiensi sistem secara keseleruhan, dalam pengoperasianya HP heater harus dijaga
performanya karena berhubungan langsung dengan konsumsi batubara selain itu
gangguan pada HP Heater juga berpengaruh terhadap target produksi karena untuk
perbaikan unit harus derating, oleh sebab itu segala bentuk permasalahan yang
berhubungan dengan peralatan ini harus segera di tindak lanjuti agar effisiensi sistem
tetap terjaga.

B. Low Pressure Heater


LPH = Low Presure Heater, Adalah pemanas air pengisi tekanan rendah, dipasang
setelah condensate pump, media panasnya adalah uap yang diambil dari turbin uap.

LP Heater

Sebuah pemanas air umpan adalah dan-tabung penukar panas-shell. GEI designs and
manufactures both low pressure heater and high pressure heaters which serves power

Teknik Konverensi Energi 2008 75


Politeknik Negeri Jakarta

plant up to 150 mw rating. GEI desain dan memproduksi baik pemanas tekanan rendah
dan pemanas tekanan tinggi yang berfungsi pembangkit tenaga listrik sampai dengan
150mw rating. Feed water heater may be constructed suitably for horizontal or vertical
installation, depending on the plant design requirement. pemanas air Feed dapat
dibangun sesuai untuk instalasi horizontal atau vertikal, tergantung pada desain
kebutuhan tanaman. The physical and thermal characteristics are vastly different for
low and high pressure feed water heaters. Dan termal karakteristik fisik sangat berbeda
untuk pakan pemanas air tekanan tinggi dan rendah. Each feed water will contain from
one to three separate heat transfer areas or zones including the de-superheating,
condensing and sub-cooling zones. Setiap air umpan akan berisi dari satu sampai tiga
area perpindahan panas terpisah atau zona termasuk de-superheating, kondensasi dan
sub-pendinginan zona. we offer admiralty brass / stainless steel tubes LP-heater and
stainless steel tubed HP-heaters. kami menawarkan kuningan admiralty / tabung
stainless steel LP-pemanas dan stainless steel tubed HP-pemanas

Teknik Konverensi Energi 2008 76


Politeknik Negeri Jakarta

6.3 SISTEM OPERASI

Pengelolaan Air pada PLTU


Tujuan utama pengelolaan air adalah untuk membuat air dimineral (air murni) dan mencegah
terjadinya gangguan-gangguan yang diakibatkan oleh air yang masih mengandung ion-ion dan
zat-zat vang dapat merusak pipa-pipa air yang ada di Boiler. Ganggungan-gangguan itu seperti
kerak. korosi dan gangguan-gangguan lainnya.
Proses pengolahan air ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Tahap Penjernihan
Air yang diambil dari laut dengan Bantuan pompa (Circulating Water Pump) dengan
putaran pompa yang cukup besar yaitu 1450 rpm. Air yang di pompa CWP masuk kedalam
desalination plant disini air mengalami penjernihan dengan menggunakan tawas dan kapur,
kemudian ke Raw Water Tank.
b. Tahap Pemurnian
Pada tahap pemurnian ini dilakukan dengan menggunakan peralatan-peralatan sebagai
berikut :
 Penukar kation
 Penukar Anion
Pada tahap pemurnian ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air melintasi penukar
ion (Condensate Polishing) bila ada, maupun secara kimia melalui penginjeksian bahan -
bahan kimia.
Air yang sudah dijernihkan dengan tawas dan air kapur dialirkan ke sand filter kasar dan
halus kemudian dialirkan ke rasin kation sebagai zat yang dapat menyerap ion positif.
Kemudian dari proses penukaran kation, air dialirkan ke penukar anion (Anion Exchanger)
pada proses ini digunakan Resin Anion yaitu proses penyerapan ion-ion negatif.
Melalui proses pemumian intenal ini, maka pencemaran yang dapat mengakibatkan
deposit maupun korosi pada komponen-komponen ketel dapat dihilangkan sehingga kualitas
air menjadi lebih baik.
c. Proses Sirkulasi Air

Teknik Konverensi Energi 2008 77


Politeknik Negeri Jakarta

Air yang sudah terbebas dari mineral biasa disebut dengan air murni (Air Dimineral)
selanjutnya air dipompakan ke DWT (Demineralized Water Tank), dengan kapasitas 45000
liter, kemudian masuk ke condenser.
Air yang masuk ke Condensor untuk mendinginkan uap dalam turbin setelah di
dinginkan uap menjadi air. Air dialirkan ke Condensate Cooler setelah melewati condensate
cooler dialirkan ke Low Press Heater (LPH). Di LPH air di panaskan dengan tekanan tingkat
rendah. Air dari LPH kemudian menuju dearator yang Memiliki 2 fungsi utama yaitu untuk
memanaskan air dan sekaligus menghilangkan gas-gas (non condensable gas) dari air
Sesudah itu air dialirkan HPH dengan menggunakan Boiler Water Pump. Setelah air
mengalami pemanasan tingkat tinggi di HPH. air dialirkan terus masuk ke Economiser lalu
dari Economiser air masuk ke Boiler drum.

6.5 VARIABLE YANG DICATAT DARI PERALATAN AIR PENGISI


- Pemantauan tinggi air atau jumlah air di dalam water tank.
- Pengontrolan temperatur air dan tekanan air di heater (tekanan rendah dan tekanan tinggi).

6.6 PEMELIHARAAN
Pemeliharaan pada peralatan air pengisi yang utama adalah melakukan pengurasan dan
pembersihan dan penambahan zat-zat kimia agar tidak terjadi korosi pada peralatan-peralatan
tersebut.
 Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan secara rutin terhadap suatu
peralatan yang menggunakan pelumas, filter, dan pendingin.
Pekerjaan pemeliharaan rutin meliputi pemeriksaan, penambahan, penggantian, dan
pembersihan.
 Pemeliharaan Periodik
Pemeliharaan Periodik dibedakan tiga macam :
- Simple Inspection (SI)
Pemeliharaan jenis simple inspection dilakukan setiap jam kerja mesin mencapai
8.000 dan 24.000 dihitung sejak awal mesin dioperasikan.
Scoope pekerjaan pada jenis pemeliharaan simple inspection yaitu

Teknik Konverensi Energi 2008 78


Politeknik Negeri Jakarta

a. Pemeriksaan katup-katup
b. Penggantian pelumas pada alat Bantu
c. pembersihan pada alat pendingin dan pemanas
d. Penyetelan alat pengatur
e. Kalibrasi alat ukur
f. Pengujian alat pengaman
- Mean Inspection
Pemeliharaan jenis mean inspection dilakukan setiap jam kerja mesin mencapai
16.000. Scoope pekerjaan pada jenis pemeliharaan mean inspection meliputi
penggantian komponen pada alat-alat bantu yang yang ada batas jam kerjanya.
Disamping pemeliharaan alat-alat Bantu, pemeliharaan jenis ME juga dilakukan
pemeriksaan komponen pada mesin utama.
- Serious Inspection (SE)
Pemeliharaan jenis SE dilakukan pada setiap jam kerja mesin mencapai 32.000.
Scope pekerjaan pada pemeliharaan jenis SE meliputi penggantian komponen pada
alat-alat Bantu dan komponen pada mesin utama.
Untuk siklus pemeliharaan periodic selanjutnya dimulai kembali dari 0 terhitung
sejak pemeliharaan SE.
 Pemeliharaan Preventive
Pemeliharaan Preventive adalah pemeliharaan yang pelaksanaannya direncanakan
lebih dahulu atas dasar pengamatan terhadap suatu peralatan yang dinilai peralatan
tersebut mengalami perubahan kondisi dan dapat menimbulkan kerugian, gangguan
atau kerusakan.
 Pemeliharaan Corrective
Pemeliharaan corrective adalah pemeliharaan yang sifatnya perbaikan/penggantian
material atau penyetelan peralatan akibatnya terjadinya gangguan yang tidak dikehendaki.

Teknik Konverensi Energi 2008 79


Politeknik Negeri Jakarta

PERALATAN TEKAN UDARA

7.1 Peralatan Tekan Udara

industri pembangkit listrik menggunakan udara tekan untuk seluruh operasi produksinya,
yang dihasilkan oleh unit udara tekan yang berkisar dari 5 horsepower (hp) sampai lebih 50.000
hp. menurut data statistik pada tahun 2003 melaporkan bahwa 70 sampai 90 persen udara tekan
hilang dalam bentuk panas yang tidak dapat digunakan, gesekan, salah penggunaan dan
kebisingan. Sehingga, kompresor dan sistim udara tekan menjadi area penting untuk
meningkatkan efisiensi energi pada industri pembangkit listrik.
Merupakan catatan yang berharga bahwa biaya untuk menjalankan sistim udara tekan jauh
lebih tinggi daripada harga kompresor itu sendiri. Penghematan energi dari perbaikan sistim
dapat berkisar dari 20 sampai 50 persen atau lebih dari pemakaian listrik, menghasilkan ribuan
bahkan ratusan ribu dolar. Sistim udara tekan yang dikelola dengan benar dapat menghemat
energi, mengurangi perawatan, menurunkan waktu penghentian operasi, meningkatkan produksi,
dan meningkatkan kualitas.
Dalam usaha melakukan proses pembangkitan listrik, PLTU melakukan berbagai macam
pengaturan aliran fluida kerja sesuai dengan kebutuhan proses produksi. Operator melakukan
tindakan pengaturan aliran fluida kerja dengan menggunakan katup. Katup – katup ini sendiri
terdiri dari berbagai macam bentuk dan sistem penggeraknya (actuator). Actuator – actuator ini
memiliki tipe sesuai dengan kebutuhan dari sistem dan fluida kerja. Berikut adalah beberapa
jenis actuator :
a) Motorized operation valve adalah katup yang menggunakan motor listrik sebagai
system penggeraknya.
b) Electro-hydraulic operation valve adalah katup yang menggunakan system hidrolik
sebagai penggeraknya. Katup jenis ini digunakan sebagai pengatur fluida kerja
bertekanan tinggi atau bervolume besar tetapi memiliki respon (kecepatan) yang sangat
lambat.
c) Manual atau hand wheel operation valve adalah katup yang dioperasikan dengan
menggunakan tangan yang biasanya digunakan sebagai isolasi system.

Teknik Konverensi Energi 2008 80


Politeknik Negeri Jakarta

d) Spring operation valve adalah katup yang memanfaatkan daya tekan pegas dalam
pengoperasiannya di mana biasanya digunakan sebagai pengaman sistem bertekanan
tinggi.
e) Electro-pneumatic operation valve adalah katup yang menggunakan sistem pneumatic
sebagai penggeraknya. Katup jenis ini digunakan sebagai pengatur fluida kerja yang
membutuhkan respon cepat sehingga keberadaannya termasuk sangat dibutuhkan dalam
mengatur sistem yang mudah berfluktuasi.
f) Electro-hydraulic-pneumatic operation valve adalah katup yang merupakan integrasi
dari sistem hydraulic dan pneumatic.

Selain katup beractuator pneumatic, sistem udara kompresi ini juga menunjang peralatan
yang membutuhkan sumber udara tekan lainnya seperti oil gun yang berfungsi sebagai pembakar
solar pada saat proses start up.

sistem pneumatic pasti membutuhkan compressed air system sebagai compressed air
source. Di PLTU Labuan khususnya, compressed air system terbagi menjadi 2 sistem yaitu
instrument air system dan service air system. Instrument air system adalah sistem yang berfungsi

Teknik Konverensi Energi 2008 81


Politeknik Negeri Jakarta

sebagai sumber udara kompresi guna menunjang sistem pneumatic dari katup – katup electro-
pneumatic dan peralatan lainnya yang membutuhkan udara kompresi dalam beroperasi
sedangkan service air system berfungsi sebagai sumber udara kompresi yang digunakan untuk
menunjang teknisi pemeliharaan dalam melakukan proses cleaning atau kegiatan pemeliharaan
lainnya.

7.2 Komponen Utama Sistim Udara Tekan


Sistim udara tekan terdiri dari komponen utama berikut: Penyaring udara masuk, pendingin
antar tahap, after-coolers, pengering udara, traps pengeluaran kadar air, penerima, jaringan
pemipaan, penyaring, pengatur dan pelumasan.
 Filter Udara Masuk: Mencegah debu masuk kompresor; Debu menyebabkan lengketnya
katup/ kran, merusak silinder dan pemakaian yang berlebihan.
 Pendingin antar tahap: Menurunan suhu udara sebelum masuk ke tahap berikutnya
untuk mengurangi kerja kompresi dan meningkatkan efisiensi. Biasanya digunakan
pendingin air.
 After-Coolers: Tujuannya adalah membuang kadar air dalam udara dengan penurunan
suhu dalam penukar panas berpendingin air.
 Pengering Udara: Sisa-sisa kadar air setelah after-cooler dihilangkan dengan
menggunakan pengering udara, karena udara tekan untuk keperluan instrumen dan
peralatan pneumatic harus bebas dari kadar air. Kadar air dihilangkan dengan
menggunakan adsorben seperti gelsilika/ karbon aktif, atau pengering refrigeran, atau
panas dari pengering kompresor itu sendiri.
 Traps Pengeluaran Kadar Air: Trap pengeluaran kadar air diguakan untuk membuang
kadar air dalam udara tekan. Trap tersebut menyerupai steam traps. Berbagai jenis trap
yang digunakan adalah kran pengeluaran manual, klep pengeluaran otomatis atau
yangberdasarkan waktu dll.
 Penerima: Penerima udara disediakan sebagai penyimpan dan penghalus denyut keluaran
udara – mengurangi variasi tekanan dari kompresor.
 Kompressor : Dalam sistem udara kompresi, kompressor merupakan jantung sistem ini
karena peralatan ini merupakan produsen dari udara kompresi
Dalam melakukan pengoperasiannya beberapa pembangkit listrik menggunakan
compressor berjenis reciprocating karena jenis compressor ini menghasilkan tekanan, kapasitas
Teknik Konverensi Energi 2008 82
Politeknik Negeri Jakarta

dan temperature paling tinggi. Selain itu, life time dan performa yang tinggi membuat
compressor jenis ini digunakan sebagai jantung sistem udara kompresi. Prinsip kerjanya adalah
sebagai berikut :

1) Pada saat penggerak (biasanya menggunakan motor listrik) berputar 180º pertama maka
crankshaft yang terhubung langsung akan menarik connecting rod sehingga piston berada
pada titik batas bawah. Akibat pergerakan ini, daya hisap pun muncul sehingga membuat
spring loaded suction valve terbuka dan udara dari atmosfer terhisap.
2) Pada saat penggerak berputar 180º kedua maka crankshaft akan mendorong connecting
rod sehingga piston berada pada titik batas atas. Akibat pergerakan ini, daya tekan pun
muncul hingga spring loaded discharge valve yang telah diatur tekanan outputnya.
Setelah tekanan yang dihasilkan mencapai setting, maka spring loaded discharge valve
akan membuka dan mengalirkan udara kompresi pada discharge line.

Walaupun memiliki kapasitas dan hasil tekanan yang tinggi, compressor jenis ini
membutuhkan energy yang besar sehingga untuk pembangkit – pembangkit baru lebih
menggunakan compressor berjenis ulir atau helical screw. Pemilihan compressor jenis ini
terletak dari ketermudahan dalam pemeliharaan, energy yang dibutuhkan lebih kecil dan
memiliki kestabilan udara kompresi yang lebih baik daripada reciprocating. Berikut prinsip kerja
dari helical screw compressor :

Teknik Konverensi Energi 2008 83


Politeknik Negeri Jakarta

1) Pada saat penggerak berputar memutar screw sebuah penyempitan ruang sehingga oli
akan tercampur dengan screw dan menjadi perapat untuk membuat tekanan pada udara.
Pada saat yang sama spring loaded suction line akan membuka dan menghisap udara
atmosfer dan bercampur dengan oli.
2) Setelah melewati beberapa tingkat, udara akan tersuplai pada spring loaded discharge
valve dan terakumulasi terus menerus hingga tekanan setting.
3) Pada saat tekanan sesuai dengan tekanan setting maka valve akan terbuka dan mengalir
menuju separator untuk dipisahkan dengan oil perapat akibat berat jenis. Udara kembali
terakumulasi di separator dan akan menekan kembali sebuah katup yang diatur. Udara
yang terakumulasi tersebut juga membantu oli perapat bersirkulasi menuju after cooler
untuk mendapat pendinginan dan digunakan kembali.
4) Udara yang telah menekan katup akan mengalir melewati after cooler untuk didinginkan
dan sebagiannya digunakan sebagai pengatur spring loaded suction valve.

Teknik Konverensi Energi 2008 84


Politeknik Negeri Jakarta

7.3 VARIABEL YANG TERIKAT

 Kapasitas kompresor

Kapasitas kompresor adalah debit penuh aliran gas yang ditekan dan dialirkan
pada kondisi suhu total, tekanan total, dan diatur pada saluran masuk kompresor. Debit
aliran yang sebenarnya, bukan merupakan nilai volum aliran yang tercantum pada data
alat, yang disebut juga pengiriman udara bebas/ free air delivery (FAD) yaitu udara pada
kondisi atmosfir di lokasi tertentu. FAD tidak sama untuk setiap lokasi sebab ketinggian,
barometer, dan suhu dapat berbeda untuk lokasi dan waktu yang berbeda. Beberapa
pengukuran kompresor yang biasa digunakan adalah: efisiensi volumetrik, efisiensi adiabatik,
efisiensi isotermal, dan efisiensi mekanik.Efisiensi adiabatik dan isotermal dihitung sebagai
daya isotermal atau adiabatik dibagi oleh konsumsi daya aktual. Gambar yang diperoleh
menunjukan efisiensi keseluruhan kompresor dan motor penggerak.
 Suhu Udara pada Aliran Masuk
Kompresor menghasilkan panas pada operasinya yang kontinyu. Panas ini
dilepaskan kekamar/ruang kompresor sehingga memanaskan udara masuk. Hal ini
mengakibatkan rendahnya efisiensi volumetrik dan pemakaian daya menjadi lebih besar.
Sebagai aturan umum, “Setiap kenaikan suhu udara masuk sebesar 4oC akan
meningkatkan konsumsi energi sebesar 1 persen untuk keluaran yang sama”. Jadi udara
dingin yang masuk akan meningkatkan efisiensi energy kompresor.
 Ketinggian
Ketinggian memiliki dampak langsung terhadap efisiensi volumetrik kompresor.
Pengaruh ketinggian pada efisiensi volumetric. Jadi jelas bahwa kompresor yang terletak
pada tempat yang lebih tinggi akan mengkonsumsi daya yang lebih besar untuk mencapai
tekanan tertentu dibandingkan yang berada pada permukaan laut, dimana rasio
kompresinya lebih tinggi.
 Tekanan
Tekanan adalah variable yang penting karena jika tekanan yang dihasilkan oleh
kompresor besar maka life performance tekanan udara akan besar juga, dan hal ini yang
mempengaruhi besar – kecilnya effisiensi kompresor

Teknik Konverensi Energi 2008 85


Politeknik Negeri Jakarta

7.4 PEMELIHARAAN

1. Pengkajian kapasitas kompresor :


Kompresor yang sudah tua, walupun perawatannya baik, komponen bagian
dalamnya sudah tidak efisien dan FAD nya kemungkinan lebih kecil dari nilai rancangan.
Kadangkala, faktor lain seperti perawatan yang buruk, alat penukar panas yang kotor dan
pengaruh ketinggian juga cenderung mengurangi FAD nya. Untuk memenuhi kebutuhan
udara, kompresor yang tidak efisien mungkin harus bekerja dengan waktu yang lebih
lama, dengan begitu memakai daya yang lebih dari yang sebenarnya
dibutuhkan.Pemborosan daya tergantung pada persentase penyimpangan kapasitas FAD.
Sebagai contoh,kran kompresor yang sudah rusak dapat menurunkan kapasitas kompresor
sebanyak 20 persen.Pengkajian berkala terhadap kapasitas FAD untuk setiap kompresor
harus dilakukan untuk memeriksa kapasitas yang sebenarnya. Jika penyimpangannya
lebih dari 10 persen, harus dilakukan perbaikan.Metoda ideal pengkajian kapasitas
kompresor adalah melalui uji nosel dimana nosel yang sudah dikalibrasi digunakan
sebagai beban, untuk membuang udara tekan yang dihasilkan. Alirannya dikaji
berdasarkan suhu udara, tekanan stabilisasi, konstanta orifice, dll.
2. Tekanan dalam Saringan Udara
Saringan udara masuk pada kompresor harus dipasang, atau membawa udara dari
lokasi yang bersih dan dingin. Pabrik pembuat kompresor biasanya memasok, atau
merekomendasikan,saringan udara masuk dengan kualitas khusus yang dirancang untuk
melindungi kompresor.Semakin baik penyaringan pada saluran masuk kompresor, maka
akan semakin rendah biaya perawatan kompresornya. Walau demikian, penurunan
tekanan yang melintas saringan udara harus dijaga minimum (ukuran dan perawatannya)
untuk mencegah pengaruh penyumbatan dan penurunan kapasitas kompresor. Alat
pengukur perbedaan tekanan merupakan salah satu peralatan yang terbaik untuk
memantau kondisi saringan pada saluran masuk. Penurunan tekanan yang melintas
saringan baru pada saluran masuk tidak boleh lebih dari 3 pound per inchi kuadrat. Jadi,
disarankan untuk membersihkan saringan udara masuk secara reguler untuk
meminimalkan penurunan tekanan. Manometer atau pengukur perbedaan tekanan yang
melintas saringan dapat digunakan untuk memantau penurunan tekanan supaya dapat
merencanakan jadual pembersihan saringan.

Teknik Konverensi Energi 2008 86


Politeknik Negeri Jakarta

3. Intercoolers dan after-coolers

Hampir kebanyakan kompresor multi tahap menggunakan pendingin


antara/intercoolers, yang merupakan alat penukar panas yang membuang panas kompresi
diantara tahap-tahap kompresi. Pendinginan antara ini mempengaruhi efisiensi mesin
keseluruhan.
Dengan digunakannya energi mekanik ke gas untuk kompresi, maka suhu gas
akan naik. Aftercoolers dipasang setelah tahap kompresi terakhir untuk menurunkan suhu
udara. Pada saat suhu udara berkurang, uap air dalam udara akan diembunkan,
dipisahkan, dikumpulkan, dan dibuang dari sistim. Hampir seluruh kondensat dari
kompresor dengan pendinginan antara dibuang dalam pendingin antara, dan sisanya
dalam pendingin after-cooler. Hampir seluruh sistim di industri, kecuali yang memasok
udara proses memanaskan operasi, memerlukan after-cominyak pelumasng. Dalam
beberapa sistim, after-coolers merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari paket
kompresor, sementara pada sistim yang lain after-cooler merupakan bagian terpisah dari
peralatan. Beberapa sistim memiliki keduanya. Idealnya, suhu udara masuk pada setiap
tahap mesin multi tahap harus sama dengan keadaan pada tahap pertama. Hal ini disebut
sebagai “pendinginan sempurna” atau kompresi isotermal. Akan tetapi dalam praktek
yang sesungguhnya, suhu udara masuk pada tahap berikutnya lebih tinggi dari nilai
normal sehingga mengakibatkan pemakaian daya yang lebih besar, sebab volum yang
ditangani untuk tugas yang sama menjadi lebih besar
4. Traps Kondensat Meminimalkan Kebocoran
Sebagimana telah dijelaskan sebelumnya, kebocoran udara tekan bertanggung
jawab terhadap pemborosan daya yang sangat mendasar. Dikarenakan kebocoran udara
hampir sangat tidak mungkin untuk terlihat, suatu metode harus digunakan untuk
menentukan lokasi kebocoran tersebut. Cara terbaik untuk mendeteksi kebocoran adalah
dengan menggunakan pendeteksi akustik ultrasonik, yang dapat mengenali suara desisan
berfrekuensi tinggi karena adanya kebocoran udara. Deteksi kebocoran ultrasonik
mungkin merupakan alat pendeteksi kebocoran yang paling handal. Alat ini siap
digunakan untuk deteksi berbagai situasi kebocoran. Kebocoran seringkali terjadi pada
sambungan. Menghentikan kebocoran dapat dilakukan dengan sangat sederhana seperti
Teknik Konverensi Energi 2008 87
Politeknik Negeri Jakarta

mengencangkan sambungan atau sangat rumit dengan penggantian alat yang tidak
berfungsi seperti kopling, sambungan, bagian pipa, selang, penguras, dan
traps. Dalam banyak kasus, kebocoran diakibatkan oleh gagalnya pembersihan karet atau
tidak benarnya menggunakan sil karet. Pilihlah sambungan berkualitas tinggi, putuskan
sambungannya, ditambah selang, ditambah tabung, dan pasangkan secara benar dengan
sil karet yang cocok untuk menghindari kebocoran dimasa mendatang.

Alat deteksi ultrasonic


5. Pelumasan
Tekanan minyak pelumas kompresor harus secara visuil diperiksa setiap hari,
6. Pengering Udara
Udara kering merupakan energi yang intensif. Untuk pengering yang didinginkan,
periksa dan ganti saringan awal secara teratur karena pengering tersebut seringkali memiliki
lintasan kecil dibagian dalamnya yang dapat tersumbat oleh bahan pencemarPengering
regeneratif memerlukan sebuah penyaring
penghilang minyak pada saluran masuknya, karena mereka
tidak dapat berfungsi dengan baik jika minyak pelumas dari kompresor membalut bahan
penyerap airnya. Suhu
pengeringan yang baik harus dijaga dibawah 100°F untuk menghindari peningkatan
pemakaian bahan penyerap airnya, yang harus diganti lagi setiap 3 – 4 bulan tergantung pada
laju kejenuhan

Teknik Konverensi Energi 2008 88


Politeknik Negeri Jakarta

SOOTBLOWER

8.1 Pengertian sootblower

Sootblower merupakan peralatan tambahan boiler yang berfungsi untuk membersihkan


kotoran yang dihasilkan dari proses pembakaran yang menempel pada pipa-pipa wall tube,
superheater, reheater, economizer, dan air heater . Tujuannya adalah agar perpindahan panas
tetap berlangsung secara baik dan efektif . Sebagai media pembersih digunakan uap. Suplai uap
ini diambil dari primary superheater melalui suatu pengaturan tekanan PVC yang diset pada
tekanan 40 kg/cm 2. Setiap sootblower dilengkapi dengan poppet valve untuk mengatur
kebutuhan uap sootblower. Katup ini membuka pada saat sootblower dioperasikan dan menutup
kembali saat lance tube dari sootblower tersebut mundur menuju stop.
Laju (Rate) perpindahan panas didalam boiler sangat ditentukan oleh tingkat kebersihan
dari Boiler tubes atau heating surface dari alat penukar kalor( Furnace , Superheater , Reheater
, Economizer dan Air Heater ). Untuk mengendalikan perlu dijaga kesiapan dari soot blower.
Monitoring dari tingkat kebersihan heating surface secara operasional dapat dimonitor
dari temperature Flue Gas Keluar Air Heater , idealnya adalah 145 ◦C. sampai 150 ◦C.

Teknik Konverensi Energi 2008 89


Politeknik Negeri Jakarta

Keterangan

1. steam drum
2. interdrum components
3. bypass tubes
4. burners
5. evaporative surfaces
6. downcomer tubes
7. banks of superheater
8. banks of economizer
9. soot blowers
10. air preheather

Teknik Konverensi Energi 2008 90


Politeknik Negeri Jakarta

8.2 Cara Kerja


Dilihat dari cara kerja/mekanisme pengoperasiannya sootblower dibagi atas :
1. Long Retractable Sootblower,
 Sootblower dengan 2 nozel yang digunakan untuk membersihkan pipa-pipa di
superheater, reheater.
 Di gunkan pada suhu yang tinggi
 Poros pipa berputar dua arah.

2. Axial Sootblower

Teknik Konverensi Energi 2008 91


Politeknik Negeri Jakarta

 Berbeda dengan Long Retractable Sootb, pada sootblower ini poros pipa tidak
berputar hanya bergerak bolak-balik.

3. Helical Sootblower
 Sama dengan Long Retractable Sootblower, yaitu pipa poros berputar bolak balik.
 Hanya saja nozel dibuat selang-seling.

4. Wall Deslagger
 Digunakan untuk membersihkan dinding boiler.
 Nozel di arahkan ke dinding boiler.

5. Rotating Element Sootblower


 melaksanakan satu gerakan berputar selama proses hembusan.

Teknik Konverensi Energi 2008 92


Politeknik Negeri Jakarta

 Poros pipa berputar satu arah

6. Rake Sootblower
 Tidak ada putaran pada poros pipa
 Tipe sootblower seperti ini digunakan diatas pipa-pipa boiler
 Penyemprotan hanya di lakukan satu arah

7. Multi Media Sootblower


 Poros pipa hanya bergerak maju-mundur.
 Media yang di hembuskan adalah udara, uap air dan air.

8.3 Nama-nama komponen serta fungsinya

Teknik Konverensi Energi 2008 93


Politeknik Negeri Jakarta

1. Nozel : keluarnya uap


2. tempat/cesing sootblower : pengaman sootblower
3. pipa panjang yang berfungsi untuk menyalurkan uap ke nozel
4. pegas : untuk pembalik pipa
5. cesing penggerak : pengaman motor
6. pipa penyalur uap dari uap input
7. Uap masuk
8. Casing pipa
9. Isolasi agar tidak terjadi kebocoran

Teknik Konverensi Energi 2008 94


Politeknik Negeri Jakarta

8.4 System operasi

Saat motor di alirkan listrik maka motor listrik akan berputar dan menggerakan roda
gigi. Roda gigi berputar maka pipa panjang tersebut akan terbawa berputar dan pipa panjang
tersebut akan maju ke kiri. Pada boiler-boiler saat ini system soot blower menggunakan
control PLC. Jadi gerakan dapat di control. Sedangkan pada boiler-boiler dulu kontrolnya
menggerakan system penumatk. Jadi semuanya serba manual.

 Operasi Sootblower Air Heater

Sootblower harus segera dioperasikan setelah tekanan steam yang dihasilkan oleh boiler
memenuhi nilai yang dibutuhkan. Jika periode pembakaran yang dibutuhkan oleh boiler
untuk menghasilkan steam sootblower lebih dari 4 jam, direkomendasikan untuk
menggunakan auxilliary steam. Penumpukan deposit abu pada air heater diindikasikan
dengan tingginya nilai perbedaan tekanan (differential pressure – DP) antara sisi inlet dan
outlet, baik pada saluran udara maupun saluran gas buang.

 Operasi Sootblower sebelum operasi komersial

Saat mulai pembakaran awal dengan HSD (fuel oil) sebelum operasi komersial, sootblower
sisi cold end harus dioperasikan terutama saat pembakaran awal kemudian diulangi setiap 4
jam sekali. Sedangkan pada sisi hot end, sootblower juga dioperasikan saat pembakaran awal
dan diulangi setiap 8 jam sekali.

 Operasi Sootblower saat Cold Start Up

Teknik Konverensi Energi 2008 95


Politeknik Negeri Jakarta

Saat cold start up, sootblower sisi cold end dapat dioperasikan terus menerus sampai beban
mencapai 10% MCR. Periode ini biasanya tidak lebih dari 4~8 jam. Saat beban mencapai
10% sootblower sisi cold end dapat dioperasikan setiap 8 jam. Sedangkan hot end sootblower
dioperasikan saat pembakaran awal an diulangi setiap 8 jam sekali.

 Operasi Sootblower saat Hot Start Up

Saat hot start up, sootblower sisi cold maupun hot end dioperasikan saat pembakaran awal
dan diulang setiap 8 jam sekali.

8.5 Hal yang dikontrol selama oprasi

 Shut Off Valve dari Intermediate Superheater


 Safety Valve untuk proteksi terhadap pressure steam yang lebih dari batas operasi.
 Pressure Control Valve yang berfungsi mengatur pressure/tekanan steam sootblower.
 Isolation Valve sebagai back up dari auxiliary steam untuk air heater sootblower.

Elemen pemanas dari air heater harus dijaga agar tetap bersih dari tumpukan abu terutama
saat periode start up. Penumpukan abu pada elemen pemanas akan menyebabkan turunnya
kemampuan heat transfer, menghalangi aliran udara atau gas dan menimbulkan potensi
bahaya kebakaran. Untuk membersihkan elemen pemanas tersebut, air heater dilengkapi
dengan peralatan sootblower dan water washing. Sedangkan untuk memadamkan kebakaran,
air heater dilengkapi dengan Spray Pemadam Api.

Sootblower harus segera dioperasikan setelah tekanan steam yang dihasilkan oleh boiler
memenuhi nilai yang dibutuhkan. Jika periode pembakaran yang dibutuhkan oleh boiler
untuk menghasilkan steam sootblower lebih dari 4 jam, direkomendasikan untuk
menggunakan auxilliary steam. Penumpukan deposit abu pada air heater diindikasikan
dengan tingginya nilai perbedaan tekanan (differential pressure – DP) antara sisi inlet dan
outlet, baik pada saluran udara maupun saluran gas buang.

 Water Washing (Pembilasan)

Ketika penumpukan abu sudah tidak dapat diatasi lagi oleh sootblower, diperlukan
pembersihan abu dengan menggunakan water washing. Water washing dipergunakan pada

Teknik Konverensi Energi 2008 96


Politeknik Negeri Jakarta

saat air heater stop operasi dengan menggunakan 4 buah line pipa, 2 pada sisi hot end dan 2
pada cold end. Pipa water washing dilengkapi dengan spray nozzle.

Tekanan air yang direkomendasikan sebesar 5.27kg/cm2 dengan besar aliran 1666 liter
permenit.

 Pemadam Api

Air heater dilengkapi dengan sistem pemadam api yang dioperasikan secara manual.
Sistem tersebut terdiri dari sebuah manifold dan spray nozzle yang diletakkan pada setiap
duct gas inlet dan air outlet. Air yang dibutuhkan oleh sistem ini memiliki tekanan 5.5
kg/cm2 dan rate flow 568 liter permenit.

SISTEM PELUMASAN

A. Latar Belakang

Kondisi pembangkit sangat ditentukan oleh pemeliharaannya, dengan perawatan yang


baik, pembangkit akan dalam kondisi prima. Perawatan yang tergolong sederhana tetapi
sangat vital adalah perawatan minyak pelumas. Meski sederhana, jenis perawatan ini sering
menyisakan persoalan pemilihan pelumas yang tepat dan hal-hal yang berkaiatan dengan
penggantiannya. Pasalnya, pelumas di pasaran tidak hanya berbeda merek tetapi juga
memiliki berbagai spesifikasi. Penggunaan minyak pelumas pada unit pembangkit ditujukan
untuk mencegah gesekan antar komponen yang bergerak pada tubin-generator.

Turbin pada pembangkit listrik bekerja dengan mekanisme menghadirkan adanya


gaya gerak listrik tersebut sehingga menghasilkan listrik, untuk bisa menghasilkan ggl
tersebut maka kumparan haruslah bergerak diantara inti besi atau sebaliknya. Sangatlah

Teknik Konverensi Energi 2008 97


Politeknik Negeri Jakarta

diperlukan sistem pelumasan untuk mencegah kedua komponen penting tersebut saat
bergerak saling melewati. Fungsi dari sistem pelumasan tersebut tak lain adalah sebagai
bantalan pemisah antara keduanya disamping sebagai bahan pendingin serta beberapa fungsi
lainya yang tidak kalah penting. Adalah tidak mungkin untuk membuat suatu alat yang tidak
memiliki kelemahan dalam pelaksanaanya, oleh karena itu sangat perlu dipikirkan sebuah
solusi dari masalah yang akan timbul dari hal tersebut. Sistem pelumasan yang baik pada
turbin akan mengurangi gangguan kerja pada pembangkit listrik dalam menghasilkan
effisiensi kerja yang tinggi. Untuk melancarkan sistem pelumasan pada pembangkit maka
diperlukan adanya peralatan pelumasan.

Peralatan pelumasan tersebut terdiri dari berbagai jenis mesin digunakan untuk
memberikan pelumasan yang tepat untuk bergerak dan berputar turbin dan komponen lainnya
untuk mengurangi gesekan dan produktivitas ditingkatkan. Peralatan pelumasan sangat
penting, karena bagian-bagian mesin sering memerlukan pasokan konstan cairan pelumas
seperti minyak dan lemak, dan peralatan pelumasan dapat memberikan ini pada suhu yang
tepat, viskositas, laju alir dan tekanan, peralatan pelumasan digunakan untuk menerapkan
dikendalikan atau meteran jumlah pelumas ke daerah-daerah tertentu peralatan yang
membutuhkan.

Komponen yang paling penting dari banyak jenis peralatan pelumasan merupakan
reservoir pelumas, pompa dan filter. Juga dikenal sebagai reservoir pelumas atau pada waktu,
hanya reservoir, waduk pelumas adalah area di mana pelumas disimpan setelah kembali dari
daerah pelumasan, sementara pompa digunakan untuk memindahkan pelumas melalui sistem
dan ke daerah kebutuhan yang harus dilumasi. Terakhir, filter digunakan untuk memastikan
bahwa pelumas tetap bersih dan bebas dari kontaminan seperti partikel debu untuk
memastikan bahwa proses pelumasan tidak terganggu. Filter sering memiliki instrumentasi
yang menyediakan pembacaan suhu laju alir, dan tingkat pelumas. Kedua peralatan
pelumasan manual dan otomatis tersedia. peralatan pelumasan otomatis biasanya bagian dari
sistem pelumasan permanen atau terpusat. Sistem ini biasanya merupakan bagian dari mesin
yang mereka melumasi tetapi membutuhkan perawatan yang terpisah untuk diri mereka
sendiri. sistem otomatis sangat berguna karena mereka mengurangi biaya downtime dan
tenaga kerja karena mereka tidak memerlukan operator. Peralatan pelumasan Manual dapat
merujuk pada peralatan pelumasan yang sepenuhnya manusia beroperasi atau hanya sebagian
Ketika menggunakan peralatan manual pelumasan bukannya otomatis, sering kali ada

Teknik Konverensi Energi 2008 98


Politeknik Negeri Jakarta

kesempatan lebih besar untuk daerah yang hilang atau memasok terlalu pelumasan banyak
yang lain.

B. Tujuan
Dari latar belakang makalah ini bertujuan untuk:

- Menjelaskan skema peralatan pelumasan pada pembangkit listrik.


- Mengetahui fungsi alat dan komponen-komponen peralatan pelumasan .
- Dapat mengetahui cara kerja masing- masing komponen peralatan pelumasan.
- Mengetahui variabel apa saja yang diukur pada peralatan pelumasan.
- Memahami hal-hal yang dikontrol selama peralatan pelumasan beroperasi.

C. SKEMA DAN SISTEM PELUMASAN

Teknik Konverensi Energi 2008 99


Politeknik Negeri Jakarta

Gambar Skema aliran sirkulasi minyak pelumas

Sistem pelumasan diperlukan untuk mensupply minyak pelumas yang bersih dengan
tekanan dan suhu tertentu kedalam bantalan turbin, bantalan alternator, bantalan kompresor,
bantalan Load Gear, sistem kontrol, sistem pengaman dan lain-lainnya.

Sistem pelumasan merupakan salah satu bagian penting pada suatu unit pembangkit.
Pelumasan digunakan untuk mengurangi keausan peralatan. Keausan pada peralatan
diakibatkan oleh adanya sebuah gaya yang menambah gerak gesek antara dua permukaan
yang berhubungan atau dengan kata lain diistilahkan dengan gaya gesek. Meskipun
permukaan sebuah benda terlihat sangat licin, namun jika diamati dengan mikroskop, akan
terlihat tonjolan dan lengkungan. Hal inilah yang menyebabkan adanya suatu tahanan
terhadap gerakan yang disebut dengan friction. Gesekan akan menyebabkan aus atau
kerugian material pada bagian yang bergerak.

Dalam hal ini pelumas berperan dalam mengurangi gesekan dan keausan dengan
memisahkan antara kedua permukaan yang bersinggungan, serta merubah gesekan padat
menjadi gesekan fluida (gesekan cair).

Disamping berfungsi untuk mengurangi gesekan dan keausan, pelumasan juga memiliki
peranan dalam:

1.Mengurangi panas.

Teknik Konverensi Energi 2008 100


Politeknik Negeri Jakarta

Gesekan pada bagian-bagian yang bergerak akan menghasilkan panas, dimana


panas yang berlebihan dapat merusak bagaian-bagaian peralatan. Pelumas berperan
sebagai heat transfer akibat gesekan tadi.

2. Mengurangi Korosi.

Karat dapat ditimbulkan oleh asam, alkaline bahkan air, kemudian karat akan
menimbulkan lubang pada permukaan. Dengan adanya lubang tersebut membuat
permukaan yang licin menjadi kasar sehingga memperbesar gesekan. Pelumas akan
mengatasinya dengan membuat suatu rintangan pengaman antara permukaan dan
bahan-bahan yang merusak tersebut.

3. Membentuk perapat.
Pelumas juga digunakan sebagai perapat untuk mencegah kontaminasi dari luar
peralatan. Dalam beberapa hal, pelumasan juga dapat menyerap kotoran yang
menyebabkan kerusakan pada peralatan.

4. Mengurangi Kejutan
Beban kejut banyak terjadi pada banyak peralatan mesin jika kedua permukaan
beradu sangat cepat. Sebagai contog pada gigi-gigi pada roda gigi kecepatan tinggi
yang berhubungan satu sama lain. Penggunaan pelumas akan memperkecil kejutan
atau benturan pada beban, sehingga mengurangi keausan pada roda gigi tersebut dan
bunyi yang ditimbulkan.

D. KOMPONEN PERALATAN PELUMASAN

1. TANGKI MINYAK PELUMAS


Tangki minyak pelumas adalah tangki yang dapat menampung sejumlah besar minyak
pelumas. Reservoir ini harus cukup besar agar minyak pelumas dapat diam / berhenti sesaat
didalam tanki untuk mengendapkan kotoran-kotoran dan membuang gasnya. Suhu minyak
pelumas selalu di monitor dan dijaga agar tetap pada batas-batas yang ditetapkan agar proses
pelumasan dapat berjalan dengan baik. Suhu minyak pelumasan di dalam reservoir juga tidak
boleh terlalu rendah karena akan menghambat pemompaan. Bila suhunya terlalu rendah maka
secara otomatis alat pemanas yang dipasang didalam tangki akan bekerja.

Teknik Konverensi Energi 2008 101


Politeknik Negeri Jakarta

Kegunaan tangki minyak pelumas:

- Sebagai reservoir oli pelumas untuk kebutuhan sistem pelumasan.


- Sebagai penyedia kondisi pengisapan yang memadai untuk untuk semua pompa oli.
- Menampung sejumlah minyak pelumassan yang cukup untuk mensuplai sistem.
- Tempat sementara minyak pelumas yang bersikulasi dalam sistem .
- Menyediakan kondisi pengisapan yang memadai untuk semua pompa oli.
- Menampung seluruh minyak pelumas ketika unit trip.

2. OIL PUMP
Dalam sistem pelumasan pada pembangkit listrik mempunyai dua buah pompa:

1. Pompa Utama →Menggunakan pompa oli jenis pompa sentrifugal


Atau Main Lube Oil Pump (Pompa Minyak Pelumas Utama), berfungsi sebagai
pompa minyak pelumas utama dan diputar langsung oleh poros turbin gas, atau
diputar oleh motor listrik AC. Untuk Primary Lube Oli Pump yang diputar oleh motor
listrik, penempatan pompa adalah didalam reservoir minyak pelumas, sedangkan

Teknik Konverensi Energi 2008 102


Politeknik Negeri Jakarta

motor listriknya berada diatas tutup reservoir. Pompa ini harus mampu mensupply
kebutuhan minyak pelumas dalam keadaan operasi normal.

- Fungsi:Mensuplai minyak pelumas ke bagian bagian yang akan dilumasi.


- Pelaksanaan:Harus dilengkapi dengan priming pump dan Booster pump.
- Penggerak pompa utama:
1. Motor AC,DC

2. Digerakan Motor listrik selama Start-up atau Start awal dan pada putaran penuh.

2. Pompa Pelengkap atau Pompa Cadangan


Untuk turbin gas yang Primary Lube Oil Pump-nya diputar langsung oleh poros turbin
gas, maka Secondary Lube Oil Pump akan bekerja ketika putaran turbin masih rendah
(saat start-up dan shut-down) dimana tekanan minyak pelumas dari Primary Lube Oil
Pump belum mencukupi. Bila putaran turbin cukup tinggi, maka secara otomatis
Secondary Lube Oil Pump akan stop. Pada turbin gas yang Primary Lube Oil Pump
diputar oleh motor listrik, maka Secondary Lube Oil Pump berfungsi sebagai
cadangan. Secondary Lube Oil Pump juga akan bekerja secara otomatis bila tekanan
minyak pelumas turun oleh karena suatu sebab.

- Fungsi : Membantu Pompa utama dalam Mensuplai minyak pelumas.


- Penggerak : Sama dengan Pompa utama.

3. OIL COOLER
Atau Pendingin Minyak Pelumas, biasanya terdiri dari dua unit, salah satunya
beroperasi dan yang lainnya stand-by, dan menggunakan media pendingin udara atau

Teknik Konverensi Energi 2008 103


Politeknik Negeri Jakarta

air.Oil Cooler dengan media pendingin air akan lebih kecil dimensinya sehingga
sedikit memakan tempat dibandingkan dengan yang menggunakan media pendingin
udara. Oil Cooler berfungsi untuk mendinginkan minyak pelumas yang sudah
ditampung didalam reservoir dan akan dialirkan kembali ke bantalan-bantalan.Untuk
Oil Cooler yang menggunakan media pendingin udara, setiap unit cooler memiliki
dua buah kipas (fan) dengan kapasitas 2 x 50%, sehingga lebih hemat dalam
pemakaian listrik pada saat suhu minyak lumas tidak terlalu tinggi.

- Fungsi : Untuk pendingin minyak pelumas yang panas supaya temperaturnya kembali
ke keadaan semula.
- Biasanya digunakan air sebagai media pendingin oli.
- Temperatur oli ketika panas (keluar dari bantalan sebelum masuk cooler sekitar (62-
650C) setelah didinginkan menjadi sekitar 450C.

4. STRAINER / OIL FILTER


Fungsinya agar kondisi oli selalu bersih maka filter dibersihkan secara periodik.

Teknik Konverensi Energi 2008 104


Politeknik Negeri Jakarta

5. OIL CONTROL COMPONENT


Detektor Suhu, Detektor Tekanan dan Detektor Level,
Untuk memonitor agar suhu, tekanan maupun level sesuai dengan yang ditetapkan.
Disamping detektor-detektor tersebut dilengkapi juga dengan signal alarm dan
peralatan trip. Salah satu contoh batas-batas suhu dan tekanan minyak pelumas adalah
sebagai berikut : Suhu minyak pelumas di dalam reservoir : Minimum : 27 oC.
Suhu minyak pelumas masuk bantalan : Normal : 45 - 65 oC. Maksimum : 70 oC.

Teknik Konverensi Energi 2008 105


Politeknik Negeri Jakarta

Suhu minyak pelumas keluar bantalan : Maksimum : 90 Oc. Tekanan minyak pelumas
masuk bantalan: Normal : 1,5 bar. Minimum : 1,0 bar (alarm)0,8 bar (trip)

Yang dikontrol dalam minyak pelumas:

1. Temperatur
2. Tekanan
3. Kekentalan Oli (viscosity)
4. Laju aliran minyak pelumas

E. VARIABEL YANG DIUKUR DAN DIKONTROL


MINYAK PELUMAS

Tiga kelompok utama pelumasan yang digunakan pada unit-unit pembangkit, yaitu:

- Minyak
- Grease
- Pelumas Khusus
Dalam bahasa ini kami hanya akan secara khusus membahas Minyak Pelumas.

Karakteristik pelumasan:

1. Kekentakan (viscosity)
Kekentalan merupakan sifat terpenting dari minyak pelumas, yang merupakan ukuran
yang menunjukan tahanan minyal terhadap suatu aliran. Minyak pelumas dengan viskositas
tinggi adalah kental, berat dan mengalir lambat. Ia mempunyai tahanan yang tinggi terhadap
geraknya sendiri serta lebih banyak gesekan di dalam dari molekul-molekul minyak yang
saling meluncur satu diatas yang lain. Jika digunakan pada bagian-bagian mesin yang
bergerak, minyak dengan kekekantalan tinggi kurang efisien karena tahanannya terhadap
gerakan. Sedangkan keuntungannya adalah dihasilkan lapisan minyak yang tebal selama
penggunaan.

Minyak dengan kekentalan rendah mempunyai geekan didalam dan tahanan yang kecil
terahdap aliran. Suatu minyak dengan kekentalan rendah mengalir lebih tipis. Minyak ini

Teknik Konverensi Energi 2008 106


Politeknik Negeri Jakarta

dipergunakan pada bagian peralatan yang mempunyai kecepatan tinggi dimana


permukaannya perlu saling berdekatan seperti pada bantalan turbin.

Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan– bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskos,
Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai :

Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya.

Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan
geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan
viskositas.

Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida
tipis diantara kedua bidang tersebut.

Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar
dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu
ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada
gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida.

2. Index kekentalan
Kekentalan minyak pelumas akan berubah sesuai keadaan temperatur dan tekanannya.
Kekentalan akan berkurang jika temperatur naik. Viskositas index adalah suatu ukuran yang
menyatakan berat banyak kekentalan. Jumlah pertambahan kekentalan tersebut dibandingkan
dengan kekentalan dari dua jenis minyak yang telah diketahui besarnya. Index kekntalan

Teknik Konverensi Energi 2008 107


Politeknik Negeri Jakarta

dinyatakan dari angka 0 sampai 100. Temperatur suatu peralatan sangat menentukan
pemilihan jenis minyak pelumas. Jika temperatur kerja minyak terlalu tinggi, maka
kekentalannya akan terlalu rendah untuk memberikan pelumasan yang diperlukan.

3. Titik lumer
Titik lumer adalah suatu temperatur dimana minyak mulai mengalir. Minyak pelumas
yang digunakan didalam suatu sistem pendinginan atau dalam suhu dingin harus mempunyai
titik lumer yang rendah

4. Titik nyala
Titik nyala adalah suatu temperatur dimana pencampuran uap minyak dengan udara
baru mulai terbakar tidak akan menyala.

5. Titik bakar dan kandungan asam.


Titik bakar adalah suatu temperatur dimana minyak akan menyala terus paling sedikit
lima detik jika dibakar. Jenis minyak pelumas yang digunakan untuk melayani temperatur
tinggi harus mempunyai titik tuang dan titik bakar yang tinggi.

6. Kandungan Asam
Penentuan kandungan asam yang terdapat pada minyak merupakan cara yang baik
untuk mengetahui lama penggunaan minyak, dimana jumlahnya dinyakan dengan angka-
angka netralisasi keasaman minyak akan bertambah terjadinya penguraian terhadap sifat-sifat
minyak. Pengukuran terhadap jumlah asam dapat memberikan informasi terhadap perlunya
penggantian peralatan minyak.

Analisa pelumas adalah bagian dari kegiatan pemeliharaan prediktif yang dilakukan
secara rutin pada pembangkit listrik. Sifat fisika kimia pelumas meliputi warna, viskositas,
kandungan logam, kandungan asam/basa dll harus senantiasa dipantau secara rutin untuk
mendapatkan sinyal atau deteksi dini bila terjadi kerusakan pada mesin atau untuk
menemukan periode penggantian pelumas. Selain digunakan pada program perawatan,
analisa pelumas juga digunakan sebagai alat bantu pada analisa kerusakan (failure analysis).
Dalam hal ini pelumas dicek untuk mencari penyebab kerusakan mesin seperti overheating
atau kontaminasi zat korosif. Failure analysis biasanya menggunakan metode analisa
spektroskopi infra merah, analisa keausan (AAS atau ICP) dan ferrography. Pola
pemeliharaan prediktif dianggap lebih efektif dan efisien karena pemeliharaan dilakukan
Teknik Konverensi Energi 2008 108
Politeknik Negeri Jakarta

berdasarkan hasil pengamatan (monitoring) dan analisa untuk menentukan kondisi dan kapan
pemeliharaan akan dilaksanakan. Dengan pemantauan pelumas diharapkan dapat melakukan
diagnose awal agar dapat mencegah kemungkinan kerusakan lebih dini.

Prinsip Dasar Analisa Pelumas

Analisa pelumas dimulai dengan pengambilan sampel. Validitas dari sebuah analisa pelumas
sangat tergantung pada prosedur pengambilan sampel, yaitu sebagai berikut :

a. Pemilihan titik sampling Sampling sebaiknya dilakukan di sekitar permukaan


logam/komponen dimana terjadi pelumasan dan sebelum filtrasi. Misalnya di saluran
drain dari setiap bearing. Titik sampling yang diinginkan adalah daerah dimana banyak
terjadi aliran turbulensi sehingga diharapkan akan memberikan konsentrasi partikel, air
atau kontaminasi lain yang mewakili. Namun titik sampling yang ideal tersebut dalam
prakteknya sangat sulit. Sampel pada umumnya diambil dari oil sump, saluran recycle
atau sebuah reservoir yang besar. Pengambilan titik sampling seperti ini masih dapat
diterima asalkan dilakukan secara konsisten.
b. Penentuan kondisi sampel Sampling dilakukan ketika mesin sedang berjalan pada beban,
kecepatan dan siklus yang normal. Sebelum pengambilan sampel hendaknya di flushing
dulu untuk menghilangkan endapan, agar sampel yang diperoleh dapat mewakili kondisi
sesungguhnya.
c. Meminimalisasi kontaminasi Dalam analisa oli yang perlu diperhatikan adalah
kontaminasai dari sekitarnya (atmosfir, tangan dan alat sampling). Kontaminasi
diusahakan seminimal mungkin. Botol sampel yang akan digunakan sebaiknya
mempunyai klasifikasi cleanliness yang tinggi.
d. Penjadwalan pengambilan sampel Perawatan prediktif terhadap suatu peralatan dilakukan
secara rutin untuk setiap interval waktu tertentu. Periode yang ditentukan tergantung jenis
peralatan dan kondisi operasi. Laporan dari perawatan rutin alat dapat digunakan untuk
menentukan frekuensi sampling pelumas.
e. Pengelolaan pengambilan sampel Untuk pengelolaan kegiatan sampling harus dilakukan
koordinasi yang baik antara engineer (oil analyst), teknisi sampling, dan operator mesin.

Monitoring pelumas secara berkala adalah serangkaian test di laboratorium yang meliputi
analisa sifat fisika kimia, analisa keausan logam dan analisa kondisi pelumas sbb:

Teknik Konverensi Energi 2008 109


Politeknik Negeri Jakarta

i. Analisa sifat fisika kimia Yang dimaksud sifat fisika kimia adalah sifat yang
menunjukkan ukuran kualitas dasar pelumas seperti viskositas, TAN, TBN, Kandungan
air, kandungan bahan bakar. Titik nyala dll. Untuk menunjukkan performa dari pelumas,
maka harus dilakukan pengukuran terhadap sifat-sifat tersebut terhadap pelumas bekas
dan pelumas baru. Penyimpangan nilai dari pelumas bekas tidak boleh melebihi nilai
ambang batasnya.
ii. Analisa keausan logam Analisa keausan logam digunakan untuk mengetahui kondisi
“kesehatan“ dari mesin. Metode yang digunakan adalah AAS (Atomic Absorbtion
Spectrofotometer), ICP (Inductive Couple Plasma) dan analisa feografi.
iii. Analisa kondisi oli Analisa kondisi oli dilakukan dengan menggunakan infra merah. Test
ini digunakan untuk mendeteksi perubahan kimia yang terjadi pada base oil dan aditif.
Selain itu juga dapat menentukan dan mengukur produk-produk oksidasi, nitrasi, dan
sulfatasi.

Setelah analisa di lab selesai, selanjutnya adalah pengolahan data pengukuran dan
diagnose. Pengolahan data dapat dilakukan dengan software sederhana seperti Microsoft
excel. Data diolah untuk mendapatkan tabel dan grafik yang diinginkan dan harus
menyampaikan pesan secara visual, efektif dan adil. Dalam mendiagnosa, diperlukan
kemampuan untuk mendeteksi hubungan antara sebab timbulnya masalah dan akibat yang
ditimbulkannya.

Metodologi Pengukuran

Berikut adalah studi kasus dalam rangka pemeliharaan prediktif dari mesin disel jenis SWD
empat langkah dengan kapasitas 16.989,4 cc (9 cylinders) pada pembangkit listrik.

Pengambilan Sampel Pelumas

Sampling pelumas pada mesin SWD dilakukan pada saat mesin sedang beroperasi. Hal ini
dilakukan untuk menjaga homogenitas sampel. Sampel diambil sebanyak 1 Liter. Dan
sebagai data pembanding diambil juga pelumas baru (fresh oil) sebanyak 1 Liter. Sampel
selanjutnya disimpan dalam botol berwarna gelap dan siap dianalisa di laboratorium.

Metode Analisa Pelumas

Teknik Konverensi Energi 2008 110


Politeknik Negeri Jakarta

Analisa pelumas yang dilakukan dibagi 2 yaitu analisa sifat fisika kimia pelumas dan analisa
keausan logam. Metode analisa sifat fisika kimia yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini. Analisa sifat fisika kimia digunakan untuk mengevaluasi kerusakan dan unjuk
kerja pelumas. Untuk mengevaluasinya, setiap hasil dibandingkan dengan hasil analisa
pelumas baru. Perubahan dari pelumas diperbolehkan jika tidak melampaui warning level
(ambang batas).

Pada Tabel 2 dibawah ini menunjukkan metode analisa keausan logam. Analisa ini
diperlukan untuk mengevaluasikondisi komponen mesin (piston, liner, ring, bearing dll). Jika
keausan beberapa logam melebihi batas maka diperlukan tindak lanjut berupa pengecekan
dan penggantian komponen yang aus.

Hasil Pengukuran Dan Pembahasan

Tabel 3 menunjukkan beberapa parameter yang telah terukur untuk mengevaluasi


performa dari pelumas mesin yaitu viskositas, viskositas indeks, TBN (Total Base Number),
kandungan air dan kelarutan bahan bakar (fuel diluent). Hasil analisa menunjukkan terjadinya

Teknik Konverensi Energi 2008 111


Politeknik Negeri Jakarta

peningkatan viskositas sebesar 29% pada suhu 40˚C dan peningkatan sebesar 100˚C. hai ini
menunjukkan bahwa umur paki pelumas ini sudah hamper habis atau boleh dikatakan bahwa
penggantian pelumas secepatnya akan lebih baik buat mesin. Hal ini dikarenakan terjadi
perubahan viskositas melebihi dari yang direkomendasikan yaitu 20%. Kenaikan 29% pada
suhu 40˚C sudah menyulitkan penyalaan mesin (starter), sedangkan kenaikan viskositas 19%
pada suhu 100˚C akan menurunkan kinerja mesin dan terjadi pemborosan bahan bakar.
Peningkatan viskositas disebabkan karena terjadinya oksidasi pelumas yang berlebihan
karena mesin beroperasi pada suhu terlalu tinggi atau karena penggunaan pelumas yang tidak
tepat (aditif sudah tidak efektif) dan penggunaan bahan bakar berkualitas rendah seperti HFO
(Heavy Fuel Oil). Oksidasi pelumas dapat dibuktikan dengan penurunan nilai TBN.
Penurunan TBN dapat dikaitkan dengan terjadinya degradasi molekul pelumas dasar dan
aditif antioksidan. Penurunan TBN pada pelumas mesin ini terjadi sekitar 34%, dan termasuk
tinggi mengingat bahwa umur pelumas ini hanya 182 jam. Terjadinya pencampuran media
pendingin dan bahan bakar dapat diabaikan, apabila dilihat pada tabel 3.

Untuk mengevaluasi kondisi komponen mesin, dilakukan analisa kandungan keausan logam
seperti pada tabel 4 dibawah ini :

Teknik Konverensi Energi 2008 112


Politeknik Negeri Jakarta

Kandungan logam-logam penyusun piston, ring, bearing, dan cylinder liner masih berada
dalam batas yang diperbolehkan.

VARIABEL YANG KONTROL

- Tekanan oli
- Temperatur oli
- Kekentalan oli
- Laju minyak pelumas

F. PEMELIHARAAN
MINYAK PELUMAS

Pemeliharaan kondisi minyak berfungsi mengeluarkan kotoran untuk membersihkan


minyak dan memurnikannya. Kontaminasi pada minyak mengurangi sifat-sifat melumas
dan dapat menyebabkan gesekan da keausanyang tinggi. Beberapa contoh zat yang
menyebabkan kontaminasi minyak adalah air, pasir, partilel-partikel logam, karat, abu
dan lain-lain.

Pada unti pembangkit ada beberapa cara yang digunakan untuk memelihara kondisi
minyak, diantaranya:

- Settling tanks (tanki penandan)


Settling tanks dapat mengeluarkan air dan bahan-bahan padat dari dalam minyak
dengan menggunakan pengaruh gravitasi bumi. Gaya gravitasi akan menengelamkan
zat yang memiliki padatan lebih tinggi. Contonya, air lebih padat dari pada mineral,
Teknik Konverensi Energi 2008 113
Politeknik Negeri Jakarta

sehingga air akan mengendap ke dasar tangki pengendap, demikian juga lumpur dan
bahan pencemar lainnya.

- Saringan Minyak (oil filter)


Saringan minyak dapat menyaring bahan-bahan yang dapat mencemari minyak. Alat
ini terdiri dari bahan-bahan penyaring, meliputi: metal screen, kawat kasa, selulosa
tanah liat, bulu kempa (felt) dan kertas. Cara kerjanya dengan mengalirkan minyak
kotor melalui suatu saluran, maka saringan akan menyaring atau menahan bahan-
bahan pencemaran membiarkan minyak melaluinya.

PERELATAN PELUMASAN

- Tangki minyak pelumas, pemeliharaannya adalah dengan membersihkan oli yang


kotor atau menguras tangki pada saat over houl.
- Oil pump, pemeliharaannya adalah dengan mengecek motor listrik pada oil pump
apakah ada kerusakan atau tidak dan membersihkanya.
- Oil cooler, pemeliharaannya adalah dengan membersihkannya danmengecek apakah
ada kerusakan pada komponen oil cooler.
- Oil filter, pemeliharaannya dengan membersihkan oil filter bila saringan pada oil filter
sudah kotor akibat menyaring oli.
- Oil controller, pemeliharaanya dengan mengecek kondisi perelatan pada oil
controller.

Teknik Konverensi Energi 2008 114


Politeknik Negeri Jakarta

SISTEM UDARA PEMBAKARAN

Sistem Udara Pembakaran.

Fungsi dari sistem udara Pembakaran adalah menyediakan udara yang cukup untuk
kebutuhan proses pembakaran bahan bakar didalam ruang bakar ketel. Karena proses
pembakaran berlangsung terus selama ketel beroperasi, maka pasokan udara pembakaranpun
harus dilakukan secara terus menerus. Sementara itu, secara simultan, produk gas hasil
pembakaran juga harus dikeluarkan secara terus menerus dari cerobong. Guna mendapatkan
pasokan udara yang kontinyu, maka dibutuhkan adanya aliran. Untuk menghasilkan aliran,
dibutuhkan adanya perbedaan tekanan.

Dalam sistem udara pembakaran, dikenal istilah draft (draught) yang menyatakan
tekanan statis dalam ruang bakar ketel. Ada 2 macam draft yang dikenal yaitu : Forced Draft
dan Balanced Draft, sebagaimana terlihat pada gambar.

Teknik Konverensi Energi 2008 115


Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 4: Sistem Udara Pembakaran


Dari keempat macam draft tersebut, yang banyak diaplikasikan untuk PLTU adalah
(Forced draft serta balanced draft).

Sistem Udara Pembakaran pada Forced Draft.

Dalam sistem ini, seluruh saluran udara, ruang bakar ketel hingga ke saluran gas
bekas bertekanan positif (lebih tinggi dari tekanan atmosfir). Gambar 5. merupakan ilustrasi
sistem ini. Umumnya diterapkan pada ketel - ketel berbahan bakar minyak.

Teknik Konverensi Energi 2008 116


Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 1: Sistem Udara Pembakaran pada Forced Draft

Aliran udara pembakaran dan gas bekas dihasilkan oleh kipas tekan paksa (Forced
draft Fan /FDF). Pada sistem ini, tekanan yang paling tinggi berada pada sisi tekan
(discharge) FDF dan semakin mendekati cerobong tekanan semakin rendah.

FDF menghisap udara atmosfir dan mengalirkannya melalui saluran udara (air duct)
melintasi pemanas awal udara (Air preheater) yang menggunakan uap untuk memanaskan
udara . Dari sini udara terus mengalir ke pemanas udara (air heater) yang memanfaatkan gas
bekas sebagai media pemanas. Setelah melintasi air heater, udara kemudian masuk kedalam
windbox. Dari windbox, udara kemudian didistribusikan ke damper - damper atau air register
disekitar burner untuk keperluan proses pembakaran didalam ruang bakar. Pada gambar
1.2.5, garis yang tercetak tebal merupakan sistem udara pembakaran. Sistem umumnya
dilengkapi dengan 2 buah FDF serta 2 saluran (duct) yang dihubungkan oleh saluran
penghubung (cross tie).

Umumnya kedua FDF senantiasa beroperasi secara kontinyu. Dalam keadaan darurat,
ketel dapat beroperasi hanya dengan 1 FDF. Pengaturan aliran udara dapat dilakukan melalui
pengaturan inlet vanes ataupun melalui variasi putaran fan.

Teknik Konverensi Energi 2008 117


Politeknik Negeri Jakarta

Sistem Udara Pembakaran Pada Balanced Draft.

Pada sistem Balanced draft, FDF dipakai untuk menghembuskan udara pembakaran
sementara kipas hisap paksa (Induce Draft Fan / IDF) dipakai untuk menghisap gas bekas
hasil pembakaran dari ruang bakar ketel.

Karenanya, sepanjang laluan udara dan gas bekas, ada daerah yang bertekanan positif
(lebih tinggi dari tekanan atmosfir), dan ada daerah yang bertekanan negatif (lebih rendah
dari tekanan atmosfir). Itulah sebabnya sistem ini disebut balanced draft. Ruang bakar
biasanya termasuk kedalam daerah yang bertekanan negatif. Daerah bertekanan paling tinggi
adalah disisi tekan (discharge) FDF dan secara bertahap turun menuju negatif dimana tekanan
paling rendah adalah disisi hisap IDF. Ilustrasi sistem ini terlihat seperti gambar 6 dan
umumnya diaplikasikan pada ketel-ketel batubara.

Gambar 2: Sistem Udara Pembakaran Balanced Draft


Sistem udara pada ketel-ketel batubara terdiri dari 2 macam udara yaitu udara primer
(primary air) dan udara sekunder (secondary air).

 Udara Primer (primary air).


Seperti diketahui bahwa pada ketel-ketel batubara, untuk mendapatkan efisiensi
pembakaran yang baik, bongkahan batubara harus digiling menjadi bubuk halus didalam
pulverizer. Setelah menjadi serbuk halus, baru dialirkan melaui pipa-pipa ke burner-burner

Teknik Konverensi Energi 2008 118


Politeknik Negeri Jakarta

batubara. Untuk mengalirkan serbuk batubara dari pulverizer ke burner diperlukan media
transportasi. Adapun media yang digunakan adalah udara yang dihembuskan melalui sebuah
Fan. Udara ini dikenal dengan istilah udara primer (primary air) dan dihembuskan oleh
Primary Air Fan (PAF). Sistem udara primer terlihat pada gambar 7, dalam garis yang dicetak
tebal.

Gambar 3: Udara Primer

Dalam gambar terlihat bahwa PAF menerima pasokan udara dari Discharge FDF.
Dari PAF udara primer dihembuskan ke Pulverizer dan setelah bercampur dengan bubuk
batubara, selanjutnya mengalir bersama bubuk batubara keburner - burner batubara.

Disamping sebagai sarana transportasi serbuk batubara, udara primer juga berfungsi
untuk mengeringkan batubara didalam Pulverizer. Guna memenuhi fungsi ini, maka
temperatur udara primer harus cukup tinggi untuk menguapkan air dari batubara. Karena itu
umumnya dilengkapi dengan pemanas udara tersendiri yang dipasang disisi hisap PA Fan.
Pemanas ini disebut Pemanas udara primer (Primary Air Heater) dan menggunakan gas bekas
sebagai media pemanas.
Teknik Konverensi Energi 2008 119
Politeknik Negeri Jakarta

 Udara Sekunder (secondary air).

Udara sekunder pada ketel batubara sama halnya dengan udara pembakaran (combustion air)
pada ketel berbahan bakar minyak. Fungsi udara sekunder adalah memasok kebutuhan udara
untuk proses pembakaran yang sempurna didalam ruang bakar.

Sistem udara sekunder terlihat gambar 8. dalam garis tercetak tebal.

Gambar 4: Sistem Udara Sekunder

Pasokan udara sekunder disediakan oleh FDF yang dialirkan melintasi pemanas awal
udara (steam coil air heater) dan terus kepemanas udara (air heater) untuk selanjutnya masuk
kedalan windbox dan akhirnya didistribusikan melalui air register kedalam ruang bakar.

Teknik Konverensi Energi 2008 120


Politeknik Negeri Jakarta

Didalam ruang bakar udara sekunder bertemu dengan campuran antara udara primer
dengan serbuk batubara sehingga terjadi proses pembakaran yang sempurna. Gas-gas bekas
hasil pembakaran kemudian dihisap keluar dari ruang bakar oleh IDF.

Sistem Gas Bekas.

Gas bekas (Flue gas) adalah merupakan gas-gas hasil dari proses pembakaran diruang
bakar ketel. Didalam ruang bakar, gas bekas mengalir kearah atas sambil menyerahkan
kandungan panasnya keair yang berada didalam pipa-pipa dinding ruang bakar (water wall
tube). Dari ruang bakar, gas bekas selanjutnya mengalir melintasi elemen-elemen secondary
superheater dan reheater untuk memanaskan uap.

Dari sini, gas bekas kemudian berbalik arah menuju kebawah melintasi primary
superheater dan ekonomizer. Didalam ekonomiser, sisa-sia panas yang masih terkandung
dalam gas bekas dipakai untuk memanaskan air pengisi yang akan masuk ke Boiler drum.
Setelah melintasi economizer, gas kemudian keluar meninggalkan ketel dan mengalir
didalam laluan gas (gas duct) menuju pemanas udara (air heater). Air heater adalah
komponen terakhir yang memanfaatkan sissa panas dalam gas bekas untuk memanaskan
udara pembakaran dalam perjalanannya menuju winbox. Dari Air heater, gas bekas
selanjutnya mengalir kedalam pengumpul abu (Precipitator / Dust Colector) baik yang
mekanik (Mechanical dust colector) ataupun yang elektrik (Electrostatic Precipitator).
Pengumpul abu berfungsi untuk memisahkan gas bekas dari partikel abu dalam rangka
mengurangi emisi pencemar padat dari gas bekas manakala gas bekas dibuang ke atmosfir
melalui cerobong.

Setelah melalui pengumpul abu, untuk ketel-ketel Forced draft, gas bekas langsung
menuju cerobong sedang untuk ketel - ketel Balanced draft, gas bekas dihisap dulu oleh IDF
dan baru dibuang ke atmosfir lewat cerobong. Gambar 9, merupakan contoh sistem gas bekas
pada ketel Balanced draft. Sedangkan garis yang tercetak tipis pada gambar 8, merupakan
sistem gas bekas untuk ketel Forced draft.

Teknik Konverensi Energi 2008 121


Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 5: Sistem Gas Bekas Pada Ketel Balanced Draft

a. Gas Recirculation.
Sistem resirkulasi gas bekas (gas recirculation) banyak diterapkan pada ketel dengan
tujuan untuk mengatur temperatur uap keluar reheater dan superheater. Prinsip dari sistem
resirkulasi gas cukup sederhana yaitu dengan mengalirkan sebagian gas bekas bertemperatur
rendah, kembali keruang bakar ketel sehingga bercampur dengan gas bekas baru hasil proses
pembakaran. Gas bekas yang akan disirkulasikan dicerat dari saluran gas bekas keluar
economizer yang dihisap oleh Gas Recirculation Fan (GRF) untuk selanjutnya dihembuskan
kembali ke bagian bawah ruang bakar ketel seperti terlihat pada gambar 10.

Teknik Konverensi Energi 2008 122


Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 6: Sistem Resirkulasi Gas Dengan GRF

Karena temperatur gas yang dialirkan kembali oleh GRF lebih rendah, maka efeknya
akan menurunkan temperatur campuran kedua gas dalam ruang bakar, tetapi meningkatkan
massa gas yang akan melintasi elemen - elemen superheater dan reheater. Akibatnya gas
bekas akan membawa panas lebih banyak dari ruang bakar untuk diserahkan ke superheater
dan reheater. Hal ini akan mengakibatkan kenaikkan temperatur uap keluar superheater
maupun reheater. Ini berarti bahwa pada laju pembakaran yang tetap, semakin banyak gas
bekas yang disirkulasikan kembali ke ruang bakar, akan semakin tinggi temperatur uap.
Pengaturan aliran gas yang disirkulasikan dapat dilakukan melaui GRF inlet damper atau
memalui variasi putaran GRF.

b. Meter Kepekatan Gas Bekas (smoke opacity meter).


Umumnya dipasang pada saluran gas bekas menuju cerobong. berfungsi untuk
mendeteksi kepekatan gas bekas. Gas bekas yang jernih menandakan bahwa proses
pembakaran didalam ruang bakar berlangsung secara baik. Sedang gas bekas yang pekat,
menandakan adanya suatu ketidak beresan dalam proses pembakaran. Jadi meter kepekatan
gas bekas merupakan indikator bagi para operator untuk melakukan tindakan koreksi
seperlunya. Salah satu jenis perangkat ini adalah tipe fotocell seperti terlihat pada gambar 11.

Teknik Konverensi Energi 2008 123


Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 7: Smoke Opacity

Sebuah proyektor sinar ditempatkan disatu sisi laluan gas bekas sedang pasangannya,
berupa menangkap sinar (Receiver), dipasang sisi yang berseberangan. Intensitas cahaya
yang diterima oleh receiver akan menggerakkan jarum penunjuk kepekatan asap secara
proporsional.

Bila gas asap yang lewat diantara proyektor dan receiver cukup pekat, maka sinar
yang diproyeksikan oleh proyektor akan terhalang oleh pekatnya gas. Hal ini mengakibatkan
sinar yang ditangkap receiver berkurang dan akibatnya, jarum penunjuk meter kepekatan gas
akan bergerak naik. Pada beberapa sistem, bila kepekatan gas cukup tinggi, akan memberikan
sinyal alarm sebagai peringatan bagi operator untuk melakukan tindakan koreksi.

2.1 Sistem Bahan Bakar Minyak.


Baik PLTU berbahan bakar minyak maupun PLTU berbahan bakar batubara selalu
dilengkapi dengan sistem bahan bakar minyak. Fungsi sistem ini adalah untuk menyediakan
pasokan bahan bakar minyak bagi kebutuhan ketel. Konfigurasi sistem bahan bakar minyak
serta komponen-komponennya sangat beragam

Mengingat keterbatasan waktu, maka pada session ini hanya akan dibahas sistem
bahan bakar minyak tipikal yang umum diterapkan pada PLTU minyak maupun PLTU
Teknik Konverensi Energi 2008 124
Politeknik Negeri Jakarta

batubara. Seperti diketahui bahwa bahan bakar minyak yang banyak dipakai di PLTU adalah
jenis Heavy Oil (HFO) grade 6 yang juga dikenal sebagai minyak bungker C.

Selain itu juga digunakan minyak yang lebih ringan (Lighter Oil) seperti grade 2 atau
minyak diesel (Inland Diesel Oil/IDO) yang umumnya dipakai untuk penyalaan awal ketel.

Contoh tipikal untuk sistem bahan bakar minyak dapat dilihat sepeti pada gambar 12.

Sistem bahan bakar minyak mencakup pengisian, penimbunan, transfer serta


pemanasan minyak terutama untuk HFO.

Adapun komponen-komponen sistem bahan bakar minyak diantaranya adalah :

a. Tangki Penyimpan.
Berfungsi sebagai sarana penampung bahan bakar minyak. Untuk HFO terdiri dari
tangki penampung utama (Main Storage Tank) dengan kapasitas cukup besar dan tangki
harian (Day Tank) dengan kapasitas yang lebih kecil. Storage Tank umumnya diisi dari
sumber pasokan minyak diluar sistem seperti Tongkang, Truk dan lain sebagainya.

Tangki ini biasanya juga dilengkapi dengan pemanas (heater) minyak yang berfungsi
untuk memanaskan minyak guna menurunkan kekentalan agar lebih mudah dipompakan.

Pemanasan dilakukan dengan metode “Trace Heating” yang dapat menggunakan


media berupa air panas atau listrik. Dari storage tank, HFO dipompakan ke day tank oleh
transfer pump melaui katup pengatur (CRV) yang dikendalikan oleh level day tank. Bila level
day tank sudah cukup maka katup akan menutup dan HFO dari pompa disirkulasikan kembali
Teknik Konverensi Energi 2008 125
Politeknik Negeri Jakarta

ke storage tank. Untuk minyak diesel (IDO) umumnya hanya disediakan satu tangki dan
tanpa pemanas, minyak langsung dialirkan ke ignitor melalui katup pengurang tekanan
(Pressure Reducing Valve). Aliran minyak ke ignitor umumnya tidak variablel. Bila ignitor
stop maka minyak akan disirkulasikan kembali kedalam tangki.

Gambar 13., merupakan ilustrasi storage tank sedang gambar 14, merupakan tipikal
day tank dengan pemanas uap.

Gambar 8: Storage Tank

Gambar 9: Day Tank

b. Pompa Minyak.

Teknik Konverensi Energi 2008 126


Politeknik Negeri Jakarta

Baik transfer pump, supply pump maupun booster pump memiliki fungsi yang sama
yaitu untuk mengalirkan minyak. Gambar.15, merupakan jenis-jenis pompa yang banyak
dipakai. Transfer pump maupun supply pump umumnya berupa pompa ulir yang digerakkan
oleh motor listrik pada putaran konstan dengan kapasitas untuk setiap pompa melebihi
kebutuhan. Kelebihan pasokan minyak dialirkan kembali ke Tangki melalui katup pengatur 3
jalan (Three Way Control valve) lewat saluran resirkulasi.

Bagi minyak yang sudah dipanasi dengan cukup sehingga memenuhi kualifikasiuntuk
rentang atomisasi, dapat digunakan pompa centrifugal untuk mengalirkannya. Karena itu,
pompa centrifugal banyak dipakai sebagai booster pump.

Gambar 10: Pompa Minyak


Karena mengalirkan minyak bertemperatur tinggi, booster pump biasanya dilengkapi
dengan sistem pendingin dari auxiliary cooling water system.

c. Fuel Oil heater.


Fuel oil heater memiliki beberapa fungsi diantaranya untuk menaikkan temperatur
minyak disisi masuk pompa. Tujuan pemanasan ini adalah agar minyak memiliki viskositas
yang memenuhi kriteria bagi rentang pemompaan (Pumping Range). Pemanas semacam ini
umumnya dipasang didalam tangki dengan media pemanas berupa uap atau air panas.

Fungsi lain adalah untuk menjaga temperatur minyak sepanjang saluran. Untuk ini
biasanya digunakan metode “Trace Heating”, baik dengan media uap, air panas ataupun
listrik.

Teknik Konverensi Energi 2008 127


Politeknik Negeri Jakarta

Fungsi yang paling utama dari fuel oil heater adalah untuk memanaskan minyak
hingga mencapai temperatur yang cukup tinggi sehingga viskositas minyak memenuhi
kriteria untuk kebutuhan atomisasi (Atomizing Range).

Pemanas ini umumnya menggunakan uap sebagai media pemanas dimana aliran uap
ke pemanas diatur oleh control valve dengan temperatur minyak keluar pemanas sebagai set
point. Gambar 16, merupakan contoh pemanas minyak tipe permukaan yang banyak dipakai.

Gambar 11: Fuel Oil Heater

Karena pemanas ini menggunakan uap sebagai media pemanas, maka air kondensasi
uap umumnya dikembalikan ke kondensor. Bila terjadi kebocoran pipa-pipa pemanas, maka
air kondensasi dari fuel oil heater akan tercemar minyak. Operator harus memperhatikan
masalah ini dengan seksama.

d. Saringan Minyak (Strainer).

Teknik Konverensi Energi 2008 128


Politeknik Negeri Jakarta

Fungsi dari saringan adalah untuk menahan partikel-partikel padat atay semi padat
dari minyak agar tidak menimbulkan masalah pada komponen-komponen lain seperti pompa,
oil heater dan sebagainya.

Karena itu disetiap sisi hisap (suction) pompa senantiasa dipasangi saringan ini. Saringan
minyak yang dipakai umumnya bertipe dupleks sehingga memungkinkan satu saringan
dibersihkan sedang satu saringan lain aktif beroperasi. Contoh tipikal saringan dupleks
terlihat seperti gambar 17

Gambar 12: Stainer

Saringan dupleks biasanya dilengkapi dengan handel/tuas untuk memindahkan


operasi dari kedua saringan. Juga dilengkapi indikator untuk mengetahui saringan mana yang
sedang aktif. disamping itu, saringan umumnya dilengkapi Pressure Gauge disisi masuk dan
sisi keluar saringan sehingga perbedaan tekanan (P) minyak melintas saringan dapat

Teknik Konverensi Energi 2008 129


Politeknik Negeri Jakarta

diketahui. P ini merupakan indikator dari kondisi kebersihan saringan. Bila P tinggi berarti
saringan kotor dan perlu dicuci/dibersihkan. Sebelum melakukan pencucian, saringan yang
aktif harus dipindah terlebih dahulu dari yang kotor ke yang bersih.

Untuk saringan yang berukuran besar, ketika selesai dibersihkan perlu diingat bahwa
ruang saringan berisi udara dalam jumlah yang cukup besar. Bila dalam keadaan seperti ini
saringan diaktifkan, maka akan timbul kejutan aliran dan bahkan mungkin dapat
mengakibatkan ketel trip. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka udara dalam rumah
saringan harus dibuang terlebih dahulu.

Bagi keperluan ini, saringan yang besar biasanya dilengkapi dengan saluran venting
untuk membuang udara dan saluran bypass untuk pengisian minyak. Untuk membuang udara,
buka katup saluran venting dan buka katup pengisian minyak sedikit demi sedikit sehingga
minyak akan mengisi rumah saringan sambil menekan udara keluar lewat saluran venting.
Manakala dari saluran venting sudah keluar minyak, berarti udara dalam rumah saringan
sudah habis. Tutup katup venting dan katup bypass pengisian. Dalam kondisi demikian,
saringan dinyatakan standby dan siap untuk diaktifkan.

2.3 Pemeliharaan Sistem Udara Pembakaran

Untuk kerja sistem udara pembakaran yang sesuai dengan standart akan menjamin
proses pembakaran yang efisien dan kelangsungan operasi unit pembangkit. Kurangnya
pemahaman tentang kuantitas dan kualitas udara pembakaran akan mengakibatkan terjadinya
pembakaran tidak sempurna dan terganggunya operasi mesin sehingga menurunkan kinerja
unit pembangkit. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu SDM yang kompeten, pelatihan ini
dapat memberikan solusi terhadap masalah pengoperasian sistem udara pembakaran di unit
pembangkit. Setelah mengikuti Pelatihan peserta mampu melaksanakan pengoperasian sistem
Udara Pembakaran dengan baik dan benar sesuai prosedur (SOP) dan mendukung standar
kompetensi

3.Kesimpulan

Fungsi dari sistem udara Pembakaran adalah menyediakan udara yang cukup
untuk kebutuhan proses pembakaran bahan bakar didalam ruang bakar ketel.

Sistem udara pada ketel-ketel batubara terdiri dari 2 macam udara yaitu udara primer
(primary air) dan udara sekunder (secondary air).

Teknik Konverensi Energi 2008 130


Politeknik Negeri Jakarta

 Udara Primer (primary air). Untuk mengalirkan serbuk batubara dari pulverizer ke
burner diperlukan media transportasi. Adapun media yang digunakan adalah udara yang
dihembuskan melalui sebuah Fan. Udara ini dikenal dengan istilah udara primer (primary
air) dan dihembuskan oleh Primary Air Fan

 Udara Sekunder (secondary air). Udara sekunder pada ketel batubara sama halnya
dengan udara pembakaran (combustion air) pada ketel berbahan bakar minyak. Fungsi
udara sekunder adalah memasok kebutuhan udara untuk proses pembakaran yang
sempurna didalam ruang bakar.

Dalam sistem udara pembakaran, dikenal istilah draft (draught) yang menyatakan
tekanan statis dalam ruang bakar ketel. Ada 4 macam draft yang dikenal yaitu :

1. Sistem Udara Pembakaran Pada Forced Draft. Dalam sistem ini, seluruh saluran
udara, ruang bakar ketel hingga ke saluran gas bekas bertekanan positif (lebih tinggi
dari tekanan atmosfir).

2. Sistem Udara Pembakaran Pada Balanced Draft. Pada sistem Balanced draft, FDF
dipakai untuk menghembuskan udara pembakaran sementara kipas hisap paksa
(Induce Draft Fan / IDF) dipakai untuk menghisap gas bekas hasil pembakaran dari
ruang bakar ketel.

Sistem Gas Bekas (Flue gas) adalah merupakan gas-gas hasil dari proses pembakaran
diruang bakar ketel.sistem gas bekas terdiri dari 2 yaitu :

1. Gas Recirculation,Prinsip dari sistem resirkulasi gas cukup sederhana yaitu dengan
mengalirkan sebagian gas bekas bertemperatur rendah, kembali keruang bakar ketel
sehingga bercampur dengan gas bekas baru hasil proses pembakaran.
2. Meter Kepekatan Gas Bekas (smoke opacity meter) berfungsi untuk mendeteksi
kepekatan gas bekas.

Sistem Bahan Bakar Minyak,Fungsi sistem ini adalah untuk menyediakan pasokan
bahan bakar minyak bagi kebutuhan ketel. Konfigurasi sistem bahan bakar minyak serta
komponen-komponennya sangat beragam.adapun komponen-komponennya yaitu :

Teknik Konverensi Energi 2008 131


Politeknik Negeri Jakarta

e. Tangki Penyimpan Berfungsi sebagai sarana penampung bahan bakar minyak.


f. Pompa Minyak berfungsi yang sama yaitu untuk mengalirkan minyak.
g. Fuel Oil heater fungsi diantaranya untuk menaikkan temperatur minyak disisi masuk
pompa.
h. Saringan Minyak (Strainer) berFungsi dari saringan adalah untuk menahan partikel-
partikel padat atay semi padat dari minyak agar tidak menimbulkan masalah pada
komponen-komponen lain seperti pompa,

DAFTAR PUSTAKA

1. Archie W.Culp jc dan Darwin Sitompul.1991. Prinsip-prinsip Konversi Energi.


Jakarta : Erlangga
2. Fritz Dietzel dan Dasko Sriyono.1986. Turbin Pompa dan Kompressor. Jakarta:
Erlangga
3. Hariojono Djojodihardjo.1987. Termodinamika Teknik : Aplikasi dan
Termodinamika Statistik. Jakarta : Gramedia
4. JCOAL, JCOAL Journal Vol. 2, Nov. 2005, Japan Coal Energy Center, 2005.
5. Amick, Phil, Coal Gasification Flexibility for Fuels & Products, ConocoPhillips,
2005
6. Baardson, John A., Coal to Liquids: Shell Coal Gasification with Fischer-Tropsch
Synthesis, Baardson Energy LLC, 2003.

Teknik Konverensi Energi 2008 132

You might also like