You are on page 1of 35

PENGARUH FUNGSI MANAJERIAL DAN PEMBINAAN

PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU


PADA SD NEGERI DI KECAMATAN KAWALU
KOTA TASIKMALAYA

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi pendidikan masa kini diharapkan lebih modern dan

profesional sehingga mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan

keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar,

pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian

diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat.

Permasalahan dalam peningkatan kualitas pendidikan berkaitan

dengan strategi pembangunan pendidikan, yang selama ini lebih bersifat input

oriented. Strategi tersebut didasarkan kepada asumsi bilamana semua input

pendidikan telah dipenuhi, maka secara otomatis lembaga pendidikan

(sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai

mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan

oleh teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya di

lembaga pendidikan. Dengan demikian pembangunan pendidikan tidak hanya

terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan saja tetapi juga harus lebih

memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal

yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan

dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan

1
2

Hal ini sejalan dengan pendapat Umaedi, (1999:24), menyatakan

bahwa :

Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented,


diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor
yang diproyeksikan ditingkat makro (pusat) tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya ditingkat mikro (sekolah). Untuk itu dengan
adanya Otonomi daerah, Sekolah didorong untuk diberdayakan
dirinya dalam pengelolaan organisasinya.

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di

masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa guru layak

menjadi panutan dan teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama

akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah

memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan

pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan

kepada anak didiknya dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta

bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, selalu

menjadi perhatian masyarakat luas.

Bertolak dari asumsi bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan

profesional, maka implikasinya setiap guru harus memenuhi persyaratan yang

dituntut oleh profesi tersebut dan harus bekerja dan bersikap secara

professional, hal itu tentu harus sejalan dengan peranan guru terutama di

sekolah sebagai lembaga pendidikan professional.

Untuk mencapai tujuan tersebut peran dan fungsi lembaga pendidikan

sangat strategis, sebab di lembaga pendidikan inilah proses kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Peran guru sebagai ujung tombak di lapangan yang


3

mencetak sumber daya manusia sebagai generasi penerus bangsa sangat

penting. Oleh sebab itu kemampuan guru pada lembaga pendidikan harus

dipersiapkan, dibina, dan di motivasi agar kinerja guru terus meningkat guna

memberikan pelayanan yang maksimal kepada siswa.

Agar seorang guru dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan

sebaik-baiknya, maka peranan pimpinan sangat menentukan di dalam

melakukan pembinaan sehingga dapat meningkatkan kinerja guru.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja guru maka pimpinan

harus memperhatikan keinginan dan kebutuhan pegawainya serta harus

mampu memotivasi pegawai untuk bekerja lebih giat untuk mencapai suatu

tujuan yang telah ditetapkan organisasi.

Faktor-faktor kegagalan pimpinan dalam mengembangkan pendidikan

bukan hanya disebabkan oleh kurangnya fasilitas, namun lebih banyak

disebabkan dalam mengimplementasikan kepemimpinan. Ketidakmampuan

pimpinan dalam memimpin sekolah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

dan keterampilan tentang teknik, kemanusiaan, konseptual.

Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:99) yang

menyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial diperlukan tiga

macam bidang keterampilan, yaitu : technical, human dan conceptual. Dengan

memiliki ketiga keterampilan dasar tersebut di atas, Kepala Sekolah dapat

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan ketentuan, sehingga

dapat mencapai tujuan pendidikan yang bermutu. Maka dari itu kemampuan
4

manajerial Kepala Sekolah ditandai oleh kemampuan untuk mengambil

keputusan (decision making) dan tindakan secara tepat, akurat dan relevan.

Ketiga kemampuan manajerial Kepala Sekolah tersebut ditandai dengan

kemampuan dalam merumuskan program kerja, mengkoordinasikan

pelaksanaan program kerja, baik dengan dewan guru maupun dengan yang

lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu kemampuan dalam melakukan

evaluasi terhadap program kerja sekolah yang telah dilaksanakan. Penerapan

kemampuan manajerial Kepala Sekolah di atas, pada akhirnya akan tertuju

pada penyelenggaraan dan pencapaian mutu pendidikan.

Namun yang terjadi pada saat ini masih ditemukannya berbagai hal

sebagai berikut :

1. Kurangnya penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru

kurang mempersiapkan diri sedini mungkin, sehingga kadang-kadang

kerepotan ketika berhadapan dengan siswa.

2. Kurangnya kemampuan profesional dengan baik. Seorang guru harus

menjadikan, tanggung jawabnya merupakan pekerjaan yang digandrungi.

Tidak bisa seorang guru hanya mengandalkan mengajar merupakan

sebagai pelarian dan adem ayem ketika menerima gaji di habis bulan.

Penuh rasa tanggung jawab sangat dibutuhkan, kemampuan untuk

mengajar sesuai disiplin ilmu yang dimilikinya. Ironisnya kenyataan kini

masih ada seorang guru mengajar tidak sesuai bidangnya. Misalnya,


5

jurusan matematika mengajar bahasa Indonesia, jurusan dakwah mengajar

PPKn, jurusan bahasa Indonesia mengajar penjas dlsb.

3. Kurangnya idealisme dan pengabdian yang tinggi. Hakikat seorang guru

adalah pengabdian, dedikasi seorang guru harus tinggi, serta harus mampu

menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dengan tujuan mendidik,

membina, dan mengayomi anak didiknya.

4. Kurang memiliki keteladanan untuk diikuti dan dijadikan teladan.

Keteladanan seorang guru merupakan perwujudan dari realisasi kegiatan

belajar mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa.

Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat berpengaruh

terhadap sikap siswa. Sebaliknya seorang guru yang berpenampilan

premanisme, akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa

Keadaan seperti ini sangat menarik bagi peneliti untuk mengadakan

penelitian. Karena masalah tersebut sesuai dengan bidang profesi peneliti.

Bila masalah tersebut dibiarkan begitu saja, peneliti merasa sangat khawatir

jika akhirnya berdampak buruk bagi dunia pendidikan di Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang “PENGARUH FUNGSI MANAJERIAL DAN

PEMBINAAN PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU

PADA SD NEGERI DI KECAMATAN KAWALU KOTA

TASIKMALAYA”
6

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang perlu diteliti sehubungan

dengan fungsi manajerial, pembinaan profesional guru terhadap kinerja guru,

maka penulis mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan dalam

penelitian sebagai berikut :

1.2.1 Identifikasi Masalah

1. Pelaksanaan fungsi manajerial yang dilakukan oleh

Kepala Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota

Tasikmalaya masih belum optimal.

2. Pelaksanaan pembinaan profesional guru yang dilakukan

oleh Kepala Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota

Tasikmalaya masih belum optimal.

3. Pelaksanaan Fungsi manajerial dan Pembinaan

Profesional Guru belum optimal sehingga berpengaruh terhadap

Kinerja Guru.

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah fungsi manajerial berpengaruh terhadap kinerja guru

di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya ?

2. Bagaimanakah pembinaan profesional guru berpengaruh terhadap

kinerja guru di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota

Tasikmalaya?
7

3. Seberapa besar fungsi manajerial dan Pembinaan Profesional Guru

terhadap Kinerja Guru di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota

Tasikmalaya?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mencari dan meneliti fakta-

fakta tentang masalah-masalah yang diteliti pada SD Negeri di

Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, dalam hal ini mengenai

pengaruh fungsi manajerial dan Fungsi pembinaan profesional guru

terhadap Kinerja Guru.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi manajerial yang dilakukan

oleh Kepala Sekolah pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota

Tasikmalaya.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan profesional guru yang

dilakukan oleh Kepala Sekolah pada SD Negeri di Kecamatan

Kawalu Kota Tasikmalaya.

3. Untuk mengetahui pengaruh fungsi manajerial dan Pembinaan

Profesional Guru terhadap Kinerja Guru pada SD Negeri di

Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.


8

1.4 Kegunaan Penelitian

Diadakannya penelitian tentang pengaruh fungsi manajerial dan

pembinaan profesional guru terhadap kinerja guru pada SD Negeri di

Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya berkaitan erat dengan teori

manajerial dan pembinaan profesional guru serta kinerja guru. Oleh karena

itu, penelitian ini diharapkan akan mempunyai kegunaan baik dari segi

teoritis maupun segi praktis sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan bagi peneliti di bidang manajerial, pembinaan profesional

guru dan kinerja guru, sehingga penelitian ini akan menjadi bahan

lebih lanjut baik bagi peneliti maupun bagi guru-guru pada SD Negeri

di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya yang membutuhkan guna

mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada guru-guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota

Tasikmalaya dalam upaya meningkatkan kinerja guru melalui

pelaksanaan fungsi manajerial dan pembinaan profesional guru.


9

1.5 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hiptesis

1.5.1 Kajian Pustaka

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur

manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber-sumber lainnya, secara efektif dan efisien

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Manajemen hanya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan

yang diinginkan, dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-

unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Adapun unsur-unsur

manajemen terdiri dari Man, Money, Methode, Materials, Machines dan

Market (6 M), unsur manajemen tersebut oleh Kepala Sekolah diatur

agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam menjadikan tujuan

sehingga bermanfaat secara optimal, terkoordinasi dan terintegrasi

dengan baik dalam menunjang terwujudnya tujuan organisasi menurut

urutan fungsi manajemen tersebut.

Sebagai inti dari administrasi, manajer memiliki peranan penting

bagi kemajuan suatu organisasi. Hal ini dikarenakan manajer sebagai

proses yang khas didalamnya terdapat tindakan, perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.

Dalam proses pelaksanaanya administrasi dan manajer memiliki

fungsi-fungsi tertentu yang saling terkait antara satu dengan yang


10

lainnya dan memiliki pengaruh besar terhadap suatu kemajuan suatu

organisasi.

Dengan memperhatikan dasar-dasar pemikiran di atas, upaya

mewujudkan mutu pendidikan saat ini sangat tepat, upaya tersebut

terwujud tergantung pada Kepala Sekolah. Kepala Sekolah sebagai

pemimpin formal bertanggung jawab atas pencapaian tujuan pendidikan

melalui upaya menggerakan dan pengendalian para guru dan siswa

untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah, pola

kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan

kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern

kepemimpinan Kepala Sekolah perlu mendapat perhatian secara serius.

Samani (2000:9) berpendapat bahwa :

"Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah cara atau usaha Kepala


Sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing,
mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua
siswa dan pihak lain yang berkaitan untuk bekerja/berperanserta
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan."

Untuk memperkuat hal ini dijelaskan dalam pasal 12 ayat 1

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, bahwa : Kepala Sekolah

bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan

pendayagunaan serta pemeliharaan sarana serta prasarana.


11

Kepala Sekolah bertanggung jawab atas lembaga yang

dipimpinnya untuk melaksanaan bebagai kegiatan, mengelola berbagai

masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan administrasi sekolah,

pembinaan sarana dan prasarana, sehingga Kepala Sekolah dapat

mewujudkan sekolah yang bermutu.

Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan Kepala

Sekolah mempunyai beberapa fungsi, sebagaimana dinyatakan oleh

Permadi, (1999:24) bahwa fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai: (1)

Edukator (Guru); (2) Manajer (Pengarah, Penggerak Sumber Daya); (3)

Administrator (Pengurus Administrasi); (4) Supervisor (Pengawas,

Pengoreksi, dan Melakukan Evaluasi).

Faktor-faktor kegagalan Kepala Sekolah dalam mengembangkan

sekolahnya bukan hanya disebabkan oleh kurangnya fasilitas, namun

lebih banyak disebabkan dalam mengimplementasikan kepemimpinan

Kepala Sekolah. Ketidakmampuan Kepala Sekolah dalam memimpin

sekolah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan

tentang teknik, kemanusiaan, konseptual.

Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:99) yang

menyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial

diperlukan tiga macam bidang keterampilan, yaitu : technical, human

dan conceptual. Dengan memiliki ketiga keterampilan dasar tersebut di

atas, Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya


12

sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan

yang bermutu. Maka dari itu kemampuan manajerial Kepala Sekolah

ditandai oleh kemampuan untuk mengambil keputusan (decision

making) dan tindakan secara tepat, akurat dan relevan.

Ketiga kemampuan manajerial Kepala Sekolah tersebut ditandai

dengan kemampuan dalam merumuskan program kerja,

mengkoordinasikan pelaksanaan program kerja, baik dengan dewan guru

maupun dengan yang lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu

kemampuan dalam melakukan evaluasi terhadap program kerja sekolah

yang telah dilaksanakan. Penerapan kemampuan manajerial Kepala

Sekolah di atas, pada akhirnya akan tertuju pada penyelenggaraan dan

pencapaian mutu pendidikan.

Menurut Sudjana, (2000:17) berpendapat bahwa : "Pengelolaan

atau Manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk

melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau melalui orang

lain dalam mencapai tujuan organisasi".

Hersey dan Blanchard (dalam Sudjana, 2000 : 17) memberi arti

pengelolaan sebagai berikut "Management as working with and thought

individuals and groups to accomplish organizational goods"

(pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui

orang-orang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-

tujuan organisasi). Selanjutnya Stoner (dalam Sudjana, 2000:17)


13

mengemukakan bahwa: "Management is the process of planning,

organizing, leading and controlling the efforts of organizing members

and of using all other organizational resources to achieve stated

organizational goods".

Implementasi kedua pengertian tersebut di atas, adalah bahwa

manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan,

mengorganisasikan, menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan

terhadap segala upaya dalam mengatur dan mcndayagunakan Sumber

Daya Manusia, sarana dan praarana secara efisicn yang telah ditetapkan.

Pengertian di atas mengandung tiga dimensi, pertama dalam

manajemen terjadi kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pengelola

(pemimpin, kepala, komandan, ketua dan sebagainya) bersama orang-

orang lain atau kelompok, dimensi ini menunjukkan betapa pentingnya

kemampuan dan keterampilan khusus yang perlu dimiliki oleh pengelola

untuk melakukan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan untuk

mempengaruhi orang lain baik melalui hubungan perorangan maupun

melalui hubungan kelompok.

Dimensi kedua menunjukan bahwa kegiatan yang dilakukan

bersama dan melalui orang lain itu mempunyai tujuan yang akan

dicapai, dimensi ini memberikan makna bahwa kegiatan tersebut

diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau disepakatai

bersama.
14

Dimensi ketiga ialah bahwa pengelolaan itu dilakukan dalam

organisasi, sehingga tujuan yang akan dicapai itu merupakan tujuan

organisasi, Siagian, (2001:1) berpendapat bahwa "Manajemen

merupakan proses pencapaian dan pengkombinasian sumber-sumber

daya manusia, fmasial dan fiskal guna mencapai tujuan primer

organisasi yakni memproduksi sebuah produk atau jasa yang diinginkan

oleh segmen tertentu dari masyarakat".

Selanjutnya Schermerhorn (dalam Siagian, 2001:2) berpendapat:

"Manajemen adalah sesuatu yang dilakukan oleh para manajer dalam

upaya mereka untuk mencapai produktivitas "

Proses manajemen merupakan proses perencanaan,

pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pemanfaatan sumber-

sumber daya guna mencapai tujuan atau sasaran organsisasi yang

bersangkutan, keberhasilan mengimplementasi proses manajemen

tersebut memerlukan kemampuan untuk mengambl keputusan,

memecahkan problem-problem dan melaksanakan tindakan agar

sumber-sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan

efisien.

Van Fleev (dalam Siagian, 2001:2) berpendapat bahwa "

Manajemen dapat dinyatakan sebagai suatu kelompok aktivitas yang

diarahkan ke arah pemanfaatan sumber-sumber daya secara efektif serta

efisien dalam rangka upaya mencapai sebuah tujuan atau lebih."


15

Sejalan dengan pendapat di atas Sumijo (2002:93) menyatakan

bahwa "Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta

pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan"

Fattah (2001:1) berpendapat bahwa "Manajemen sering diartikan

sebagai ilmu kiat dan profesi dikatakan sebagai ilmu gulick (dalam

Fattah, 2001:1) karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang

pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan

bagaimana orang bekerja sama".

Follet (dalam Fattah, 2001:1) menyatakan bahwa "Dikatakan

manajemen sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui

cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas.

Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian

khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para professional

dituntut oleh suatu kode etik".

Follet (dalam Fattah, 2001:3) berpendapat bahwa "Manajemen

sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (the art

of getting things done throught people)".

Berdasarkan kenyataan bahwa tujuan organisasi tercapai dengan

cara mengatur orang lain. Sejalan dengan pendapat di atas Botinger

(dalam Fattah, 2001:3) berpendapat bahwa "Manajemen sebagai suatu


16

seni membutuhkan tiga unsur yaitu pandangan, pengetahuan teknik dan

komunikasi".

Memanaj atau mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh

potensi sekolah berfungsi secara optimal dan mendukung tercapainya

tujuan sekolah, manajemen sekolah perlu dibina secara khusus sehingga

benar-benar dapat mendukung terhadap kegiatan dan proses belajar

mengajar di sekolah. Salah satu komponen yang menentukan

keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah yakni pengelolaan

sekolah, pengelolaan sekolah yang baik diharapkan kegiatan belajar

mengajar berjalan dengan lancar tertib serta terarah sehingga tujuan

pendidikan tercapai.

Ketercapaian tujuan pendidikan dipengaruhi oleh

profesionalisme guru sehingga peranan kepala sekolah sebagai menager

atau pimpinan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap

ketercapaian tujuan tersebut.

Adapun pengertian profesional menurut Muhibbin (2000:230)

mengemukakan bahwa, ”Profesionalisme dapat dipahami sebagai

kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang

profesional”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa yang harus

dipertanggungjawabkan oleh orang profesional itu adalah mutu dari

kinerjanya”.
17

Profesionalisme terkait dengan sikap atau prilaku seseorang

sehubungan dengan profesi yang dimilikinya. Ilustrasi lain dikemukakan

oleh Sutjipto (1999:32) bahwa masyarakat akan melihat bagaimana

sikap dan prilaku guru sehari-hari, apakah ada yang patut diteladani atau

tidak sehubungan dengan tugasnya sebagai pendidik profesional.

Dengan demikian, maka baik seorang kepala sekolah maupun guru

dituntut untuk selalu menyadari bagaimana ia harus bersikap yang baik

terhadap profesinya dan bagaimana seharusnya sikap profesi

dikembangkan sehingga apresiasi masyarakat terhadap dirinya semakin

meningkat.

Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan baik di sekolah maupun

di luar sekolah, guru memiliki sentral dan strategis oleh karena itu,

masalah guru baik dalam jumlah, mutu, dan kesejahteraannya harus

mendapat prioritas, baik dari kepentingan seluruh pendidikan nasional

maupun tugas fungsional semua menuntut agar pendidikan dilaksanakan

secara professional artinya dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan

didukung oleh unjuk kerja professional. Guru professional adalah guru

yang memiliki keahlian, tanggungjawab, dan rasa kesejawatan yang

didukung oleh etika profesi yang kuat (Moch. Surya, 2003:94). Untuk

itu guru hendaknya memiliki kualifikasi kompetensi intelektual, social,

spiritual, pribadi, moral, dan professional.


18

Perwujudan unjuk kerja professional guru ditunjang dengan jiwa

profesionalisme, yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong untuk

mengembangkan diri sebagai guru professional. Pada dasarnya

profesinalisme adalah merupakan motivasi instriksik pada diri guru

sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya kea rah perwujudan

professional.

Moch. Surya (2003:28) mengemukakan bahwa:

“Profesionalisme guru mempunyai makna penting karena (1)


profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada
kesejahteraan masyarakat pada umum, (2) profesionalisme
merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan,
(3) profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan
pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan
pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan
kompetensinya”.

Sebagai pendidik professional, guru bukan saja dituntut

melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki

pengetahuan dan kemampuan profesional. Dalam diskusi pengembangan

model pendidikan professional tenaga kependidikan, yang

diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri

suatu profesi, yaitu:

1) Memiliki fungsi dan signifikasikan social,


2) Memiliki keahlian/keterampilan tertentu,
3) Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan
teori dan metode ilmiah,
4) Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas,
5) Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang
cukup lama,
6) Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional,
7) Memiliki kode etik,
19

8) Kebebasan untuk untuk memberikan judgment dalam


memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya,
9) Memiliki tanggungjawab profesional dan otonomi,
10) Ada pengakuan dari masyarakat.

Pandangan ideal mengenai profesionalisme guru direfleksikan

dalam dalam citra guru masa depan sebagaimana dikemukakan oleh

Sudarminta (1990) yaitu guru, (1) sadar dan tanggap akan perubahan

zaman, (2) berkualitas profesional, (3) rasional, demokratis dan

berwawasan nasional, (4) bermoral tinggi, beriman.

Guru yang profesional, menurut Nanang Fatah (2001:63), adalah

menguasai substansi pekerjaannya secara profesional, yaitu:

1. Mampu menguasai substansi mata pelajaran secara


sistematis, khususnya materi pelajaran yang secara khusus
diajarkan. Dissamping itu, juga dituntut untuk berupaya
mengikuti perkembangan materi pelajaran tersebut dari
waktu kewaktu.
2. memahami dan dapat menerapkan psikologi perkembangan
sehingga seorang guru dapat memilih materi pelajaran
berdasarkan tingkat kesukaran sesuai dengan masa
perkembangan peserta didik yang diajarnya.
3. memilih kemampuan mengembangkan program-program
pendidikan yang secara khusus disusun sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik yang akan diajarinya.
Program pendidikan ini dikembangkan sesuai dengan tujuan
pendidikan dengan mengkombinasikan antara pilihan materi
pelajaran dengan tingkatperkembangan peserta didik.
Keahlian dalam mengembangkan program pelajaran inilah
yang bisa kita identifikasikan sebagai pekerjaan profesional
seorang guru yang tidak bisa dilakukan oleh profesi lain.

Sementara menurut H.A.R Tilaar (2001:29), ada dua indikator

guru profesional, yaitu:


20

1. Dasar ilmu yang kyat. Seorang guru yang profesional


hendaknya mempunyai dasar ilmu yang kyat sesuai dengan
bidang tugasnya sekaligus mempunyai wawasan keilmuan
secara interdisipliner.
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan reset dan praktisi
pendidikan. Artinya, hendaknya ada saling pengaruh
mempengaruhi antara teori dan praktek pendidikan yang
merupakan jira dari perkembangan ilmu dan profesi tenaga
kependidikan.

Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian,

tanggungjawab, rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang

kuat. Untuk itu hendaknya para guru yang telah memiliki kualifikasi

kompetensi yang memadai, meliputi kompetensi intelectual, social,

spiritual, pribadi, moral, dan profesional. Profesional guru pada dasarnya

merupakan perwujudan profesionalitas para guru yang secara sadar dan

terarah untuk melaksanakan pendidikan, baik yang disekolah maupun di

luar sekolah. Profesional guru mencakup berbagai dimensi secar

terpadu, yaitu filosofi, konseptual, dan operasional.

Pelaksanaan pembinaan profesional guru dapat dikatakan

berhasil apabila kinerja guru meningkat dengan kata lain pembinaan

dilakukan untuk meningkatkan karier seorang guru sehingga guru

memiliki kemampuan dan kecakapan dalam menyelesaikan setiap

pekerjaan sehingga kinerja guru meningkat.

Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job

performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai seseorang).


21

Menurut Bernandin dan Russel dalam Sinapiar, (1999:4)

menyatakan bahwa kinerja :

Hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama


satu periode waktu tertentu atau perwujudan dari hasil perpaduan
yang sinergis dan akan terlihat dari produktivitas seseorang
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.

Lebih lanjut menurut Rochman Natawijaya, (1999:22)

menyatakan bahwa:

Kinerja adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan


guru pada waktu dia memberikan pelajaran kepada siswanya.
Kinerja guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar
mengajar di kelas termasuk bagaimana dia mempersiapkannya.

Selanjutnya, kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2003:67)

bahwa “kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan alam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan

kepadanya”.

1.5.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, maka kerangka

pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


22

Gambar 1
Paradigma Penelitian

Fungsi Manajerial
(Independent Variable : X1)

Kinerja Guru
(Dependent Varible:Y)

Pembinaan Profesional Guru


(Independent Variable:X2)

1.5.3 Hipotesis

Menurut Surakhmad, (1994:39) hipotesis adalah “perumusan

jawaban sementara terhadap sesuatu soal yang dimaksudkan sebagai

tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban yang

sebenarnya”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Fungsi manajerial kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap

kinerja guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota

Tasikmalaya

b. Pembinaan profesional guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja

guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya

c. Fungsi manaerial dan pembinaan profesional guru berpengaruh

signifikan secara bersama-sama terhadap kinerja guru pada SD

Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya


23

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah

Fungsi manajerial (X1) dan Pembinaan profesional guru (X2), kinerja

guru (Y). Berdasarkan ketiga objek penelitian ini, maka dapat

dianalisis sebagai berikut : pertama : pelaksanaan fungsi manajerial

berpengaruh terhadap kinerja guru pada SD Negeri di Kecamatan

Kawalu Kota Tasikmalaya; Kedua : pelaksanaan pembinaan

profesional guru berpengaruh terhadap kinerja guru pada SD Negeri di

Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; dan Ketiga: fungsi manajerial

dan pembinaan profesional guru berpengaruh terhadap kinerja guru

pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.

Adapun responden yang akan diteliti dalam penelitian ini

adalah guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya

Tahun 2007.

1.6.2 Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan desain

deskriptif analisis dengan teknik survey. Adapun yang dimaksud

dengan deskriptif analisis menurut Nawawi (2000 : 63) adalah :

“Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan

subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-


24

lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya”.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

diharapkan mampu mengungkapkan fenomena yang dikaji secara

sistematis untuk mendapatkan kebenaran dari permasalahan yang

diteliti. Demikian pula penelitian ini dimaksudkan untuk dapat

menggambarkan realita dan fakta-fakta dari permasalahan yang diteliti

secara mendalam dengan cara mencari data yang faktual dari variabel-

variabel yang diteliti, sehingga hubungan antar variabel dapat

dianalisis dengan analisis kuantitatif melalui uji statistik yang relevan

dengan data yang diperoleh.

Di samping itu penggunaan metode ini untuk menguji

hubungan antara variabel. Singarimbun dan Sofian Effendi (2000 : 3)

menegaskan bahwa yang dimaksud penelitian survey adalah penelitian

yang mengambil sampel dari satu populasi (datanya dikumpulkan dari

sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi) dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.

Oleh karena itu, dengan metode pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan fenomena

yang dikaji secara sistematis untuk mendapatkan kebenaran dari

permasalahan yang diteliti, sehingga hasil dari penelitian ini dapat


25

dipergunakan sekaligus dipertanggungjawabkan baik secara praktis

maupun secara keilmuan.

1.6.3 Operasionalisasi Variabel

Pada penelitian ini ditetapkan tiga jenis variable yang akan

diukur, yaitu :

1. Variabel bebas (independent variable) dengan notasi (X) yaitu

variable yang memberikan pengaruh kepada variabel terikat. Notasi

(X) adalah Fungsi manajerial (X1) dan Fungsi pembinaan (X2).

2. Variabel terikat (Dependent Variabel) dengan Notasi (Y) yaitu

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas. Variabel Y dalam penelitian ini adalah kinerja guru

pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.

Tabel 1.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala


Fungsi Sumijo (2002 : 93) 1. Ordinal
manajerial menyatakan bahwa 2.
(independent "Manajemen adalah 3.
Variable X1) proses merencanakan, 4.
mengorganisasikan, 5.
memimpin dan kurikulum,
mengendalikan usaha 6.
anggota-anggota personil,
organisasi serta 7.
pendayagunaan keuangan,
seluruh sumber daya 8.
organisasi dalam kesiswaan,
rangka mencapai 9.
tujuan yang telah 10.
ditetapkan" akademik
26

Pembinaan Pembinaan adalah 1. Ordinal


profesional segala usaha tindakan 2.
guru yang berhubungan 3.
(independent langsung dengan or
Variable X2) perencanaan, 4.
penyusunan, 5.
pembangunan 6.
pengembangan, 7.
pengerahan,
penggunaan serta
pengendalian segala
sesuatu secara berdaya
guna dan berhasil
guna. Musanef
(1983:11)
Kinerja Kinerja adalah hasil 1. Pengabdian Ordinal
(Dependent kerja secara kualitas 2. Kejujuran
Variable: Y) dan kuantitas yang 3. Kesetiaan
dicapai oleh seorang 4. Prakarsa
pimpinan atau 5. Kemauan
karyawan dalam Bekerja
melaksana-kan 6. Kerjasama
tugasnya sesuai 7. Tanggungjaw
dengan jabatan atau ab
tanggung jawab yang 8. Disiplin
diberikan kepadanya Kerja
(Mangkunagara
2005:167)

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

1) Metode Penarikan Sampel

Untuk melakukan penarikan sampel maka terlebih dahulu penulis

sajikan keadaan guru-guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota

Tasikmalaya, yakni jumlah guru yaitu sebanyak 80 orang.


27

Maka untuk menentukan besarnya ukuran sampel dipakai rumus

Slovin (1960) dan dikutip oleh Sevilla (1964) dan dikemukakan oleh

Husen Umar (2000:108) sebagai berikut :

N
n=
1+N (e )2

Dimana n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Persen kelonggaran ketelitian (10%)

N
n=
1+N (e )2

80
n=
1+80( 0. 1)2

80
n=
1+80( 0. 01)

80
n=
1+0 . 08

80
n=
1,8

n=44, 4 dibulatkan menjadi 44 orang

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat ditentukan

jumlah sample yang dijadikan responden adalah 44 orang guru pada SD

Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.


28

2) Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

secondary. Sumber data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner

kepada guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya,

sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan yang ada di Dinas Pendidikan

Kota Tasikmalaya.

Tabel 1.3
Jenis dan Sumber Data
JENIS DATA SUMBER DATA
Tanggapan Responden tentang fungsi Guru SD Negeri di Kecamatan
manajerial oleh kepala sekolah Kawalu Kota Tasikmalaya.
Tanggapan Responden tentang fungsi Guru SD Negeri di Kecamatan
profesional guru oleh Kepala Sekolah Kawalu Kota Tasikmalaya.
Tanggapan Responden tentang Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan
Guru SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
Kawalu Kota Tasikmalaya.

3) Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data diusahakan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam analisis tesis ini. Prosedur tersebut meliputi :

1) Wawancara,

Yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait dalam

penelitian ini guna mendapatkan keterangan data yang dibutuhkan serta

berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan

dengan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan, Pengawas, Kepala Sekolah


29

dan Guru sebagai teknik komunikasi langsung untuk memperoleh data-

data yang diperlukan.

2) Observasi, Yaitu mengamati kegiatan proses penatalaksanaan pendidikan

di Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya yang diteliti.

3) Kuesioner, yang diberikan kepada Guru pada SD Negeri di Kecamatan

Kawalu Kota Tasikmalaya sebagai responden, dengan cara mengajukan

pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan

bersifat pertanyaan tertutup/berstruktur yang menyangkut pendapat

responden.

1.6.5 Teknik Analisis Data

Analisa dilakukan terhadap data yang terkumpul baik dari hasil

observasi, wawancara, maupun kuisioner. Tahapan analisa data dimulai

dengan uji validitas, reabilitas, tranformasi nilai ordinal ke interval, dan

analisa data secara verivikatif/kuantitatif.

1. Uji validitas, untuk menguji ketepatan alat ukur dari setiap butir

pertanyaan pada kuisioner. Untuk menguji tingkat validitas digunakan alat

uji korelasi product moment Harun Al-rasyid (1994:37) dengan rumus:

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2 2
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2

Keterangan :

r : Koefisien korelasi product moment

X : variabel bebas
30

Y : variabel terikat

N : jumlah responden

Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf kepercayaan 1%.

a. Jika koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan r tabel = 0,384

maka item tersebut dapat digunakan.

b. Jika koefisien korelasi (r) lebih kecil dari rtabel = 0,384 maka item

tersebut tidak dapat digunakan.

2. Uji reabilitas, mengetahui sejauhmana instrumen yang digunakan dapat

dipercaya. Uji reabilitas menggunakan teknik belah dua (split-half) dengan

rumus spearman Brown sebagai berikut:

2r b
rj=
1+r b

Keterangan :

j = Reabilitas keseluruhan

rb = Korelasi internal antara belahan instrumen

3. Transformasi nilai ordinal ke interval menggunakan method of succesive

Interval, Harun A Rasyid (1994:131)

Adapun langkah-langkahnya :

a. Perhatikan setiap item pertanyaan

b. Setiap item dihitung frekuensi jawaban dengan skor 5, 4, 3, 2, dan 1.

c. Tentukan proprsi dengan membagi frekuensi dengan jumlah

responden.

d. Hitung proporsi komulatif


31

e. Hitung nilai Z untuk setiap proporsi komulatif dengan menggunakan

tabel normal.

f. Tentukan nilai skala untuk setiap nilai Z dengan rumus

( Density at lower lim it )−( Density at upper limit )


scala value=
(area below upper lim it )−(area below lower limit )

g. Menyiapkan pasangan data dari variabel independen dan dependen

dari semua sampel penelitian untuk pengujia hipotesis

Sedangkan untuk meneliti pengaruh antara variabel penelitian terhadap

kinerja, data hasil tabulasi diterapkan dengan pendekatan penelitian analisis

jalur (Path Analysis). Diagram jalur dalam penelitian ini berbentuk regresi

linier multiple, dan regresi linier sederhana, sehingga diagram jalurnya seperti

gambar berikut:

Gambar 1.5
Diagram Jalur Hubungan Kausal Antara Variabel

X1
Pyx1

Px2x1
Y

X2 Pyx2

Dalam hal ini PYX1, PYX2, merupakan koefisien jalur. Struktur

hubungan variabel tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai

berikut:

Ý = Bo + b1X1 + b2X2 + ∈
32

Dimana :

Bo : Koefisien intersep perpotongan garis regresi sumbu Y untuk X = 0

b1 : Koefisien regresi antara Y dan X1

b2 : Koefisien regresi antara Y dan X2

∈ : Kekeliruan pengukuran dan pengumpulan semua variabel bebas yang

tidak terukur dan tidak dimasukkan dalam model.

1.6.6 Uji Hipotesis

Struktur hubungan antara variabel di uji melalui analisis jalur,

hipotesis operasionalnya adalah :

H0 = PyX1 < untuk I = 1 dan 2

H1 = PyX1 > 0

Uji statistik yang digunakan :

(1−R 2 YX 1 ......... Xk )¿
tl=PyX 1 ¿ ¿
(n−k−1)(1−RyX 1 ........ Xk)¿
Kriteria pengujian:

a. H0 ditolak apabila t1 > t (1-a); (n-1-k), arttinya koefisien jalur signifikan

dan ada pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap prestasi lulusan.

b. H0 diterima apabila t1 < t (1-a); (n-1-k), artinya koefisien jalur non

signifikan dan tidak ada pengaruh kompetensi dan motivasi kerja guru

terhadap prestasi lulusan.

Sebelum hipotesis diuji, diuji dulu secara keseluruhan dengan rumus:


33

H0 = PyX1 = PyX2 = 0

H1 = Sekurang-kurangnya ada sebuah PyX1 uji statistik yang digunakan adalah

( n−k−1 ) ∑ PyX YX 1
1F
F=
k ( 1−∑ yX F YX 1
1

Jika F > F (1-a); (n-k-1), maka H0 ditolak dan pengujian dapat dilanjutkan

Jika F < F (1-a_; (n-k-1), maka H 0 dapat diterima dan pengujian dapat

dihentikan.

1.6.7 Tempat/Lokasi dan Jadwal Penelitian

a. Tempat/Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada beberapa pada SD Negeri di Kecamatan

Kawalu Kota Tasikmalaya

b. Jadwal Penelitian

Waktu Kegiatan
No Uraian Kegiatan 2011/2012
Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei
1) Persiapan Penelitian XXX
2) Observasi XXX
3) Membuat Usulan XXX
Penelitian
4) Seminar Usulan XXX
Penelitian
5) Pelaksanaan Penelitian XXX XXX XXX
Lapangan
6) Pengolahan Data XXX XXX XXX
7) Penulisan/Penyusunan XXX XXX XXX XXX
Tesis
8) Pelaksanaan Ujian XXX
Sidang
34

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunagara, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor


Publik. IKOPIN, Bandung.

_______, 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Refika Aditama,


Bandung.

Hasibuan, Malayu. SP. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV


Haji Masagung.

Nanang Fattah, 2001. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda


Karya

Prabu Mangkunegara, Anwar, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor


Publik, Ikopin, Bandung.

Permadi, Dedi. 1998. Kepemimpinan Mandiri (Profesional) Kepala Sekolah,


Bandung : PT. Sarana Panca Karya.

Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional,(2003)CV Eka Jaya Jakarta

P. Siagian, Sondang. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Soetjipto dan Rafles Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2000 . Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar


Baru Algensindo.

Surakhmad, Winarno (1994) Pengantar Penelitian Ilmiah,Dasar Metode dan


Teknik, Tarsito.Bandung

Sugiono.(2003). Metode Penelitian Administrasi. Jakarta, Alpabeta Bandung

Tilaar, H.A.R. 2001. Manajemen Pendidikan National, Bandung PT. Remaja


Rosdakarya.
35

Umaedi (1999) Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah : Suatu Konsepsi


Otonomi Sekolah (Paper Kerja), Depdikbud, Jakarta.

Umar Husen (2001) Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasa, Cetakan
Keempat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

You might also like