You are on page 1of 14

56 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

SENI RUPA INDONESIA-HINDU

Penemuan jatidiri dan puncak perkembangan seni rupa


Indonesia-lama pada zaman Singhasari dan Majapahit
di Jawa Timur

Oleh
Nanang Ganda Prawira

Abstrak
Berbicara tentang jatidiri seni rupa Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan sejarah
perkembangan seni rupa Indonesia zaman pengaruh Hindu-Budha yang
berlandaskan seni-budaya prasejarah. Segi kontinyuitas dalam perkembangan seni
rupa Hindu ini memperlihatkan benang merah yang tegas tentang kronologis aspek
teknis, tematis, dan estetis kekaryaan seni rupa Indonesia. Jatidiri seni rupa
Indonesia telah bisa diamati dan dikaji melalui karya-karya seni rupa (bangunan,
patung, relief, kriya, motif hias) zaman Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur.
Tulisan ini menggambarkan secara garis besar tentang perkembangan seni rupa
Indonesia-Hindu yang memperlihatkan puncak kegemilangannya, serta temuan
jatidiri Indonesia pada zamanSinghasari dan Majapahit di Jawa Timur

Kata Kunci: klasik, pluralistik, kontinyuitas, candi, patung, relief,


kontak budaya, inkulturasi, akulturasi, transformasi budaya, kultus raja, relijius,
kosmologis, anonim, simbolisme

1. Pendahuluan perkembangan dan kesadaran tradisi


sejak masa kerajaan Hindu pertama
Seni rupa Indonesia lama (klasik)
di pulau Jawa hingga Bali-Hindu.
memiliki ciri-ciri dasar: pluralistik,
Kesadaran terhadap adanya
kontinyuitas, dan unitas. Pluralitas
transformasi budaya -yang
dalam seni rupa Indoensia disebab-
merupakan proses yang terus
kan oleh keadaan alam yang terdiri
berlanjut- dapat membentuk jati diri
dari pulau-pulau yang dibatasi oleh
budaya nasional. Sebelum pembentu-
laut dan selat. Keadaan alam (kondisi
kan jati diri sebagai tahap terakhir,
geografis) seperti ini menumbuhkan
tentu saja proses tersebut akan
karakter budaya setiap tempat (pulau)
melalui tahap awal (peniruan) dan
yang berbeda dengan pulau yang
tahap adaptasi (penyesuaian).
lainnya. Ciri kontinyuitas seni rupa
dapat terlihat dari kesinambungan

Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001


58 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

Proses kontak budaya dalam bangsa. Tahap ketiga inilah yang


perkembangan seni rupa Indonesia- menampilkan bentuk ungkapan
Hindu berakibat terhadap munculnya sebagai penemuan jati diri budaya
beragam corak seni rupa Indonesia Indonesia-Hindu. Bagaimanakah
yang tersebar di seluruh Nusantara. ungkapan budaya, khususnya dalam
Walaupun corak tersebut beraneka karya-karya seni rupa Indonesia
ragam tetapi ternyata memiliki Hindu yang membuktikan adanya
karakteristik yang sama. Hal ini tingkat penguasaan budaya India dan
disebabkan oleh kesamaan dalam menampakkan penemuan jati diri
pandangan kosmologis, dan geopolitis. tersebut ? Pertanyaan seperti ini tentu
Pandangan terhadap jagatraya saja mesti ditelusuri jawaban melalui
(kosmologis) tersebut tercermin dalam serangkaian penelitian terhadap
ungkapan-ungkapan etnik setiap karya-karya seni rupa. Untuk men-
daerah, misalnya kesamaan dalam jawab sebagaian masalah itu, kita
memvisualisasikan motif-motif flora mesti mencoba meneliti perkembang-
dan fauna sebagai ornamen. Motif- an seni rupa pada sekitar abad ke-13
motif alam itu terungkap karena sampai ke-15 di Jawa Timur. Melalui
masyarakat Indonesia berada dalam analisis terhadap perkembangan seni
kehidupan dan lingkungan alam yang rupa Indonesia-Hindu di Jawa Timur
subur. Contoh lain yang bisa mem- diharapkan dapat disimpulkan
buktikan adanya kesatuan dalam tentang beberapa ‘ciri keindonesiaan’
keragaman corak yaitu ungkapan dan penyebab terjadinya ciri tersebut.
wujud arsitektur di setiap daerah
yang variatif, tetapi di dalamnya jika 2. Pengertian Seni Rupa
diteliti akan terdapat kesamaan Indonesia-Hindu
ungkapan (dalam aspek struktur Seni rupa sebagai salah satu bentuk
bangunan keseluruhan dan beberapa ungkapan budaya Indonesia memiliki
motif hiasnya). keragaman corak dan bentuk.
Kekayaan ragam ungkapan budaya ini
Proses tranformasi budaya yang tersebar di seluruh Nusantara.
membentuk jati diri seni rupa Berbagai karya seni rupa, baik seni
Indonesia melalui beberapa tahapan. arsitektur, patung/relief, dan kriya
Tahapan pertama yaitu peniruan menampilkan aneka keunikan bentuk
unsur-unsur budaya India tanpa dan gaya setiap daerah. Namun
seleksi. Tahap berikutnya yaitu dalam keragaman tersebut tercermin
penyesuaian unsur-unsur budaya ada unsur kesamaan ungkapan,
India dengan unsur budaya sendiri. sehingga memiliki nilai kesatuan.
Tahap yang terakhir yaitu Dalam perkembangan budaya
penguasaan unsur-unsur budaya Indonesia, khususnya periode Hindu/
India sebagai kelengkapan dalam Budha bersifat berkelanjutan
membentuk kepribadian budaya (berkesinambungan), sejak masa
Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001
59 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

prasejarah hingga masuknya unsur kerajaannya. Budaya Indonesia-Hindu


budaya Barat dengan tradisi Eropa, dengan nafas budaya etnik Melayu
dan berakhir pula pengaruh Hindu berkembang di Sumatra pada
terhadap budaya Indonesia. kerajaan Sriwijaya (budaya Sumatra-
Hindu). Budaya Indonesia-Hindu
Pengertian budaya Hindu digunakan dengan nafas budaya Jawa pada
untuk menunjuk tempat asal dari kerajaan Tarumanegara sampai
sumber budaya, yaitu budaya India dengan kerajaan Majapahit (budaya
Purba yang berlandaskan agama Jawa-Hindu). Budaya Indonesia-
Hindu dan Budha. Penyebaran Hindu dengan nafas budaya Bali
budaya India Purba (budaya Hindu berkembang di Bali pada kerajaan
dan Budha) ini sebagian besar ke Udayana (budaya Bali-Hindu). Unsur-
negara Asia melalui berbagai sarana, unsur budaya lain (dari luar
baik hubungan dagang maupun Nusantara) yang turut berperan
politik. dalam proses perkembangan budaya
Indonesia-Hindu ialah budaya Cina
Pengertian budaya Indonesia dan Campa.
digunakan untuk menunjuk dasar
budaya asli Indonesia sejak awal 3. Pembentukan budaya
tahun Masehi sampai permulaan Indonesia-Hindu
abad ke-15, yaitu budaya prasejarah Kebudayaan Indonesia berkembang
(Melayu/Austronesia). dalam suatu proses yang berkesinam-
bungan. Proses perkembangan
Budaya Hindu yang berkembang di
budaya Indonesia-Hindu tidak lepas
Indonesia tidak berarti hanya agama
dari peran serta seluruh bangsa
Hindu sebagai landasan
Indonesia sebagai pendukung budaya.
perkembangannya, tetapi melibatkan
Dalam pembentukan budaya, bangsa
pula agama Budha. Di India, agama
Indonesia juga berkeinginan mem-
Hindu dan Budha ini memperlihatkan
peroleh dan mencapai hal-hal baru.
batas-batas perbedaannya yang tegas.
Keinginan tersebut merupakan tenaga
Kedua agama tersebut di Indonesia
(dan spirit) untuk mengembangkan
sering berpadu dalam bentuk sinkre-
kebudayaan Indonesia. Proses
tisme dengan nafas budaya asli
pembentukan budaya berdasarkan
Indonesia. Hal inilah salah satu segi
upaya reka cipta dalam memperoleh
pembeda antara budaya Hindu
hal-hal baru dinamakan proses
Indonesia dan India. Perkembangan
invensi (bahasa Inggris: invention).
budaya Indonesia-Hindu terbatas di
Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Dalam menjawab tantangan dan
Setiap pulau tersebut mencerminkan tuntutan budaya baru, bangsa
kecenderungan budaya etniknya Indonesia juga berupaya mempelajari
sesuai dengan perkembangan budaya dan menyesuaikan alam pikiran,
Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001
60 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

sistem norma, dan adat-istiadat budaya secara bertahap. Pembentu-


sendiri. Pembentukan budaya kan budaya Indonesia-Hindu yang
Indonesia-Hindu berdasarkan upaya berkesinambungan dan berkesatuan
tersebut dinamakan pula inkulturasi. terjadi berdasarkan beberapa jalan
(sarana). Sarana kontak budaya
Pembentukan budaya Indonesia- tersebut meliputi perdagangan,
Hindu juga dihadapkan pada agama, dan politik.
pengaruh unsur-unsur budaya asing. Hubungan dagang antara Indonesia
Hal ini menciptakan sosok budaya dengan India menimbulkan koloni-
Indonesia-Hindu yang baru dengan koloni perdagangan. Koloni-koloni
tetap mempertahankan kepribadian inilah yang menjadi pusat pengantar
budaya sendiri. Proses pembentukan budaya Indonesia-Hindu di Indonesia.
budaya seperti ini termasuk proses Pertemuan para pedagang yang
akulturasi. memiliki karakter budaya berbeda
secara tidak langsung menciptakan
Jika ditelaah secara mendalam, ketiga
suasana interaksi budaya. Berbagai
proses pembentukan budaya
kegiatan agama Hindu dan Budha di
Indonesia-Hindu tersebut sebenarnya
Indonesia, baik sebagai proses
menunjukkan upaya dan peranan
penyebaran maupun penerimaan
bangsa Indonesia dalam merintis
merupakan dasar pembentukan
kebudayaan baru. Kebudayaan baru
budaya Indonesia.
yang datang dari luar (India) tidak
sepenuhnya diterima dan ditiru apa Sarana kontak budaya yang lain
adanya, tetapi melalui proses adalah sarana politik. Hubungan
pembentukan yang bertahap. Budaya politik antara Indonesia dan India
India yang merupakan unsur budaya yang dilandasi tujuan politik
asing mewarnai khasanah budaya perdamaian merupakan penyebab
Indonesia-Hindu berdasarkan kontak akulturasi. Proses akulturasi melalui
budaya secara damai (penetration hubungan politik perdamaian
pacifique). menghasilkan sosok budaya baru
(Indonesia-Hindu). Dalam hal ini
3. Perkembangan seni rupa kepribadian bangsa Indonesia tetap
Indonesia-Hindu melalui
kuat berdiri, dan bahkan akar budaya
"kontak budaya"
tumbuh subur, walaupun arus
Pertemuan dan kompromi budaya pengaruh budaya asing menerpanya.
asing dengan budaya Indonesia Bila sistem kontak budaya ini
menciptakan kontak budaya. Kontak dibandingkan dengan yang melalui
budaya merupakan suatu proses politik kolonialisme tentu sangat
persinggungan dalam pembentukan berbeda. Oleh sebab itu perkembang-
budaya baru. Hal ini kemudian an budaya Indonesia-Hindu boleh
merajut untaian perkembangan ditegaskan sebagai tahapan budaya
Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001
61 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

Indonesia tradisional yang memiliki yang cukup kuat. Kepercayaan


ciri-ciri kesatuan (unitas), bangsa prasejarah terhadap kekuatan
berkesinambungan (kontinyuitas), benda-benda, roh dan hal yang gaib
dan bersifat pluralistik (majemuk). tercermin dalam ungkapan karya-
karya budayanya. Animisme dan
Proses akulturasi Indonesia-Hindu dinamisme yang kemudian pada masa
berlangsung secara bertahap. Setiap Indonesia-Hindu menjadi bentuk
tahapan memiliki kecenderungan sinkretisme dengan agama Hindu/
yang berbeda. Pentahapan bentuk Budha merupakan latar belakang
budaya ini disebabkan oleh terjadinya yang sangat menonjol dalam berbagai
proses kontak budaya yang berkali- bentuk.
kali, dan tidak dalam waktu yang
bersamaan. Artinya bahwa setiap Seni rupa sebagai bagian dari cabang
masa secara berulang dengan seni-budaya Indonesia-Hindu adalah
berbagai sarana kontak budaya ungkapan seni yang tidak lepas dari
menciptakan rangsangan terhadap karya yang satu dengan yang lainnya.
pembentukan budaya Indonesia- Misalnya dalam karya arsitektur
Hindu. Tahapan tersebut meliputi: (1) terdapat karya patung, relief, kriya,
tahap peniruan, (2) tahap dan lukis. Karya-karya tersebut
penyesuaian, dan (3) tahap berpadu dalam integritas kepentingan
penguasaan unsur-unsur budaya dan nilai spiritualitas yang sama.
India yang akhirnya membentuk
kepribadian budaya bangsa. a. Seni relijius
Seni rupa Indonesia-Hindu
4. Karakteristik seni rupa dilatarbelakangi oleh pengaruh agama
Indonesia-Hindu
Hindu dan Budha di India. Dalam
Latar belakang budaya bangsa perkembangannya tidak meniru
Indonesia yang didasari budaya secara utuh dengan seni agama
prasejarah memperlihatkan adanya Hindu dan Budha secara utuh,
kesinambungan hingga masa melainkan mengalami adaptasi dan
Indonesia-Hindu. Budaya prasejarah pengolahan dengan dasar budaya
Indonesia melengkapi ungkapan seni- serta agama asli Indonesia. Corak seni
budaya masa-masa selanjutnya. agama Indonesia-Hindu memperlihat-
Ungkapan tersebut dapat diteliti pada kan ciri-ciri perpaduan agama (Hindu,
artifak-artifak arsitektur, patung, Budha dan agama asli Indonesia).
relief dan kriya. Walaupun ciri-ciri Dengan kata lain bahwa corak
budaya prasejarah tidak secara tersebut merupakan sinkretisme
keseluruhan dipertahankan, tetapi agama. Bentuk sinkretisme dalam
pengaruh beberapa unsur bentuk seni Indonesia-Hindu yang sakral itu
(misalnya ornamen) dan teknik-teknik juga didasari oleh pandangan kosmo-
berkarya masih tetap menjadi bukti logis bangsa Indonesia.
Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001
62 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

b. Seni yang didasari kosmologis Untuk mempertahankan nilai-nilai


sakral, seni rupa Indonesia-Hindu
Corak seni rupa Indonesia-Hindu
mengenal berbagai kriteria gaya seni
tampil beda dengan seni India.
rupa dengan tanda-tanda
Perbedaan tersebut disebabkan oleh
perlambangan yang berbeda satu
pandangan kosmologis bangsa
sama lainnya. Hal ini dapat diamati
Indonesia yang berlainan dengan
dari perbedaan gaya klasik India seni
bangsa India. Hal ini membuktikan
Syalendra dan gaya klasisistis seni
bahwa walaupun pengaruh seni
Singhasari (dan gaya klasik
sakral India sangat kuat tetapi seni
Majapahit).
Indonesia-Hindu memperlihatkan
karakteristik tersendiri. e. Seni kultus raja

c. Seni anonim Budaya feodal bangsa Indonesia


mempengaruhi perkembangan seni-
Kedudukan para seniman Indonesia-
budaya Indonesia -Hindu. Banyak
Hindu terikat oleh peraturan agama
sekali karya-karya seni rupa yang
(artisan), dan tidak menampilkan
mencerminkan kekuasaan dan
kesenimanannya secara mandiri.
kebesaran kerajaan. Raja sebagai
Karya-karya para seniman tidak
pelindung seni (maecenas atau
muncul membawakan nama sendiri
patron) tampak berperan dalam
atau bahkan karya-karya tersebut
menumbuhkembangkan gaya
tidak pernah dipublikasikan
klasisisme Indonesia-Hindu. Hal ini
pembuatnya. Kebebasan berkarya
merupakan bentuk ungkapan
seorang seniman adalah kebebasan
pengabdian dan penghormatan
dalam lingkup peraturan agama.
kepada raja. Dalam beberapa contoh
d. Simbolisme karya (yang bersifat monumental) seni
bertugas untuk mengabadikan
Pandangan filsafat agama Hindu -
kejayaan atau kebesaran nama raja.
Budha menjiwai pembentukan corak
dan bentuk ungkapan seni rupa
f. Seni lingkungan hidup
Indonesia-Hindu. Pandangan filsafat
yang didasari keinginan untuk Kecintaan bangsa Indonesia terhadap
mewujudkan nilai-nilai sakral seni- lingkungan hidup (alam dan
budaya Indonesia-Hindu itu sekitarnya) telah lama menjadi
terungkap dalam bentuk-bentuk cerminan penghayatan terhadap nilai-
perlambangan. Ikonografi Hindu, nilai agama. Rangsangan lingkungan
Budha dan kaidah estetik Indonesia alam terhadap para artisan (perupa)
merupakan sumber acuan dan Indonesia-Hindu menjelmakan corak
inspirasi yang kuat. dan bentuk ornamen yang berdasar-
kan bentuk-bentuk alam (nature).

Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001


63 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

Kekayaan tumbuhan (flora) dan Perkembangan seni rupa Indonesia-


binatang (fauna) di Indonesia Hindu di Jawa Timur sangat menarik
terungkap dalam ornamen relief atau untuk diselidiki. Penyelidikan
gambar yang diterakan pada dinding terhadap seni Jawa Timur adalah
arsitektur (candi, misalnya), patung, pengamatan terhadap kejayaan
dan kriya. budaya masa kerajaan Singhasari dan
Majapahit. Karya-karya seni rupa
Pandangan bangsa Indonesia pada masa Singhasari dan Majapahit
terhadap jagat raya (alam semesta) merupakan wujud kegemilangan seni
tentang keseimbangan alam ini telah rupa Indonesia-Hindu yang bergaya
hidup dalam budaya Indonesia asli. gaya klasisisme. Secara garis besar,
Pandangan kosmologis terhadap alam perkembangan seni rupa di Jawa
memang akan berbeda dengan latar Timur dimulai masa peralihan,
belakang kosmologi India. Singhasari, Majapahit dan masa akhir
pengaruh Hindu.
Cermin lingkungan hidup bangsa
Indonesia juga dapat disaksikan pada a. Zaman Peralihan
adegan-adegan relief dinding candi.
Perpindahan pusat pemerintahan dari
Cerita legenda, folklore dan mitologi
Jawa Tengah ke Jawa Timur terjadi
Indonesia menjadi pelengkap cerita
kira-kira pada tahun 925. Perihal
Ramayana dan Mahabharata.
penyebab perpindahan itu belum
diketahui secara pasti. Yang jelas
Alam Indonesia yang kaya akan
bahwa bangunan-bangunan besar
material dan media seni rupa
mewarnai karakteristik seni rrupa tidak lagi didirikan di Jawa Tengah.
Pusat kebudayaan dan perkem-
Indonesia-Hindu. Bahan baku batu
alam, kayu, dan tanah liat banyak bangannya terdapat di Jawa Timur.
didapatkan pada karya-karya
Perbedaan antara peninggalan
arsitektur Indonesia-Hindu. Tentu
kerajaan di Jawa Timur dengan
saja penggunaan bahan seperti ini
peninggalan kerajaan Syailendra di
berbeda dengan yang ada di India.
Jawa Tengah di antaranya:
Karakteristik Indonesia-Hindu
(1) bangunan-bangunan sakral yang
memperlihatkan jati dirinya, karena
megah di Jawa Tengah didirikan
banyak memanfaatkan bahan lokal
menurut corak Hindu (India,
(atas hasil eksplorasi bahan dan
dengan peniruan yang masih kuat
teknik penggarapannya).
dan adaptasi beberapa unsur
saja). Di Jawa Timur, corak
5. Perkembangan Seni Rupa
Indonesia-Hindu di Jawa Indonesia asli makin lama makin
Timur jelas.
(2) Pengaruh agama Budha dalam
waktu yang lama sangat terasa
Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001
64 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

pada karya-karya seni di Jawa suci (keagamaan). Bangunan suci


Tengah. Sebaliknya yang terjadi di yang berupa candi pada zaman
Jawa Timur, agama Ciwa Singhasari menurut Pararaton dan
mendapat pengaruh yang besar. Negarakertagama, berfungsi sebagai
makam raja-raja. Bangunan tersebut
Raja pertama dari zaman yang baru misalnya Kagenangan sebagai makam
ini ialah raja Sindok yang memerintah raja Ken Arok dalam wujud Syiwa dan
dalam tahun 929-947. Daerah keraja- Budha. Candi Kidal sebagai makam
an Sindok sekitar gunung Semeru raja Anusapati dalam wujud Syiwa.
dan gunung Wilis, yaitu di daerah Candi Jago sebagai raja
Surabaya, Malang, dan Kediri. Di Wishnuwardhana, dan candi Jawi
bawah pemerintahan Sindok, sebagai makam raja Kertanegara.
kerajaan mengalami kemakmuran
dan perkembangan yang pesat. Raja c. Zaman Majapahit
Sindok yang bergelar Sri Maharaja Sri
Beberapa raja yang memerintah
Ican Wikramatunggadewa sangat
kerajaan Majapahit di antaranya: (1)
memperhatikan pembangunan
Kertarajasa atau Raden Wijaya (1293-
bangunan-bangunan sakral.
1309), (2) Jayanegara (1309-1328), (3)
Beberapa candi yang ditemukan di Raja Putri Tribuwana Tunggadewi
Jawa Timur pada masa kerajaan ini (1329-1350), (4) Rajasanagara atau
Hayam Wuruk (1350-1389).
adalah candi Badut, candi Singgoriti,
candi Belahan, pemandian Jolotundo,
Tribuwana Tunggadewi memerintah
Gua Selomangleng (di Kediri dan
atas nama ibunya, Rajapatni, istri
Tulungagung), dan bangunan lain di
Kertarajasa IV, ialah putri
Penanggungan.
Kertanegara (raja Singhasari). Dia
b. Zaman Singhasari yang pertama memerintah karena raja
Jayanegara tidak meninggalkan
Ada 4 (empat) orang raja yang putra. Rajapatni sendiri telah menjadi
memerintah kerajaan Singhasari yang biksu Budha, maka untuk mengganti-
terpenting dan terkenal kejayaannya. kannya, putrinyalah yang memerintah
Keempat raja tersebut: (1) Ken Arok sebagai seorang ratu hingga
(1222-1227), (2) Anusapati (1227- meninggalnya Ratu Rajapatni pada
1248), (3) Wishnuwardhana (1248- tahun 1350. Selama pemerintahan
1268), dan (4) Kertanegara (1268- Tribuwana Tunggadewi dan sebagaian
1292). keturanannya, Gajah Mada menjadi
patih dan panglima perang yang
Peninggalan karya-karya seni rupa
terkenal. di Majapahit.
zaman kerajaan Singhasari masih
banyak ditemukan, baik yang berupa Dari zaman Majapahit didapat
karya seni kriya maupun bangunan sejumlah besar peninggalan berupa
Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001
65 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

bangunan suci. Peninggalannya itu bidang. Kemunduran itu terjadi pula


tidak saja yang terdapat di lembah pada bidang kesenirupaannya. Hal
sungai Brantas, tetapi juga terdapat tersebut terasa pada kemandegan
di luar daerah ini hingga ke daerah para seniman pahat dalam berkarya
Pasuruan. Pada saat kegemilangan patung. Patung yang dibuat
Majapahit, seni bangunan suci, sastra cenderung makin lama makin kaku.
dan kesenian lain berkembang Ketelitian pahatan ornamen pada
dengan pesat. Bangunan suci besar beberapa patung raja semakin hilang.
sebagai peninggalan Majapahit adalah Akhirnya patung-patung yang
tempat suci agama Syiwa yang diciptakan mirip karya seni
sekarang dinamakan candi Penataran prasejarah (primitif), seperti halnya
atau candi Palah. Semasa raja Hayam arca-arca nenek moyang.
Wuruk, pada bangunan suci ini
ditambahkan beberapa patung dan Kegairahan para seniman (artisan)
bagian-bagian bangunan lainnya. sudah berkurang, karena selama
Bahan bangunan yang digunakan kerajaan Hindu berjaya, kerajaan
sebagian besar adalah bata merah menjadi pusat kegiatan seni (istana
(terakota). Dengan bahan yang sentris). Ketika agama Islam
digunakan itu menyebabkan sebagian memasuki Majapahit seakan-akan
bangunan sudah mengalami kegiatan seni pahat atau bangunan
kerusakan, bahkan banyak yang sudah hampir tak berperan lagi. Arca,
tinggal fondasi-fondasi saja. dan bangunan suci sudah tidak
Beberapa karya peninggalan zaman diciptakan lagi.
Majapahit yaitu Candi Sumberjati,
Di gunung-gunung dan pelosok
Candi Rimbi, Candi Penataran, Candi
daerah, agama Hindu masih
Tigowangi, Candi Surowono, Candi
bertahan, sebagai temppat
Jabung, Candi Tikus, Candi Kedaton,
perlindungan terakhir. Hasil-hasil
Candi Sawentar, Bajang Ratu,
kesenian zaman akhir ini ada
Wringin Lawang, Plumbangan,
kecenderungan untuk kembali ke
Bangunan Jedong, Guwa Pasir
zaman prasejarah, misalnya
d. Zaman Akhir Pengaruh Hindu pembuatan candi Sukuh dan Cetho di
gunung Lawu seperti susunan
Wilayah kekuasaan kerajaan Hindu di bangunan punden berundak.
Jawa Timur semakin berkurang.
Begitupun seni budaya Hindu- 6. Penutup
Budhanya menyusut perlahan, ketika
berkembangnya pengaruh agama a. Seni Bangunan (arsitektur)
Islam. Dengan pengaruh agama Islam Seni Bangunan Indonesia-Hindu
tersebut kerajaan Majapahit banyak zaman Singhasari dan Majapahit telah
mengalami kemunduran di berbagai memperlihatkan tanda-tanda

Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001


66 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

penguasaan terhadap konsep-konsep kepercayaan ‘horor vacuii’


Hinduistis Budhistis India. (menghindari ruang/bidang kosong)
Penguasaan kaidah-kaidah teknis,dan mengakibatkan format (bidang) relief
konsep estetis berkarya arsitektur menjadi padat. Renggaan atau stilasi
tidak lagi meniru bentuk seni India. obyek alam (flora, fauna dan manusia)
Bangsa Indonesia menciptakan pola mengarah pada bentuk datar.
struktur bangunan sendiri dengan Kepejalan (kesan realistik) sudah
tanpa menghilangkan spiritualitas tidak tampak lagi -berbeda dengan
dan religiositas Hindu/Budha. Konsep relief pada candi-candi di Jawa
religi yang terpadu (sinkretisme) Tengah- sehingga seluruh obyek
tampak jelad pada sejumlah karya bersifat dekoratif. Oleh karena gaya
bangunan. Sinkretisme dalam kebentukan yang diciptakan tidak
penempatan atribut-atribut kedua realistik, maka ungkapan bahasa
agama itu dalam satu konsep rupa lebih cenderung bermuatan
arsitektur. Local genius juga tanda-tanda simbolistis.
berkembang berdasarkan potensi
daerah setempat. Gaya simbolisme dalam relief (seni
Selain segi konsep, seni Indonesia- hias) zaman klasik Singhasari dan
Hindu zaman ini juga membuktikan Majapahit telah membuktikan adanya
kemampuannya dalam menggarap invention (penemuan hal-hal yang
bangunan dengan menggunakan baru). Pengaruh asing (budaya India)
material baru, seperti bata merah dan hanya mempengaruhi unsur tematik-
kayu. nya (misalnya cerita Ramayana).
Adegan dalam cerita ini pun tidak
b. Seni Hias (ornamen) utuh diambil dari aslinya (India),
tetapi telah diolah secara bebas,
Seni hias Indonesia-Hindu tidak bisa
dengan tetap menonjolkan
dilepaskan dari keseluruhan struktur
karakteristik budaya Indonesia asli.
bangunan dan patung. Keterpaduan
Adegan demi adegan yang terdiri dari
sistem kekaryaan tercermin dalam
beberapa waktu kejadian terkadang
ungkapan budaya tradisi
diungkaokan dalam satu bidang. Ada
Hindu/Budha.
tokoh yang sama, tetapi digambarkan
Seni hias yang tertera pada dinding- dalam sikap, atribut dan perupaan
dinding bangunan (candi) memper- yang berbeda. Hal ini membuktikan
gunakan teknik pahatan (relief) yang bahwa cerita itu bukan menggambar-
lebih mengungkapkan kesan kan satu waktu peristiwa (moment
dekoratif. Kesan dekoratif yang opname) tetapi mengandung urutan
diciptakan adalah pengaruh kuat dari kejadian dalam waktu yang berbeda.
seni Indonesia asli (yang berlanjut Keunikan ini tidak ditemukan dalam
sejak zaman prasejarah). Pengisian pola penggambaran tradisi India.
bidang secara penuh dengan
Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001
67 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

Tokoh-tokoh manusia digambarkan setelah masuk pengaruh budaya


melalui proses stilasi. Manusia (agama) Islam ke Majapahit. Ada
tampak mirip tokoh pewayangan kesan bahwa dengan berakhirnya
dengan segala atributnya. Bahkan budaya Hindu di Majapahit, maka
pada beberapa candi bisa disaksikan kreativitas seniman juga menurun.
adanya tokoh punakawan.
d. Seni Kriya
c. Seni Patung
Benda-benda kerajinan yang
Keinginan mewujudkan patung raja dihasilkan dari zaman Majapahit
yang telah meninggal dalam konsep dibuat dari bahan-bahan logam
bentuk kedewaan adalah tradisi yang (perunggu, perak, emas), terakota,
sangat kuat. Patung tersebut kayu, dan batu putih yang bermacam-
berfungsi sebagai media pemujaan macam bentuk dan fungsinya.
terhadap dewa (kultus dewa) dan
penghormatan atau pengabdian Kriya dari bahan perunggu berbentuk
kepada raja (kultus raja). lampu gantung merupakan karya seni
yang sangat halus. Tampak ciri khas
Dalam perkembangan akhir, daerah (Majapahit) pada ornamennya.
penciptaan patung tidak lagi sebagai Hal ini menunjukkan kekuatan tradisi
monumen dan media pemujaan, lokal dalam berkarya seni terapan.
tetapi sebagai potret dari tokoh (raja, Karya lainnya seperti genta (lonceng),
atau orang tertentu). Pada masa ini jambangan, talam, hiasan wayang,
sudah berkembang media pembuatan barang perhiasan, dan lain-lain telah
patung yang bervariasi. Patung tidak memperlihatkan karakteristik
hanya dibuat dari bahan batu, tetapi Indonesia.
juga terakota, logam, dan kayu. Begitupun benda-benda kerajinan
Banyak ditemukan karya patung yang dari bahan terakota dan kayu.
kecil-kecil dari bahan logam atau
terakota. Patung mahluk aneh e. Wayang
(fantasi) ditemukan sebagai rekarupa Istilah wayang sudah dikenal dalam
gabungan binatang atau manusia -- prasasti Balitung tahun 907, tetapi
misalnya patung raksasa, Dwarapala, dalam prasasti itu tidak dijelaskan
kala. mengenai bentuk dan bahan yang
digunakannya. Dalam kitab Arjuna
Pada menjelang berakhirnya budaya
Wiwaha dikemukakan bahwa wayang
Hindu di Jawa Timur, ada penurunan
telah digemari oleh masyarakat pada
nilai klasik. Patung tidak lagi indah
zaman pemerintahan Raja Erlangga.
(secara dekoratif) dalam gaya, tetapi
Sebuah berita China dari tahun 1416,
lebih cenderung kaku (stereotipe),
menyebutkan bahwa pada permulaan
naif, dan primitif. Pengaruh seni
abad XV, di Jawa Timur, wayang
prasejarah terasa sangat kuat, apalagi
Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001
68 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

beber merupakan pertunjukan Daftar Pustaka


umum. Wayang beber yang tertua Ambary, Hasan Muarif, 1998, Menemukan
adalah yang terdapat di Pacitan Peradaban, jejak Arkeologis dan Histori Islam
Indonesia, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
(Karangtalun) dan Wonosari
(Bejiharjo). Cerita-cerita wayang beber Atmadi, Parmono, 1988, Some Architectural
di kedua tempat ini menggambarkan Design Principles of Temples In Java, Gajah Mada
University Press.
Panji.
Berg, C.C., 1974, Penulisan Sejarah Jawa,
Jika ditinjau dari segi teknik, estetik Bhratara, Jakarta.
dan tematiknya, bentuk wayang dan
Candrasasmita, Uka., 1972, Tumbuh
pertunjukannya merupakan karya Perkembangan Kebudayaan dan Kekuasaan Purba,
seni rupa Indonesia-Hindu yang Pemda Jabar, Bandung.
bermuatan unsur lokal.
Dormer, P., 1997, The Culture of Craft, Manchester
University Press.
Keempat jenis karya seni rupa
Indonesia-Hindu yang telah dianalisis Fountein, J; Soekmono; Setiawati, 1971, Kesenian
Indonesia Purba, Asia House Galery, New York.
di atas hanya sebagian dari banyak
unsur dari keragaman karya seni Heekeren, H.R. Van, 1972, The Stone Age of
rupa Indonesia-Hindu. Seni rupa Indonesia, Instituut Voor Taal, Land. en.
VolkenKunde., ‘S Gravenhage.
Indonesia sejak lama telah memiliki
akar tradisi yang sangat kuat, terus Holt, Claire., 1967, Art in Indonesia, Continuities
berlanjut hingga zaman pengaruh and Change, Cornell University Press Ithaca, New
York.
Islam. Kekentalan seni-budaya tradisi
Hindu-Budha (dan Sinkretismenya), Hoop, A.N.J. Th.Van der, 1949, Ragam Hias
dan seni prasejarah berpadu dalam Indonesia, Kon. Bataviasche Genootschap van
Kunsten en Wetenschap, Batavia.
ramuan spiritualitas dan kosmologis
bangsa Indonesia. Puncak Kempers, A.B., 1959, Ancient Indonesia Art,
kegemilangan seni rupa klasik Harvard University Press Cambridge,
Massachussets.
Indonesia-Hindu di Jawa Timur ini
dicapai pada zaman Singhasari dan Muller, H.R.A., 1978, Javanese Terracottas,
Majapahit. Kebudayaan Indonesia Vitgevers maatschappij De Tijdstroom b.v.
Lochem, The Netherlands.
bukanlah kebudayaan bayangan
Barat, karena ternyata kita memiliki Powell, T.G.E., 1966, Prehistoric Art, Thames and
Hudson-London.
jati diri.
Soekmono, 1973, Pengantar Sejarah Kebudayaan
Indonesia, Jilid I, II, III, Yayasan Kanisius,
Yogyakarta.

_____________, 1992, Pengantar Wawasan Seni


Budaya, Proyek Sekolah Menengah Kejuruan
Bidang Kesenian, Pusat Perbukuan, Departemen P
& K.

Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001


69 Nanang Ganda Prawira: Seni Rupa Indonesia-Hindu

Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001


Jati diri seni rupa Indonesia-Hindu 70

Wacana Seni Rupa, vol. 1, 3, Agustus 2001

You might also like