You are on page 1of 3

LAPORAN KASUS

Megakolon Akuisita dengan Riwayat Operasi Atresia Ani

ABSTRAK

Megakolon adalah dilatasi abnormal dari kolon yang tidak disebabkan oleh obstruksi
mekanis. Dilatasi sering disertai oleh paralisis dari peristaltik usus. Pada kasus yang lebih
ekstrim, feses dapat berkonsolidasi menjadi massa yang keras di dalam kolon, yang
disebut fecaloma, yang membutuhkan operasi untuk mengeluarkannya Kolon manusia
dikatakan membesar secara abnormal bila diameternya mencapai lebih dari 12 cm di
caecum, lebih dari 6,5 cm di rectosigmoidmdan lebih dari 8 cm di kolon ascenden.
Megakolon dapat akut maupun kronik. Juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
etiologinya Berdasarkan penyebabnya, megakolon dibagi menjadi 2 yaitu : Megakolon
kongenital dan Megakolon non kongenital atau akuisita. Tanda dan gejala eksternal dapat
berupa konstipasi yang memanjang, perut kembung , nyeri perut, teraba massa feses yang
keras. Pada megakolon toksik dapat ditemukan tanda-tanda berupa  demam , kadar
kalium darah yang  rendah, takikardia dan shock. Pemeriksaan radiologi merupakan
pemeriksaan yang penting pada penyakit megakolon. Foto polos abdomen sangat berguna
untuk screening awal, setelah foto polos abdomen dapat menemukan adanya megakolon,
dapat digunakan barium enema untuk pemeriksaan selanjutnya dengan beberapa alasan:

-          Secara akurat dapat menentukan besarnya ukuran kolon

-          Membantu untuk memisahkan antara adanya megakolon, megarektum, atau


keduanya

-          Membantu untuk melihat anatomi usus besar, dapat digunakan untuk perencanaan
tindakan terapi selanjutnya

KASUS

Seorang wanita 15 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut , 1 Minggu pasien
tidak bisa BAB, nyeri perut mula mula dirasakan di bagian tengah kemudian menjalar ke
seluruh bagian perut, perut dirasa semakin lama semakin membesar sejak 3 hari SMRS,
semakin lama semakin sakit, pasien masih dapat kentut, tidak ada keluhan mual maupun
muntah, pasien belum pernah haid, BAK tidak ada keluhan. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah didiagnosis atresia ani sebelumnya, Pernah menjalani operasi atresia ani
pada umur 1 bulan. Pemeriksaan Fisik: Dinding perut> dinding dada, tampak massa di
perut bagian tengah, teraba massa, tidak terfiksir, nyeri tekan (+), colok dubur tidak
dilakukan.
Pemeriksaan Radiologis:

BNO   :Udara dalam Usus meningkat, tampak dilatasi colon, foecal mass (+++), Kontour
ren Dx & Sn dbn, Tak tampak gambaran seperti urolith opaque pada cavum pelvis dan
cavum abdomen, Vertebrae : Spur (-)

Colon in Loop           :Tampak kontras masuk melalui anus mengisi rectum, rectosigmoid,
tampak mendadak diameter rectum dan sigmoid melebar kira-kira 3 cm dari anus.  Colon:
filling defect (+) oleh karena foecal material yang banyak,  Dilatasi pada rectum dan colon
sigmoid

Kesan : sesuai gambar megacolon

DISKUSI

Pada pasien ini diagnosis awal pasien adalah susp megakolon akuisita, dan susp himen
imperforata karena umur pasien diatas 10 tahun (15 tahun), pernah menjalani operasi
atresia ani pada umur 1 bulan dan pasien belum pernah haid

Setelah dilakukan pemeriksaan radiologis BNO dan colon in loop didapatkan gambaran
peningkatan udara usus, foecal mass (+++) dan tampak dilatasi colon pada rectosigmoid
sesuai dengan gambaran pada megakolon sehingga dapat ditegakkan diagnosis megakolon
akuisita

Diagnosis megakolon kongenital tidak dapat ditegakkan karena pasien sudah berumur 15
tahun, sedangkan diagnosis megakolon toksik tidak dapat ditegakkan, karena tidak
adanya riwayat diare berulang (salah satu gejala pada enterokolitis dan penyakit Crohn
yang merupakan penyebab terjadinya megakolon toksik), dan pada pemeriksaan fisik
tidak didapatkan demam, dan takhikardia namun pada pemeriksaan lab tidak dilakukan
pengecekan elektrolit untuk mengetahui apakah pasien mengalami hipokalemia atau
tidak. 

Penyebab terjadinya megakolon pada pasien ini kemungkinan adalah adanya striktur
pada anus pasien akibat dari operasi atresia ani yang dilakukan pada umur 1 bulan.
Stiktur menyebabkan pengeluaran feses terhambat dan selama bertahun-tahun terjadi
penumpukan feses yang kemudian pada akhirnya menyebabkan dilatasi pada kolon dan
mulai menimbulkan gejala

Pengobatan pada pasien ini cukup dengan pengobatan konservatif berupa enema atau
supositoria karena pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda perforasi , serta lavemen
yang diharapkan dapat melunakkan dan mengeluarkan feses yang ada di dalam kolon.

 
KESIMPULAN

Megakolon adalah dilatasi abnormal dari kolon yang tidak disebabkan oleh obstruksi
mekanis.  Foto polos abdomen sangat berguna untuk screening awal, setelah foto polos
abdomen dapat menemukan adanya megakolon, dapat digunakan barium enema untuk
pemeriksaan selanjutnya. Pada kasus, diagnosis megakolon dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab dan radiologis

DAFTAR PUSTAKA

1. Robbins. 2007. Buku ajar Patologi edisi 7 volume 2. EGC: Jakarta


2. De Jong at all, 1998, buku ajar ilmu bedah. EGC: jakarta.
3. Rusdi gozali,2000. Radiologi diagnostik. EGC: jakarta.
4. Anonim.2003. Megacolon.  Diakses tanggal 25 April 2010 dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Megacolon

5. Anonim. 2005. Megacolon chronic: overview, treatment, and follow up. Diakses
tanggal 25April 2010dari http://emedicine.medscape.com/article/

180955-overview

PENULIS

Adhita Kartyanto (20040310010). Bagian Radiologi. RSUD Setjonegoro, Kab. Wonosobo,


Jawa Tengah

You might also like