You are on page 1of 56

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Tumbuhan merupakan salah satu organisme yang hidup dan
berkembangbiak di alam ini selain hewan dan manusia. Tumbuhan ini ada yang
tergolong tumbuhan yang dapat membuat makanan sendiri dan ada pula yang
tidak dapat membuat makanan sendiri.
Sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan telah memulai pengembangan teknik-teknik dalam mengolah hasil
alam yaitu tumbuhan yang diyakini berkhasiat sebagai obat. Sehingga
mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat berdampak negatif bagi
tubuh manusia. Hal ini juga dapat mensejahterakan masyarakat karena dapat
memperoleh obat yang harganya lebih terjangkau, bermutu, mudah didapat, dan
kurang atau tidak ada efek sampingnya. Adapun ilmu yang mempelajari
mengenai pemanfaatan obat dari bahan alam ini adalah “Farmakognosi”.
Farmakognosi adalah ilmu pengetahuan tentang obat-obatan alamiah.
Dalam buku Materia Medica diuraikan bahwa pharma (obat) dan cognitive
(pengenalan). Jadi farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-
ciri/karakterisik obat yang berasal dari bahan alam.
Farmakognosi mempelajari tentang bahan bahan farmasetis yang berasal
dari mahluk hidup, meliputi dimana terdapatnya di alam, biosintesanya,
identifikasinya dan penentuan kadar secara kuantitatif di dalam bahan alam ,
darimana bahan tersebut berasal. Juga termasuk di dalam farmakognosi, cara cara
penanaman, seleksi, pengumpulan, produksi, pengawetan, dan penyimpanan.
Mengingat luasnya ruang lingkup farmakognosi, maka kita harus
menentukan suatu metode untuk membahas obat obat dalam farmakognosi. Di
dalm farmakognosi, obat obatan atau bahan obat diklasifikasikan berdasarkan :

Laporan Farmakognosi I Page 1


 Morfologi.
 Taksonomi dari pada tanaman dan hewan dari mana bahan obat
tersebut diperoleh.
 Penggunaan terapeutiknya.
 Isi kimiawinya.
Dalam rangka menunjang pembelajaran farmakognosi maka pada tanggal 4
desember 2009 diadakan Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa farmasi
Universitas Negeri Gorontalo yang memprogramkan mata kuliah ini. Adapun
PKL ini bertempat di desa Girisa Kecamatan Paguyaman Kabupaten Bualemo..
Pada PKL ini mahasiswa mengambil sampel di daerah gunung desa Girisa.
Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.00-10.00 setelah itu seluruh
praktikan kembali di desa untuk mengolah sampel menjadi herbarium dan
simplisia guna dilakukan penelitian pada praktikum nantinya.
Untuk lebih jelasnya proses pengambilan sampel serta sampel yang
dijadikan herbarium dan juga sampel yang dijadikan simplisia serta cara
pembuatannya akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya dalam laporan ini.

I.2 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam praktikum kerja lapangan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam bahan alam ( tanaman yang
berkhasiat obat )
2. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai manfaat bahan alam ( tanaman yang
berkhasiat obat )
3. Mahasiswa mengetahui teori serta cara membuat simplisia dan herbarium

Laporan Farmakognosi I Page 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Simplisia
a. Pengertian
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami proses pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan (FI III : XXX).
b. Penggolongan
Materia Medika Indonesia halaman XXX, menjelaskan bahwa simplisia
terbagi atas tiga yaitu :
1. Simplisia nabati
Simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani
Simplisa yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelican (mineral)
Simplisia yang berupa bahan pelican (mineral) yang belum diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
c. Tahap-Tahap Pembuatan Simplisia
1. Pengambilan Sampel
Ketentuan saat pemanenan atau pengambilan tumbuhan atau bagian
tumbuhan adalah sebagai berikut :

Laporan Farmakognosi I Page 3


a. Biji
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah
atau sebelum semuanya pecah.

b. Buah
Pengambilan buah tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan
aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak, setelah
benar-benar masak (misalnya adas), atau dengan cara melihat
perubahan warna/bentuk dari buah yang bersangkutan (misalnya,
jeruk, asam, dan pepaya).

c. Bunga
Panen dapat dilakukan saat menjelang penyerbukan,saat bunga masih
kuncup(seperti pada Jasminum sambac,melati), atau saat bunga sudah
mulai mekar (misalnya Rosa sinensis,mawar)

d. Daun
Panen daun dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung
maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga
atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun, dianjurkan
dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua.

e. Kulit batang
Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah
cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal musim kemarau
sehingga kulit kayu mudah dikelupas.

f. Umbi lapis
Panen umbi dilakukan pada waktu umbi mencapai besar optimum,
yaitu pada waktu bagian atas tanaman sudah mulai mengering.

Laporan Farmakognosi I Page 4


g. Rimpang
Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.

h. Akar
Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau
tanaman sudah cukup umur (Ilmu Obat Alam : 25).

2. Penyortiran (segar)/sortasi basah


Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan
yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.

3. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekaa pada bahan. Pencucian harus segera
dilakukan setelah pengambilan sampel karena dapat mempengaruhi mutu
bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin untuk
menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan.
Pencucian sebaiknya jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya
berat. Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng
(PAM). Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara
lain :
a. Perendaman bertingkat
Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak
mengandung kotoran seperti daun, bunga dan buah. Proses
perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang
berbeda. Metode ini akan menghemat penggunaan air, namun sangat
mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.
b. Penyemprotan

Laporan Farmakognosi I Page 5


Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya
banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.
Proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air yang
bertekanan tinggi.
c. Penyikatan (manual maupun otomatis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan
yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat.
Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar
tidak merusak bahannya. Pembilasan dilakukan pada bahan yang
sudah disikat. Metode pencucian ini dapat menghasilkan bahan yang
lebih bersih dibadingkan dengan metode pencucian lainnya, namun
meningkatkan resiko kerusakan bahan, sehingga merangsang
tumbuhnya bakteri atau mikroorganisme.

4. Penirisan
Setelah pencucian bahan langsung ditiriskan untuk menghilangkan
kadar air yang ada selama proses pencucian berlangsung.

5. Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri
dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang
ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang buah
dan lain-lain. Perajangan teralu tipis dapat mengurangi zat aktif yang
terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan
kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam
penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi jamur.
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka

Laporan Farmakognosi I Page 6


bahan baku akan cepat kering. Proses pengubahan bahan bentuk ini
meliputi beberapa perlakuan:

1) Perajangan untuk rimpang, daun dan herba


2) Pengupasan untuk buah, kayu, kulit kayu, dan biji-bijian yang
ukurannya besar.
3) Pemiprilan khusus untuk jagung, yaitu biji di pisahkan dari
bongkolnya.
4) Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu, dan ranting.
5) Penyerutan untuk kayu.

6. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada
bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan
dapat terhambat. Pengeringan akan menghindari terurainya kandungan
kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Menurut persyaratan
obat tradisional, pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari
10%. Pengeringan sebaiknya jangan dibawah sinar matahari langsung,
melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas
penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa
dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup
dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan
debu. Agar proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus
dibuat rata dan tidak bertumpuk. Waktu pengeringan bergantung pada
jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun kayu, ataupun bunga.

7. Penyortiran (kering)

Laporan Farmakognosi I Page 7


Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi
untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang
rusak sebagai akibat proses sebelumnya.

8. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah
dikeringkan. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu
produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan.
Dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak
bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang
menarik.

9. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat pemnyimpanan harus bersih,
udaranya cukup kering dan berventilasi.

II.2 Herbarium
a. Pengertian
Herbarium adalah spesimen yang digunakan untuk studi taksonomi,
berupa tumbuhan segar yang masih hidup tapi biasanya berupa bahan
tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan dengan metode tertentu
(Taksonomi Umum ; 152-153).
b. Penggolongan
Berdasarkan cara pengawetannya, herbarium digolongkan atas :
1. Herbarium basah
Yang dimaksud dengan herbarium basah adalah spesimen tumbuhan
yang telah diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari
berbagai macam zat dengan komposisi yang berbeda. Disamping itu dapat

Laporan Farmakognosi I Page 8


pula ditempatkan zat-zat lain untuk tujuan-tujuan tertentu, untuk sejauh
mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan.
Adapun bahan pengawet yang digunakan adalah formalin.

2. Herbarium kering
Yaitu herbarium yang cara pengawetannya dengan cara dikeringkan.
Sebagian besar specimen herbarium yang disimpan sebagai awetan dalam
herbarium-herbarium di dunia ini diproses melalui pengeringan.
Pengeringan biasanya dilakukan dengan sinar matahari, kecuali bila ada
pertimbangan-pertimbangan lain misalnya keadaan cuaca. Pada musim
penghujan, pengeringan tidak dapat berlangsung cepat sehingga bahan
yang dikeringkan kadang-kadang terganggu oleh jamur (Bahan Ajar
Farmakognosi : 10 ).

c. Pembuatan
Herbarium dapat dibuat dengan tahap-tahap berikut :
1. Pembuatan herbarium kering
 Mengambil salah satu tanaman atau bagian tanaman. Syarat-syarat
dalam pengambilan tanaman yaitu, tanaman harus lengkap.
 Mencuci tanaman dengan menggunakan air yang mengalir,lalu
diangin-anginkan.
 Sterilisasi tanaman yaitu dengan mengoleskan alkohol 70% pada
seluruh bagian tanaman.
 Cara 1: memasukkan tanaman pada sasak bambu yang telah dibuat.
Diatur sedemikian rupa pada lembaran kertas yang dapat menghisap
air seperti kertas koran, yang berukuran kira-kira 28 ½ x 41 cm (11 ½
x 16 ½ inci). Bahan-bahan tadi dipress diantara lapisan-lapisan
tersebut dan mengeringkannya dengan penjemuran.

Laporan Farmakognosi I Page 9


 Cara 2 : mengatur posisi tanaman pada lembaran kertas koran hingga
rata. Dilapisi lagi dengan beberapa lembar koran, tangkup dengan
tripleks pada kedua sisinya lalu ikat dengan kencang sehingga tanaman
terpress dengan kuat. Ganti koran dengan yang kering setiap kali koran
pembungkus tanaman basah. Lakukan berulang-ulang hingga tanaman
betul-betul kering.
 Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa
dingin.
 Tanaman yang akan dibuat herbarium sebaiknya memiliki bagian-
bagian yang lengkap. Jika bunganya mudah gugur maka masukkan
bunganya dalam amplop dan selipkan pada herbarium. Daun atau
bagian tanaman yang terlalu panjang, bisa dilipat.
 Menempelkan tanaman yang telah dikeringan pada karton dengan
menggunakan jahitan tali atau selotip. Usahakan penampakan atas dan
bawah dapat diperlihatkan.
 Melengkapi keterangan yang terdapat pada collector book.
 Menempelkan etiket.

2. Pembuatan herbarium basah


 Siapkan spesimen yang akan diawetkan.
 Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
 Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol
jam dan telah diencerkan.
 Tutup rapat botol dan kemudian beri label yang berisi nama spesimen
tersebut dan familinya.

Laporan Farmakognosi I Page 10


II.3 Deskripsi tanaman
Pepaya
Carica papaya

a. Klasifikasi ilmiah
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Class : Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua)
Ordo : Brassicales (Tumbuhan berbunga)
Famili : Caricaceae (Suku pepaya-pepayaan)
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.

b. Deskripsi
Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari
Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini
menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil
buahnya. Carica papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica.
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh
hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral
pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang

Laporan Farmakognosi I Page 11


panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap ataupun
tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam.
Pepaya adalah monodioecious (berumah tunggal sekaligus berumah dua)
dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit).
Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan
kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah
ini mandul (tidak menghasilkan biji yang banyak). Bunga pepaya memiliki
mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada
batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang.
Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk.
Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing.
Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga
kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan
memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih
disukai dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan
buahnya lebih besar.
Pada pengambilan sampel yang digunakan adalah biji dari pepaya betina,
karena jenis pepaya ini menghasilkan biji yang lebih banyak dibanding jenis
pepaya lainnya.

c. Kegunaan
Beberapa kegunaan dari pepaya adalah sebagai berikut :
1. Daging buah dapat dijadikan sebagai sayuran
2. Bunga pepaya dapat diurap menjadi sayuran
3. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang,daun dan buah) mengandung
enzim papain yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi
protein lainnya.
4. Daun pepaya dapat berkhasiat obat dan perasannya digunakan untuk
menambah nafsu makan.

Laporan Farmakognosi I Page 12


JAMBU MONYET
(Anacardium occidentale)

a. Klasifikasi Ilmiah
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Class : Magnoliopsida (Berkeping dua)
Ordo : Sapindales (Tumbuhan berbunga)
Family : Anacardiaceae (Suku mangga-manggaan)
Genus : Anacardium
Spesis : Anacardium occidentale

b. Deskripsi
 Syarat tumbuh
Jambu mede memerlukan suhu tinggi. Faktor yang lebih penting adalah
distribusi curah hujan, sedangkan jumlahnya kurang penting. Jambu mede
akan berbuah dengan baik jika tidak terlalu banyak hujan pada saat
pembungaan, dan jika buah menjadi dewasa pada musim kering; musim
kering itulah yang menjamin kualitas buah secara baik. Pohon jambu mede
akar dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang kering sekali
selama sistem perakarannya yang luas itu dapat mencapai air tanah. Di

Laporan Farmakognosi I Page 13


daerah yang lebih kering (curah hujannya 800-1000 mm) diperlukan adanya
tanah yang dalam dan mudah dikeringkan tanpa adanya lapisan yang sulit
ditembus air. Suatu data kebutuhan air yang sederhana dengan bantuan
angka penguapan panci (pan evaporation figure) dapat memperlihatkan
kedalaman tanah yang diperlukan.

 Morfologi Annacardium occidentale


1. Batang
Anacardium occidentale, mempunyai batang pohon yang tidak rata
dan berwarna coklat tua, pohon yang berbatang bengkok, bercabang dekat
tanah, tinggi 8-12 m. Ranting hanya berdaun pada ujungnya. Potongan
kulit melengkung atau menggulung membujur pada kedua sisi, bentuk
pipa, kadang-kadang agak pipih, tebal kulit 2mm sampai 3mm, lapisan
gabus, warna kelabu kecoklatan mudah mengelupas, pemukaan luar kulit
tanpa gabus berwarna coklat, permukaan dalam berwarna coklat muda
dengan garis-garis halus membujur. Kulit agak sukar dipatahkan, agak
liat, bekas patahan berserabut berwarna coklat muda.
2. Daun
Daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) sungsang
sampai bundar telur sungsang-jorong dengan tepian berlekuk-lekuk, dan
guratan rangka daunnya terlihat jelas bulat telur terbalik, kebanyakan
dengan pangkal runcing dan ujung membulat, melekuk ke dalam. Helaian
daun tunggal,warna hijau kekuningan sampai hijau tua kecoklatan,
panjang 4 cm sampai 22 cm, lebar 2 cm samapai 15 cm, ujung daun
membundar (rotundatus) seperti pada ujung yang tumpul tapi tidak
terbentuk sudet sama sekali hingga ujung daun merupakan suatu busur,
tumpul dengan lekukan kecil di tengah, pangkal daun runcing (acutus)
yakni jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit
menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu

Laporan Farmakognosi I Page 14


sudut lancip (kurang dari 90º), pinggir daun rata (truncatus), panjang
tangkai daun sampai 3 cm, tulang daun menyirip (penninervis)
mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan
merupakan terusan dari tangkai daun, permukaan atas dan bawah daun
licin (laevis),tidak berambut.
3. Akar
Akar tunggangnya lebih dari 3 m dalamnya, dan tetap langgeng; akar
lateralnya memencar sampai di batas proyeksi tajuknya, dengan akar-akar
penyerap hara menancap sedalam 6 m. Akar penyerap ini mempunyai
fungsi menyerap air maupun zat makanan.
4. Bunga dan Buah
Berumah satu berkelamin campuran, anak tangkai bunga 2-5 mm.
Kelopak berambut, tinggi 4-5 mm. Daun mahkota runcing, berambut,
putih, segera berganti warna merah. Perdaunannya mengendur di ujung,
menggantung, berbentuk malai berbunga banyak, panjang perbungaan itu
mencapai 25 cm, berisi bunga jantan yang harum dan bunga-bunga
herrnafrodit; daun kelopaknya 5 helai, berbentuk lanset sampai bundar
telur-jorong, (4-15) mm x (1-2) mm, berbulu balig (pubescent); daun
mahkotanya 5 helai juga, berbentuk lanset memanjang, (7-13) mm x (1-
1,5) mm; melipat keluar, waktu bunga mekar berwarna keputih-putihan,
kemudian berubah menjadi merah-agak merah jambu.
Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair,dan
berwarna kuning kemerah-merahan adalah buah semu. Bagian itu bukan
buah sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar,
membengkak, membentuk buah semu yang menyerupai buah, bentuknya
seperti buah alvokad. Ukurannya (10-20) cm x (4-8) cm, berkilap, merah
sampai kuning, lembut dan berair. Sedangkan buahnya (jambu mete),
berukuran kira-kira 3 cm x 1,2 cm, berbentuk ginjal dan bijinya berkeping
dua terbungkus kulit yang mengandung getah. Memiliki warna coklat

Laporan Farmakognosi I Page 15


kelabu, mengandung resin yang dapat mengeras. Kulit buah berwarna
abu-abu dan berguna sebagai obat. Tumbuhan ini tidak termasuk
golongan jambu melainkan golongan mangga.

5. Biji
Bijinya berbentuk ginjal, berkulit biji berwarna coklat kemerah-
merahan. Inti bijinya, yang tertinggal setelah kulit biji dikupas, itulah
yang disebut biji jambu mede dalam perdagangan.

c. Kandungan Kimia
Jambu monyet (Anacardium occidentale) antara lain mengandung
senyawa kimia seperti tanin, anacardic acid dan cardol, yang bermanfaat
sebagai antibakteri dan antiseptik. Selain itu daun jambu monyet yang masih
muda juga mempunyai komposisi kandungan kimia seperti vitamin A sebesar
2689 SI per 100 gram, vitamin C sebesar 65 gram per 100 gram, kalori 73
gram per 100 gram, protein 4,6 gram per 100 gram, lemak 0,5 gram per 100
gram, hidrat arang 16,3 gram per 100 gram, kalsium 33 miligram per 100
gram, fosfor 64 miligram per 100 gram, besi 8,9 miligram dan air 78 gram per
100 gram.

d. Manfaat Tanaman
Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak
manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Selain itu juga biji
mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah mete
semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete,
anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete.
Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila
terkena udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat
digunakan untuk bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu,

Laporan Farmakognosi I Page 16


kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat
sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan
perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti
gengat yang sering menggerogoti buku. Akar jambu mete berkhasiat sebagai
pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai
lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan untuk
obat luka bakar.

JAMBU BIJI
(Psidium guajava L. )

a. Klasifikasi
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Class : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Myrtales (Berbunga)
Famili : Myrtaceae (Suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.

Laporan Farmakognosi I Page 17


b. Deskripsi
Tanaman perdu, tinggi 5-10 meter. Batang berkayu, bulat, kulit kayu
licin, merngelupas, bercabang, warna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bulat
telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, panjang 6-14 cm, lebar 3-6
cm, pertulangan menyirip, warna hijau kekuningan. Bunga tunggal di ketiak
daun, mahkota bulat telur, panjang 1,5 cm, warna putih kekuningan. Buah
buni, bulat telur, warna putih kekuningan. Tanaman ini Tumbuh pada tempat
terbuka, tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.200 m dpl.

c. Kandungan Kimia
Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang
pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga
mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.
Kandungan buah jambu biji (100 gr) – Kalori 49 kal – Vitamin A 25 SI –
Vitamin B1 0,02 mg – Vitamin C 87 mg – Kalsium 14 mg – Hidrat Arang
12,2 gram – Fosfor 28 mg – Besi 1,1 mg – Protein 0,9 mg – Lemak 0,3 gram
– Air 86 gram.

d. Khasiat
Antiinflamasi; hemostatik; astringen

Laporan Farmakognosi I Page 18


BAKUNG PUTIH
(Crinum asiaticum L)

a. Klasifikasi
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbunga)
Class : Monocotyledonae (Berkeping satu)
Ordo : Liliaceae (Berbunga)
Famili : Amaryllliaceae (Bunga-bungaan)
Marga : Crinum
Spesies : Crinum asiaicum L.

b. Deskripsi
Crinum asiaicum L. merupakan herba tahunan yang memiliki tinggi
1,3 m. Tanaman ini memiliki batang semu dengan diameter 10 cm. Berbatang
tegak (erectus), lunak (herbaceus), dan berwarna putih kehijauan.

Laporan Farmakognosi I Page 19


Bakung putih memiliki daun tunggal (folium simplex), bentu daun
lanset (lanceolatus) dengan panjang 32-120 cm dan lebar 3-10 cm. Daun
tebal dengan tepi rata (integer), ujung meruncing (acuminatus), pangkal daun
tumpul , bila dipotong melintang nampak lubang-lubang. Warna daun hijau.
Tanaman ini memiliki perbungaaan majemuk (inflorescentia), bentu
payung, bertangkai pipih dengan panjang 35-120 cm. Pangkal mahkota
berlekatan, bentuk corong, berwarna putih.
Buah berbentik kotak, bulat telur, tiap kotak terdapat 1 biji. Biji keras,
berwarna hitam berbentuk ginjal dengan panjang 5 cm. Akar bakung
berwarna putih.

c. Kandungan Kimia
Akar dan daun bakung mengandung alkaloida, saponin, flavonoida
dan polifenol, sedangkan bunganya mengandung saponin, flavonoida dan
tanin.

d. Khasiat dan Kegunaan


Akar bakung berhasiat sebagai peluruh keringat dan obat luka, daunnya
sebagai obat memar. Untuk peluruh keringat, dipakai 10 gram akar segar
bakung , dipotong kecil-kecil, direbus dengan 2 gelas air selama 20 menit,
dinginkan dan disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak
pagi dan sore.

Laporan Farmakognosi I Page 20


Brotowali
(Tinospora tuberculata)

a. Klasifikasi
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbunga)
Class : Dicotyledonae (Berkeping dua)
Ordo : Ranunculales (Berbunga)
Familia : Menispermaceae (Berbunga)
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora tuberculata L.

b. Deskripsi
Tanaman Brotowali / Batrawali ini tumbuh subur dan liar dihutan dan
diladang, namun kebanyakan sekarang sengaja ditanam orang sebagai bahan
tanaman obat. Brotowali termasuk pada tanaman perdu yang menyukai

Laporan Farmakognosi I Page 21


tempat panas, tumbuh memanjat / merambat dengan tinggi bisa mencapai 2,5
meter.
Daunnya tunggal, bertangkai, bentuk seperti jantung atau bundar telur
berujung lancip dengan panjang 7 – 12 cm, dan lebar 5 -10 cm. Batangnya
sebesar kelingking, dan terlihat berbintil-bintil rapat sedangkan rasanya sangat
pahit sekali. Bunganya kecil-kecil berwarna hijau muda berbentuk tandan
semu. Pernbanyakkan tanaman bisa dengan cara stek.

c. Kandungan Kimia
Antara lain mengandung Alkaloid, Damar lunak, pati, glikosida
pikroretosid, pikroretin, harsa, berberin, dan palmatin, akar mengandung
alkaloid berberin dan kolumbin.

d. Kegunaan
Brotowali berguna sebagai penghilang rasa sakit, menurunkan panas dan
melancarkan meridian.

Laporan Farmakognosi I Page 22


PISANG
(Musa paradisiaca)

a. Klasifikasi
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Class : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil)
Ordo : Zingiberales (Rimpang)
Famili : Musaceae (Suku pisang-pisangan)
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L.

b. Deskripsi
1. Bentuk buah melengkung dengan ujung meruncing.
2. Kulit buah tebal berwarna kuning berbintik coklat.
3. Cara pembentukan buah yaitu partenokarpi.
4. Kulit batang agak licin.
5. Termasuk tumbuhan berkeping satu.
6. Sistem perakaran memiliki akar serabut.
7. Daun berwarna hijau.
8. Memiliki jantung berwana merah tua.
9. merupakan tanaman yang tidak memiliki batang sejati.
10. Batang terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah-pelepah
yang mengelilingi poros yang lunak dan panjang.

Laporan Farmakognosi I Page 23


11. Batang pisang sebenarnya pada bonggol yang tersembunyi dalam tanah.

c. Kandungan Kimia
Mengandung lemak, vitamin (A, B1, C), mineral, kalium, klor, natrium,
magnesium, air, sukrosa dan karbohidrat.

d. Khasiat
1. Buah pisang rasanya manis, sifatnya dingin, astrigen. Sebagai pelumas
usus, penawar racun, penurun panas (Antipiretik), anti radang, peluruh
kencing (diuretik), laksatif ringan.
2. Akar berkhasiat sebagai penawar racun, peredam panas, mendinginkan
darah, anti radang dan peluruh kencing.
3. Hati batang pisang berkhasiat penurun panas dan untuk perawatan
rambut. Cairan bonggol mengatasi infeksi saluran kencing, menghentikan
pendarahan (hemostatik), penurun panas, serta penghitam dan mencegah
rambut rontok.
4. Buah muda dan akar berkhasiat astrigen. Buah muda berkhasiat anti
diare, dan untuk pengobatan tukak lambung.
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung pisang batu yang diberikan
pada tikus dapat mencegah timbulnya tukak lambung (ulcus peptic) jika
tikus tersebut diberikan aspirin. Hal itu bisa terjadi akibat meningkatnya
sekresi lender (mucus) di lambung.

Laporan Farmakognosi I Page 24


KAKTUS PAKIS GIWANG
(Euphorbia milii)

a. Klasifikasi
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Class : Magnoliopsida (Berkeping dua)
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae (Tumbuhan berbunga)
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia milii Ch.Des Moulins

b. Deskripsi
Semak tahunan ini tumbuh tegak, tinggi mencapai 1 m, percabangan
rapat, dan berbunga sepanjang tahun. Batangnya persegi, warna coklat
kelabu, berduru kasar, tajam, rapat dan bergetah. Daun tunggal, bertangkai
pendek, berkumpul di ujung batang, bentuknya bundar telur sungsang, tepi
rata dan warnanya hijau. Bunga majemuk, keluar dari ketiak daun, bentuk
payung, panjang ibu tangkai bunga 5-10 cm, warnanya bermacam-macam,
oranye, kuning, dadu, dan merah. Berbunga sepanjang tahun. Biji bulat, kecil,
dan berwarna coklat.

Laporan Farmakognosi I Page 25


c. Kandungan Kimia
Daun batang dan bunga mengandung saponin dan tanin. Bunganya juga
mengandung flavonoid.

d. Sifat dan Khasiat


Rasanya pahit, sifatnya netral, astringen, sedikit toksik.
Bunga berkhasiat untuk penghenti pendarahan ( hemostatis ).
Batang dan daun berkhasiat menghilangkan bengkak, aniradang, dan
antiseptik.

Laporan Farmakognosi I Page 26


SAMBILOTO

(Andrographis paniculata)

a. Klasifikasi
Regnum : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Class : Magnoliopsida (Berkeping dua)
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata
b. Deskripsi
Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi
sungai, tanah kosong yang agak lernbap, atau di pekarangan. Tumbuh
di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Terna semusim, tinggi
50 - 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat
(kwadrangularis) dengan nodus yang membesar. Daun tunggal,
bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal
runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian

Laporan Farmakognosi I Page 27


bawah hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Perbungaan
rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung batang
atau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk tabung;kecil- kecil,
warnanya putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panj ang
sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan
pecah mernbujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya
cokelat muda.

c. Kandungan Kimia
Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri
dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid,
14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan homoandrografolid.
Juga terdapat flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium,
kalsium, natrium), asam kersik, dan damar.

d. Khasiat
Herba ini berkhasiat bakteriostatik, antiinflamasi, antipiretik.

Laporan Farmakognosi I Page 28


BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat
III.1.1 Herbarium
1. Alat tulis
2. Cutter
3. Gunting
4. Kapas
5. Kertas koran
6. Kertas label
7. Sasak dari bambu
8. Selotip
9. Tali rafia
III.1.2 Simplisia
1. Alat tulis
2. Ayakan
3. Blender
4. Botol jam
5. Kertas koran
6. Kertas label
7. Pisau
8. Pot plastik
III.2 Bahan
III.2.1 Herbarium
1. Air
2. Alkohol
3. Aquadest
4. Sampel tanaman

Laporan Farmakognosi I Page 29


III.2.2 Simplisia
1. Air
2. Sampel tanaman

Laporan Farmakognosi I Page 30


III.3 Cara Kerja
III.3.1 Cara kerja simplisia
a. Simplisia biji pepaya (Carica semen)
Pengambilan biji pepaya
Biji diambil pada saat buah mulai
mengering atau sebelum pecah
Pengolahan biji pepaya

Pepaya disortasi, dipilih yang baik


pepaya dibelah, dan biji pepaya
dikeluarkan
Dicuci biji pepaya dengan
menggunakan air yang mengalir untuk
membersihkan kotoran yang menempel
Biji dikeringkan tidak langsung di
bawah sinar matahari
Biji pepaya yang sudah kering dibagi
menjadi dua bagian
Biji pepaya kering

Biji pepaya kering 1 Biji pepaya kering 2

Hasil biji pepaya kering Diblender


Disimpan dalam botol jam sampai halus
Diberi etiket Diayak
Disimpan
Haksel biji pepaya
dalam pot
plastik
Diberi etiket
Serbuk biji pepaya
Laporan Farmakognosi I Page 31
b. Simplisia daun jambu monyet (Anacardium folium)

Pengambilan daun jambu monyet

Sampel diambil pada saat fotosintesis


berlangsung
Pengolahan daun jambu monyet
Daun Jambu
Daun jambu monyet disortasi basah
Dicuci daun jambu monyet dengan
menggunakan air yang mengalir untuk
membersihkan kotoran yang menempel
Daun dirajang dengan ukuran yang sama
Daun dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan
Daun jambu monyet yang sudah kering
dibagi menjadi dua bagian

Daun jambu monyet kering

Daun jambu monyet kering 1 Daun jambu monyet kering 2

Hasil daun jambu monyet kering Diblender


Disimpan dalam botol jam sampai halus
Diberi etiket Diayak
Disimpan
Haksel daun jambu monyet dalam
pot plastik
Diberi etiket
Serbuk daun jambu monyet

Laporan Farmakognosi I Page 32


c. Simplisia buah jambu biji (Psidium fructus)

Pengambilan buah jambu biji

Dilakukan saat buah menjelang masak

Pengolahan buah jambu biji

Jambu biji disortasi, dipilih yang baik


Dicuci buah jambu biji dengan
menggunakan air yang mengalir untuk
membersihkan kotoran yang menempel
Buah dirajang dengan ukuran 1x1 cm
Buah dikeringkan disinar matahari
langsung dengan menggunakan penutup
kain hitam
Buah yang sudah kering dibagi menjadi
dua bagian

Buah jambu biji kering

Buah jambu biji kering 1 Buah jambu biji kering 2


Hasil buah jambu biji kering Diblender
Disimpan dalam wadah kaca sampai halus
Diberi etiket Diayak
Haksel buah jambu biji Disimpan
dalam
pot plastik
Diberi etiket
Serbuk buah jambu biji

Laporan Farmakognosi I Page 33


d. Simplisia batang brotowali (Tinospora caulis)

Pengambilan batang brotowali

Diambil pada saat tanaman telah cukup


umur

Pengolahan batang brotowali

Batang brotowali disortasi, dipilih yang


baik
Dicuci batang brotowali dengan
menggunakan air yang mengalir untuk
membersihkan kotoran yang menempel
Batang dirajang dengan ukuran 1x1 cm
Batang dikeringkan tidak langsung
dibawah sinar matahari
Batang yang kering di bagi menjadi 2
bagian

Batang brotowali kering

Batang brotowali kering 1 Batang brotowali kering 2

Hasil batang brotowali kering Diblender


Disimpan dalam botol jam sampai halus
Diberi etiket Diayak
Disimpan
Haksel batang brotowali dalam
pot plastik
Diberi etiket
Serbuk batang brotowali
Laporan Farmakognosi I Page 34
e. Simplisia akar pisang(Musa Radix)
Pengambilan akar pisang
Sampel diambil saat pertumbuhan
berhenti

Pengolahan akar pisang

Akar pisang disortasi, dipilih yang baik


Dicuci akar pisang dengan
menggunakan air yang mengalir untuk
membersihkan kotoran yang menempel
Akar dirajang dengan ukuran 1x1 cm
Akar dikeringkan dibawah sinar
matahari dengan ditutupi kain hitam
Akar yang sudah kering dibagi menjadi
dua bagian

Akar pisang kering

Akar pisang kering 1 Akar pisang kering 2

Hasil akar pisang kering Diblender


Disimpan dalam wadah kaca sampai halus
Diberi etiket Diayak
Disimpan
Haksel akar pisang dalam
pot plastik
Diberi etiket

Serbuk akar pisang

Laporan Farmakognosi I Page 35


f. Simplisia rimpang kencur(Kaemferia rhizoma)
Pengambilan rimpang kencur

Diambil pada awal musim kemarau

Pengolahan rimpang kencur

Kencur disortasi, dipilih yang baik


Dicuci rimpang kencur dengan
menggunakan air yang mengalir untuk
membersihkan kotoran yang menempel
Dirajang dengan ukuran 1x1 cm
Rimpang dikeringkan langsung di
bawah sinar matahari ditutup dengan
kain hitam
Rimpang yang sudah kering dibagi
menjadi dua bagian

Rimpang kencur kering

Rimpang kencur kering 1 Rimpang kencur kering 2

Hasil rimpang kencur kering Diblender


Disimpan dalam botol jam sampai halus
Diberi etiket Diayak
Disimpan
Haksel rimpang kencur dalam
pot plastik
Diberi etiket
Serbuk rimpang kencur kencur

Laporan Farmakognosi I Page 36


g. Simplisia bunga euphorbia(Euphorbia flos)

Pengambilan bunga kaktus pakis giwang

Sampel diambil saat bunga mekar

Pengolahan bunga kaktus Pakis giwang

Bunga kaktus disortasi, dipilih yang


baik
Dicuci bunga dengan menggunakan air
yang mengalir untuk membersihkan
kotoran yang menempel
Bunga dikeringkan tidak langsung di
bawah sinar matahari
Bunga yang sudah kering dibagi
menjadi dua bagian

Bunga kaktus pakis giwang kering

Bunga kaktus pakis giwang kering 1 Bunga kaktus pakis giwang kering 2

Hasil bunga kaktus kering Diblender


Disimpan dalam botol jam sampai halus
Diberi etiket Diayak
Disimpan
Haksel bunga kaktus pakis giwang dalam
pot plastik
Diberi etiket
Serbuk bunga kering

Laporan Farmakognosi I Page 37


h. Simplisia tanaman sambiloto(Andrographis Herba)
Pengambilan herba sambiloto

Diambil saat proses fotosintesis


berlangsung maksimal.

Pengolahan herba sambiloto

Sambiloto disortasi, dipilih yang baik


Dicuci sambiloto dengan
menggunakan air yang mengalir untuk
membersihkan kotoran yang menempel
Sambiloto dirajang dengan ukuran yang
sesuai
Sambiloto dikeringkan tidak langsung
di bawah sinar matahari
Sambiloto yang sudah kering dibagi
menjadi dua bagian

sambiloto kering

Sambiloto kering 1 sambiloto kering 2

Hasil sambiloto kering Diblender


Disimpan dalam botol jam sampai halus
Diberi etiket Diayak
Disimpan
Haksel herba sambiloto dalam
pot plastik
Diberi etiket
Serbuk herba sambiloto
Laporan Farmakognosi I Page 38
III.3.2 Cara kerja herbarium
a. herbarium tanaman pepaya (Carica papaya Linn)

Pengambilan tanaman pepaya

Pengolahan tanaman pepaya

Tanaman pepaya dicuci dengan


menggunakan air mengalir
Tanaman diangin-anginkan
Tanaman dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70%
Tanaman dimasukkan kedalam lipatan
koran, agar tanaman tidak bergeser
diberi selotip, tetapi jangan sampai
mengenai bagian tanaman
Lipatan koran ditumpuk menjadi satu
dalam sasak
Tanaman dipress dengan
menggunakan sasak dan diikat dengan
tali rafia
Herbarium pepaya

Laporan Farmakognosi I Page 39


b. herbarium tanaman jambu monyet(Anacardium occidentale)

Pengambilan tanaman jambu monyet

Pengolahan tanaman jambu monyet

Tanaman jambu monyet dicuci dengan


menggunakan air mengalir
Tanaman diangin-anginkan
Tanaman dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70%
Tanaman dimasukkan kedalam lipatan
koran, agar tanaman tidak bergeser
diberi selotip, tetapi jangan sampai
mengenai bagian tanaman
Lipatan koran ditumpuk menjadi satu
dalam sasak
Tanaman dipress dengan
menggunakan sasak dan diikat dengan
tali rafia
Herbarium jambu monyet

Laporan Farmakognosi I Page 40


c. Herbarium tanaman jambu biji (Psidium guajava)

Pengambilan tanaman jambu biji

Pengolahan tanaman jambu biji

Tanaman jambu biji dicuci dengan


menggunakan air mengalir
Tanaman diangin-anginkan
Tanaman dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70%
Tanaman dimasukkan kedalam lipatan
koran, agar tanaman tidak bergeser
diberi selotip, tetapi jangan sampai
mengenai bagian tanaman
Lipatan koran ditumpuk menjadi satu
dalam sasak
Tanaman dipress dengan
menggunakan sasak dan diikat dengan
tali rafia
Herbarium jambu biji

Laporan Farmakognosi I Page 41


d. Herbarium tanaman bakung putih (Crinum asiaticum)

Pengambilan tanaman bakung putih

Pengolahan tanaman bakung putih

Tanaman bakung putih dicuci dengan


menggunakan air mengalir
Tanaman diangin-anginkan
Tanaman dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70%
Tanaman dimasukkan kedalam lipatan
koran, agar tanaman tidak bergeser
diberi selotip, tetapi jangan sampai
mengenai bagian tanaman
Lipatan koran ditumpuk menjadi satu
dalam sasak
Tanaman dipress dengan
menggunakan sasak dan diikat dengan
tali rafia
Herbarium bakung putih

Laporan Farmakognosi I Page 42


e. Herbarium Bakau ( Rhizophora mangle )

Pengambilan tanaman bakau

Pengolahan tanaman bakau

Tanaman bakau dicuci dengan


menggunakan air mengalir
Tanaman diangin-anginkan
Tanaman dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70%
Tanaman dimasukkan kedalam lipatan
koran, agar tanaman tidak bergeser
diberi selotip, tetapi jangan sampai
mengenai bagian tanaman
Lipatan koran ditumpuk menjadi satu
dalam sasak
Tanaman dipress dengan
menggunakan sasak dan diikat dengan
tali rafia

Herbarium bakau

Laporan Farmakognosi I Page 43


f. Herbarium kencur (Kaemferia galanga)

Pengambilan tanaman kencur

Pengolahan tanaman kencur

Tanaman kencur dicuci dengan


menggunakan air mengalir
Tanaman diangin-anginkan
Tanaman dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70%
Tanaman dimasukkan kedalam lipatan
koran, agar tanaman tidak bergeser
diberi selotip, tetapi jangan sampai
mengenai bagian tanaman
Lipatan koran ditumpuk menjadi satu
dalam sasak
Tanaman dipress dengan
menggunakan sasak dan diikat dengan
tali rafia
Herbarium kencur

Laporan Farmakognosi I Page 44


g. Herbarium euphorbia(Euphorbia milii Ch.des Moulins)
Pengambilan tanaman euphorbia

Pengolahan tanaman euphorbia

Tanaman euphorbia dicuci dengan


menggunakan air mengalir
Tanaman diangin-anginkan
Tanaman dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70%
Tanaman dimasukkan kedalam lipatan
koran, agar tanaman tidak bergeser
diberi selotip, tetapi jangan sampai
mengenai bagian tanaman
Lipatan koran ditumpuk menjadi satu
dalam sasak
Tanaman dipress dengan
menggunakan sasak dan diikat dengan
tali rafia
Herbarium euphorbia

Laporan Farmakognosi I Page 45


h. Herba sambiloto (Andrographis paniculata)

Pengambilan tanaman sambiloto

Pengolahan tanaman sambiloto

Tanaman sambiloto(kecuali akar)


dicuci dengan menggunakan air
mengalir
Tanaman diangin-anginkan
Tanaman dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70%
Tanaman dimasukkan kedalam lipatan
koran, agar tanaman tidak bergeser
diberi selotip, tetapi jangan sampai
mengenai bagian tanaman
Lipatan koran ditumpuk menjadi satu
dalam sasak
Tanaman dipress dengan
menggunakan sasak dan diikat dengan
tali rafia
Herba sambiloto

Laporan Farmakognosi I Page 46


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Herbarium

IV.1.2 Simplisia

Simplisia biji pepaya serbuk biji pepaya

Laporan Farmakognosi I Page 47


Simplisia daun jambu monyet serbuk daun jambu monyet

Simplisia buah jambu biji serbuk buah jambu biji

Simplisia batang brotowali serbuk batang brotowali

Simplisia akar pisang serbuk akar pisang

Laporan Farmakognosi I Page 48


Herba sambiloto serbuk herba sambiloto

IV.2 Pembahasan
Herbarium
Herbarium merupakan tanaman yang telah dikeringkan. Herbarium
adalah koleksi tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diawetkan, specimen ini
digunakan sebagai bahan rujukan untuk menafsirkan takson tumbuhan. Dalam
ilmu taksonomi tumbuhan istilah herbarium digunakan untuk dua pengertian
yaitu untuk objek study yang berupa bahan tumbuhan yang diawetkan, dan
lembaga atau laboratorium tempat ahli-ahli taksonomi melakukan study
taksonomi tumbuhan yang sekaligus juga merupakan tempat untuk
menyimpan koleksi bahan study yang telah diawetkan dengan cara atau
bentuk manapun. Tujuan dari pembuatan herbarium ini yaitu untuk
mengawetkan tanaman agar nanti jika tanaman itu punah dapat dilihat
morfologi dari tanaman itu.

Cara kerja dari dari herbarium ada 2 cara, yaitu cara basah dan cara
kering. Pada praktikum kerja lapangan farmakognosi ini kami melakukan
pembuatan herbarium dengan cara kering karena alat dan bahan yang
digunakan lebih sedikit serta prosesnya lebih mudah dibandingkan proses
awetan basah. Pertama-tama dilakukan pengambilan sampel berupa tanaman
utuh yang dapat dijadikan tanaman obat contohnya sambiloto. Setelah

Laporan Farmakognosi I Page 49


pengambilan sampel, kemudian dilakukan sortasi basah yaitu dengan
memisahkan tanaman dari bahan-bahan organic seperti kerikil dan tanah.
Tujuan dari sortasi basah untuk memisahkan bahan-bahan asing atau kotoran
serta memisahkan bagian tumbuhan yang tidak bagus dari yang bagus.
Kemudian dilakukan pencucian pada air yang mengalir untuk mengeluarkan
kotoran yang menempel pada tanaman, lalu dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan tidak langsung dibawah panas matahari agar tidak merusak enzim
yang terkandung dalam tumbuhan untuk menghilangkan kadar air akibat
proses pencucian sebelumnya. Kemudian tanaman dibersihkan dengan cara
diolesi dengan alkohol menggunakan kapas untuk mempercepat dalam proses
pengeringan, membunuh bakteri dan membantu dalam proses pengawetan.
Proses selanjutnya tanaman ditempelkan pada kertas koran (karena kertas
koran dapat menyerap air) dengan menggunakan selotip. Selotip tidak boleh
menyentuh permukaan dari tanaman agar saat penggunaan tanaman nanti
tidak rusak, oleh karena itu selotip ditempeli koran terlebih dahulu. Usahakan
tampak depan dan tampak belakang daun terlihat. Setelah semuanya telah
dilekatkan, tanaman dibungkus lagi dengan kertas koran dan dimasukkan
dalam sasak bambu yang telah dibuat. Digunakan sasak bambu karena mudah
didapat serta harganya terjangkau. Sasak diikat dengan tali rafia untuk
mempererat pengepresan lalu disimpan ditempat yang tidak lembab. Waktu
yang dibutuhkan untuk mengawetkan tanaman utuh selama kurang lebih 2
bulan. Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa
dingin.

Simplisia
Simplisia merupakan tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman
yang berkhasiat sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun
kecuali dinyatakan lain berupa bahan alam yang telah dikeringkan. Pada
pembuatan simplisia ini diawali dengan pengambilan sampel yang berfungsi

Laporan Farmakognosi I Page 50


sebagai obat baik itu akar, batang, daun, bunga, buah, biji, umbi dan rimpang.
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau
sebelum semuanya pecah. Pengambilan buah tergantung tujuan dan
pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah biasa dilakukan menjelang
masak, setelah benar-benar masak, atau dengan cara melihat perubahan
warna/bentuk dari buah yang bersangkutan. Pemanenan bunga bergantung
dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen dapat dilakukan pada saat
menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup, atau saat bunga sudah
mulai mekar. Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis
berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai
berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan daun, dianjurkan
diambil pada saat proses fotosintesis berlangsung. Pemanenan kulit batang
hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen yang
paling baik adalah awal musim kemarau. Panen umbi dilakukan pada saat
akhir pertumbuhan. Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.
Panen akar dilakukan pada saat pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah
cukup umur. Panen dilakukan terhadap akar umumnya akan mematikan
tanaman yang bersangkutan karena akar berfungsi untuk menguatkan tanaman
serta sebagai jalan pengangkutan air dan mineral dari tanah ke seluruh bagian
tumbuhan.
Setelah sampel diambil lalu disortasi basah yang dimaksudkan untuk
memisahkan sampel dari kotoran-kotoran yang ikut serta pada saat
pengambilan sampel. Lalu dilakukan pencucian dengan menggunakan air
yang mengalir contohnya air PAM atau air sumur hingga sampel benar-benar
bersih, lalu sampel dilakukan pengubahan bentuk dengan tujuan untuk
memperkecil luas permukaan sehingga proses pengeringan berlangsung lebih
cepat. Proses selanjutnya sampel dikeringkan dibawah sinar matahari dengan
menggunakan kain hitam sebagai penutup. Sampel tidak boleh berkontak
langsung dengan sinar matahari karena akan merusak aktivitas enzim. Setelah

Laporan Farmakognosi I Page 51


kering sempurna sampel disortasi kering, dipisahkan sampel yang gosong atau
rusak akibat proses sebelumnya. Kemudian sampel dibuat menjadi 2 bentuk
yaitu haksel dan serbuk.
Haksel merupakan hasil dari tanaman setelah perajangan dan
pengeringan dan disimpan dalam botol kaca berukuran 60 ml, sedangkan
serbuk merupakan haksel yang dihaluskan dengan cara diblender untuk
memperoleh partikel-partikel serbuk. Setelah jadi serbuk kemudian diayak
dan disimpan dalam wadah pot plastik.

Laporan Farmakognosi I Page 52


BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah
 Untuk herbarium
 Jambu monyet (Anacardium occidentale)
 Pepaya (Carica papaya)
 Bakung putih (Crinum asiaticum)
 Jambu biji (Psidium guajava)
 Kencur (Kaemferia galanga)
 Euphorbia (Euphorbia milii)
 Sambiloto (Andrographis paniculata)
 Untuk simplisia
 Daun jambu monyet (Anacardium folium)
 Biji pepaya (Carica semen)
 Batang brotowali (Tinospora caulis)
 Rimpang kencur (Kaemferia rhizoma)
 Bunga euphorbia (Euphorbia flos)
 Akar pisang (Musa radix)
 Herba sambiloto (Andrographis herba)
2. Khasiat dari tanaman obat yang dijadikan sampel
 Daun jambu monyet
Berkhasiat sebagai antiradang
 Bunga euphorbia
Bunga berkhasiat sebagai hemostatis
 Biji pepaya
Berkhasiat sebagai antipiretik

Laporan Farmakognosi I Page 53


 Batang brotowali
Berkhasiat sebagai antipiretik
 Akar pisang
Berkhasiat sebagai antipiretik, diuretik, antiradang.
 Buah jambu biji
Berkhasiat sebagai antiinflamasi, hemostatik dan astringen.
 Herba sambiloto
Herba ini berkhasiat bakteriostatik, antiinflamasi, antipiretik.
3. Herbarium merupakan tanaman yang telah dikeringkan. Tujuan dari
pembuatan herbarium ini yaitu untuk mengawetkan tanaman agar nanti
jika tanaman itu punah dapat dilihat morfologi dari tanaman itu.
4. Simplisia merupakan tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman
yang berkhasiat sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun
kecuali dinyatakan lain berupa bahan alam yang telah dikeringkan.Pada
pembuatan simplisia ini diawali dengan pengambilan sampel yang
berfungsi sebagai obat baik itu akar, batang, daun, bunga, buah, biji, umbi
dan rimpang.

V.2 Saran
Berdasarkan perkembangan zaman telah banyak obat-obatan sintetik
yang telah beredar di pasaran. Obat-obat sintetik itu dapat menyembuhkan
dengan cepat namun memiliki efek samping yang dapat mempengaruhi tubuh.
Saat ini telah disarankan kepada masyarakat untuk kembali
menggunakan obat tradisional. Walaupun pengobatan tradisional memerlukan
efek terapi yang cukup lama namun efek samping yang ditimbulkan terhadap
tubuh lebih kecil dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkan oleh
obat-obatan sintetik.

Laporan Farmakognosi I Page 54


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1977. ”Materia Medika Indonesia Jilid 1”. Jakarta : Depkes RI, Ditjen POM

ANS, Thomas. 1989. ”Tanaman Obat Tradisional 1”. Yogyakarta : Kanisius

Dalimartha, Setiawan dr. 2006. ”Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3”. Jakarta :
Puspa Swara

Rasdianah, Nur. 2009. ”Bahan Ajar Farmakognosi I”. Gorontalo : UNG

Rasdianah,Nur.2009.”Penuntun Praktikum Farmakognosi I”. Gorontalo : UNG

www.google.com//tanaman obat berkhasiat//diakses tanggal 24 desember 2009

www.plantfrom.com//tanaman obat indonesia//diakses tanggal 24 desember 2009

Laporan Farmakognosi I Page 55


Laporan Farmakognosi I Page 56

You might also like